Anda di halaman 1dari 148

PERUNDANG UNDANGAN K3

PERTAMBANGAN
KETENTUAN MENGENAI
PENINGKATAN NILAI TAMBAH
MINERAL MELALUI KEGIATAN
PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
MINERAL BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI SUMBER
DAYA MINERAL
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG
PERTAMBANGAN MINERAL
DAN BATUBARA
UU NO. 4 TH 2009
Pasal 96
Pemegang IUP(ijin usaha pertambangan) dan
IUPK (ijin usaha pertambangan khusus)wajib

melaksanakan:
Ketentuan K3 Pertambangan
• Keselamatan Operasi Pertambangan

Pasal 140
Menteri melakukan pengawasan pengelolaan usaha pertambangan oleh
pemerintah provinsi, kabupaten/kota sesuai kewenangan.

Menteri, Gubernur dan bupati /Walikota melakukan Pengawasan kegiatan


usaha
pertambangan oleh pemegang IUP, IPR, IUPK
UU NO. 4 TH 2009
Pasal 141
Pengawasan dimaksud pasal 140 meliputi:

• K3 Pertambangan

• Keselamatan Operasi Pertambangan

Pasal 141 Ayat (2)


Pengawasan dilakukan oleh Inspektur Tambang
Tujuan diterbitkannya Peraturan
Menteri Energi Sumber Daya
Mineral Nomor 7 Tahun 2012
Nomor 7 Tahun 2012
“Tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan Dan Pemurnian
Mineral”
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Energi Sumber
Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2012

Nomor 7 Tahun 2012 Nomor 11 Tahun 2012


Tentang Peningkatan Nilai Tambah
Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian Mineral
(“Permen ESDM tentang Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian
Mineral”) adalah untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 96
dan Pasal 111 Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan
Batubara
sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan


Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012

tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
“Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara “(“PP tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Minerba”).
UUD 1945
Surat Menteri Kehakiman & HAM
TAP MPR RI NO. M.U.M.01.06-27
Undang-Undang tanggal 23 –02-02

PERPU
Peraturan Pemerintah (PP)
KEPPRES
KEPMEN
PERDA

1
DASAR HUKUM
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN MINERBA
• UU NO 1 Tahun 1970
Tentang keselamatan kerja

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1973


TENTANG PENGATURAN DAN
PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA DI BIDANG
PERTAMBANGAN
UU NO. 1 TH 1970
Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan keselamatan
dlm melakukan pekerjaan untuk kesejahteraanhidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional;

setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu


terjamin pula keselamatannya;
Setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan effisien;
Pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam UU yg memu
ketentuan umum tentang K2 yg sesuai dgn perkembangan
masyarakat, industrialisasi, teknik & teknologi.
UU NO. 1 TH 1970
Pasal 2 Ruang
Lingkup
1. Keselamatan Kerja dalam segala tempat
kerja
(darat, dalam tanah, dalam air maupun
udara) di
2. dalam wilayah hukum RI

(e) tempat dilakukan usaha pertambangan &


pengolahan emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya , batu-batuan, gas, minyak
atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau
di dalam bumi, maupun di dasar perairan.
UU NO. 1 TH 1970

Pasal 3 Syarat-Syarat K2
§ Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya
peledakan, dan memadamkan kebakaran
§ Kesempatan penyelamatan pada waktu kebakaran
atau kejadian berbahaya yang lainnya.
§ Memberi pertolongan pada kecelakaan
§ Mencegah dan mengendalikan penyakit akibat
kerja.
UU NO. 1 TH
1970
Pasal 8 Pengurus Wajib
melakukan
1. Pemeriksaan Kesehatan mental dan pisik
pekerja
yg akan diterima/dipindah tugaskan
2.
Secara berkala pada Dokter yg ditunjuk
3. Pengusaha

Pengujian kesehatan ditetapkan dengan


peraturan
perundangan
UU NO. 1 TH 1970

Pasal 9 – (1)
Pengurus Wajib Menunjukan & Menjelaskan:
• Kondisi dan bahaya dalam tempat kerja
• Pengaman & alat pelindung dlm tpt kerja
• APD bagi pekerja itu sendiri
• Cara-cara & sikap aman dalam beKerja
UU NO. 1 TH 1970
Pasal 12 ; Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
• Memberi Keterangan yg benar
• Memakai & Mentaati Semua Syarat K3
• Memenuhi & Mentaati Semua Syarat K3
• Meminta Pengurus agar Semua Syarat K3 Dilaksanakan
• Menyatakan Keberatan Kerja apabila;
Syarat K3 & APD diragukan, kecuali Hal Khusus Oleh
Pengawas, & Dapat dipertanggung jawabkan

Pasal 13 Kewajiban Bila Masuk Tempat Kerja ;


Wajib mentaati semua petunjuk K2 & memakai
APD yang diwajibkan
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL
DAN BATUBARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN


2003 TENTANG KETENAGA KERJAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 55
TAHUN 2010 PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN PENYELENGGARAAN
PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL NOMOR 38 TAHUN
2014 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN
ENERGI NOMOR
555.K/26/M.PE/1995 TENTANG KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA
PERTAMBANGAN UMUM
Kegiatan operasional pertambangan memiliki
karesteristik yang khusus, yaitu : padat
teknologi, padat investasi, dan resiko bahaya
yang tinggi. Oleh karena sifat khusus tersebut di
atas, maka pengelolaan kegiatan pertambangan
di lapangan memerlukan konsentrasi yang lebih
di semua aspek.
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN
2009 TENTANG PERTAMBANGAN
MINERAL
DAN BATUBARA
Aspek – aspek tersebut, antara lain aspek produksi, aspek
teknologi/efesiensi dan aspek keselamatan dan kesehatan kerja
para karyawannya di lapangan. Guna mendukung efisiensi dan
produktifitas yang ditargetkan, maka diperlukan suatu aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang baik. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan pemahaman dan pengertian Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang benar kepada seluruh orang yang
berkecimpung pada kegiatan usaha pertambangan tersebut.
Pemahaman K3 yang benar dari semua lini manajemen sangat
memberikan arti dalam rangka pencegahan kecelakaan dalam
kegiatan pertambangan. Dimana diharapkan produksi optimal,
namun kecelakaan nihil dan itu sasaran yang ingin dicapai.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1973 TENTANG
PENGATURAN DAN
PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA DI BIDANG PERTAMBANGAN
ASPEK PADA PERTAMBANGAN

PRODUKSI

K3

TEKNOLOGI
/EFISIENSI
ASPEK PRODUKSI
ASPEK TEHNOLOGI/EFISIENSI
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009
TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL
DAN BATUBARA
• UUD NO 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja
• Perlu disadari bahwa pemahaman dan
pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
tersebut merupakan kompetensi penting yang
dimiliki para pelaksana di lapangan yang juga
menjadi tanggung jawab para Kepala Teknik
Tambang di lapangan dalam menjalankan
tugas operasional di lapangan secara benar,
aman dan professional.

PP No 55 Tahun 2010
• Dalam materi pelajaran ini dijelaskan
pengertian dan falsafah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja K3, termasuk sedikit
mengupas kecelakaan tambang dan upaya
pencegahanya. Setelah mengikuti materi ini,
para peserta diharapkan akan mampu
menjelaskan dan melaksanakan secara benar
dan aman baik dalam memenuhi aspek teknis
maupun ketentuan-ketentuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang diperlukan.
DASAR-DASAR
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Keselamata Kerja
NO 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

1.Pengertian Keselamatan Kerja


• Keselamatan Kerja : adalah suatu usaha
untuk dapat melaksanakan pekerjaan
tanpa adanya kecelakaan, memberikan
suasana atau lingkungan kerja yang
aman sehingga dapat dicapai suatu
hasil yang optimal dan bebas dari segala
resiko bahaya.
• Keselamatan kerja bertujuan
mencegah/mengadakan pencegahan
agar karyawan tidak mendapat
luka/celaka dan juga tidak terjadi
kerusakan ataupun kerugian dari
peralatan/material maupun produksi
Dalam upaya melaksanakan pekerjaan dengan
selamat, kita harus mempertimbangkan beberapa
factor, yaitu :
§ Manusia;
§ Mesin;
§ Material;
§ Metode Kerja; dan
§ Lingkungan Kerja
UU No 1 Tahun 1970 pasal 9 ayat 1
Pengaman & alat pelindung dlm tpt kerja
ASPEK KESELAMATAN KERJA
Human / manusia
qKesehatan
qPerformance/kin
erja
qPengalaman
qAttitude
Mesin/unit
ØPreventive
maintenace
ØEleminasi
sumber bahaya
ØRegulary check
before/after
use
meterial
qMaterial yg tidak
standart
qPengujian yg tidak
akurat
Metode kerja
vTidak menjalan kan
SOP
vSelalu by pass
vtidak disiplin
voverconfident
Lingkungan

• Cuaca buruk
• Terlalu dekat
pemukiman warga
• Dekat galian kabel
listrik dan pipa gas
• Factor-faktor tersebutlah yang sering
mempengaruhi terjadinya kecelakaan,
sehingga perlu diawasi secara efektif. Dengan
adanya pengawasan yang efektif diharapkan
akan dapat memberikan lingkungan/suasana
kerja yang aman dan nyaman. Dengan suasana
yang seperti ini diharapkan akan mampu
menciptakan suatu efisiensi yang tinggi,
produktifitas yang tinggi serta keselamatan
yang terjamin bagi para karyawanya.
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1973
TENTANG PENGATURAN DAN
PENGAWASAN KESELAMATAN KERJA DI BIDANG
PERTAMBANGAN

Manusia Tidak ada


Mesin Kecelakaan
Pengawasan Lingkungan
Thd 4 M Kerja Yang
Aman Tidak ada
Material Kerusakan/
Metode Kerugian
Prinsip – Prinsip
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
• Prinsip-prinsip K3 yang perlu dipakai dan dijadikan dasar pemikiran
untuk melakukan pengelolaan K3, antara lain adalah :
a. Bahwa setiap pekerjaan pada prinsipnya dapat dilakukan dengan
selamat tanpa harus ada korban. Kita harus berfikir bahwa suatu
kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja kita karena ada suatu
penyebabnya. Penyebab dari kecelakaan adalah karena factor 4M +
E yang mungkin dapat secara sendiri-sendiri maupun secara
kombinasi. Untuk menghidari/mencegah kecelakaan tersebut, maka
penyebab dari kecelakaan tersebut harus dihilangkan/ditiadakan.
4M E INSIDENT

• MANUSIA ENVIRONMENT
• MESIN
• MATERIAL
• METODE KERJA
b.Bahwa yang perlu difahami secara mendasar, adalah
bahwa :
• Kecelakaan pasti disebabkan oleh karena sesuatu, atau
dengan perkataan lain bahwa kecelakaan dapat terjadi
karena ada penyebabnya
• Sebab–sebab yang memungkinkan
dapat terjadinya kecelakaanini harus
dihilangkan/dicegah untuk menghindari kecelakaan
• Setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan aman dan
selamat
Kecelakaan

• Over dump
• Terbalik karna hilang
kendali
• Overload,muatan yang
tidak stabil
• Teknik pengoperasian
yg salah
• Lokasi gembur
• Terlalu miring
• Dalam upaya bekerja dengan aman atau selamat,
maka perlu diambil langkah- langkah prinsip K3, antara
lain sebagai berikut :
• Mengetahui pekerjaan-
pekerjaan yang akan
dilakukan/dikerjakan

• Memahami langkah-
langkah/tahapan
pekerjaan tersebut
• Mengetahui bahaya-
bahaya yang mungkin
terjadi dari pekerjaan
yang akan dilakukan

• Mengetahui cara
mengendalikan terhadap
bahaya-bahaya tersebut
Dengan mengetahui langkah-langkah
prinsip K3 tersebut di atas, maka
diharapkan akan tercipta suatu
lingkungan kerja yang aman atau
standart dan tidak ada
kecelakaan/kerusakan yang menimpa
peralatan maupun manusianya.
Hubungan Keselamatan Kerja
Dengan Produksi
Bahwa Keselamatan Kerja adalah
merupakan salah satu bagaian dari
produksi. Sedangkan bagian –
bagian produksi lainnya adalah
Jumlah (kwantita) dan Mutu
Barang (Kwalita). Jadi Produksi
adalah Kwantita + Kwalita +
Keselamatan Kerja.
Sedangkan dalam usaha pencegahan
kecelakaan, agar keselamatan kerja
benar-benar menjadi perhatian maka,
seharusnya kita perlakukan :

PERMEN ESDM NO. 26 TAHUN 2018


Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
Keselamatan Kerja sama besarnya dengan kwalitas,
semangat kerja, biaya dan produksi. Jadi disini
sangat jelas erat hubungan antara keselamatan kerja
dengan produksi, artinya tidak mungkin produksi
tanpa memperhatikan/mengimplementasikan
keselamatan kerja. Apabila keselamatan kerja tidak
terjamin (terjadi kecelakaan), maka jelas produksi
akan terganggu atau bahkan terhenti, semangat kerja
menurun dan sudah barang tentu kualitas akan
menurun.
Keuntungan / Pentingnya
Keselamatan Kerja
a.Menyelamatakan
Pegawai/Karyawan, dari :
§ Kesakitan/penderitaan sakit/cacat
§ Kehilangan waktu
§ Kesedihan
§ Kehilangan masa depan
§ Kehilangan pemasukan uang/nafkah, dll

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 15, 16, 17


Cacat/sakit

Kehilangan waktu
kesedihan

Kehilangan masa
depan
Kehilangan
pemasukan
b.Menyelamatkan Keluarga, dari :
§Kesedihan/kesusahan
§Masa depan yang tidak menentu
§Kehilangan pemasukan uang
c.Menyelamatkan Perusahaan, dari :
§ Kehilangan tenaga kerja
§ Pengeluaran biaya karena akibat kecelakaan
§ Melatih atau mengganti karyawan yang celaka
§ Kehilangan waktu karena terhenti kegiatan
§ Menurunya produksi, bahkan mungkin sampai
produksi terhenti
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 15, 16, 17
UU NO. 1 TH 1970 PASAL 8
B.Kesehatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja adalah untuk melindungi
pekerja dari segala hal yang dapat
merugikan kesehatan akibat kerja. Disini juga dipantau
tentang penyakit atau cidera yang disebabkan oleh
akibat factor-fakator yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan. Kesehatan para karyawan
harus diperhatikan, untuk itu maka perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap seluruh karyawan
1.Pemeriksaan Kesehatan Karyawan
a.Pekerja Baru
• Hal ini perlu dilakukan guna mengetahui
kondisi awal menyeluruh dari karyawan
baru tersebut.
b.Pekerja Lama
• Hal ini perlu dilakukan guna memantau
kesehatan/penyakit yang mungkin timbul oleh karena
akibat dari pekerjaan yang dilakukan. Pemeriksaan
kesehatan secara berkala dilakukan setiap :
q bagi karyawan tambang
bawah tanah, minimal 6
bulan sekali
q bagi karyawan tambang di
permukaan, minimal 1
tahun sekali
2.Lingkungan Tempat Kerja
• Lingkungan tempat kerja merupakan suatu factor yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, maka harus
dilakukan penanganan yang serius, karena hal tersebut
akan berpotensi menimbulkan sakit akibat kerja bila
terlalu lama terpapar dengan intensitas yang tinggi.
Unsur-unsur yang memberikan pengaruh / kontribusi
terhadap timbulnya lingkungan tempat kerja (working
environmental) yang tidak sehat, antara lain :
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
2.Lingkungan Tempat Kerja
Pengelolaan KesehatanKerja
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (b)

Program kesehatan pekerja/buruh,

higienis dan sanitasi,

ergonomis,

pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh,

dan/atau diagnosis dan

pemeriksaan penyakit akibat kerja;


• peraturan perusahaan, pengukuran, penilaian, dan pengendalia
terhadap kondisi lingkungan kerja.

Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)


• Debu : Dapat mengganggu kesehatan, terutama saluran
pernafasan bahkan juga paru-paru
(antracosis, silicosis, asbetosis).
• Kebisingan : Dapat mengganggu bahkan merusak fungsi
pendengaran
• Pencahayaan : Dapat mengganggu dan merusak daya penglihatan
• Getaran : Dapat mengganggu dan merusak struktur tubuh/tulang
(persendian)
• Gas-gas beracun/berbahaya :Dapat mengganggu tidak hanya
kesehatan tetapi juga bias langsung mematikan

Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)


Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)

q Kebisingan : Dapat
mengganggu bahkan
merusak fungsi
pendengaran

q Gas-gas
beracun/berbahaya :Dapat
mengganggu tidak hanya
kesehatan tetapi juga bias
langsung mematikan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)

q Pencahayaan : Dapat
mengganggu dan
merusak daya
penglihatan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)

3.Ergonomi
•Ergonomi yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
suatu pekerjaan, antara lain adalah :
•Tempat duduk
•Alat kerja
•Dimensi tempat kerja, dll
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 4 (c)
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara
• Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Bab II Bagian Ketiga
Pengelolaan Keselamatan Pertambangan dan Keselamatan
Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara
• Paragraf 1: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Keselamatan
Operasi
Pertambangan Mineral dan Batubara (Pasal 14 dan 15)
• Paragraf 2: Pengelolaan Keselamatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian (Pasal 16 dan 17)
• Paragraf 3: Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (Pasal 18
dan 19)
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat
4 (a)
program
keselamatan kerja
yang meliputi manajemen
pencegahan
terjadinya risiko;
kecelakaan,
kebakaran, dan
kejadian lain yang
berbahaya; inspeksi
keselamatan
kerja; dan
pendidikan
dan pelatihan pencegahan
keselamatan manajemen dan
kerja; keadaan penyelidikan
darurat; kecelakaan;

administrasi
keselamatan
kerja;

Pengelolaan KeselamatanPertambangan Mineral danBatubara


Pengelolaan Keselamatan Operasi
Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 14 ayat 5

a. sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan


peralatan pertambangan
b. pengamanan instalasi;
c. tenaga teknis bidang keselamatan operasi yang kompeten;
d. kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan dengan
melaksanakan uji dan pemeliharaan
kelayakan;
e. evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan;
f. keselamatan bahan peledak dan peledakan;
g. keselamatan fasilitas pertambangan;
h. keselamatan Eksplorasi;
i. keselamatan tambang permukaan;
j. keselamatan tambang bawah tanah; dan
k. keselamatan kapal keruk/isap.
l. Keselamatan pengolahan dan/atau pemurnian (Pasal 16)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambanga
Minerba
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 18 dan
19 kebijakan

;
V
tinjauan I II.
manajemen
I perencanaa
dan n;
peningkatan .
kinerja.

III.
VI.
dokumentas organisasi
dan
i; dan
personel;

V.
pemantaua IV.
n, evaluasi, implementa
dan tindak si;
lanjut;
SANKSIADMINISTRATIF
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 50
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi, Pemegang IUJP,
Pemegang IPR yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dikenakan sanksi administratif.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan
usaha; dan/atau
c. pencabutan izin.
• Sanksi administratif sebagaimana dimaksud diberikan oleh
Menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya.
KEPMEN NO.555.K/26/M.PE/2008
Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum
Pasal 1 ayat (6)
KTT adalah seseorang yang memimpin
dan bertanggung jawab atas terlaksananya
serta ditaatinya praturan undang undang
keselamatan kerja pada suatu usaha
kegiatan pertambangan diwilayah yang
menjadi tanggung jawabnya
Pasal 4 ayat (7)
Pengusaha harus menghentikan pekerjaan
usaha pertambangan apabila KTT
atau petugas yang ditunjuk tidak berada pada
pekerjaan usaha tersebut.
Kegiatan eksplorasi atau
eksploitasi baru dapat dimulai
setelah pemegang Kuasa
Pertambangan memiliki ktt

Pengusaha wajib menunjuk ktt


dan mendapat pengesahan
Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang (PIT).
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/2008

Kewajiban Pengusaha

• Memberitahukan ke KIT sebelum Kegiatan Usaha Pertambangan baru,


dimulai
• Menyediakan segala peralatan perlengkapan, APD, fasilitas, dan biaya
untuk peraturan ini
• Menyediakan Cuma-Cuma APD yg sesuai bagi karyawan & orang yg
memasuki tempat kerja
• Menyediakan Akomodasi yg patut untuk PIT selama tugas
• Membantu sepenuhnya kepada PIT yg dlm tugas
Pasal 11 ; Pengawas Operasional
KTT ( kepala Teknik Tambang )dibantu oleh petugas
yg bertanggung jawab
KTT dpt menunjuk/mengangkat petugas tsb apabila
pengusaha blm mengangkat
Petugas tsb adalah Pengawas operasional & Teknis
bertanggung jawab ke KTT
Kewajiban Pengawas Operasional

• Bertanggung jawab kepada KTT atas keselamatan


pekerja Tambang yang menjadi bawahannya

• Melaksanakan Inspeksi, Pengujian, Pemeriksaan

• Bertanggung jawab atas keselamatan,Kesehatan dan


Kesejahteraan semua orang yg ditugaskan kepadanya
• Membuat dan menandatangani laporan
ü Bertanggung jawab kepada KTT
atas keselamatan pekerja
Tambang yang menjadi
bawahannya

ü Melaksanakan Inspeksi,
Pengujian, Pemeriksaan
ü Bertanggung jawab atas
keselamatan,Kesehatan dan
Kesejahteraan semua orang yg
ditugaskan kepadanya
ü Membuat dan menandatangani
laporan
PENGAWAS TEKNIS (13)
q Bertanggungjawab untuk keselamatan
peralatan
q Mengawasi dan memeriksa permesinan
dan perlistrikan
q Merencanakan dan menjamin
dilaksanakannya pemeliharaan peralatan
q Melaksanakan pengujian
q Membuat laporan
ORGANISASI MANAJEMEN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
External & Internal Audit Komite K3
Kepala Teknik Tambang

Pengawas Pengawas
Teknis Operasional

Program K3 Manager K3

No Yes
Zero Accident
KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/2008
Pasal 15 ;
• Pekerjaan Pertambangan dibagi atas bagian-bagian
• Ada orang yg bertanggung jawab pada tiap bagian
• Pengawasan & Pemeriksaan effektif
Konsep Area Owner Responsibility

Pasal 16 ;
KTT menetapkan bentuk dan waktu laporan permesinan ,
kelistrikan, & peralatan
Standar Perusahaan
BUKU TAMBANG
(20)
v Ada pada setiap tambang yang memiliki
KTT
v Disyahkan oleh PIT(PENGAWAS
INSPECTOR TAMBANG)
v Diberi nomor
v Media intraksi PIT dan KTT
v Disimpan di kantor KTT
v Duplikatnya di Kantor KAPIT
BAGIAN K3 (24)
• Mengumpulkan data, menganalisis
Kecelakaan.

Mengumpulkan data daerah yg
• berbahaya
• Memberikan penerangan/Petunjuk K3
• Membentuk dan melatih Tim Rescue
• Menyusun statistik

Mengevaluasi K3
KOMITE K3 (25)

Melakukan pemeriksaan
secara bersama sama
• Mengatur inspeksi
terpadu
• Melakukan
pertemuan

KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/2008
PERSYRATAN PEKERJA TAMBANG
Pasal 26
• Sehat Jasmani & Rohani, dan Sesuai sifat pekerjaan

• Pekerja Wanita tdk boleh di Underground

• Tdk ditugaskan sendirian pd tempat terpencil/ada bahaya tak terdug


kecuali tersedia alat komunikasi langsung dgn pekerja lain yg dekat

• Dalam kondisi Sakit/tdk mampu kerja secara normal, tdk boleh


dipekerjakan

• Dapat dikenakan sanksi


KEPMEN NO:555.K/26/M.PE/2008
PENDIDIKAN & PELATIHAN (28 - 30)
§ KTT wajib mengadakan diklat K3:
ØPekerja Baru,
ØPekerja Tugas Baru,
ØPenyegaran, dan
ØDiklat lain yg ditetapkan KAPIT

§ Diklat diselenggarakan Sendiri atau Kerja Sama


dgn Instansi Pemerintah atau Badan Resmi lainnya.

§ Setiap Program Diklat Tsb hrs mendapat


persetujuan dari KAPIT
PENDIDIKAN & PELATIHAN
PEKERJA TAMBANG (32)
Hak :
§ Pemeriksaan Kesehatan berkala (27) (Pabum Psl 45 ayat (2))
§ Diklat (28-30)
§ Keberatan bekerja apabila tidak aman (32)

Kewajiban : (Pabum Psl 48 ayat (1 & 2))


• Mematuhi peraturan K3 & kerja sesuai SOP
• Melaporkan penyimpangan pekerjaan/timbul bahaya kepada Pengawas
• Memakai dan merawat APD (Pabum Psl 37)
• Memberikan keterangan yg benar Kepada PIT (32-6) dan ( Psl 12 UU No. 1 th 197
(Pabum 50 ayat (2))

• Memperhatikan dan menjaga K2 dirinya serta orang lain

• Melaporkan apabila ada kondisi berbahaya yang tidak bisa diatasinya

• Melaporkan kecelakaan/cidera
• Mcu tahunan
• Diklat
kompetency/refresment
PERMEN ESDM NO 26
TAHUN 2018
PERMEN ESDM NO 26
TAHUN 2018
KEPALAINSPEKTUR TAMBANG(KAIT) DAN
INSPEKTURTAMBANG(IT)

KEPALATEKNIKTAMBANG (KTT), KEPALATAMBANG


BAWAHTANAHDAN PENANGGUNGJAWAB TEKNIK7
LINGKUNGAN(PTL)
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 15, 16, 17
• Kepala Teknik Tambang adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi
di dalam struktur organisasi Perusahaan Pertambangan di wilayah
kegiatan usaha pertambangan yang bertanggung jawab kepada KAIT
atas dilaksanakan dan ditaatinya ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Keselamatan Pertambangan di wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya.
• Kepala Tambang Bawah Tanah yang selanjutnya disingkat KTBT adalah
seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur tambang
bawah tanah yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional tambang bawah tanah sesuai dengan kaidah
teknik pertambangan yang baik.
• Penanggungjawab Teknik dan Lingkungan adalah seseorang yang memiliki
posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan yang bertugas
memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan
operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah
teknik pengolahan dan/atau pemurnian.”
Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 1 Angka 15, 16, 17

• Kepala Inspektur Tambang yang selanjutnya disebut KaIT adalah


pejabat yang secara ex officio menduduki jabatan Direktur yang
mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang keteknikan dan
lingkungan pertambangan mineral dan batubara pada kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertambangan mineral dan batubara.

• Inspektur Tambang adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas,


tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang baik
serta kaidah teknik pengolahan dan/atau pemurnian.

• Pejabat yang Ditunjuk adalah aparatur sipil negara yang diberi tugas,
tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan tata kelola pengusahaan pertambangan serta
tata kelola pengusahaan Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Setiap jenis komoditas tambang mineral logam
tertentu, mineral bukan logam dan batuan
tertentu wajib diolah dengan batasan minimum
pengolahan yang telah ditetapkan di dalam
lampiran I, II dan III Permen ESDM tentang
Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.
Kegiatan pengolahan dan/atau
pemurnian sebagaimana dimaksud
di atas ditetapkan batasan minimum
pengolahan dan/atau pemurnian
berdasarkan atas pertimbangan
sebagai berikut:
1. memiliki sumber daya dan cadangan bijih dalam jumlah besar;
2. untuk mendorong peningkatan kapasitas produksi logam di dalam
negeri;
3. teknologi pengolahan dan/atau pemurnian sudah pada tahap
teruji;
4. produk akhir pengolahan dan/atau pemurnian sebagai bahan baku
industri kimia dan pupuk dalam negeri;
5. produk akhir sampingan hasil pengolahan dan/atau pemurnian
untuk bahan baku industri kimia dan pupuk dalam negeri;
6. sebagai bahan baku industri strategis dalam negeri yang berbasis
mineral;
7. memberikan efek ganda baik secara ekonomi dan negara;
dan/atau
8. untuk meningkatkan penerimaan negara.
Pemegang Ijin Usaha Pertambangan (“IUP”) Operasi Produksi
mineral logam dan Ijin Usaha Pertambangan Khusus (“IUPK”)
Operasi Produksi mineral logam wajib melakukan pengolahan
dan/atau pemurnian hasil penambangan di dalam negeri untuk
komoditas tambang mineral logam.
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan
batuan juga wajib melakukan pengolahan hasil penambangan di
dalam negeri untuk komoditas tambang mineral bukan logam
dan batuan.
KEWAJIBANPENERAPANUNTUKIUP,IUPOLAHMURNI,IUJP
• PASAL 3 AYAT 1
• Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi dalam setiap tahapan
kegiatan Usaha Pertambangan wajib melaksanakan kaidah
pertambangan yang baik.
• PASAL 4 AYAT 1
• Pemegang IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan
dan/atau pemurnian dalam kegiatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian wajib melaksanakan kaidah pertambangan
yang baik.
• PASAL 5 AYAT 1
• Pemegang IUJP wajib melaksanakan kaidah pertambangan
yang baik sesuai dengan bidang usahanya.
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 3

Kaidah teknik pertambangan yang baik;


a. teknis pertambangan;
b. konservasi Mineral dan Batubara;
c. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
d. keselamatan operasi pertambangan;
e. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan,
Reklamasi, dan Pascatambang, serta Pascaoperasi; dan
f. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa,
rancang bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan.
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 3 ayat 4

Tata kelola pengusahaan pertambangan


a. pemasaran;
b. keuangan;
c. pengelolaan data;
d. pemanfaatan barang, jasa, dan teknologi;
e. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
f. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat;
g. kegiatan lain di bidang Usaha Pertambangan yang
menyangkut kepentingan umum;
h. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP atau IUPK; dan
i. jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.
RESUME ASPEK PELAKSANAAN PENERAPAN KAIDAH
PERTAMBANGAN YANG BAIK

Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 Pasal 7


IUP Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, IUPK Eksplorasi dan IUPK
Operasi Produksi

a.teknis pertambangan;
b.konservasi Mineral dan Batubara;
c.keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan;
d.keselamatan operasi
pertambangan;
e.pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, Reklamasi,
dan Pascatambang, serta Pascaoperasi; dan
f. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang
bangun, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan.
Pemegang IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan
dan/atau Pemurnian

a.teknis kegiatan Pengolahan dan/atau Pemurnian;


b.keselamatan Pengolahan
dan/atau Pemurnian;
c.pengelolaan lingkungan hidup dan pascaoperasi; dan
d.konservasi Mineral dan Batubara.

IUJP
a.upaya pengelolaan lingkungan hidup, keselamatan
pertambangan, konservasi Mineral dan Batubara, dan
teknis pertambangan sesuai dengan bidang usahanya;
dan
b.kewajiban untuk mengangkat penanggung jawab
operasional sebagai pemimpin tertinggi di lapangan.
Tenaga Teknis Pertambangan
Permen ESDM No. 26 tahun 2018 Pasal 7:
(1) Dalam pelaksanaan kaidah teknik pertambangan yang
baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a,
pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi, IUP Operasi
Produksi, dan IUPK Operasi Produksi wajib:
a. mengangkat KTT sebagai pemimpin tertinggi di
lapangan untuk mendapatkan pengesahan dari KaIT;
dan
b. memiliki tenaga teknis pertambangan yang
berkompeten sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Pasal 14 ayat (1) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK
Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi wajib melaksanakan ketentuan keselamatan
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) huruf c dan huruf d.
• Pasal 14 ayat (2) Pemegang IUP Eksplorasi, IUPK
Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, dan IUPK Operasi
Produksi dalam melaksanakan ketentuan keselamatan
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib:
a. menyediakan segala peralatan, perlengkapan,
alat pelindung diri, fasilitas, personil, dan biaya
yang diperlukan untuk terlaksananya ketentuan
keselamatan pertambangan; dan
b. membentuk dan menetapkan organisasi bagian
keselamatan pertambangan berdasarkan
pertimbangan jumlah pekerja, sifat, atau luas area
kerja.
KEPMEN 1827 K/30/MEM/ 2018
• Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala teknik tambang,
penanggung jawab teknik dan lingkungan, kepala tambang bawah tanah, pengawas operasional,
pengawas teknis, dan/atau penanggung jawab operasional;
• Lampiran II: pedoman pengelolaan teknis pertambangan;
• Lampiran III: pedoman pelaksanaan keselamatan pertambangan dan keselamatan
pengolahan dan/atau pemurnian mineral dan batubara;
• Lampiran IV: Pedoman penerapan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara;
• Lampiran V: Pedoman pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan mineral dan
batubara;
• Lampiran VI: Pedoman pelaksanaan reklamasi dan pascatambang serta pascaoperasi pada
kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara;
• Lampiran VII: Pedoman pelaksanaan konservasi mineral dan batubara;
• Lampiran VIII: Pedoman kaidah teknik usaha jasa pertambangan dan evaluasi kaidah teknik
usaha jasa pertambangan.
Lampiran I: pedoman permohonan, evaluasi, dan/atau pengesahan kepala
teknik tambang, penanggung jawab teknik dan lingkungan, kepala tambang
bawah tanah, pengawas operasional, pengawas teknis, dan/atau penanggung
jawab operasional
KRITERIAKTTIV DANIII
• KRITERIA KTT IV
a. untuk pemegang Izin Pertambangan Rakyat (IPR); dan
b. mempunyai sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT atau telah mengikuti pendidikan atau
bimbingan
teknis terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik.
• KRITERIA KTT III
a. tahapan kegiatan pertambangan: tahap eksplorasi; dan tahap operasi produksi
dengan metode tambang semprot (Hidrolis), tambang bor, tambang terbuka
berjenjang tunggal, kuari, dan kapal keruk, dan/atau kapal isap;
b. jumlah produksi rata-rata: 1) tambang terbuka berjenjang tunggal, untuk batubara
kurang dari atau sama dengan 150 (seratus lima puluh) metrik ton per hari; 2)
mineral logam meliputi: tambang semprot kurang dari atau sama dengan 1 (satu)
ton bijih per hari; dan kapal keruk dan/atau kapal isap dengan menggunakan ponton
kurang dari atau sama dengan 1 (satu) ton bijih per hari; 3) mineral batuan atau
mineral bukan logam meliputi: kuari kurang dari atau sama dengan 250 (dua ratus
lima puluh) ton batuan; dan mineral bukan logam dengan produksi kurang dari atau
sama dengan 250 (dua ratus lima puluh) ton perhari;
c. tanpa menggunakan bahan peledak;
d. jumlah pekerja kurang dari atau sama dengan 50 (lima puluh) orang; dan
e. memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional Pertama (POP) atau sertifikat
kualifikasi yang diakui oleh KaIT.

Anda mungkin juga menyukai