2. KESEHATAN KERJA
Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan
pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua
pekerjaan, pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu kesehatan, penempatan
dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan
sebagai kesimpulan ialah penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada
pekerjaannya.
A. Dasar Hukum Kesehatan Kerja
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 (tiga) dan pasal 8
(delapan).
2. Peraturan Menteri Perburuhan no 7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja.
3. Permenaker No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
4. Permenaker No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No 3 Tahun 1983 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
6. Permenaker No 1 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi
Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
Jamsostek.
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 333 Tahun 1989 tentang Diagnosa dan Pelaporan
Penyakit Akibat Kerja.
8. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No 1 Tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin dan Ruang
Makan.
9. Surat Edaran Dirjen Binawas tentang Perusahan Catering Yang Mengelola Makanan Bagi
Tenaga Kerja.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.
a. Sarana dan Prasarana.
b. Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan dan paramedis
Perusahaan).
c. Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
a. Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
b. Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
c. Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan tingkat resiko yang
diterima).
d. Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
a. Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari 200 tenaga kerja
wajib menyediakan kantin Perusahaan).
b. Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
c. Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
d. Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.
a. Prinsip Ergonomi:
Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
Efisiensi Kerja.
Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
Faktor Manusia dalam Ergonomi.
b. Beban Kerja :
Mengangkat dan Mengangkut.
Kelelahan.
Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dan Penyakit Akibat Kerja)
3. SMK3
(PP nomor 50 tahun 2012) SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
ILO (International Labour Organization), SMK3 adalah ilmu yang bertujuan untuk mengantisipasi,
mengevaluasi dan sebagai pengendalian bahaya yang timbul di dalam dan atau dari tempat kerja
yang dapat mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja, dengan mempertimbangkan
kemungkinan dampak pada masyarakat sekitar dan lingkungan umum
A. ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM SMK3 :
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( P2K3 ) badan pembantu di tempat kerja
yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap perenuhan
kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan
dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
Auditor SMK3 ialah tenaga teknis yang mempunyai kompetensi baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan dan independen untuk melaksanakan audit SMK3.
Audit Internal SMK3 adalah audit Sistem Manajemen K3 yang dilakukan ole perusahaan
sendiri dalam rangka pembuktian penerapan Sistem Manajemen K3 dan persiapan audit
eksternal Sistem Manajemen K3 dan atau pemenuhan standar nasional atau internasional
atau tujuan-tujuan lainnya
Audit Eksternal SMK3 adalah audit Sistem Manajemen K3 yang diselenggarakan oleh Lembaga
Audit dan dilaksanakan oleh Auditor Eksternal dalam rangka pembuktian penerapan Sistem
Manajemen K3 ditempat kerja terhadap pemenuhan persyaratan peraturan perundangan .
Penghargaan SMK3 adalah tanda penghargaan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang diberikan pemerintah kepada manajemen perusahaan yang telah
berhasil dalam melaksanakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan pada jangka waktu tertentu.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Perusahaan adalah :
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milk
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain
b. usaha-usaha sosiai dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu
perusahaan milk sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia.
B. LATAR BELAKANG DISUSUNNYA SMK3
1. K3 masih belum mendapatkan perhatian yang memadai semua pihak
2. Kecelakaan kerja yang terjadi relatif masih tinggi
3. Pelaksanaan pengawasan K3 masih dominan bersifat parsial dan belum menyentuh aspek
manajemen
4. Relatif rendahnya komitmen pimpinan perusahaan dalam hal K3
5. Kualitas tenaga kerja berkorelasi dengan kesadaran atas K3
6. Tuntutan global dalam perlindungan tenaga kerja yang diterapkan oleh komunitas
perlindungan hak buruh internasional
7. Desakan LSM internasional dalam hal hak tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan
8. Masalah K3 masih belum menjadi prioritas program
9. Tidak ada yang mengangkat masalah K3 menjadi isu nasional baik secara politis maupun
sosial
10. Masala kecelakaan kerja mash dilihat dari aspek ekonomi, dan tidak pernah dilihat dari
pendekatan moral
11. Tenaga kerja mash ditempatkan sebagai faktor produksi dalam perusahaan, belum
dirtempatkan sebagai mitra usaha
12. Alokasi anggaran perusahaan untuk masalah K3 relatif kecil
C. TUJUAN SMK3:
Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh;
Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas;
Memberikan image baik kepada perusahaan dari pandangan pihak eksternal seperti
masyarakat, pemerintah, klien dll;
Sebagai bentuk pemenuhan persyaratan bisnis dari pihak klien
D. Manfaat SMK3 :
Memberikan Perlindungan Kepada Karyawan
Membangun Sistem Manajemen yang Lebih Efektif
Mengurangi Pengeluaran Biaya
E. Dasar Hukum SMK3
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Terdiri dari 11 Bab dan 18
Pasal
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Terdiri dari 18 Bab dan 193
Pasal. Pasal yang mengatur tentang SMK3 pada pasal 87.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.26 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Penilaian
Penerapan SMK3
Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit
F. Metode dalam upaya Penerapan K3 :
Promotif Action : Peningkatan upaya K3 melalui promosi K3, penyuluhan dll
Preventif Action : Upaya Pencegahan Resiko K3 di tempat kerja
Kuratif Action : Pengobatan/Perbaikan dalam upaya penerapan K3
Rehabilitatif : Pemulihan
G. Tahapan dalam Penerapkan SMK3
Penetapan Kebijakan K3
Kebijakannya sendiri harus disusun secara sistematis. Paling sedikit memuat visi, tujuan
perusahaan, komitmen untuk melaksanakan kebijakan. Serta program kerja yang bersifat
umum atau operasional. Dalam membuat kebijakan K3 perusahaan harus melakukan
tinjauan terhadap potensi bahaya yang bisa muncul, sebab akibat kecelakaan kerja, dan lain
sebagainya
Perencanaan K3
Perencanaan ini dibuat dengan kebijakan K3 sebagai acuannya. Proses penyusunanya perlu
melibatkan wakil pekerja, panitia pembina K3, ahli K3, dan pihak lain terkait lainnya dari
perusahaan.
Rencana K3 ini harus mencakupi tujuan dan sasaran, skala prioritas, upaya pengendalian
bahaya, penetapan sumber daya, waktu pelaksanaan, indikator pencapaian, dan sistem
pertanggungjawaban
Pelaksanaan Rencana K3
Setelah rencana disusun perusahaan dapat mulai melaksanakan program K3, dengan
didukung oleh SDM dalam bidang K3, sarana, dan prasarana. SDM K3 diwajibkan memiliki
kompetensi yang dibuktikan dari sertifikat atau SDM dengan Kewenangan di bidang K3 yang
dibuktikan dengan ijin kerja dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang.
a. Sarana dan prasana yang dimaksud minimal harus terdiri:
1. Organisasi atau unit yang bertanggungjawab di bidang K3
2. Anggaran yang memadai
3. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
4. Instruksi kerja
b. Syarat minimal kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus meliputi:
1. Tindakan pengendalian
2. Perancangan dan rekayasa
3. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan
4. Prosedur dan instruksi kerja
5. Pembelian/pengadaan barang dan jasa
6. Produk akhir
7. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri serta rencana
pemulihan keadaan darurat (dilaksanakan berdasarkan potensi bahaya, investigasi, dan
analisa kegiatan)
c. Dalam pelaksanaan rencana K3 berdasarkan identifikasi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko, pengusaha harus:
1. Menunjuk SDM yang berkompeten dan berwenang di bidang K3.
2. Melibatkan seluruh pekerja
3. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh semua penghuni perusahaan
4. Membuat prosedur informasi yang harus dikomunikasikan ke semua pihak dalam
perusahaan dan pihak luar yang terkait
5. Membuat prosedur pelaporan yang terdiri:
a. Terjadinya kecelakaan di tempat kerja
b. Ketidak sesuaian dengan peraturan perundang-undangan dan/atau standar
c. Kinerja K3
6. Identifikasi sumber bahaya
7. Dokumen lain yang diwajibkan berdasarkan peraturan perundang-undangan
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang dilakukan terhadap:
1) Peraturan perundang-undangan dan standar di bidang K3
2) Indikator kinerja K3
3) Izin kerja
4) Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko
5) Kegiatan pelatihan K3
6) Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharan
7) Catatan pemantauan data
8) Hasil pengkajian kecelakaan di tempat kerja dan tindak lanjut
9) Identifikasi produk terhadap komposisinya
10) Informasi pemasok dan kontraktor
11) Audit dan peninjauan ulang SMK3
12) Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap
pemenuhan
13) kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah
direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Kegiatannya melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
dilakukan oleh SDM yang kompeten, jika tidak memiliki SDM yang kompeten dapat
menggunakan jasa pihak lain. Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilaporkan kepada
pengusaha dan digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
Peninjau dan Peningkatan Kinerja SMK3
Fungsinya untuk menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3 yang dilakukan
terhadap kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan kinerja dalam hal:
1. Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan
2. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
3. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan
4. Terjadi perubahan struktur organisasi
5. Adanya perkembangan IPTEK, termasuk epidemiologi
6. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
7. Adanya pelaporan
8. Adanya masukan dari pekerja
H. PENYAMPAIAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI K3
Komunikiasi K3 adalah salah satu program pencegahan kecelakaan kerja dalam lingkup
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran terkait K3.
Komunikasi meliputi komunikasi internal antar bagian maupun sesama bagian dalam struktur
organisasi Perusahaan maupun komunikasi eksternal dengan pihak lain seperti kontraktor,
pemasok, pengunjung, tamu dan masyarakat luas maupun pihak ke tiga yang bekerja sama
dengan Perushaaan berkaitan dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Informasi-informasi yang termasuk dalam komunikasi internal antara lain :
a. Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja.
b. Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat kerja.
c. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di tempat kerja.
d. Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta material/bahan/alat/mesin
yang digunakan dalam proses kerja.
e. Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
f. Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
g. Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
h. Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi penerapan K3 di
tempat kerja
Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan kontrakator antara lain :
a. Sistem Manajemen K3 kontraktor individual.
b. Peraturan dan persyaratan komunikasi kontraktor.
c. Kinerja K3 kontraktor. Daftar kontraktor lain di tempat kerja.
d. Hasil pemeriksaan dan pemantauan K3.
e. Tanggap Darurat.
f. Hasil investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan.
g. Persyaratan komunikasi harian
Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan pengunjung/tamu antara lain :
a. Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
b. Prosedur evakuasi darurat.
c. Aturan lalu lintas di tempat kerja.
d. Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.
e. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan di tempat kerja.
I. ADAPUN TUJUAN DARI PENGELOLAAN KOMUNIKASI, ANTARA LAIN:
a. Mengantisipasi ketidaktahuan, kesalahpahaman dan permasalahan di dalam organisasi.
b. Bentuk partisipasi perusahaan dalam sistem manajemen K3.
c. Semua personel yang ada dalam perusahaan mendukung implementasi K3
J. JENIS KOMUNIKASI K3 :
1. Komunikasi manusia dengan manusia secara langsung.
Misalnya antara bawahan dengan atasan. Komunikasi ini sering disebut dengan komunikasi
personal (personal communication) atau komunikasi kelompok (group communication).
Dalam K3 kedua jenis komunikasi ini banyak dilakukan misalnya melalui kontak individu
melalui proses observasi, safety talk, penyuluhan K3, dan pelatihan K3.
2. Komunikasi manusia dengan manusia melalui alat atau media komunikasi.
Seperti telepon, buletin, poster, spanduk, situs internet, safety letter, dan lain-lain.
Komunikasi ini banyak digunakan di lingkungan kerja misalnya komunikasi antara petugas di
ruang kontrol dengan petugas di lapangan, komunikasi antara petugas K3 dengan para
pekerja.
Komunikasi K3 antara manusia dengan manusia dapat di klasifisikan sebagai berikut:
Komunikasi internal, adalah komunikasi di lingkungan organisasi baik secara horizontal,
vertikal dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah di seluruh jajaran organisasi.
Komunikasi eksternal, adalah aliran komunikasi antara organisasi dengan semua unsur di
luar perusahaan, misalnya konsumen, instansi terkait, pemasok, kontraktor, asosiasi
profesi, media massa, dan lainya.
3. Komunikasi manusia dengan alat kerja.
Peralatan seperti mesin, unit proses, peralatan adalah benda mati yang dioperasiakan oleh
manusia. Dalam proses operasi tersebut terjadi komunikasi antara manusia dengan alat
kerja.
6. AUDIT SMK3 :
A. Audit adalah suatu kegiatan menguji atau memeriksa kesesuaian sistem secara sistimatis dengan
guna dapat menghasilkan penilaian yang independent terhadap kebenaran dan keandalan dari
pelaksanaan aktifitas namajemen, yakni berupa sebuah perencanaan dan sistem pengendalian
yang sudah dibuat.
B. Audit SMK3 ialah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya keberhasilan
pelaksanaan dan penerapan SMK3 pada tempat kerja secara sistimatik dan juga independent.
Gunanya adalah untuk membuktikan apakah penerapan SMK3 pada tempat kerja telah
dilaksanakan secara efektif untuk mencapai kebijakan dan juga tujuan perusahaan
C. Tujuan AUDIT K3 :
1. Menilai secara kritis dan sistimatis semua potensi bahaya potensial dalam system kegiatan
operasi perusahaan.
2. Menetukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial sebelum muncul gangguan -
gangguan atau kerugian terhadap tenaga kerja, harta, lingkungan maupun gangguan operasi
sehingga mutu pelaksanaan K3 dapat meningkat.
3. Memastikan bahwa pengelolaan K3 pada perusahaan telah dilaksanakan sesuai ketentuan
pemerintah, standar teknis yang sudah ditentukan, standar K3 yang berlaku dan juga
kebijakan yang ditentukan oleh manajemen perusahaan.
D. Manfaat Audit SMK3:
1. Mengetahui pemenuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan di bidang K3.
2. Mendapatkan bahan umpan balik bagi tinjauan manajemen dalam rangka meningkatkan
kinerja SMK3.
3. Mengetahui efektivitas, efisiensi dan kesesuaian serta kekurangan dari penerapan SMK3.
4. Mengetahui kinerja K3 di perusahaan.
5. Meningkatkan image perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing
perusahaan.
6. Meningkatkan kepedulian dan pengetahuan tenaga kerja mengenai K3 yang juga akan
meningkatkan produktivitas perusahaan.
7. Terpantaunya bahaya dan risiko di perusahaan.
8. Penanganan berkesinambungan terhadap risiko yang ada diperusahaan.
9. Mencegah kerugian yang lebih besar kepada perusahaan.
10. Pengakuan terhadap kinerja K3 diperusahaan atas pelaksanaan SMK3
E. Fungsi Audit K3
1. Alat Manajemen (management tool)
2. Memantau dan memverifikasi efektifitas penerapan kebijakan
3. Alat untuk menilai kesesuaian (conformity assessment), seperti : Sertifikasi/akreditasi
eksternal
4. Dasar Evaluasi
F. JENIS AUDIT K3
Audit Internal
- Audit internal merupakan proses penilaian yang diadakan oleh internal perusahaan.
Tujuannya untuk menilai sejauh mana efektivitas penerapan SMK3 di perusahaan.
- Petugas audit juga harus independen dari bagian yang akan diaudit. Jadi tidak bisa
dilakukan oleh personil yang masih memiliki hubungan kerja dengan bagian yang hendak
diperiksa. Sehingga setiap bagian di perusahaan bisa memperoleh hasil pemeriksaan yang
objektif dan relevan.
- Audit SMK3 internal dikerjakan oleh tim audit yang terdiri dari ketua tim, sekretaris,
anggota tetap dan anggota tidak tetap. Untuk anggota tetap perusahaan dapat menunjuk
pegawai yang bekerja dan memiliki keahlian dalam bidang engineering, maintenance,
operasi, dan K3.
- Jumlah keseluruhan tim audit ini harus ganjil dan tidak lebih dari 7 orang. Pembatasan
jumlah anggota dan harus dibuat ganjil ini bertujuan agar proses kerja tim lebih efektif.
Nantinya hasil dari audit akan menjadi masukan kepada pihak manajemen, untuk
meningkatkan kinerja program K3.
- Audit internal ini perlu dilakukan secara berkala. Idealnya dilakukan sebanyak dua kali
dalam satu tahun. Namun frekuensi audit sebaiknya tetap disesuaikan dengan peninjauan
ulang dari hasil audit internal sebelumnya. Serta mempertimbangkan penanganan risiko
kecelakaan kerja yang perlu segera ditindak lanjuti.
Audit Eksternal
Audit Eksternal diselenggarakan oleh badan audit dan dilaksanakan oleh auditor eksternal
dalam rangka pembuktian penerapan SMK3 di tempat kerja terhadap pemenuhan persyaratan
peraturan perundangan.
G. Kriteria Penilaian Audit Sistem Manajemen K3
1. Pembangunan dan Pelaksanaan Komitmen
Mulai dari tersedianya kebijakan K3 yang telah disusun, penunjukan penanggung jawab
untuk K3, dan terdapat tinjauan sebelumnya. Kemudian pelaksanaanya sudah melibatkan
tenaga kerja.
2. Pembuatan Rencana K3 dan Pendokumentasian
Memastikan bahwa rencana K3 telah disusun dengan sistematis. Serta terdapat
pendokumentasian yang lengkap, rapi, dan terorganisir.
3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak
Perancangan atau modifikasi dalam proses produksi yang terdapat implikasi dengan K3, telah
diidentifikasi risiko bahayanya. Sedangkan peninjauan kontrak yaitu berkaitan dengan
aktivitas pemasokan barang maupun jasa yang harus memenuhi persyaratan keamanan.
4. Pengendalian Dokumen
Dokumentasi seringkali tidak diprioritaskan atau malah terlupakan. Padahal pengedalian
dokumen K3 ini penting dalam penerapan SMK3. Setiap dokumen harus terarsip dengan baik
dan sistematis.
5. Pembelian dan Pengendalian Produk
Terdapat prosedur yang dapat menjamin keamanan produk. Mulai dari memastikan
spesifikasi dalam pemberian barang atau jasa. Kemudian perusahaan juga perlu melakukan
verifikasi, pasokan barang ke pelanggan, dan mampu telusur produk.
6. Bekerja dengan Aman Berdasarkan SMK3
Audit SMK3 juga akan menilai apakah pekerjaan sudah dilakukan berdasarkan SMK3 atau
belum. Tim audit akan menilai sistem kerja, seleksi serta penempatan karyawan, dan
kesiapan pegawai dalam menangani keadaan darurat
7. Standar Pemantauan
Tim audit akan meninjau standar pemantauan meliputi pemeriksaan bahaya, pemantauan
lingkungan kerja, pemantauan kesehatan tenaga kerja dan lain sebagainya.
8. Pelaporan dan Perbaikan Aspek yang Kurang
Tim audit akan memberikan tersedia atau tidaknya prosedur pelaporan untuk bahaya dan
kecelakaan.
9. Pengelolaan Material dan Prosedur Perpindahannya
Terdapat prosedur untuk menangani bahan berbahaya secara manual maupun mekanis.
Serta metode pencegahan dari risiko kebocoran, tumpah, atau kerusakan
10. Pengumpulan dan Penggunaan Data
Kriteria ini melihat terorganisirnya catatan K3 serta data maupun laporan K3.
11. Pemeriksaan SMK3
Tim dari lembaga audit independen akan memeriksa ada atau tidaknya kegiatan audit
internal SMK3, secara berkala.
12. Pengembangan Keterampilan dan Kemampuan
Terdapat pelatihan K3 dan pengembangan keterampilan untuk tenaga kerja berkaitan dengan
keselamatan di lingkungan kerja. Termasuk pelatihan pada jajaran manajemen.
H. PERBEDAAN AUDIT DAN INSPEKSI:
7. INSPEKSI K3
A. Pengertian Inspeksi K3
Inspeksi K3 adalah kegiatan pemeriksaan yang khusus dilakukan untuk menilai dan memastikan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. Tujuan utama dari inspeksi K3 adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, mengidentifikasi potensi bahaya, serta menjamin bahwa
lingkungan kerja memenuhi standar keselamatan yang telah ditetapkan.
B. Jenis-jenis Inspeksi K3
1. Inspeksi Rutin: Inspeksi rutin dilakukan secara berkala untuk mengawasi kondisi K3 di tempat
kerja. Biasanya dilakukan oleh tim atau petugas K3 internal perusahaan. Inspeksi rutin
bertujuan untuk mendeteksi potensi bahaya secara dini dan mengatasi masalah kecil
sebelum menjadi lebih serius.
2. Inspeksi Spesifik: Inspeksi spesifik dilakukan untuk mengevaluasi aspek K3 tertentu yang
dianggap memiliki risiko tinggi atau masalah kepatuhan tertentu. Contohnya, inspeksi pada
alat berat, peralatan listrik, atau bahan kimia berbahaya.
3. Inspeksi Investigatif: Inspeksi investigatif dilakukan setelah terjadi kecelakaan atau hampir
kecelakaan untuk menelusuri penyebabnya dan mencegah terjadinya kejadian serupa di
masa depan. Inspeksi ini bertujuan untuk belajar dari kesalahan dan meningkatkan sistem K3.
C. Tujuan Inspeksi K3
1. Memeriksa apakah pelaksanaan program K3 atau standar K3 sudah berjalan efektif atau
belum
2. Mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang pekerjaan dan tugas
3. Mengidentifikasi bahaya yang ada di area kerja dan bahaya tersembunyi
4. Menemukan penyebab bahaya
5. Merekomendasikan tindakan perbaikan untuk mengendalikan bahaya
6. Memantau langkah-langkah perbaikan yang diambil untuk menghilangkan bahaya atau
mengendalikan risiko (misalnya, memantau perihal administratif, kebijakan, prosedur,
peralatan kerja, alat pelindung diri dll.)
7. Meningkatkan kembali kepedulian tentang K3, karena dengan inspeksi, pekerja merasa
bahwa keselamatannya diperhatikan
8. Menilai kesadaran pekerja akan pentingnya K3
9. Mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor terhadap K3.
D. Manfaat Inspeksi K3
1. Dapat dilakukan perbaikan segera
Anda atau pihak internal yang ditunjuk dapat melakukan perbaikan segera terhadap tindakan
atau kondisi tidak aman. Sehingga menghindarkan dari risiko bahaya yang lebih besar dalam
bekerja.
2. Dapat mendorong pekerja lebih tanggap K3
Keuntungan selanjutnya adalah mampu mendorong ketanggapan para pekerja. Secara
teratur dan berkelanjutan, pemeriksaan yang dilakukan akan membentuk kebiasaan baik
dalam bekerja.
3. Langsung memberikan arahan
Manajemen perusahaan bisa langsung melakukan komunikasi kepada pekerja atau yang
bertanggung jawab terkait QSHE di perusahaan. Komunikasi tersebut untuk memberikan
arahan untuk menghindarkan segala risiko kecelakaan.
Resik
a. Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
c. Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
d. Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
e. Rawat
f. Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
Rajin
a. Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.
Jenis Pencahayaan
a. Pencahayaan Alami : sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari
b. Pencahayaan buatan : pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya
alami
Standar pencahayaan tempat kerja berdasarkan Permenkes 70 Tahun 2016
C. KEBISINGAN
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat proses
produksi atau alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran
Sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin-mesin industri maupun pabrik.
b. Vibrasi
Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan,
benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi juga pada roda
gigi, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan
proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet,
flare boom, dan lain lain (Nasution, 2019)
Jenis kebisingan antara lain ialah :
1. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi luas (steady state,wide band
noise) noise misalnya suara yang di timbulkan oleh kipas angin.
2. Kebisingan kontinue dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrow band
noise) misalnya suara yang di timbulkan oleh gergaji dan katup gas.
3. Kebisingan terputus putus ( intermiten ) adalah kebisingan yang terjadi secara
terputus-putus atau tidak stabil. Misalnya suara lalu lintas atau suara kapal terbang
di lapangan udara.
4. Kebisingan impulsif ( impact or impulsive noise ) adalah kebisingan dimana waktu
yang diperlukan untuk mencapai puncaknya tidak lebih dari 35 milidetik dan waktu
yang dibutuhkan untuk menurunkan intensitas sampai 20 dB tidak lebih dari 550
Misalnya tembakan atau meriam.
5. Kebisingan impulsif berulang adalah kebisingan yang terjadi berulang ulang dengan
intensitas yang relatif Misalnya mesin tempa .
Gangguan pendengaran akibat kebisingan :
1. Tuli sementara (Temporary Treshold Shift =TTS)
2. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS) (akibat paparan kebisingan dlm waktu
lama)
3. Trauma Akustik : setiap perlukaan yang merusak sebagian atau seluruh alat
pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan
dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat
keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga,
merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran
4. Prebycusis, adalah penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia.
5. Tinitus, merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran
faktor yang mempengaruhi resiko kehilangan pendengaran yang berhubungan
dengan paparan dari kebisingan yaitu :
1. Intensitas kebisingan (tingkat tekanan suara)
2. Jenis kebisingan (wide band, narrow band, impulse)
3. Jumlah dan hitungan durasi terpapar
4. Usia pekerja yang terpapar
5. Masalah pendengaran yang telah diderita sebelumnya
6. Lingkungan sekitar yang bising
7. Jarak pendengar dengan sumber kebisingan
Waktu Pemajanan yang diijinkan menurut Kepmenaker No 51/1999
Intensitas
Waktu pemajanan
Pemajanan Max
(dBA) per hari
85 8 jam
88 4 jam
91 2 jam
94 1 jam
97 30 menit
100 15 menit
103 7,5 menit
106 3,75 menit
109 1,88 menit
112 0,94 menit
115 28,12 detik
118 14,06 detik
121 7,03 detik
124 3,52 detik
127 1,76 detik
130 0,88 detik
133 0,44 detik
136 0,22 detik
139 0,11 detik