Anda di halaman 1dari 19

UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

UNDANG-UNDANG, STANDAR DAN PERATURAN K3

Latar Belakang

Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak terduga dari semula dan
tidak dikehendaki yang mengganggu suatu proses dari aktifitas yang telah ditentukan
dari semula dan dapat mengakibatkan kerugian baik korban manusia maupun harta
benda.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya atau
pemikiran yang di tunjukan untuk menjamin keutuhan dan kesempatan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budayanya untuk meningkatkan kesejahterahan tenaga kerja menuju
masyarakat adil dan makmur.
Norma adalah kaidah-kaidah yang memuat aturan dan berlaku serta ditaati
masyarakat baik tertulis dan tidak. Dengan demikian pengertian Norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang ditunjukan untuk melindungin teman kerja dari resiko kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Kerugian akibat kecelakaan dalam bentuk material dapat berupa uang, kerusakan
harta benda maupun kehilangan waktu kerja. Dilihat dari sisi perusahaan hal tersebut
merupakan pemborosan ekonomi perusahaan. Oleh karena itu pencegahan kecelakaan di
tempat kerja adalah merupakan tugas yang penting, baik dilihat dari segi ekonomi
maupun dari segi kemanusian.
Desawa ini bermacam-macam usaha telah dilakukan melalui :
1. Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundang-undangan yang bertalian
dengan syarat-syarat kerja, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengawasan,
pengujian dan pemakaian peralatan industry, kewajiban pemhusaha dan para
pekerja, pelatihan pengawasan keselamatan dan kesehaatan, pertolongan
pertama pada kecelakaan dan pemeriksaan kesehatab tenaga kerja.

1
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Diharapkan agar peserta pelatihan memahami dan mampu menjelaskan
tentang.
- K3 Konstruksi Bangunan
- K3 Instalasi Listrik, Lift dan Petir
- K3 Penanggutangan Kembakam
- K3 Mekanik
- K3 Bejana Tekan
- K3 Kesehatan Kerja

Peraturan Dan Perundangan K3

Beberapa Peraturan Yang Berkaitan K3 Di Indonesia


1. Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Jamsostek.
2. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup Dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang ketentuan-ketentuan :
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun
1986 tentang Analisa dampak Lingkungan sebagai peraturan pelaksanaan Undang-
undang No. 4 Tahun 1982, maka pembungan bahan beracun dan berbahaya menjadi
makin penting karena masalah atau proses yang terjadi di dalam perusahaan akan
memberikan dampak di dalam pembuangan limbah yang kemungkinan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Dari segi peraturan perundangan sebetulnya
sudah banyak instansi teknis yang mengatur penanganan bahan-bahan yang
berbahaya dan beracun di dalam perusahaan industry.
3. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan sosial Tenaga Kerja di dalam peraturan ini peranan dokter penguji
kesehatan kerja dan dokter penasehat banyak menentukan derajat kecacatan serta
dalam upaya pelayanan kesehatan kerja.
4. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul karena
Hubungan Kerja di dalam peraturan ini tercantum daftar berbagai jenis penyakit
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja.

2
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

5. Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970 Undang-


undang Keselamatan Kerja, lembaran Negara Nomor 1 Tahun 1970 adalah undang-
undang

Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :

a. Kekurangan pengetahuan, keterampilan dan sikap.


b. Keletihan atau kebosanan.
c. Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomic.
d. Pengaruh sosial psikologis.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :

1. Faktor Biologis :
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha dimana
terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya bahaya kerja tempat
itu. Tempat kerja tersebut mencakup semua kegiatan bersifat ekonomis maupun
sosial seperti :
a. Bengkel tempat untuk pelajaran praktek.
b. Tempat rekreasi.
c. Rumah Sakit.
d. Tempat Ibadah.
e. Tempat berbelanja.
f. Pusat hiburan.

Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun tidak tetap atau
yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya : rumah pompa, gardu transformator
dan sebagainya yang tenaga kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara
untuk mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, menyetel dan lain
sebagainya maupun yang bekerja secara terus.

3
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara teperinci dalam BAB II
pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Perincian sumber bahaya
dikaitkan dengan :
a. Keadaan perlengkapan dan peralatan.
b. Lingkungan hidup.
c. Sifat pekerjaan.
d. Cara kerja.
e. Proses produksi.

Materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diatur dalam lingkup UU No. 1 Tahun
1970 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang bertalian dengan mesin, peralatan,
landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara mencegah terjadinya kecelakaan
dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber-sumber produksi
sehingga meningkatkan efisien dan produktifitas.
Persyaratan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur mulai dari tahap perencanaan,
pembuatan dan pemakaian terhadap barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan syarat-syarat kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.


b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri dan pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radio suara getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembah udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegeran udara yang cukup.

4
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.


m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan cara di proses
kerjanya.
n. Mengamankan dan mempelancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan dan mempelancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Pengawasan

Drektorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah unit organisasi
pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan pasal 10 UU No. 14
Tahun 1969 dan pasal 5 ayat (a) UU No. 1 Tahun 1970. Secara operasional dilakukan
oleh pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang berfungsi :

1. Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan hukum mengenai


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja
tentang hal-hal yang dapat menjamin pelaksanaan secara efektif dari peraturan-
peraturan yang ada.
3. Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja tentang
kekurangan-kekurangan atau menyimpangan yang disebabkan karena hal-hal yang
tidak secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi sebagai
pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan Kesehatan Kerja di
lapangan.

Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para Pegawai Pngawas dan
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus dapat dijalankan sebaik-bauknya. Untuk
itu diperlukan tenaga pengawasan yang cukup besar jumlahnya dan bermutu dalam arti

5
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam bidang spesialisasi yang beraneka
ragam dan berpengalaman di bidangnya. Untuk mendapatkan tenaga yang demikian
tidaklah mudah dan sangat sulit apabila hanya mengandalkan dari Departemen Tenaga
Kerja sendiri. Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi oleh
pegawai teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri. Maka Menteri Tenaga kerja
dapat mengangkat tenaga-tenaga ahli dari luar Departemen Tenaga Kerja maupun
swasta sebagai ahli K3 seperti dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. 1 Tahun 1970.

Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan pengawasan Kesehatan dan
menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksaan Undang-
undang Keselamatan Kerja dapat berjalan secara serasi dan merata di seluruh wilayah
hukum Indonesia.

Dalam pasal 6 diatur tentang cara banding yang dapat ditempuh apabila terdapat pihak-
pihak yang merasa dirugikan atau tidak menerima putusan Direktur dalam hal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Panitia banding adalah panitia teknis yang
anggotanya terdiri dali ahli-ahli dalam bidang yang diperlukan. Tata cara, susunan
anggota, tugas dan lai-lain ditentukan oleh Menteri Tenaga Kerja & Tansmigrasi RI.
Untuk pengawasan yang lain ditentukan oleh petugas Departemen Tenaga Kerja dalam
hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka pengusaha harus membayar retribusi seperti
yang diatur dalam pasal 7.

Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap kesehatannya yang mungkin
dapat diakibatkan oleh pengaruh lingkungan kerja yang bertalian dengan jabatannya dan
untu menjaga efisiensi dan produktifitas kerja, maka diwajibkan untuk dilakukan
pemeriksaan kesehatan terhadap setiap tenaga kerja baik secara awal maupun berkala.

Kewajiban Perusahaan adalah :

1. Memeriksa kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja
kerja yang akan diterimanya maupun yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat-
sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

6
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

2. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya secara berkala
pada dokter yang ditunjuk oleh perusahaan dan disetujui oleh Direktur.
3. Menunjukan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat
kerjanya.
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa
tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut diatas.
5. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan kebakaran serta peningkatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan juga dalam pemberian Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan.
6. Memenuhi dan metaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku bagi usaha tempat
kerja yang dijalankannya.
7. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di Tempat Kerja yang dipimpinannya pada
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja, sesuai dengan tata cara pelaporan
dan pemeriksaan kecelakaan yang telah ditentukan.
8. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua syarat
Keselamatan Kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang kerja bersangkutan,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau Ahli Kesehatan Kerja.
9. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya semua gambar Kesehatan Kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang
mudah dilihat terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau Keselamatan kerja.
10. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya. Dan menyediakan setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
diperlukan menurut pengawas atau keselamatan kerja.

7
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja adalah :

1. Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas Ahli K3.


2. Memakai alat-alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
4. Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
5. Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat K3 dan alat
pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.

Sanksi

Ancaman hukuman dari para pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 merupakan ancaman
pidana dengan hukuman selama-lamanya 3 bulan atau denda setingi-tingginya Rp.
100.000,-.

Peraturan Pelaksanaan

Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan VR 1910 tetap berlaku


berdasarkan pasal 17 sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang
Keselamatan Kerja.

Dasar Hukum

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bangunan


a. Undang-undang Dasar 1945.
b. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
c. Permenaketrans No. I/Men/1980 tetang K3 Konstruksi Bangunan. Terdiri dari
19 Bab 106 pasal.
1) Bab I : Ketentuan Umum
2) Bab II : Tempat Kerja dan Alat-alat Kerja
3) Bab III : Perancah
4) Bab IV : Tangga dan Tangga Rumah
5) Bab V : Alat-alat Angkut
6) Bab VI : Kabel Baja, Tambang, Rantai, dan Peralatan Bantu
7) Bab VII : Mesin-mesin

8
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

8) Bab VIII : Peralatan Kontruksi Bangunan


9) Bab IX : Konstruksi di Bawah Tanah
10) Bab X : Penggalian
11) Bab XI : Pekerjaan Memancang
12) Bab XII : Pekerjaan Beton
13) Bab XIII : Pekerjaan Lainnya
14) Bab XIV : Pembongkaran
15) Bab XV : Penggunaan Perlengkapan Penyelamatan dan Perlindungan Diri
16) Bab XVI : Ketentuan Peralihan
17) Bab XVII : Ketentuan Lain-lain
18) Bab XVIII : Ketentuan Hukum
19) Bab XIX : Ketentuan Penutup
d. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No. Kep. 174/Men/1986/ dan No. 104/KPTS/1986 :
1) 8 (delapan) pasal
2) Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Umum Kegiatan Konstruksi.

2. Instalasi Listrik, Petir dan Lift

Listrik lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya yang perlu
dikendalikan sebagaimana dalam UU No. 1 Tahun 1970.

Pasal-pasal dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 yang berkaitan dengan


batasan ruang linglup, tujuan, metode K3 listrik perlu dipahami secara baik.

Dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas, lebih lanjut ditetapkan pengaturan secara


teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi. Standar teknik perencanaan,
pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan pemeriksaan pengujian instalasi
listrik, adalah mengikuti perkembangan penerbitan Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL). Edisi PUIL yang terbaru adalah PUIL 2000 sebagai generasi kelima.
PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduan yang tidak

9
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

mengikat secara hokum. Biasanya standar digunakan sebagai rujukan suatu kontrak
kerja, antara kontraktor/instalator dengan pemberi kerja.

Oleh karena PUIL telah ditetapkan diberlakukan secara utuh dengan Peraturan dan
Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis maupun administrative bersifat
wajib.

Dalam PUIL juga memuat persyaratan khusus instalasi listrik untuk pesawat lift dan
persyaratan instalasi proteksi bahaya sambaran petir. Ketentuan secara lebih teknis
lift dan proteksi bahaya sambaran petir masing-masing diatur dalam peraturan
tersendiri yaitu :

1. Permaneker No. Per.02/Men/1989, mengatur persyaratan mengenai instalasi


penyalur petir.
2. Permaneker No. Per.03/Men/1999, mengatur persyaratan mengenai lift.
3. Permaneker No. Kep 407/M/BW/2002, mengatur lebih lanjut mengenai
kompetensi teknisi lift.
4. Keputusan Dirjen Binawas No. Kep. 31/BW/2002, mengatur lebih lanjut
mengenai Sertifikat Kompetensi K3 bagi teknisi listrik.

Ruang lingkup obyek pengawasan lift adalah yang dipasang di setiap tempat kerja.
Sedangkan jenis yang diatur dalam Permen. 03199 adalah lift untuk mengangkut
orang dan barang.

Keselamatan dan Kesehatan Penanggulangan Kebakaran

Sasaran obyektif K3 penanggulangan kebakaran sebagaimana dirumuskan dalam


Undang-undang No. 1 Tahun 1970 ayat (3) adalah :

 Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebaran.


 Member kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada kejadian kebaran.
 Mengendalikan penyebaran asap, panas dan gas.

10
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

Strategi teknis penanggulangan kebakaran lebih lanjut dijabarkan dengan peraturan


perundangan dan standar.

a) Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.40/Men/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.40/Men/1987 tentang P2K3.
d) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 186/Men/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
e) Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. 11/MBW/1997 tentang Pengawasan
Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.

11
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

RANGKUMAN

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

 Veligheids Reglement Th 1910 s/d Th 1970.

o Sifat : Repressive

 12 Januari 1970 : Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

o Sifat Preventive (Pembinaan)

Dasar Hukum

1. UUD 1945
2. UU No. 13 Tahun 2003 (UU No. 14 Tahun 1965)
3. UU No. 1 Tahun 1970

 UUD 1945 Pasal 27 ayat (2)


o Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusian.

 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


o Pasal 2
o Pembangunan ketenagakerjaan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar R.I tahun 1945.

 UU No. 13 Tahun 2003


o Pasal 4
o Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan :
a. Membudayakan & mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi.
b. Menwujudkan pemerataan kesempatan kerja & penyediaan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.

12
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

c. Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan


kesejahteraan tenaga kerja.
d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluargannya.

o Pasal 86

1. Setiap pekerjaan/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan


atas :
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Moral dan Kesusilaan.
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3.
3. Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan dengan
peraturan perundangan yang berlaku.

Undang-undang Keselamatan Kerja, Undang-undang No. 1 Tahun 1970, (Tambahan


Lemabaran Negara No. 1918).

 TUJUAN

o Memberikan Perlindungan dan Keselamatan


 Tenaga Kerja
 Orang lain
 Sumber-sumber produksi

Jenis-jenis usaha (tempat kerja) yang diwajibkan melaksanakan syarat K3, tempat kerja
yang mempunyai sumber bahaya, yang berkaitan dengan :
 Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, peralatan dan bahan
 Sifat pekerjaan
 Cara bekerja
 Lingkungan
 Proses produksi

13
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

Potensi Kecelakaan Sektor Konstruksi

Jatuh : 26%

Terbentur : 12%

Tertimpa : 9%

Mesin : 8%

Alat tangan : 7%

Transport : 7%

Lain-lian : 6%

Ref. ILO

14
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

Koordinasi Pelaksanaan K3 Konst

Depnakertrans

 Undang-undang No. 13/2003

 Undang-undang No. 1/1970

 Per Menaker No. 01/19800

Kimpraswil

 U U No. 18/1999 tentang JASA KONSTRUKSI

 U U No. 28/20003 tentang Bangunan Gedung

 P P No. 28, 29, 30 Tahun 2000 tentang Juklak Jakon

SBK Menaker & PU

No. 174/104/86-K3 Konstruksi

U U No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung

Ketentuan Umum

“Mengatur tentang kehandalan, keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan gedung”

Pelaksanaan Teknis K3

- Kewajiban dibidang penanggulangan kebakaran.


- Kewajiban pemasangan system proteksi pasif & aktif.
- Kelengkapan sarana evaluasi dan daerah aman.
- Kelengkapan sarana pengolahan limbah.
- Kelengkapan sarana kenyamanan gedung.

15
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

Keterkaitan Perkembangan UU/Peraturan K3 Sektor Jasa Konstruksi

1. U U No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.


2. U U No. 13 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
3. P P No. 28 Tahun 2000 tentang Junklak Jakon.
4. P P No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jakon.
5. P P No. 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jakon.
6. S E Menteri PU No. 03/SE/M/2005 tentang Penyelenggaraan Jakon untuk Instansi
Pemerintah TA. 2005, meliputi : Pengaturan dua pihak yaitu ; Penyedia Jakon dan
Pengguna Jakon.

SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 03/SE/M/2005
Angka (3) huruf (d) :
 Sertifikat Manajemen K-3
 OHSAS 18001
 Sertifikat Manajemen Mutu ISO

Angka 6 :

Tentang Penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

 Pengguna jasa dan penyedia jasa dalam kegiatan pekerjaan konstruksi wajib
memenuhi ketentuan K3 yang berlaku termasuk SKB Menaker dan Menteri PU No.
KEP. 174/MEN/86 dan 104/KPTS/1986 tentang K3 Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.

 Pengguna Jasa mempunyai kewajiban :


a) Melaksanakan pengawasan terhadap Penyelenggaraan K3 yang dilakukan oleh
penyedia jasa.
b) Menghentikan pekerjaan apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan menyimpang
dari ket. Tersebut pada huruf a.
c) Melaporkan segera apabila terjadi kecelakaan kerja kepada atasan langsungnya.

16
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

d) Penyedia jasa bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan dan gangguan


kesehatan para pekerja di tempat kerja selama kegiatan pekerjaan konstruksi
berlangsung.
e) Pengguna jasa bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, apabila
ketentuan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men//1980 Tentang K3 Konstruksi Bangunan.

Bab I Ketentuan Umum


Bab II Tempat kerja dan alat kerja
Bab III Perancah
Bab IV Tangga dan Tangga rumah
Bab V Alat angkat
Bab VI Kabel baja, tambang, rantai dan alat bantu
Bab VII Mesin-mesin (Pesw Operator)
Bab VIII Peralatan Konst
Bab IX Konstruksi bawah tanah
Bab X Penggalian
Bab XI Pemancangan
Bab XII Pek Beton
Bab XIII Pek lain
Bab XIV Pembongkaran
Bab XV Sarana Penyelamat dan APD

Aspek K3 Konstruksi

(Kepmenaker 174 tahun 1986)

- Tata Letak dan Jarak Aman


- Penggalian dan Pembebasan Lahan
- Pengangkutan dan Transportasi
- Pesawat Angkat dan Angkut
- Pengelasan

17
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

- Perancah dan Pengaman di ketinggian


- Alat Keselamatan Kerja
- Pengelolaan Bahan Berbahaya
- Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
- Pengelolaan limbah

OBYEK-OBYEK SPESIFIK PADA PROYEK KONSTRUKSI

- Kondisi umum
- Tempat dan lingkungan kerja
- Alat, mesin, instalasi
- Perancah
- Tangga
- Alat angkat
- Alat konstruksi/alat berat
- Konstruksi bawah tanah
- Penggalian
- Pemancangan
- Pekerjaan beton
- Pekerjaan peledakan
- Pekerjaan penunjang/finishing

SERTIFIKASI
Alat
- Persyaratan administratif
- Pemeriksaan visual
- Pengujian beban
- Rekomendasi/ijin

Kompetensi Personel
- Persyaratan peserta

18
UNDANG-UNDANG, STANDAR & PERATURAN K3

- Pelatihan
- Evaluasi
- Sertifikasi
- Lisensi
- Penunjuk

Kep. Dirjen PPK No. Kep 20/DJPKK/2004


Tentang
Sertifikasi Kompetensi K3
Bid Konst Bangunan

Jenis Kompetensi Personel


- Teknisi Scanffolding
- Ahli K3 Muda
- Ahli K3 Madya
- Ahli K3 Utama

SERTIFIKASI KOMPETENSI
PERSONEL K3 Pada Kegiatan Konst Bangunan
Kep. Dirjen PKK No. Kep 20/DJPKK/2004

A. Proyek > 6 bulan atau TK > 100 orang.


- Min. 1 orang Ahli Utama
- Min. 1 orang Ahli Madya
- Min. 1 orang Ahli Muda
B. Proyek < 6 bulan atau TK < 100 orang.
- Min. 1 orang Ahli Madya
- Min. 1 orang Ahli Muda
C. Proyek < 3 bulan atau TK < 23 orang.
- Min. 1 orang Ahli Muda
D. Teknisi perancah harus memiliki SIO (Lisensi dari Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I.)

19

Anda mungkin juga menyukai