RESUME
Oleh: Herwiyanto
DAFTAR ISI
9 9
BAB
15
IV
PENUTUP
PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 mengatur tentang Keselamatan Kerja. Meskipun judulnya disebut sebagai Undang-undang Keselamatan Kerja, tetapi materi yang diatur termasuk masalah kesehatan kerja. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas Nasional; memberikan dasar hukum agar setiap orang selain karyawan yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien; dan membina norma-norma perlindungan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Ruang lingkup Undang-undang ini adalah keselamatan kerja di semua jenis dan tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Selain itu, dalam upaya pelaksanaan undang-undang tersebut, harus dipahami mengenai dasar-dasar keselamatan kerja. Struktur dan persyaratan kelembagaan yang mendukung pelaksanaan undang-undang juga diuraikan secara jelas.
C. Dasar Hukum 1. 2. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27 Undang-undang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuanketentuan Pokok mengenai Ketenagakerjaan. Beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3 1. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 tempat kerja. 2. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930) , yang mengatur keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional. 3. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin dari pemerintah. 4. UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan kecuali yang untuk diperuntukkan untuk kegembiraan/keramaian No. 1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan
keperluan pemerintah. 5. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan. 6. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor. 7. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial: a. b. c. d. D. Ruang Lingkup Undang-undang Keselamatan Kerja memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam Jaminan Jaminan Jaminan Jaminan kecelakaan kerja kematian hari tua pemeliharaan kesehatan
air maupun di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Azas-azas yang digunakan dalam UU No. 1 tahun 1970 adalah : Azas nationaliteit memberlakukan UU keselamatan kerja kepada setiap warga negara yang berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk wilayah kedutaan Indonesia di luar negeri dan terhadap kapal-kapal yang berbendera Indonesia). Azas teritorial memberlakukan UU keselamatan kerja sebagaimana hukum pidana lainnya kepada setiap orang yang berada di wilayah atau teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapat kekebalan diplomatik). Dengan demikian, UU ini berlaku untuk setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: Adanya tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha Adanya tenaga kerja yang bekerja Adanya bahaya kerja
E. Syarat-syarat K3 Persyaratan tersebut ditetapkan dalam pasal-pasal di bawah ini: Pasal 3 ayat 1 berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai. Pasal 2 ayat 3 merupakan escape clausul , sehingga rincian yang ada dalam pasal 3 ayat 1 dapat diubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan di kemudian hari. Pasal 4 ayat 2, mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis. F. Pengawasan K3 Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap UU Keselamatan Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan ahli keselamatan dan
kesehatan
kerja
ditugaskan
menjalankan
pengawasan
langsung
terhadap ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya. G. Pembinaan K3 Undang-undang tempat kerjanya. Keselamatan Kerja mengatur tentang kewajiban pengurus dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja di Undang-undang Keselamatan Kerja juga mengatur kewajiban tenaga kerja. Hal ini juga berlaku pula bagi orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut. H. Ketentuan Pelanggaran Ancaman hukuman dari pelanggaran ketentuan UU Keselamatan Kerja adalah hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda setingginya Rp. 100.000,-. Proses projustisia dilaksanakan sesuai dengan UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP. I. Peraturan Pelaksanaan Dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Peraturan pelaksanaan yang bersumber dari Velleigheidsreglement (VR) 1910 berupa peraturan khusus yang masih diberlakukan berdasarkan pasal 17 UU Keselamatan Kerja. 2. Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan UU Keselamatan Kerja sendiri sebagai peraturan organiknya.
berupa
cedera,
penyakit,
kerusakan
atau
kemampuan
melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. 3. Tingkat bahaya (Danger) adalah ungkapan adanya potensi bahaya secara relative. 4. Risiko (Risk) adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. 5. Insiden adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat dan telah mengadakan kontrak dengan sumber energi melebihi nilai ambang batas badan atau struktur. 6. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. 7. Aman dan selamat adalah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka (bebas dari bahaya). 8. Tindakan tidak aman adalah suatu pelanggaran terhadap prosedur keselamatan kecelakaan. 9. Keadaan yang tidak aman adalah suatu kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan. C. dapat Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan Pada dasarnya semua hampir semua kecelakaan dapat dicegah dan diidentifikasi penyebabnya. Dalam usaha pencegahan kecelakaan, penyebab dasar atau akar permasalahan dari suatu Teori yang memberikan peluang terhadap terjadinya
kejadian harus dapat diidentifikasi, sehingga tindakan koreksi bisa tepat dilaksanakan untuk mencegah kejadian yang sama. dalam proses tersebut. domino, merupakan salah satu teori yang dapat dipakai sebagai acuan
10
Rangkaian faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan dalam teori domino dapat diurutkan sbb: 1. Kelemahan pengawasan oleh manajemen (Lack of control management) 2. Penyebab Dasar 3. Sebab yang Merupakan Gejala (Symptom): Kondisi dan Tindakan Tidak Aman 4. Kecelakaan 5. Biaya Kecelakaan D. Metode Pencegahan Kecelakaan Dalam upaya pencegahan kecelakaan, ada 5 tahapan pokok yaitu: 1. Organisasi K3 2. Menemukan fakta atau masalah: survey, inspeksi, observasi, investigasi dan reviu record kecelakaan. 3. Analisis Dari hasil analisis dapat saja dihasilkan satu atau lebih alternatif pemecahan. 4. Pemilihan / Penetapan alternatif / Pemecahan 5. Pelaksanaan Menurut International Labour Organization (ILO), langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. E. wajib Peraturan Perundang-undangan Standarisasi Inspeksi Riset teknis, medis, psikologis, statistik Pendidikan dan Pelatihan Persuasi Asuransi Analisis Kecelakaan Kerja Menurut peraturan perundangan, setiap kejadian kecelakaan kerja dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerja selambatlambatnya 2 x 24 jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Kecelakaan kerja yang wajib dilaporkan adalah kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja maupun kecelakaan dalam perjalanan yang terkait dengan hubungan kerja. Tujuan dari kewajiban melaporkan kecelakaan kerja adalah : Agar pekerja yang bersangkutan mendapatkan haknya dalam bentuk jaminan dan tunjangan
11
Agar dapat dilakukan penyidikan dan penelitian serta analisis untuk mencegah terulangnya kecelakaan serupa
Dari hasil laporan kecelakaan kerja, harus dilakukan analisis yang mencakup beberapa hal di bawah ini: 1. 2. 3. 4. 5. Tujuan Apa yang dianalisis Siapakah petugas analisis Langkah-langkah analisis Cara analisis
Laporan analisis kecelakaan harus dapat menggambarkan hal-hal sbagai berikut : Bentuk kecelakaan tipe cidera pada tubuh Anggota badan yang cidera akibat kecelakaan Sumber cidera Type kecelakaan peristiwa yang menyebabkan cidera Kondisi berbahaya kondisi fisik yang menyebabkan kecelakaan Penyebab kecelakaan objek, peralatan, mesin berbahaya Sub penyebab kecelakaan bagian khusus dari mesin, peralatan yang berbahaya Perbuatan tidak aman
12
C.
Ruang Lingkup Meliputi latar belakang kebijakan, dasar hokum, tugas dan fungsi serta prosedur pembentukan lembaga P2K3, DK3N dan PJK3.
D. PJK3
Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan 1. P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Tugas pokok: Memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha mengenai K3 Fungsi: tentang K3 di tempat kerja membantu menjelaskan K3 pada setiap tenaga kerja membantu mengevaluasi K3 menuunjukkan pengusaha dan dalam menghimpun dan mengolah data
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.: Per-04/MEN/1987. 2. DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) Tugas pokok: Memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri mengenai K3 Fungsi: Menghimpun dan mengolah data K3 di tingkat nasional dan membantu menteri dalam memasyarakatkan K3. Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.: Kep. 155/MEN/1994. 3. PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Tugas pokok:
14
Membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku. Fungsi: Melakukan kegiatan yang berhubungan dengan masalah K3. Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No.: Per-04/MEN/1995.
BAB IV PENUTUP
Materi mengenai Undang-undang No. 1 tahun di perusahaan. Kaitannya dengan sosialisasi UU Keselamatan Kerja dan peraturan-peraturan yang terkait, harus melibatkan manajemen paling tinggi di suatu perusahaan dan mengharapkan komitmen mereka terhadap UU dan peraturan yang sudah dibuat. 1970, Dasar-dasar K3 dan
15