Anda di halaman 1dari 76

BAHAYA PENGELASAN

DAN PENGENDALIANNYA

Oleh :
Ir. Sutrimo, M.Eng

SUTRIMO 1
Bahaya pengelasan dapat terjadi dalam berbagai
situasi yang mungkin berbeda. Menurut CAN/
CSA W 117.2-M87 Safety in Welding, Cutting, and
Allied Processes bahaya secara umum dapat
dibedakan berdasarkan proses pengelasannya.
Namun secara umum bahaya dapat dibedakan
menjadi bahaya karena sifat pekerjaannya seperti
operasi mesin, shok karena listrik, api/ panas
(terbakar), radiasi busur las, fume, bising juga
karena kendaraan/alat angkat serta gerakan
material.

SUTRIMO 2
Disamping itu masih terdapat bahaya yang
bersifat laten (tersembunyi), yang secara umum
kurang menjadi perhatian juru las walaupun
sebenarnya merupakan bahaya yang cukup
potensial, sebagai contoh :
 Bekerja dengan menggunakan alat yang tidak
biasa dipergunakan atau bukan menjadi
tanggung jawabnya.
 Bekerja pada lingkungan yang terbatas (ruang
tertutup, tangki, dll)
 Koneksi listrik atau gas yang kurang baik,
 Logam panas tanpa tanda, dll
SUTRIMO 3
A. Bahaya Listrik
Listrik yang mengalir dalam suatu sirkuit
disebut arus listrik (I) dan diukur dengan
satuan ampere (A). Sedangkan tegangan
yang menyebabkan adanya aliran dalam
suatu sirkuit diukur dengan volt (V) tubuh
manusia dapat dikatakan sebagai bahan
yang konduktif. Sehingga apabila tegangan
listrik terkena bagian badan, arus dapat
mengalir dan dapat menimbulkan kejutan,
terbakar, kelumpuhan atau kematian.
SUTRIMO 4
Tegangan listrik yang tidak terlalu tinggipun
dapat menyebabkan kasus tersebut di atas,
namun akibat dari padanya tergantung pada
banyak faktor seperti halnya ; dibagian mana
arus listrik mengenai bagian tubuh ataupun
seberapa efektif kontak dengan tegangan
listrik tersebut. Tegangan listrik (voltage)
induk yang masuk ke peralatan listrik pada
bengkel biasanya sebesar 480 volt untuk 3
phase dan 240 atau 120 volt untuk single
phase.

SUTRIMO 5
Tegangan ini sering disebut sebagai tegangan
primair. Pada beberapa peralatan tegangan
listrik ini diturunkan dengan mempergunakan
transformer untuk memperoleh tegangan
sekundair yang lebih rendah. Teganan yang
dibutuhkan pada terminal output alat las
biasanya sekitar 80 volt bila tidak ada arus
(OCV, open circuit voltage), dan tegangan
akan menjadi 20 – 30 volt bila arus mengalir
dan nyala busur las di bentuk.

SUTRIMO 6
Perbedaan teganan listrik bagian primair dan
sekundair ini sangat penting untuk diketahui.
Tegangan tinggi pada sisi primair dari mesin las sangat
berbahaya, namun tegangan pada sisi sekundair pun
tidak boleh diabaikan karena dapat pula menyebabkan
kejutan (shock) yang seruis.
Beberapa type mesin las seperti halnya plasma
welding mempunyai tegangan sekundair cukup tinggi.
Bahaya ikutan yang dapat terjadi akibat shok yang
sebenarnya hanya mengejutkan dapat menjadi fatal
karena posisi kerja juru las, misalnya juru las berada
ditempat yang tinggi dapat terjatuh dan lain
sebagainya.

SUTRIMO 7
Apabila terjadi kecelakaan karena listrik, beberapa
langkah yang harus diambil antara lain adalah :
1. Jangan mencoba menarik korban dari kontak (kecuali
tidak ada alternative lain). Bila terpaksa penolong harus
menarik korban dari kontak, harus mempergunakan
insulasi bagi dirinya misal sarung tangan atau proteksi
lain yang sejenis.
2. Putus aliran dan matikan sumber dahulu baru
kemudian pindahkan korban dari kontak.
3. Bila korban tidak bernafas berikan CPR
(cardiopulmonary resuscitation/ rangsangan jantung
dan paru-paru).
4. Letakkan korban pada posisi horizontal dan usahakan
tetap hangat.
5. Minta segera bantuan dokter terdekat.
SUTRIMO 8
Untuk menghindari terjadinya bahaya akibat listrik
yang mungkin terjadi disarankan agar :
1. Tidak mengerjakan pekerjaan yang bukan menjadi
bidang kerjanya atau karena tidak berkualifikasi
dalam bidangnya. Misalnya untuk pekerjaan
penyambungan instalasi haruslah dikerjakan oleh
ahli listrik yang berkualifikasi.
2. Kabel tegangan tinggi harus selalu dijaga dan
diusahakan sependek mungkin serta setiap saat
mendapat perlindungan yang cukup. Misalnya
dengan melindungi diri dari kemungkinan tertimpa
logam/baja atau terinjak kendaraan.

SUTRIMO 9
3. Sebelum memasang atau melepaskan koneksi (Steker)
arus listrik harus dimatikan terlebih dahulu.
4. Bila menghidupkan tombol (switch) harus dari sisi yang
sama.
5. Yakinkan bahwa koneksi kabel mesin las dalam kondisi
yang baik.
Dalam proses pengelasan salah satu kabel dari mesin las
dihubungkan dengan pemegang elektroda (electrode
holder) dan arus dari sumber listrik akan mengalir melewati
kabel ini, sehingga terjadi busur las yang kemudian
melewati material dan kembali ke mesin las. Spesimen
hendaknya diletakkan pada meja baja atau yang sejenis
agar dapat dilalui arus balik ke mesin las.

SUTRIMO 10
Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik,
yang perlu mendapat perhatian adalah kabel harus
mempunyai hubungan yang baik dengan specimen
(benda kerja). Pada pengelasan saluran pipa, arus
listrik dapat melewati struktur yang di las. Pekerjaan
seperti ini harus mendapat perhatian khusus
terutama apabila di dalam pipa terdapat cairan
mudah terbakar atau gas.
Rangka mesin las atau sumber arus listrik, panel
control, material kerja dan lain-lain harus di
hubungkan dengan grounding. Grounding spesimen
harus terpisah tetapi dapat pula dihubungkan dengan
grounding mesin las. Besar diameter kabel grounding
harus disesuaikan dengan besarnya arus.
SUTRIMO 11
Penggunaan kabel yang lebih kecil dari
yang telah direkomendasikan akan
mengakibatkan panas yang berlebihan pada
kabel (over heat) dan menyala dan pada
akhirnya akan terbakar.
Penggunaan kabel yang panjang harus
dengan ukuran lebih besar dibanding kabel
pendek. Penggunaan kabel yang terlalu
panjang hendaknya dihindari dan agar
praktis gunakan kabel sependek mungkin.

SUTRIMO 12
BAHAYA AKIBAT LISTRIK :
Bahaya yang ditimbulkan listrik  berupa kejutan
Besar kejutan yang dapat ditimbulkan listrik tergantung
besar arus dan keadaan manusia, diperkirakan sbb :
a. Arus 1 mA  menimbulkan kejutan kecil/tidak
membahayakan
b. Arus 5 mA  memberikan stimulasi yang cukup tinggi
pada otot dan menimbulkan rasa sakit
c. Arus 10 mA  menyebabkan rasa sakit yang hebat
d. Arus 20 mA menyebabkan pengerutan pada otot
sehingga orang yang terkena tidak dapat melepaskan
diri tanpa bantuan orang lain
e. Arus 50 mA  sangat berbahaya
f. Arus 100 mA  mengakibatkan kematian

SUTRIMO 13
Pencegahan bahaya listrik.
a. Gunakan mesin dengan tegangan kedua (secondary
voltage) yang rendah, maka besar arus yang melalui
badan manusia :

SUTRIMO 14
SUTRIMO 15
B. Radiasi
Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan
radiasi non ionizing. Radiasi yang ditimbulkan oleh
busur las ini mempunyai sifat dapat dilihat, ultra
violet dan infra merah.
Bahaya radiasi non ionizing pada proses
pengelasan dapat menimbulkan luka bakar,
kerusakan kulit dan mata. Kerusakan mata karena
radiasi sinar ultra violet ini disebut arc-eye,
welder’s eye atau arc flash. Efeknya tidak dapat
hilang dalam beberapa jam setelah terkena
radiasi, oleh sebab itu mata harus dilindungi
dengan kaca gelap yang sesuai.
SUTRIMO 16
Pengelasan juga merupakan sumber
bahaya bagi pekerja lain yang berada di
dekat pekerjaan las sebagaimana juru las
itu sendiri. Pekerja tersebut dapat juga
terkena sinar yang dipantulkan dari dinding
atau permukaan lain.
Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang
besar ini biasanya dari pengelasan gas
tungsten atau gas metal arc welding yang
dipergunakan untuk pengelasan aluminium
atau baja stainless.

SUTRIMO 17
Agar tidak membahayakan lingkungan,
setiap aktivitas pengelasan yang berada di
dekat lokasi kerja yang lain harus
mempergunakan partisi yang dibuat dari
bahan tahan api dan harus dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat
mengurangi pantulan atau refleksi ataupun
melindungi spatter keluar dari ruangan.

SUTRIMO 18
Keselamatan kerja terhadap cahaya busur las

Dari busur las terpancar


cahaya yang tampak dan
cahaya tak tampak, yang
membahayakan juru las.

SUTRIMO 19
Dari panjang gelombangnya, cahaya
dibedakan sebagai berikut :
a. Cahaya infra merah (cahaya panas) :
Sinar infra merah berasal dari busur listrik. Adanya
sinar infra merah tersebut tidak segera terasa oleh
mata, karena itu sinar ini lebih berbahaya, sebab
tidak diketahui dan tidak terlihat.
Akibat dari sinar infra merah terhadap mata sama
dengan pengaruh panas, yaitu akan terjadi
pembengkakan pada kelopak mata, terjadinya
penyakit kornea dan kerabunan.

SUTRIMO 20
Jadi jelas akibat sinar infra merah jauh lebih
berbahaya dari pada cahaya tampak. Sinar infra
merah selain berbahaya pada mata juga dapat
menyebabkan terbakar pada kulit berulang-ulang
(mula-mula merah kemudian memar dan
selanjutnya terkelupas yang sangat ringan).
Cahaya tak nampak membakar jaringan kulit mata
dan mengakibatkan kekaburan (rabun) mata yang
berkepanjangan.

SUTRIMO 21
b. Cahaya tampak:
Benda kerja dan bahan tambah yang mencair
pada las busur listrik manual mengeluarkan
cahaya tampak. Semua cahaya tampak yang
masuk ke mata akan diterusksn oleh lensa dan
kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini
terlalu kuat maka mata akan segera menjadi
lelah dan kalau terlalu lama mungkin menjadi
sakit. Rasa lelah dan sakit pada mata sifatnya
hanya sementara. Cahaya nampak yang terang
dapat mengganggu mekanisasi pupil mata
sehingga membutakan mata atau mengurangi
daya lihat mata.
SUTRIMO 22
c. Cahaya ultra violet :
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang
mudah terserap, tetapi sinar ini mempunyai
pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang
terjadi didalam tubuh.
Bila sinar ultra violet yang terserap oleh lensa
melebihi jumlah tertentu, maka pada mata terasa
seakan-akan ada benda asing didalamnya dalam
waktu antara 6 sampai 12 jam, kemudian mata
akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada
umumnya rasa sakit ini akan hilang setelah 48 jam.

SUTRIMO 23
Sinar ultra violet bersifat bagaikan kilatan petir,
dapat mengakibatkan pembengkakan pada
selaput mata dan kelopak mata, mata merah dan
pedih. Disamping itu dapat membakar kulit yang
tak terlindungi, mirip seperti kena sinar matahari.
Terhadap bahaya tersebut, yang paling utama
harus kita lindungi adalah mata, yaitu dengan
kaca filter yang sesuai atau menurut normalisasi
yang ditentukan seperti contoh dibawah ini:

SUTRIMO 24
SUTRIMO 25
Syarat - syarat kaca filter/pelindung :
 Harus mempunyai daya penerus yang
tepat terhadap cahaya tampak.
 Harus mampu menahan cahaya dan
sinar yang berbahaya.
 Harus mempunyai sifat – sifat yang tidak
melelahkan mata.
 Harus tahan lama dan mempunyai sifat
tidak mudah berubah.
 Harus memberikan rasa aman terhdap
pemakai.
SUTRIMO 26
d. Pencegahan Kecelakaan karena Sinar Las:
 Memakai pelindung mata dan muka ketika
mengelas, yaitu kedok atau helm las.
 Memakai peralatan keselamatan dan kesehatan
kerja (pakaian pelindung) pakaian kerja,
apron/jaket las, sarung tangan, sepatu
keselamatan kerja
 Buatlah batas atau pelindung daerah pengelasan
agar orang lain tidak terganggu (menggunakan
kamar las yang tertutup, menggunakan tabir
penghalang).

SUTRIMO 27
Kedok las dan helm las dilengkapi dengan kaca
penyaring (filter) untuk menghilangkan dan menyaring
sinar infra merah dan ultra violet. Filter dilapisi oleh
kaca bening atau kaca plastik yang ditempatkan
disebelah luar dan dalam, fungsinya untuk melindungi
filter dari percikan-percikan las.
SUTRIMO 28
Adapun ukuran (tingkat kegelapan) kaca penyaring tersebut
berbanding lurus dengan besarnya amper pengelasan.
Berikut ini ketentuan umum perbandingan antara ukuran
penyaring dan besar amper pengelasan pada proses las
busur manual :

AMPERE UKURAN PENYARING

Sampai dengan 150 Ampere 10

150 – 250 Ampere 11

250 – 300 Ampere 12

300 – 400 Ampere 13

Lebih dari 400 Ampere 14


SUTRIMO 29
C. Fume (debu/asap las)
Fume biasanya terlihat pada setiap operasi
pengelasan. Fume ini terdiri dari komponen yang
dihasilkan dari elektroda, logam, dasar dan flux
pada saat operasi. Elektroda merupakan
penghasil fume yang paling utama. Diameter
debu dalam asap las (fume) berkisar antara 0,2
mikron s/d 3 mikron. Butiran debu dengan ukuran
> 0,5 mikron bila terhisap akan tertahan oleh bulu
hidung dan bulu pada pipa pernapasan,
sedangkan yang lebih halus akan terbawa masuk
ke dalam paru-paru.

SUTRIMO 30
Sebagian akan dihembuskan kembali,
sedangkan sebagian lain akan tertinggal dan
melekat pada kantong udara dalam paru-paru
(alveoli) sehingga bila sudah terakumulasi
akan dapat menimbulkan berbagai penyakit
pernapasan. Komposisi kimia fume tergantung
dari proses pengelasan dan elektrodanya.
Misalnya pada pengelasan dengan
menggunakan elektroda jenis law hydrogen
maka di dalam asap las akan terdapat fluor
(F) dan oksida kalium dan sebagainya.
SUTRIMO 31
Fume dapat juga di hasilkan dari pelapisan
residu pada logam. Sebagai contoh logam
yang di galvanis (pelapisan seng) akan
menghasilkan asap pada saat di las.
Berbagai gas berbahaya terkandung dalam
fume yang terjadi pada pekerjaan
pengelasan antara lain adalah karbon
monoksida, karbon dioksida, ozon, dan
nitrogen dioksida, disamping gas-gas lain
yang terbentuk dari penguraian bahan
pelapis, karat dan lain-lain.

SUTRIMO 32
Usaha untuk mengurangi pengaruh fume ini secara
praktis adalah apabila fume masih dapat terlihat
bernafaslah di luar kepulan fume tersebut. Hal ini
akan sangat menguntungkan bagi juru las, namun
usaha ini sangatlah sulit untuk dilaksanakan terutama
pada pengelasan ditempat yang tertutup/kurang
ventilasi. Untuk itu haruslah diingat pada saat
pengelasan di dalam ruangan tertutup atau tidak
cukup sirkulasi udaranya, diperlukan adanya ventilasi
mekanik.
Sebagai gambaran kasar kebutuhan udara segar tiap
juru las adalah 2000 cuft per menit. Kecepatan udara
yang ditiupkan atau disedot kira-kira 0,5 meter per
detik atau 100 feet per menit.
SUTRIMO 33
Keselamatan Kerja Terhadap Pencemaran
Udara (Debu dan Asap Las) :

SUTRIMO 34
Perlindungan terhadap pencemaran udara
adalah dengan cara membuat sirkulasi udara
segar yang cukup pada tempat kerja.
Dianjurkan pula untuk memakai masker
pelindung pernafasan yang memenuhi syarat
antara lain :
 Mempunyai daya saring yang tinggi.
 Sesuai dengan bentuk muka.
 Tidak mengganggu pernafasan.
 Tidak mengganggu pekerjaan.
 Kuat, ringan dan mudah dirawat.

SUTRIMO 35
a. Sifat fisik dan akibat debu dan asap terhadap
paru-paru:
Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 µm
sampai dengan 3 µm jenis debu ialah eternit dan
hidrogen rendah. Butir debu atau asap dengan
ukuran 0,5 µm dapat terhisap, tetapi sebagian akan
tersaring oleh bulu hidung dan bulu pipa
pernapasan, sedang yang lebih halus akan terbawa
ke dalam dan ke luar kembali.
Debu atau asap yang tertinggal dan melekat pada
kantong udara diparu-paru akan menimbulkan
penyakit, seperti sesak napas dan lain sebagainya.
Karena itu debu dan asap las perlu mendapat
perhatian khusus.
SUTRIMO 36
b. Pencegahan kecelakaan karena debu dan asap las :

SUTRIMO 37
1. Peredaran udara atau ventilasi harus benar-benar diatur
dan diupayakan, di mana setiap kamar las dilengkapi
dengan pipa penghisap debu dan asap yang
penempatannya jangan melebihi tinggi rata-rata/posisi
wajah (hidung) operator las yang bersangkutan.
2. Menggunakan kedok/helm las secara benar, yakni pada
saat pengelasan berlangsung harus menutupi sampai di
bawah wajah (dagu), sehingga mengurangi asap/debu
ringan melewati wajah.
3. Menggunakan baju las (Apron) terbuat kulit atau asbes.
4. Menggunakan alat pernafasan pelindung debu,
jikaruangannya tidak ada sirkulasi udara yang memadai
(sama sekali tidak ada udara).

SUTRIMO 38
D. GAS
Terdapat 2 (dua) tipe gas yang perlu
mendapat perhatian, yaitu :
1.Gas yang dipergunakan untuk keperluan
pengelasan, pemotongan, antara lain
oksigen, karbon monoksida, acetylene,
gas alam, hydrogen, propan, dan gas
untuk pelindung seperti argon, helium,
carbon dioksida dan nitrogen.

SUTRIMO 39
2. Gas yang ditimbulkan selama proses pengelasan,
antara lain ozon, nitrogen dioksida, carbon
monoksida, karbon dioksida, hydrogen chloride
dan phosgene.
Pengaruh gas-gas tersebut diatas terhadap tubuh
manusia adalah sebagai berikut :
1. Gas karbon monoksida. Gas ini diubah menjadi
karbon monoksida dengan konsentrasi yang
menurun pada jarak semakin jauh dari tempat
pengelasan. Gas karbon monoksida
mempunyai sifat afinitas yang tinggi terhadap
hemoglobin yang dengan sendirinya akan
mengurangi daya penyerapan oksigen.

SUTRIMO 40
2. Gas karbon dioksida. Di dalam udara sudah
terdapat gas ini dengan konsentrasi sebesar
300 ppm. Gas karbon dioksida ini sebenarnya
tidak berbahaya bagi tubuh manusia bila
konsentrasinya tidak terlalu tinggi.
3. Gas ozon. Gas ozon ini terjadi karena reaksi
foto kimia dari sinar ultra violet. Bila
seseorang bernafas dalam udara yang
mengandung 0,5 ppm ozon selama 3 jam
akan merasa sesak nafas. Pada konsentrasi
1-2 ppm dalam waktu 2 jam orang akan
merasakan pusing, sakit dada dan kekeringan
pada saluran pernafasan.
SUTRIMO 41
4. Gas nitrogen monoksida. Gas ini bila
masuk ke dalam saluran pernapasan
tidak merangsang tetapi akan bereaksi
dengan haemoglobin seperti halnya gas
carbon monoksida. Tetapi ikatan gas
nitrogen monoksida dengan Hb jauh
lebih kuat dan tidak mudah terlepas
bahkan akan mengikat oksigen yang
dibawa oleh Hb. Hal ini akan dapat
menyebabkan kekurangan oksigen
dalam darah yang membahayakan
system syaraf.
SUTRIMO 42
5. Gas nitrogen dioksida. Gas ini dapat
memberikan rangsangan yang kuat
terhadap mata dan pernapasan. Udara
mengandung kurang lebih 21 % oksigen
dan campuran kurang lebih 79%
nitrogen dengan sejumlah kecil gas-gas
lain. Untuk dapat bernafas dengan baik
diperlukan minimum 18 % oksigen.

SUTRIMO 43
Sedangkan kalau kurang dari persentase
tersebut akan dapat mengakibatkan pusing-
pusing, pingsan atau bahkan kematian.
Namun kandungan oksigen besar dari 21 %
juga sangat berbahaya karena akan dapat
meningkatkan bahaya kebakaran atau
peledakan. Beberapa peraturan di Negara
maju mempersyaratkan kandungan oksigen
dalam udara yang baik adalah 19,5 %.

SUTRIMO 44
Gas pelindung seperti halnya karbon dioksida,
helium atau argon akan bercampur dengan
udara bebas setelah dipergunakan dalam
proses pengelasan. Apabila gas-gas ini
berada dalam jumlah yang sangat besar akan
sangat berpengaruh pada udara yaitu dengan
berkurangnya kadar oksigen dalam udara.
Untuk mengantisipasi hal tersebut di dalam
pekerjaan pengelasan perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :

SUTRIMO 45
1. Gas argon lebih berat dari pada udara
sehingga cenderung akan berada di bagian
bawah lantai kerja atau akan terakumulasi di
dalam suatu cekungan.
2. Gas helium lebih ringan dari pada udara
sehingga mempunyai tendensi akan
terkumpul di bagian atas ruang kerja.
3. Silinder gas pelindung jangan ditempatkan
di ruangan terbatas
4. Sebelum memulai suatu pekerjaan yakinkan
bahwa di tempat tersebut cukup mempunyai
ventilasi.
SUTRIMO 46
Ozon dapat timbul sebagai interaksi sinar
ultraviolet yang dipancarkan dari busur las
dengan oksigen di udara. Ozon ini
mempunyai bau yang sangat menyengat dan
dapat menimbulkan iritasi saluran
pernafasan. Ozon akan menjadi probem
utama dalam pengelasan. GMAW alluminium,
terutama alluminium silicon filler alloy 4043.
Namun pada pengelasan otomatik, busur las
sebaiknya ditutup dengan kaca atau plastic
yang dapat mengabsorbsi radiasi sinar ultra
violet.
SUTRIMO 47
Gas berbahaya lain yang ditimbulkan dalam
proses pengelasan antara lain adalah gas
dari pelapis logam dan pelarut. Pada
beberapa kasus pengelasan tanpa
menghilangkan pelapis logam tidak diijinkan
karena disamping hasilnya yang kurang baik,
pelapis logam juga dapat menimbulkan gas-
gas beracun.

SUTRIMO 48
Uap dari solven (pelarut) yang timbul
dipergunakan untuk membersihkan cat, atau
campuran cat sendiri dapat menghasilkan
phosgene dan hydrogen chloride yang sangat
berbahaya bila terkena sinar ultraviolet.
Untuk menghindari hal tersebut sebelum
melakukan pengelasan jangan membersihkan
logam dengan solven, jangan mengelas di
dekat pekerjaan pengecatan yang
menggunakan solven dan jauhkanlah kaleng-
kaleng penyimpanan solven dari daerah
pengelasan.
SUTRIMO 49
Tingkat kebisingan yang tinggi dalam pekerjaan
pengelasan dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang. Guna mengurangi pengaruh bahaya
terhadap juru las atau orang yang bekerja di dekat
pekerjaan pengelasan disarankan menggunakan
pelindung telinga.
Tingkat kebisingan yang dihasilkan dalam
pekerjaan pengelasan adalah sebagai berikut :
- Pengelasan dengan GTAW 50 - 60 dB
- Pengelasan dengan SMAW 62 - 82 dB

SUTRIMO 50
- Pengelasan dengan FCAW 50 - 86 dB
- Pengelasan dengan GMAW 70 - 82 dB
- Pengelasan dengan Oxyfuel < 70 dB
- Air carbon arc 96 -116 dB
Pelindung telinga harus dipergunakan pada
waktu mengerjakan arc gauging atau
pekerjaan lain yang menimbulkan tingkat
kebisingan (dB) yang cukup tinggi.

SUTRIMO 51
F. Bahaya Lain
Bahaya lain yang dapat terjadi misalnya :
 Material panas akibat proses pengelasan.
 Spark atau spatter yaitu titik kecil material
cair yang memercik dari daerah pengelasan
dan menyebar cukup jauh. Spatter ini akan
menimbulkan bahaya terbakar bila terkena
kulit yang tak terlindungi atau menimbulkan
bahaya api bila kontak dengan material
yang mudah terbakar.

SUTRIMO 52
Guna mengurangi akibat bahaya karena
material panas, juru las harus dilengkapi
dengan baju dan sarung tangan dan baju
pelindung yang sesuai. Disarankan tidak
memakai cincin pada waktu bekerja
(mengelas). Sebelum melakukan pengelasan
harus diyakinkan, bahwa tidak ada material
yang mudah terbakar di sekeliling tempat
kerja termasuk korek api gas.

SUTRIMO 53
Pada pengelasan di tempat tinggi perlu
diperhatikan bahwa spatter kemungkinan
jatuh ditempat yang cukup jauh.
Harus selalu diingat bahwa di dalam
pekerjaan pengelasan api sewaktu-waktu
dapat timbul di sekeliling lokasi, sehingga
APAR harus selalu tersedia dan pekerja
harus diberi tahu cara penggunaannya.
Setelah pekerjaan pengelasan selesai
periksa apakah di daerah tersebut tidak ada
api atau material panas yang ditinggalkan.

SUTRIMO 54
Akibat pancaran sinar api
Pancaran sinar dan panas yang terus
menerus lama kelamaan dapat merusak
mata. Kaca mata las dengan kaca pelindung
yang ternormalisasi senantiasa melindungi
mata terhadap pancaran sinar. Kaca yang
ternormalisasi ditandai dengan tulisan DIN
pada kaca tersebut. Untuk pemilihan warna
penggunaan goegle dapat dilihat pada table
1 berikut ini.

SUTRIMO 55
Tabel 1. Nomor warna penggunaan goegle

No.warna Las busur listrik Las gas

2,5 - Untuk cahaya rendah

3 - Untuk cahaya rendah

4 - Untuk cahaya rendah

5 Untuk busur di bawah 30 A Untuk cahaya sedang

6 Untuk busur di bawah 30 A Untuk cahaya sedang

7 Untuk busur di antara 30 s.d. 70 A Untuk cahaya kuat

8 Untuk busur di antara 30 s.d. 70 A Untuk cahaya kuat

SUTRIMO 56
Bahaya Ledakan
Bahaya ledakan yang sering terjadi pada
proses pengelasan produk yang berbentuk
tanki atau bejana bekas tempat penyimpanan
bahan-bahan yang mudah menyala atau
terbakar. Pada proses pengelasan/
pemotongan ini diperlukan beberapa
persiapan pendahuluan untuk menghindari
bahaya ledakan, seperti :

SUTRIMO 57
Pembersihan bejana atau tanki
Sebelum proses pengelasan berlangsung
maka bejana atau tangki perlu dibersihkan
dengan :
 Air untuk bahan yang mudah larut.
 Uap untuk bahan yang mudah menguap.
 Soda kostik untuk membersihkan minyak ,
gemuk atau pelumas.

SUTRIMO 58
Pengisian bejana atau tangki
Setelah proses pembersihan selesai
isilah tanki dengan air sedikit di bawah
bagian yang akan dilas/dipotong.
Kondisi tangki saat proses pengelasan
Selama proses pengelasan berlangsung
kondisi tanki harus dalam keadaan terbuka
agar gas yang menguap akibat proses
pemanasan dapat keluar.

SUTRIMO 59
Penggunaan gas lain
Apabila dalam proses pengisian tanki
atau bejana dengan air mengalami
kesulitan maka sebagai gantinya dapat
digunakan gas CO2 atau gas N2 dengan
konsentrasi minimum 50 % dalam udara .

SUTRIMO 60
Bahaya Jatuh
Untuk pengerjaan konstruksi bejana, tanki
pertamina atau konstruksi bangunan lainnya yang
membutuhkan tempat yang tinggi, bahaya yang
mungkin dapat terjadi adalah bahaya jatuh atau
kejatuhan yang berakibat fatal.
Beberapa langkah yang perlu diambil oleh
operator untuk menghindari bahaya ini :
1. Menggunakan tali pengaman.
2. Menggunakan topi pengaman untuk
mencegah terjadinya kejatuhan benda - benda
atau terkena panas matahari
SUTRIMO 61
Bahaya Juru Las Dalam Kesehatan
Lingkungan Kerja (Las Gas)
Terdapat beberapa segi negatif dari pekerjaan
”Tukang Las” diantaranya adalah berasal dari
faktor zat kimia yang terdiri dari elektroda,
asap, debu dan gas, kemudian dari zat
biologis yaitu bakteri, zat fisis yaitu kebisingan
dan temperatur serta dari sisi ergonomik. Pada
pekerja las yang diamati mengenai dampak
pneumoconiosis adalah metode pengelasan
yang meggunakan Arc Welding atau
menggunakan bahan Consumable Electrodes.
SUTRIMO 62
Bahan ini akan dapat membuat pekerja las sering
terkena gas-gas berbahaya dan partikulat asing.
Proses pengelasan dengan flux-cored arc
welding dan shielded metal arc welding akan
menimbulkan asap yang mengandung partikel-
partikel yang terdiri dari berbagai macam tipe-tipe
oksida. Gas-gas berbahaya ini akan dapat
mengakibatkan penyakit Metal Fume Fever bagi
pekerja. Metal Fume Fever terjadi akibat
terhisapnya uap atau asap (fume) dari Zn, Mg,
atau oksida-nya.

SUTRIMO 63
Kondisi dermatitis industri dapat dilihat dari
segi zat fisis yaitu resiko kulit terbakar, zat
kimia yaitu terkontaminasi zat-zat kimia pada
benda logam dan benda berukuran kecil saat
bekerja, tenaga mekanis bila zat kimia ini
mengakibatkan alergi pada pekerja yang
memiliki efek iritasi pada kulit.

SUTRIMO 64
Pada saat bekerja pertama kali, pekerja
merasakan kebisingan. Namun seiring
waktu hal ini sudah menjadi hal yang
biasa bagi pekerja. Hal ini menunjukkan
bahwa intensitas pendengaran pekerja
berkurang seiring dengan waktu yang
telah dihabiskan dalam pekerjaan ini.

SUTRIMO 65
Efek yang ditimbulkan oleh kebisingan di
lingkungan kerja ini selain penurunan
intensitas pendengaran, yaitu efek psikologis
yang terjadi seperti kehilangan konsentrasi
yang dapat mengganggu pekerjaan. Selain itu
gangguan komunikasi juga dapat terjadi yang
dapat mengganggu kinerja dan keamanan
pekerja. Pengendalian yang dapat dilakukan
adalah dengan memindahkan lokasi kerja dan
alat pengaman/pelindung diri.

SUTRIMO 66
Radiasi ionisasi mempunyai cukup energi
untuk mengionisasi semua materi yang
dilaluinya, dan dari hasil penelitian yang
dilakukan bahwa tidak terdapatnya radiasi
pengion terhadap pekerjaan dari seorang
”Juru Las”. Radiasi dari non-ionisasi yaitu
elektromagnet yang energinya tidak cukup
untuk mengeluarkan elektron dari orbit
atomnya.

SUTRIMO 67
Radiasi non pengion terhadap pekerjaan
dari seorang ”Juru Las” akan
mengakibatkan hal-hal seperti berikut :
 Kerusakan pada retina akibat cahaya
dengan intensitas tinggi.
 Kerusakan pada kornea dan katarak
akibat radiasi IR.
 “Arc eye” atau “welders’ flash” akibat
radiasi UV.
 Mata seperti berpasir, pandangan kabur,
mata berair, mata seperti terbakar dan
sakit kepala.
SUTRIMO 68
Temperatur pada lingkungan kerja berkisar
37±5OC yang dapat dikategorikan normal.
Dari hasil wawancara pekerja sering
merasakan kondisi panas ekstrim saat
tengah hari yang sedang mengelas.
Pekerjaan mengelas sendiri dapat
menghasilkan panas sekitar 1200OC-1600OC.
Hal ini dapat menimbulkan efek stress dan
stroke, luka serius pada mata akibat terak
panas, kepingan logam, percikan dan
elektroda panas.

SUTRIMO 69
Panas yang tinggi dan percikan api dapat
menyebabkan kebakaran atau ledakan jika di
sekitarnya terdapat bahan-bahan yang mudah
terbakar. Efek yang paling sering dirasakan
adalah ketika suhu udara panas dan di atas
normal. Pekerja sering merasakan kelelahan
akibat panas yang ditimbulkan. Pengendalian
yang dapat dilakukan adalah dengan
menangani material yang mudah terbakar dan
alat pengaman/pelindung diri.

SUTRIMO 70
Berdasarkan pengalaman ada beberapa hal
yang menimbulkan ketidak ergonomisan
dalam lingkungan kerja, yaitu ruangan yang
sempit dan memicu pekerja, bekerja dalam
kondisi yang tidak nyaman seperti terpaksa
berjongkok, membungkuk, memiringkan
badan dan sebagainya. Hal ini selain
mempengaruhi fisik juru las juga dapat
mempengaruhi konsentrasi pekerja pada
saat melakukan pengelasan.

SUTRIMO 71
Selain itu adalah cara kerja yang salah, yaitu
juru las hanya mengandalkan insting
kenyamanan mereka dan tidak mengikuti
prosedur kerja yang benar. Seringkali mereka
juga harus membolak-balikkan benda kerja
yang berat, sehingga beban yang mereka
tanggung menjadi lebih berat.

SUTRIMO 72
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah
dengan mengubah tata letak ruang kerja,
menambah alat bantu serta mengikuti
prosedur kerja dengan benar. Terdapat
beberapa metoda pengamanan umum yang
dilakukan bagi seorang ”Juru Las” untuk
keamanan dirinya, yaitu harus
menggunakan Personal Protective
Equipment Standar yang mudah
dioperasikan antara lain:

SUTRIMO 73
1. Helm dengan filter cahaya
2. Topi
3. Kacamata (Google)
4. Baju keselamatan
5. Celemek (Apron)
6. Sarung tangan
7. Sepatu dengan cap baja
8. Proteksi pendengaran

SUTRIMO 74
SUTRIMO 75
TERIMA KASIH

SUTRIMO 76

Anda mungkin juga menyukai