2. Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), secara akademik dikaji dan dikembangkan
melalui disiplin ilmu “HYPERKES” (Hygiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja). Pada saat ini beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia telah membuka bidang study
Hyperkes. Disiplin Studi HYPERKES yaitu Idustrial Safety dan Industrial Hygiene.
Industrial Safety adalah mempelajari pengendalian secara keteknikan dari interaksi Zat,
Energi dan Proses agar beroperasi secara aman, efektif dan efisien (KESELAMATAN
KERJA), berorietasi mencegah terjadinya insiden “kegagalan teknik”. Sedangkan disiplin
ilmu Industrial Hygiene adalah mempelajari dampak jangka panjang akibat pengaruh
lingkungan kerja terhadap kesehatan tenaga kerja dan manusia maupun terhadap alam
sekitarnya, (KESEHATAN KERJA).
Penerapan Ilmu HYPERKES secara keseluruan yang mencakup, adalah memcegah
kecelakaan, sakit akibat kerja dan pengendalian lingkungan, yang dilakukan secara
terintegragrasi intervensi pro-aktif pada setiap tahapan proses, dengan prinsip sederhana :
“HIRAC”: (Hazard identification, Risk assessment and Risk Control).
3. Regulasi
a) Lembaga & Regulasi
ERA JAWATAN
• Perburuhan (UU Perburuhan)
• Keselamatan Kerja (VR 1910)
• Era RI Merdeka
– UU 1/51, 2/51, 3/51
– VR 1910
• ERA DEPARTEMEN
• UU 14/69 UU 13/2003
• UU 1/70
b) Standar K3 Listrik
AVE 1938
– PUIL 64
– PUIL 77
• PUIL 87 (Adaptasi)
• PUIL 2000 (SNI)
• PUIL 2011 (SNI Adopsi/Mod. IEC)
4. Implementasi
Dari ketiga perspektif (filosofi, keilmuan, dan regulasi), semuanya diimplementasikan
dalam dunia kerja sebagai alat untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja dan merupakan
syarat utama untuk bekerja di setiap perusahaan.
V. Historis Regulasi K3
Pada awalnya regulasi yang digunakan adalah Jawatan Keselamatan Kerja yaitu
Veiligheidsreglement 1910 yang turunannya adalah UU, Peraturan dan Standar K3. Setelah itu,
muncul regulasi Jawatan Perburuhan yang diatur dalam UU No 1/51 Tentang Norma Kerja, UU
No 2/51 Tentang Santunan Kecelakaan, dan UU No 3/51 tentang Pengawasan Perburuhan. Dari
kedua jawatan tersebut, keduanya disatukan dalam Departemen Tenaga Kerja.
Seiring berjalannya waktu, semua regulasi diatas mengalami perubahan atau amandemen.
Pada tahun 1969, UU No 1/51 Tentang Norma Kerja berubah menjadi UU No 14/1969 tentang
Pokok Pokok Tenaga Kerja. Pada tahun 1970, Veiligheidsreglement 1910 berubah menjadi UU
No 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja. Pada tahun 1992, UU No 2/51 Tentang Santunan
Kecelakaan berubah menjadi UU 3/92 Tentang Jamsostek. Pada perubahan keenam (Tahun
2003) dan yang terakhir atau masih digunakan pada saat ini adalah UU No 14/1969 tentang
Pokok Pokok Tenaga Kerja yang berubah menjadi UU No 13/2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Bahan dan mesin merupakan salah satu sumber bahaya jika pekerja melakukan
kesalahan. Pekerja dituntut untuk mematuhi K3 supaya hasil produksi dapat terjamin produk
dan penggunanya. Hal ini merupakan tanggung jawab pengurus, pemerintah, dan pekerja
sehingga usaha (perusahaan) dapat berjalan dengan baik.
XII.Aman Pengawasan
Di dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011 SNI 0225-2011 telah
dijelaskan dalam instalasi harus mencakup aman, pasang, test & commissioning, pengoperasian,
dan pemeliharaan. Pada saat di lapangan, instalasi harus memenuhi kriteria aman,
terdokumentasi, dan legal. Berikut ini adalah prosedur untuk mencapai hal tersebut :
• Perancangan,
– Pembangunan,
– Perluasan
• Pemasangan,
– Proyek
– Test & Commissioning
– Dokumentasi
• Pengoperasian
– Pelayanan,
– Pemeliharaan,
• Pemeriksaan dan Pengujian berkala 1 th (420)
• Pengamanannya.
XIV.