Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ERGONOMI

(SERTIFIKASI K3)

SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN


JAKARTA

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD RAY ERLANGGA


(201711145)

KEVIN
(201711259)

KELAS : E

SEKOLAH TINGGI TEKNIK PLN


JAKARTA
2019
MAKALAH ERGONOMI DI TEMPAT KERJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan
pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan.
Disamping itu,akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya
potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya antisipasi
berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan
dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomic.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada sector kegiatan ekonomi.
Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
(hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh
khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan.
Fungsi pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes
dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan
pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-
kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomic dan penerapannya.

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam topic kali ini antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?
2. Apakah tujuan dari ergonomi di tempat kerja?
3. Bagaimana metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ergonomi
Pendekatan ergonomi merupakan suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni
untuk menserasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan
kemampuan dan batasan manusia, sehingga tercapai suatu kondisi dan lingkungan yang
sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh manusia
secara optimal dan maksimal. Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergo (kerja) dan
nomos (peraturan, hukum). Jadi ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang
manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu
sama lain secara optimal antara manusia dengan lingkungan kerjanya, yang manfaatnya
diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja (Zander, 1972). Kesehatan dan keselamatan
kerja merupakan suatu kondisi yang bebas dari gangguan secara fisik dan psikis yang
disebabkan oleh lingkungan kerja serta selamat dari penderitaan dan kerusakan atau
kerugian di tempat kerja yang berupa penggunaan mesin, peralatan, bahan-bahan dan proses
pengolahan, lantai tempat bekerja dan lingkungan kerja, serta metode kerja.
Hubungan ergnomi dengan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu
pendekatan multi dan interdisiplin ilmu guna terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja
bagi setiap individu secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan proses dan hasil.
Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan manusia.
Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi
tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu
upaya yang dilakukan antara lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh
agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan bahwa
ergonomi bertujuan untuk “fitting the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai
ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan
produktivitasnya.(ILO).

Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan


yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja
merupakan subyek dan obyek pembangunan. Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan
keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun
obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomic bagi
para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.

B. Undang Undang Tentang Ketenagakerjaan

PENGAWASAN

Dalam undang-undang ini, pengurus diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (Pasal
8). Adapun pemeriksaan ini menurut PerMenaker No.02/1980 pemeriksaan kesehatan
mencakup:

 Pemeriksaan sebelum bekerja


 Pemeriksaan berkala (1 tahun 1x)
 Pemeriksaan khusus (tergantung faktor risiko kesehatan ditempat kerja)
Berikut beberapa peraturan yang terkait dengan kesehatan kerja

 Kewajiban Hiperkes untuk Dokter PerMenaker No. 01 tahun 1976


 Kewajiban Hiperkes untuk Tenaga Medis PerMenaker No. 01 tahun 1979
 Pemeriksaan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 02 tahun 1980
 Kewajiban Melapor Penyakit PerMenaker No. 01 tahun 1981
 Pelayanan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 03 tahun 1982
 Diagnosis & Pelaporan Penyakit Kepmenaker No. 333 tahun1989

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam Bab Undang Undang No.1 tahun 1970 ini menjelaskan bahwa kewajiban pengusaha atau
pengurus yaitu membentuk P2K3.

Dalam PerMenaker 04/1987 dijelaskan bahwa keanggotaan mencakup ketua, sekretaris dan
anggota. Untuk P2K3 ditetapkan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuknya atas usul dari
pengusaha atau pengurus yang bersangkutan. Selain itu, terkait dengan kelembagaan K3 bisa
juga melihat beberapa peraturan berikut ini

 PerMenaker No.155/1987 tentang P2K3 dan Penunjukan AK3


 PerMenaker No.04/1995 tentang Perusahaan Jasa K3
 PerMenaker 04/1987 tentang Tata Cara Penunjukkan AK3
 PerMenaker No.02 tahun 1992 tentang Penunjukkan, Kewajiban & Wewenang AK3

KECELAKAAN

Dalam Undang Undang No.1 tahun 1970 dikatakan bawah pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya. Dalam hal ini pengurus wajib
melaporkan 2×24 jam semenjak terjadinya kecelakaan.
Terkait dengan Kecelakaan Kerja berikut beberapa peraturan yang terkait

 PerMenaker No.03/1989 tentang Pelaporan Kecelakaan Kerja


 Dirjen Binawas No.84/1998 tentang Analisis Statistik Kecelakaan Kerja

KEWAJIBAN DAN HAK KERJA

Secara garis besar terkait dengan kewajiban dan hak kerja yaitu

 Memberikan keterangan kepada petugas pengawas/AK3


 Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
 Memenuhi dan mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan
 Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua persyaratan K3 yang diwajibkan
 Menyatakan keberatan kerja dimana syarat K3 dan APD diragukan olehnya

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk.
Keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
KEWAJIBAN PENGURUS

Dalam undang-undang dijelaskan pula terkait dengan kewajiban-kewajiban dari


pengurus. Antara lain :

 Memeriksa kesehatan tenaga kerja (pasal 8)


 Menjelaskan kondisi & bahaya di tempat kerja, alat pengaman, APD, cara & sikap
yang aman ( pasal 9)
 Membentuk panitia pembina K3 (pasal 10)
 Melaporkan kecelakaan kerja (pasal 11)
 Secara tertulis menempatkan syarat-syarat K3 dan sehelai UU ini, gambar
keselamatan kerja,
 menyediakan APD bagi tenaga kerja dan orang lain yang masuk ke tempat kerja
(pasal 14)

PENGAWASAN
Dalam undang-undang ini, pengurus diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (Pasal
8). Adapun pemeriksaan ini menurut PerMenaker No.02/1980 pemeriksaan kesehatan
mencakup:

 Pemeriksaan sebelum bekerja


 Pemeriksaan berkala (1 tahun 1x)
 Pemeriksaan khusus (tergantung faktor risiko kesehatan ditempat kerja)

Berikut beberapa peraturan yang terkait dengan kesehatan kerja

 Kewajiban Hiperkes untuk Dokter PerMenaker No. 01 tahun 1976


 Kewajiban Hiperkes untuk Tenaga Medis PerMenaker No. 01 tahun 1979
 Pemeriksaan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 02 tahun 1980
 Kewajiban Melapor Penyakit PerMenaker No. 01 tahun 1981
 Pelayanan Kesehatan Kerja PerMenaker No. 03 tahun 1982
 Diagnosis & Pelaporan Penyakit Kepmenaker No. 333 tahun 1989

Terkait dengan Sanksi, dalam undang-undang ini ditetapkan hukuman kurungan selama-lamanya
3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-

C. Tujuan Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai dari yang sederhana dan
pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan ergonomi akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan system serta
lingkungan yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
 Adapun tujuan penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja
tambahan(fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan
kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak
sesame pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system
kebersamaan dalam tempat kerja.
3. Berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi,
antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.

D. Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:


1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi, kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7. Desain, dll

E. Manfaat Ergonomi
1. Menurunnya angka kesakitan akibat kerja.
2. Menurunnya kecelakaan kerja.
3. Biaya pengobatan dan kompensasi berkurang.
4. Stress akibat kerja berkurang.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
7. Rasa aman karena bebas dari gangguan cedera.
8. Kepuasan kerja meningkat
F. Metode-metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan kerja
lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela
yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja
3. Follow up
Bisa dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain.

G. Pengembangan penerapan ergonomi


1. Pengorganisasian kerja
 Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus
dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari
sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit
kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
 Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping
harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat
mengurangi ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.
 Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn
kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
 Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan.
Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh
yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan
pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
2. Bangku atau meja kerja
 Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering
adalah penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka
syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut :
 Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah
dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda,
makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
 Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus
ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan
yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
 Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian
penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan
tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi
pemakainya.
3. Sikap kerja
 Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja
dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami
penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
darah.
 Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
 Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi
mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke
kiri
4. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
5. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam
hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja
serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya
Gambar Bahaya Penyebab Dampak
Pembungkuka Tidak adanya gagang sapu Badan Sering
n Badan pegel setelah
menyapu

efek Tidak ada Sandaran Ketidaknyamana


kelelahan n

Menunduk saat Meja terlalu rendah Tidak nyaman


makan dan
minum

Jika kurang tumpul Kertas mudah


teliti, rusak
Salah satu
Anggota badan
akan terluka
Satu tempat Keramaian/keributan/kebisinga Tidak Fokus
yang cukup n sesame pekerja
ramai

Keteledoran Tidak memakai APD sesuai Terluka bahkan


SOP bias sampai
kematian

H. Keluhan-keluhan di tempat kerja yang berkaitan dengan ergonomi


a. Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang,
bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
b. Kebisingan
 Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
 Kerusakan pada indera pendengaran
 Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
 Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek
saraf otonom
 Efek psikologis
c. Kelelahan
 Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak
terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
 Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-
tiba dan berat gejalanya.
 Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya
di tempat kerja.

I. Waktu bekerja dan istirahat yang baik bagi pekerja


a. Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk
istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja
melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan
organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar
kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.
b. Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
o Istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
o Istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
o Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
o Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau
prosedur-prosedur kerja

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab
terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman
K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait
dalam pembinaannya. Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari hygiene kesehatan
dan keselamatan kerja, namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan
masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk
mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik
masyarakat industry maupun tradisional agar ergonomic diterapkan secara luas. Program
demikian meliputi kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan ergonominya
adalah khusus
2. Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui kunjungan-
kunjungan perusahaan oleh tim-tim teknis.
3. Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi dan
perbaikan
Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan dari tahun ketahun secara bertahap dalam program
jangka pendek dan jangka menengah.Dengan terciptanya program ini bagian terpenting
program jangka pendek telah terselesaikan. Setelah program jangka menengah dilalui,
pembudayaan ergonomic lebih lanjut dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan
masyarakat dan pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian memegang
peranan penting. Untuk pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner antar lembaga-
lembaga seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan lainnya.
Hasil-hasil penelitian tersebut perlu disebarluaskan dan dituangkan dalam standar-standar
bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.

B. Saran
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja
manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu
cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan
sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan
manusia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.isomanajemen.com/keselamatan-kerja-k3/

https://jdih.esdm.go.id/peraturan/uu-01-1970.pdf
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60357
https://sadkes.net/2017/09/27/undang-undang-no-1-tahun-1970/
http://staffnew.uny.ac.id/upload/197912032015042001/pendidikan/PERTEMUAN%2013%20H
UBUNGAN%20ERGONOMI%20DAN%20K3.pdf

Anda mungkin juga menyukai