Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN & REGULASI K3 LISTRIK

I. Undang Undang Ketenagakerjaan


Pada awalnya peraturan tentang kebijakan dan regulasi K3 diatur dalam Undang Undang
Perburuhan yang mengikuti zaman kolonial. Kemudian aturan tersebut diubah pada tahun 1969
menjadi Undang Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketenagakerjaan.
Aturan tersebut mengalami enam kali perubahan sampai sekarang. Saat ini, aturan yang
digunakan adalah Undang Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
II. Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
Setiap pekerja yang bekerja di perusahaan harus mengetahui dan menjalankan K3 sesuai
dengan filosofi dan keilmuan yang dikerjakan. Didalamnya terdapat regulasi yang mengatur
yaitu Undang Undang, Peraturan,dan Standar. Hal tersebut merupakan penerapan dari Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu pembinaan, pengawasan, dan
sangsi. Penerapan ini diaudit sehingga para pekerja mendapatkan sertifikat SMK3 dan Plakat
Kec Nihil.
III. Regulasi dan Kebijakan K3
Setiap pekerja yang bekerja di perusahaan harus mengetahui dan menjalankan K3 sesuai
dengan filosofi, keilmuan dan regulasinya. Semuanya harus diimplementasikan berdasarkan
pembinaan, pengawasan, dan sangsi. Implementasi ini diaudit sehingga para pekerja
mendapatkan sertifikat SMK3 dan Plakat Zr. Acc.
IV. Perspektif K3
1. Filosofi
Tujuan dan sasaran pokok K3 adalah “ACCIDENT PREVENTION” yang sasarannya
ditujukan untuk Keselamatan jiwa, aset dan atau keselamatan lingkungan.
Target K3 adalah “SAFE PRODUCTION”. Semua aman, utuh, sempurna, tidak kurang
suatu apa. Proses produksi lancar, tepat waktu, target produksi tercapai, memenuhi syarat
mutu dan ramah lingkungan.

2. Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), secara akademik dikaji dan dikembangkan
melalui disiplin ilmu “HYPERKES” (Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja). Pada saat ini beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia telah membuka bidang study
Hyperkes. Disiplin Studi HYPERKES yaitu Idustrial Safety dan Industrial Hygiene.
Industrial Safety adalah mempelajari pengendalian secara keteknikan dari interaksi Zat,
Energi dan Proses agar beroperasi secara aman, efektif dan efisien (KESELAMATAN
KERJA), berorietasi mencegah terjadinya insiden “kegagalan teknik”. Sedangkan disiplin
ilmu Industrial Hygiene adalah mempelajari dampak jangka panjang akibat pengaruh
lingkungan kerja terhadap kesehatan tenaga kerja dan manusia maupun terhadap alam
sekitarnya, (KESEHATAN KERJA).
Penerapan Ilmu HYPERKES secara keseluruan yang mencakup, adalah memcegah
kecelakaan, sakit akibat kerja dan pengendalian lingkungan, yang dilakukan secara
terintegragrasi intervensi pro-aktif pada setiap tahapan proses, dengan prinsip sederhana :
“HIRAC”: (Hazard identification, Risk assessment and Risk Control).

3. Regulasi
a) Lembaga & Regulasi
ERA JAWATAN
• Perburuhan (UU Perburuhan)
• Keselamatan Kerja (VR 1910)
• Era RI Merdeka
– UU 1/51, 2/51, 3/51
– VR 1910
• ERA DEPARTEMEN
• UU 14/69  UU 13/2003
• UU 1/70
b) Standar K3 Listrik
AVE 1938
– PUIL 64
– PUIL 77
• PUIL 87 (Adaptasi)
• PUIL 2000 (SNI)
• PUIL 2011 (SNI  Adopsi/Mod. IEC)

4. Implementasi
Dari ketiga perspektif (filosofi, keilmuan, dan regulasi), semuanya diimplementasikan
dalam dunia kerja sebagai alat untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja dan merupakan
syarat utama untuk bekerja di setiap perusahaan.

V. Historis Regulasi K3
Pada awalnya regulasi yang digunakan adalah Jawatan Keselamatan Kerja yaitu
Veiligheidsreglement 1910 yang turunannya adalah UU, Peraturan dan Standar K3. Setelah itu,
muncul regulasi Jawatan Perburuhan yang diatur dalam UU No 1/51 Tentang Norma Kerja, UU
No 2/51 Tentang Santunan Kecelakaan, dan UU No 3/51 tentang Pengawasan Perburuhan. Dari
kedua jawatan tersebut, keduanya disatukan dalam Departemen Tenaga Kerja.

Seiring berjalannya waktu, semua regulasi diatas mengalami perubahan atau amandemen.
Pada tahun 1969, UU No 1/51 Tentang Norma Kerja berubah menjadi UU No 14/1969 tentang
Pokok Pokok Tenaga Kerja. Pada tahun 1970, Veiligheidsreglement 1910 berubah menjadi UU
No 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja. Pada tahun 1992, UU No 2/51 Tentang Santunan
Kecelakaan berubah menjadi UU 3/92 Tentang Jamsostek. Pada perubahan keenam (Tahun
2003) dan yang terakhir atau masih digunakan pada saat ini adalah UU No 14/1969 tentang
Pokok Pokok Tenaga Kerja yang berubah menjadi UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan.

VI. Peraturan Menteri


Aturan tentang ketenagakerjaan bidang kelistrikan di Indonesia diatur dalam Peraturan
Menteri No. 12 Tahun 2015 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Listrik Di Tempat
Kerja. Penilaian, perhitungan, pengetesan, dan pengukuran dilakukan pada saat perencanaan,
pemasangan, penggunaan, perubahan, dan pemeliharaan yang meliputi pembangkit, transmisi,
distribusi, dan pemanfaatan. Semua peralatan, perlengkapan, dan instalasi harus memenuhi
standar kelistrikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
VII. Regulasi Ketenagakerjaan
1. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
2. Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3. Undang Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jamsostek
4. Undang Undang No. 21 Tahun 2003 Tentang Pengawasan Ketenagakerjaan dalam Industri
dan Dagang
5. Undang Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Jamsos
6. Undang Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Kerja
7. Undang Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Tenaga Kerja Indonesia
8. Undang Undang No. 6 Tahun 2012 Tentang Konvensi Hak Tenaga Kerja Migran.

VIII. Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


a. Tujuan K3
1. Menjamin keselamatan tenaga kerja maupun orang lain
2. Menjamin sumber produksi aman dan efisien
3. Menjamin proses produksi lancer dan produktif.
Tempat kerja memiliki beberapa unsur yaitu :
1. Kegiatan usaha
2. Tenaga Kerja
3. Sumber bahaya

Bahan dan mesin merupakan salah satu sumber bahaya jika pekerja melakukan
kesalahan. Pekerja dituntut untuk mematuhi K3 supaya hasil produksi dapat terjamin produk
dan penggunanya. Hal ini merupakan tanggung jawab pengurus, pemerintah, dan pekerja
sehingga usaha (perusahaan) dapat berjalan dengan baik.

b. Accident Prevention (Hazards Control)


Tujuan dari accident prevention adalah Upaya untuk mewujudkan agar seluruh tahapan
proses kegiatan lancar, aman dan produktif (Safe Produktion). Sasarannya adalah
keselamatan jiwa, aset, dan lingkungan.
c. Engineering Control atau Management Control
Pada penerapan K3, diperlukan keahlian khusus secara teknik dan manajerial terkait
dengan proses secara detail, mengidentifikasi potensi bahaya, menilai resiko, dan
mengendalikan resiko.

d. Goals dan Target K3


Goals dari K3 adalah untuk menjamin dan meningkatkan keamanan total dalam setiap
aktifitas, kegiatan atau pekerjaan. Targetnya yaitu :
 Life Safety
 Property Safety
 Environmental safety.

e. Pencegahan dan Pendekatan


Pencegahan :
 Kecelakaan, sakit akibat kerja dan kejadian berbahaya.
 Kebakaran
 Peledakan.
Pendekatan :
 Stadar Keteknikan
 Adminstrasi dan Prosedur
 Kelembagaan & Personel
 Kesisteman.

IX. Penanggulangan Bencana


Regulasi tentang penganggulangan bencana diatur di dalam Undang Undang No. 24 Tahun 2007
Tentang Penanggulangan Bencana yang berisi :
1. Pra Bencana
2. Tanggap Bencana
3. Pasca Bencana
Hal ini juga diatur di dalam Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, dan Peraturan Pemerintah No.
50 Tahun 2012 Tentang SMK3.

X. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Regulasi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diatur di
dalam Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Undang Undang No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012
Tentang SMK3.
XI. NSPK K3 Listrik
Regulasi tentang Norma, Standar, Prosedur, dan kriteria (NSPK) diatur di dalam Undang
Undang dan Peraturan K3, PUIL 2000, dan Riksa & uji. Hal ini untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan seperti bahaya sentuh/kejut, efek thermal, dan medan listrik/magnet.
Aturan resminya adalah sebagai berikut :
► Undang Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
► Keputusan Menteri No. 75 Tahun 2002
► Keputusan 311 Tahun 2002
► Peraturan Menteri No. 3 Tahun 1999 Tentang Lift Penumpang
► Peraturan Menteri No. 2 Tahun 1989 Tentang Penyalur Petir

XII.Aman Pengawasan
Di dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011 SNI 0225-2011 telah
dijelaskan dalam instalasi harus mencakup aman, pasang, test & commissioning, pengoperasian,
dan pemeliharaan. Pada saat di lapangan, instalasi harus memenuhi kriteria aman,
terdokumentasi, dan legal. Berikut ini adalah prosedur untuk mencapai hal tersebut :
• Perancangan,
– Pembangunan,
– Perluasan
• Pemasangan,
– Proyek
– Test & Commissioning
– Dokumentasi
• Pengoperasian
– Pelayanan,
– Pemeliharaan,
• Pemeriksaan dan Pengujian berkala 1 th (420)
• Pengamanannya.

XIII. Mekanisme Pengawasan K3

XIV.

Kriteria Perancangan (PUIL 4.2.1)


Kriteria umum dalam perancangan Instalasi listrik, perlengkapan dan sistem proteksinya
agar dapat berfungsi sebagaimanan mestinya :
a) Pemilihan kabel dan penghantar
b) Susunan sirkit
c) Pengendalian sirkit dengan switsing yang memadai
d) Proteksi sirkit terhadap keadaan beban lebih dan hubung pendek
e) Pemilihan, perancangan dan penempatan PHB dan panel kendali
f) Pemilihan gawai proteksi arus sisa
g) Sistem pembumian dan proteksi (3.17)
h) Bahaya kebakaran dan ledakan
i) Kondisi lingkungan
XV. Proses Pengesahan Gambar Instalasi Listrik
Dokumen gambar rencana dan uraian teknik:
1. Peta lokasi
2. Gambar instalasi
- Lay out perlengkapan dan peralatan listrik
- Rangkaian peralatan dan pengendalinya
3. Diagram garis tunggal
4. Perhitungan
5. Tabel bahan
6. Uraian teknis
- Sepesifikasi & cara pasang
- Cara menguji
- Jadwal waktu

XVI. Pengesahan Gambar Rencana


Dalam PUIL Bab IV, berkas gambar rancangan dan
uraian teknik terdiri :
 Layout
 Diagram garis tunggal lengkap besaran nominal
dan system pengamanan
 Gambar rinci
 Uraian teknis
 Perhitungan
 Susut tegangan
 Perbaikan faktor daya
 Beban terpasang dan kebutuhan maksimum
 Arus hubung pendek dan daya hubung pendek
 Tingkat penerangan
XVII. Test and Commissioning
Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik antara lain mengenai :
a) Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan.
b) Perlengkapan listrik yang dipasang.
c) Cara memasang perlengkapan listrik.
d) Polaritas, sesuai dengan 2.5.2.
e) Pembumian sesuai dengan 3.18.
f) Resistans isolasi, sesuai dengan 3.20.
g) Kesinambungan sirkit.
Fungsi proteksi sistem instalasi listrik.
Pemeriksaan dan pengujian tersebut diatas kemudian dilanjutkan
dengan uji coba.

XVIII.Doc Test and Commissioning


Pemeriksaan dan pengujian berkala :
 Evaluasi bila ada perubahan instalasi
 Evaluasi catatan hasil pemeliharaan berkala sesuai manual
Pengukuran teknik :
 Ukur pembumian sesuai dengan 3.18
 Resistansi isolasi, sesuai dengan 3.20
Evaluasi :
Bandingkan dengan hasil test commissioning.

Anda mungkin juga menyukai