Anda di halaman 1dari 6

[Type here]

Nama : Ongki Adi Wijaya


Kelas : reguler 1A
Prodi : Kesehatan Keselamatan Kerja
Mata kuliah : Regulasi & kebijakan K3

1. Jelaskan mengenai urgensi regulasi, kebijakan atau peraturan terkait K3!


Jawaban :

Urgensi regulasi yang mengatur K3 di Indonesia adalah Undang-undang


Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang terkenal sebagai
aturan pokok K3. UU ini mengatur kewajiban perusahaan dan pekerja dalam
melaksanakan keselamatan kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
kondisi di dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Keselamatan dan
kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang dapat
menimbulkan kerugian baik materil dan imateril.
Tujuan penerapan K3

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas.

K3 di Indonesia diatur dengan undang-undang berikut ini:

 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat


kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban


memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD)
dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan.  Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang Kesehatan
Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi
pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan
kerja.
[Type here]

 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan


ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampai dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Jelaskan tentang syarat -syarat K3 sesuai dengan
UU No 1 tahun 1970
Namun K3 dibanyak perusahaan di Indonesia masih dilihat sebelah mata, masih
banyak perusahaan yang menganggap masalah K3 adalah masalah ringan yang tidak
perlu fokus untuk menerapkan manajemen K3 secara khusus.
Jika kita melihat lebih dalam aturan K3 yang ditetapkan pemerintah memiliki tujuan
untuk lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas dan peningkatan produksi
dan prestasi kerja. Bayangkan jika peraturan kerja diabaikan dan pekerja bekerja
sesuka hatinya, produksi tak bisa berlangsung baik, dan peraturan kesehatan jangan
dianggap semata-mata sebagai perlindungan bagi kesehatan  pribadi saja, tetapi
dimaksudkan untuk perlindungan kesehatan seluruh pekerja yang berada di tempat
kerja.

2. Jelaskan bagaimana kebijakan K3 saat ini di Indonesia dikaitkan dengan tema bulan
K3 Nasional tahun 2023!
Jawaban :

Dalam Keputusan No. 135 Tahun 2022, Menaker juga telah menyampaikan
Tema Pokok Bulan K3 Nasional tahun 2023. Tema Bulan K3 Nasional 2023 adalah
"Terwujudnya Pekerjaan Layak yang Berbudaya K3 Guna Mendukung
Keberlangsungan Usaha di Setiap Tempat Kerja". Tema tersebut juga didukung
dengan subtema Bulan K3 Nasional 2023. Penetapan subtema pelaksanaan Bulan K3
Nasional tahun 2023 dapat menyesuaikan dengan isu dan permasalahan K3 serta
kondisi wilayah masing-masing.

3. Jelaskan tentang syarat -syarat K3 sesuai dengan UU No 1 tahun 1970!


Jawaban :

Syarat-syarat K3 sesuai dengan UU no 1 tahun 1970 terdapat pada BAB III


pasal 3, yang berisikan sebagai berikut :

Pasal 3
 Pasal 3 ayat (1) :
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
[Type here]

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;


f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. m.memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

 Pasal 3 ayat (2) :


Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam
ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta
pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.

Pasal 4.
 Pasal 4 ayat (1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang, produk teknik dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
 Pasal 4 ayat (2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknik ilmiah
menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,jelas dan
praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan
atau pembungkusan, pemberian tandatanda pengenal atas bahan, barang,
produk teknis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang
itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan
umum.
 Pasal 4 ayat (3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti
tersebut dalam ayat (1) dan (2) : dengan peraturan perundangan ditetapkan
siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syaratsyarat keselamatan
tersebut.
[Type here]

4. Jelaskan regulasi dan isinya secara ringkas mengenai K3 migas dan pertambangan!
jawaban :

Usaha pertambangan migas telah mengalami perombakan dari sistem konsesi pada
zaman penjajahan belanda menjadi sistem perjanjian karya setelah diberlakukannya UU
No 44 tahun 1960 dan kemudian menjadi sistem bagi hasil atau Production Sharing
Contract (PSC) yang beroperasi sejak dimulainya kegiatan di lepas pantai Indonesia
tahun 1966.

Sejarah perkembangan usaha pertambangan migas di Indonesia sejak awal


menunjukkan bahwa hal-hal yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja serta
lingkungan hidup, telah menjadi masalah utama yang perlu diawasi oleh pemerintah
secara ketat. Pemerintah menyadari bahwa usaha pertambangan migas merupakan
kegiatan yang memiliki resiko yang cukup besar, sehingga masalah keselamatan operasi
perlu mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu, untuk mendorong motivasi
peningkatan prestasi dalam bidang keselamatan operasi di sub sektor migas,
dikembangkan kebijakan pemberian tanda penghargaan keselamatan migas, sertifikasi
tenaga teknik khusus migas serta sertifikasi instalasi dan peralatan.

Berdasarkan UU No 44 tahun 1960, telah diterbitkan seperangkat perundang-


undangan yang menjadi dasar hukum untuk mengatur, membina dan mengawasi masalah
keselamatan dan kesehatan kerja pada sektor migas, antara lain PP no 17 tahun 1974
tentang Pengawasan Pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi di Daerah Lepas Pantai dan
PP No 11 tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi. Sebagai pelaksanaan UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja pada Sektor Pertambangan, pemerintah telah membuat pengaturan melalui PP No
19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan.

Pada kegiatan usaha migas, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu:

1. Ringan, kecelakaan yang tidak menimbulkan kehilangan hari kerja (pertolongan


pertama/first aid).
2. Sedang, kecelakaan yang menimbulkan kehilangan hari kerja (tidak mampu bekerja
sementara) dan diduga tidak akan menimbulkan cacat jasmani dan atau rohani yang
akan mengganggu tugas pekerjaannya.
3. Berat, kecelakaan yang menimbulkan kehilangan hari kerja dan diduga akan
menimbulkan cacat jasmani atau rohani yang akan mengganggu tugas dan
pekerjaannya.
4. Meninggal/fatal, kecelakaan yang menimbulkan kematian segera atau dalam jangka
waktu 24 jam setelah terjadinya kecelakaan.

UU No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi mengamanatkan kepada badan
usaha dan atau bentuk usaha tetap, wajib menjamin standar dan mutu, menerapkan kaidah
keteknikan yang baik, keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan
hidup, mengutamakan pemanfaatan tenaga kerja setempat dan produk dalam negeri.
Untuk mewujudkan amanat tersebut dan dalam rangka menyambut era globalisasi,
diperlukan suatu standar nasional dan kompetensi yang dapat mengakomodir hal-hal
[Type here]

tersebut, melindungi kepentingan negara serta menunjang keselamatan migas.


Keselamatan migas adalah ketentuan tentang standardisasi peralatan, sumber daya
manusia, pedoman umum instalasi migas dan prosedur kerja agar instalasi migas dapat
beroperasi dengan andal, aman dan akrab lingkungan agar dapat menciptakan kondisi
aman dan sehat bagi pekerja (K3), aman bagi masyarakat umum (KU), aman bagi
lingkungan (KL) serta aman dan andal bagi instalasi migas sendiri (KI). Keselamatan
pekerja adalah suatu perlindungan bagi keamanan dan kesehatan pekerja agar terhindar
dari kecelakaan kerja. Agar keselamatan pekerja dapat tercapai, persyaratan yang harus
dipenuhi, antara lain terdapatnya standardisasi kompetensi, tempat kerja dan lingkungan
kerja yang baik, prosedur kerja dan menggunakan alat pelindung diri (APD) bagi yang
bekerja di tempat berbahaya.

Keselamatan umum merupakan perlindungan bagi keamanan masyarakat umum


sehingga dapat terhindar dari kecelakaan yang disebabkan oleh kegiatan usaha migas.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, dibutuhkan penyuluhan terhadap bahaya migas, tanda
peringatan atau larangan, sertifikat kelaikan terhadap instalasi dan peralatan, tanda
keselamatan produk dan sebagainya.

Keselamatan lingkungan berfungsi untuk melindungi lingkungan sekitar terhadap


pencemaran yang disebabkan dari proses pada industri migas. Untuk mencegah hal
tersebut, terdapat beberapa persyaratan bagi kegiatan usaha migas, antara lain studi
lingkungan, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam operasi telah memenuhi
persyaratan, teknologi yang tepat, terdapat peralatan pemantauan, pencegahan dan
pencemaran lingkungan, mengacu pada baku mutu lingkungan, terdapat SDM yang
kompeten, sistem tanggap darurat dan sistem manajemen lingkungan.

Keselamatan instalasi/peralatan merupakan suatu perlindungan bagi instalasi dan


peralatan yang digunakan sehingga dapat terhindar dari kerusakan yang dapat
membahayakan bagi para pekerja, lingkungan, masyarakat umum serta kerugian
investasi. Untuk dapat menghindari hal tersebut, terdapat beberapa peralatan, antara lain
prosedur operasi dan perawatan, sertifikat kelaikan instalasi dan peralatan, penggunaan
standar/SNI, tanda kesesuaian SNI, sertifikat kompetensi bagi pekerja, kesiapan alat
pemadam, prosedur dan latihan tanggap darurat dan tanda keselamatan produk. (TW,
diambil dari Buku Keselamatan Instalasi Migas karya Suyartono, mantan Direktur Teknik
dan Lingkungan Migas).

5. Jelaskan regulasi dan isinya secara ringkas mengenai K3 konstruksi dan listrik!
Jawaban :

1) Pelaksanaan K3 listrik bertujuan:


1. melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan orang lain yang
berada di dalam lingkungan tempat kerja dari potensi bahaya listrik;
2. menciptakan instalasi listrik yang aman, handal dan memberikan
keselamatan bangunan beserta isinya; dan
3. menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk mendorong
produktivitas. 
[Type here]

2) Ruang lingkup

 Pelaksanaan K3 listrik merupakan pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi:


a. perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan;
b. pemeriksaan dan pengujian
 (2) Persyaratan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada
kegiatan:
a. pembangkitan listrik;
b. transmisi listrik;
c. distribusi listrik; dan
d. pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih dari 50 (lima puluh) volt arus bolak
balik atau 120 (seratus dua puluh) volt arus searah.
 

3) Perencanaan, Pemasangan, Penggunaan, Perubahan dan Pemeliharaan

 Kegiatan perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, dan


pemeliharaan yang dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan, transmisi,
distribusi dan pemanfaatan listrik wajib mengacu kepada standar bidang
kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
instalasi, perlengkapan, dan peralatan listrik.
 Standar bidang kelistrikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Standar Nasional Indonesia;
b. Standar Internasional; dan/atau
c. Standar Nasional Negara lain yang ditentukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.

Anda mungkin juga menyukai