Menurut UU No. 1 tahun 1970, syarat-syarat K3 pada dasarnya memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah
yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan
pembuatan, perlengkapan alat-alat pelindung, pengujian dan pengesahan, pemberian tanda-tanda pengenal
atau bahan, barang, produk teknis dan alat produksi guna menjamin keselamatan barang-barang itu
sendiri, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum. Pada
intinya memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, orang lain yang ada ditempat kerja, dan sumber-
sumber produksi.
Menurut (permenaker No. 04/Men/98 tentang pegangkatan,pemberhentian dan tata kerja dokter
penasehat). Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi yang berhubungan dengan aktivitas kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjlanan berangkat ddari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa
dilalui.
Acuan atau pegangan dalam melaksanakan K3 yang telah dibuat depkes adalah sbb:
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 ayat (1) s.d ayat (4).
2. Permenkes No. 986 tahun 1992 tentang persyaratan kesehatan lingkungan RS
3. SK Dirjen P2MPLP tahun 1992 tentang persyaratan kesehatan lingkungan, ruang dan bangunan
serta fasilitas sanitasi RS
4. Permenkes No. 582 tahun 1993 tentang komite K3 di Depkes
5. SE Depkes tahun 1997 tentang himbauan agar RS membentuk tim K3 (PK3RS)
6. Permenkes No. tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan
industry
Peraturan perundagan tentang K3 yang dikeluarkan depnaker. Beberapa peraturan perundangan dari
depnaker dapat dipakai sebagai acuan sebagai berikut :
1. Peraturan menaker No. 7 tahun 1964 tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan, dan penerangan
ditempat kerja
2. UU No. 3 tahun 1969 tentang konvensi ILO No. 120 mengenai higiene dalam perniagaan
3. UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
4. Peraturan pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan, peredaran, penyimpanan dan
oengunaan pestisida
5. Peraturan pemerintah No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan kerja terhadap radiasi
6. Surat edaran menteri No. 1 tahun 1978 tentang NAB, kebisingan dan iklim kerja yang sudah
diperbaharui dengan kepmenaker No. 51mtahun 1999 tentang NAB faktor fisika ditempat kerja
7. SE menteri No. 2 tahun 1978 tentang NAB bahan kimia
8. SE menteri No. 1 tahun 1979 tentang kantin dan ruang makan
9. Peraturan mentri No. 2/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan
penyelenggaraan keselamatan kerja
10. Peraturan menteri No. 1 tahun 1/Men/1981,tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja
11. Peraturan menteri No. /3Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
12. Peraturan menteri No. 4 tahun 1987 tentang pembentukan panitia Pembina K3 (P2K3)dan satu
cara menunjukan ahli K3
13. Keputusan menteri No. 333 tahun 1989 tentang diagnosa dan pelaporan penyakit akibat kerja
14. Keputusan menteri tenaga kerja No. 612 tahun 1989tentang penyediaan data bahan berbahaya
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
15. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang jaminan tenaga kerja
16. Keputusan menteri No. 62 A tahun 1992 tentang pedoman diagnosis dan evaluasi cacat karena
kecelakaan dan akibat kerja
17. Permen tenaga kerja 5/1996 tentang SMK3
Ruang lingkup UU keselamatan kerja
Yang diatur oleh UU ini adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja baik didarat,
didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, maupun diudara yang berada didalam kekuasaan
hukum Republik Indonesia.
UU kesehatan kerja 1992 pasal 23
Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyesuaian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja, agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal.