Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH SAFETY,SECURITY AND SERVICE CULTURE

NAMA : -BAGAS AJI ABDI (03/DIII TPU IV C)


-ZULFIKAR ILHAM FEBRIANTO (24/DIII TPU IV C)
DAFTAR ISI

PENGERTIAN SAFETY SECURITY AND SERVICE

SAFETY SECURITY AND SERVICE CULTURE

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENGERTIAN KESELAMATAN KEMANANAN DAN PELAYANAN

Keselamatan dan keamanan

• Keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki peranan yang penting dan strategis dalam
penyelenggaraan penerbangan sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya
dilakukan oleh Pemerintah dalam satu kesatuan sistem pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan
sipil.

• Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah meliputi aspek pengaturan, pengendalian dan pengawasan
terhadap kegiatan pembangunan, pendayagunaan, dan pengembangan sistem pelayanan keamanan dan
keselamatan penerbangan, dalam upaya untuk mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang selamat,
aman, cepat, lancar, tertib dan teratur serta terpadu dengan moda transportasi lain.

• Atas dasar hal tersebut di atas, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur ketentuan mengenai sistem
keamanan dan keselamatan penerbangan, pelayanan operasi pesawat udara, pengoperasian bandar udara,
pengaturan mengenai ruang udara, personil keamanan dan keselamatan penerbangan, pelayanan kesehatan
penerbangan, tata cara penanganan dan pemeriksaan penumpang, bagasi kargo dan pos, pencarian dan
pertolongan kecelakaan pesawat udara, penelitian sebab-sebab kecelakaan pesawat udara, program
pengamanan penerbangan sipil serta tarif jasa pelayanan navigasi penerbangan.

Pengertian Keamanan & Keselamatan Penerbangan

Keamanan & Keselamatan penerbangan adalah kondisi dimana suatu penerbangan berjalan dengan lancar dari tinggal
landas sampai dengan mendarat di tempat tujuan dengan tidak ada kecelakaan maupun insiden

Keselamatan & keamanan penerbangan adalah kunci bagi penyedia jasa penerbangan agar dapat berkontribusidalam
memenuhi kepentingan negara. Standar leAD menyatakan prioritas utama dalam penerbangan adalah tercapainya
sebuah sistem yang selamat (safe). Tindakan untuk mewujudkan keselamatan penerbangan harus didukung oleh
fakta, data dan persepsi masyarakat mengenai unsur-unsur yang dibutuhkan untuk mencapai keselamatan.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan menyatakan


penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan
teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan
keselamatan dan keamanan yang optimal. Selanjutnya dalam Pasal 3 UndangUndang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan mengatur adanya kaitan
antara keselamatan, efisiensi dan efektifitas dengan terselenggaranya
penerbangan nasional dan internasional sebagai berikut:

1. mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat,


aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari praktek
persaingan usaha yang tidak sehat;
2. memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui udara
dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka
memperlancar kegiatan perekonomian nasional
3. membina jiwa kedirgantaraan;
4. menjunjung kedaulatan negara;
5. menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri
angkutan udara nasional;
6. menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan nasional;
7. memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara;
8. meningkatkan ketahanan nasional; dan
9. Mempererat hubungan antarbangsa.

Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penerbangan dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan nasional,
harus dilakukan penyempumaan terhadap peraturan perundangan dan peraturan
pelaksanaannya. Program keselamatan penerbangan nasional bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah dan penyedia jasa penerbangan untuk
mencapai standar keselamatan, pelayanan, teknologi dan kompetensi sumber
daya manusia dalam penyedia jasa penerbangan. Salah satu bagian dari
langkah-Iangkah pembaharuan yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah
adalah dengan menetapkan Program Keselamatan Penerbangan Nasional.
Pengembangan dan keberlangsungan penyedia jasa penerbangan di Indonesia
sangat penting untuk pengembangan kebijakan transportasi di Indonesia guna
mendukung tujuan Pemerintah untuk menjadi yang terdepan di kawasannya, juga
untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja, keselamatan publik
dan keamanan nasional. Penerbangan merupakan salah satu moda transportasi,
yang pada intinya membantu mempersatukan negara.
Kebijakan untuk pengembangan transportasi di Indonesia mengacu kepada 3
(tiga) aturan pokok, yaitu :

1. Pengembangan transportasi harus berpedoman kepada peran dasar


transportasi sebagai sarana utama untuk mendukung kegiatan ekonomi,
sosial, politik dan pertahanan. Pengembangan transportasi dilaksanakan
berdasarkan prioritas nasional dan memerlukan peningkatan infrastruktur,
serta diperbaikinya peraturan dan kerangka struktur organisasi.
2. Perlunya perhatian khusus terhadap wilayah Indonesia bagian timur, daerah
daerah terpencil, termasuk kepulauan dan wilayah perbatasan yang masih
belum berkembang.
3. Pengembangan dan tata kelola semua bagian dari sistem transportasi harus
dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi.

Terwujudnya manfaat dari transportasi udara tergantung dari tingkat standar


keselamatan penerbangan yang dilakukan pengawasan secara berkelanjutan
oleh pemerintah dan penyedia jasa penerbangan.

Keselamatan dan keamanan penerbangan di Indonesia merupakan tanggungjawab semua unsur baik
langsung maupun tidak langsung, baik regulator, operator, pabrikan, pengguna dan kegiatan lain yang berkaitan
dengan transportasi penerbangan tersebut. Namun demikian keberadaan tanggung jawab yang sifatnya
konseptual tersebut perlu diwujudkan, salah satu caranya adalah dengan adanya kebijakan-kebijakan dalam
bentuk peraturan-peraturan oleh pemerintah dan instansi-instansinya di bidang transportasi.
74
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, keselamatan dan
keamanan selama penerbangan khusus dalam pesawat udara diatur dalam BAB VIII mengenai kelaikan udara
dan Pengoperasian Pesawat Udara. Bagian keempat dari Pasal 52 sampai dengan Pasal 57.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia dapat dikemukakan
beberapa hal yang dimaksudkan untuk menjaga keselamatan penerbangan di Indonesia yaitu :
a. Penetapan Bandar Udara untuk pendaratan atau pemberangkatan pesawat udara.
b. Sanksi administratif bagi pelanggar.
c. Larangan bagi setiap orang yang menerbangkan pesawat membahayakan ketertiban umum.
d. Larangan setiap orang dalam penerbangan melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan dan
keamanan penerbangan.
Disamping itu kiranya perlu juga diperhatikan kewajiban yang harus dipenuhi dalam rangka penerbangan
ini yaitu :
a. Kapten penerbangan wajib mengambil tindakan yang diperlukan dalam keadaan darurat dalam rangka
menjaga keselamatan dan keamanan penerbangan.
b. Setiap personil pesawat udara wajib memiliki lisensi.
c. Asuransi.
Kemudian secara umum mengenai keselamatan penerbangan yang memuat program pengawasan,
penegakan hukum, manajemen dan budaya keselamatan penerbangan diatur dalam BAB. XII Pasal 308 sampai
dengan Pasal 322 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009.
Selanjutnya aturan pelaksana mengenai ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan pesawat
udara, kewenangan kapten selama penerbangan, budaya keselamatan dan pemberian sanksi administratif
menggunakan Peraturan Menteri.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka Menteri harus menetapkan peraturan pelaksana dalam rangka
menjaga keselamatan penerbangan antara lain :
a.Peraturan Keselamatan Penerbangan;
b.Sasaran Keselamatan Penerbangan;
c. Sistem Pelaporan Keselamatan Penerbangan;
d. Analisis Data dan Pertukaran informasi Keselamatan penerbangan;
e. Kegiatan Investigasi Kecelakaan dan Kejadian Penerbangan;
f. Promosi Keselamatan Penerbangan;
g. Pengawasan Keselamatan Penerbangan; dan
h. Penegakan Hukum.
Dalam rangka pelaksanaan keselamatan dan keamanan penerbangan di Indonesia telah dikeluarkan
beberapa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Perhubungan antara lain :
a. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 Tentang Keselamatan Penerbangan;
b. Peraturan Pemerintah No. 70 tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Republik Indonesia;
c. Peraturan Menteri Perhubungan Tentang Keselamatan Penerbangan Sipil Nomor KM 14 Tahun 2009
bagian 170;
d. Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 2012 Tentang Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggaraan
Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia;
e. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 90 Tahun 2015 Tentang Pengendalian
Pengoperasian Pesawat Udara tanpa awak di ruang udara yang dilayani Indonesia;
f. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 57 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan
Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (slot time) Bandar Udara; dan
g. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 131 Tahun 2015 Tentang Peningkatan Pelayanan
Keselamatan Navigasi Penerbangan.

Prinsip-Prinsip Keselamatan Penerbangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dalam Pasal 1, Butir


48 menyatakan bahwa "Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan
terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara,
pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta
fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya." Untuk penyedia jasa
penerbangan di Indonesia bahwa tingkat keselamatan penerbangan dapat dicapai
dengan berfungsinya semua unsur terkait antara satu dengan lainnya terhadap
penyedia jasa penerbangan.

Mempertimbangkan kemajuan dan ketangguhan teknologi tinggi dalam


penerbangan, analisa kecenderungan (trend analysis) atas kecelakaan
penerbangan dan penyedia jasa penerbangan, menyimpulkan sebagian besar
dari kecelakan yang terjadi diakibatkan oleh kesalahan manusia (human error).
Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan selain faktor teknis operasional dan
cuaca, penyebab utama kecelakaan diakibatkan ketidakdisiplinan atau kurang
terpenuhinya kompetensi personel penerbangan dan organisasi.

Pencegahan kejadian serius dan kecelakaan harus dilaksanakan tetapi sasaran


tingkat keselamatan seratus persen tidak mungkin dicapai. Kegagalan dan
kesalahan dapat terjadi, meskipun upaya untuk pencegahan telah dilakukan
semaksimal mungkin.

Kecelakaan (accident) di udara jarang terjadi, kejadian serius sering terjadi.


Kejadian-kejadian (incident) sering te~adi memberi indikator adanya
permasalahan keselamatan. Mengabaikan kejadian-kejadian (incident) dapat
mengakibatkan kecelakaan-kecelakaan yang lebih serius.
Pengelolaan keselamatan yang efektif memerlukan adanya pemahaman yang
sarna tentang tanggung jawab dan kontribusi antara pemerintah dan penyedia
jasa penerbangan. Pengelolaan keselamatan dapat dianggap sebagai proses
manajemen yang harus dilaksanakan pada tingkat yang sarna dan bersamaan
dengan pengelolaan proses-proses lainnya pada tingkat pimpinan tertinggi.
Karena pengelolaan keselamatan adalah salah satu dari proses manajemen,
setiap bagian organisasi, khususnya pada tingkat pimpinan tertinggi, harus ada
penanggung jawab keselamatan. Keselamatan menjadi bagian yang melekat dari
setiap prosedur, produk, kebijakan dan teknologi yang bersangkutan dengan
Pemerintah dan masing-masing penyedia jasa penerbangan.

Pedoman Nasional mengenai Pengelolaan Keselamatan

ICAO mendefinisikan keselamatan (safety) sebagai "kondisi dimana risiko


terjadinya cedera bagi seseorang ataupun risiko terjadinya kerusakan atas
sesuatu telah dikurangi dan dipertahankan pada tingkat yang telah ditentukan
atau pada tingkat lebih rendah dengan melakukan identifikasi bahaya (hazard)
dan proses manajemen risiko secara berkesinambungan."
Istilah "safety management," sebagaimana digunakan oleh ICAO melingkupi 2
(dua) konsep utama:

1. Pemerintah wajib memiliki Program Keselamatan Penerbangan


Nasional (State Safety Program/SSP), yang merupakan seperangkat
peraturan dan kegiatan bertujuan untuk meningkatkan keselamatan,
termasuk kegiatan keselamatan tertentu yang harus dilakukan oleh
Negara, serta peraturan-peraturan dan petunjuk pelaksana yang disahkan
oleh pemerintah; dan
2. Penyedia jasa penerbangan wajib memiliki Sistem Manajemen
Keselamatan (Safety Management SystemlSMS), merupakan suatu
pendekatan sistematis untuk mengelola keselamatan, termasuk struktur
organisasi, pertanggungjawaban, kebijakan dan prosedur.

Kerangka untuk melaksanakan Program Keselamatan Penerbangan Nasional


secara berkesinambungan sesuai dengan Dokumen ICAD 9859 meliputi :

a. Kebijakan tentang Keselamatan Penerbangan Nasional - menetapkan


pertanggu ngjawaban (accountability);
b. Manajemen Risiko Keselamatan Penerbangan Nasional - bagaimana
mengendalikan risiko secara proaktif;
c. Jaminan Keselamatan Penerbangan Nasional (State Safety Assurance) -
memastikan berfungsinya sistem pengendalian; dan
d. Peningkatan Keselamatan Penerbangan Nasional (State Safety Promotion) -
memastikan semua personel penerbangan memahami dan fokus terhadap
tugas dan tanggung jawab terkait aspek keselamatan penerbangan.
Program Keselamatan Penerbangan Nasional merupakan
pelaksanaan State Safety Program ICAD.

Dokumen ICAD 9859 menjelaskan delapan unit kesatuan yang diperlukan untuk
menerapkan Program Keselamatan Penerbangan Nasional dan Sistem
Manajemen Keselamatan:

1. Komltmen Pimpinan Tertinggi. Menteri Perhubungan yang kewenangannya


dilimpahkan kepada Direktur Jenderal dan setiap pimpinan tertinggi penyedia
jasa penerbangan harus berkomitmen untuk menerapkan manajemen
keselamatan penerbangan. Setiap Direktur di Iingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara harus dapat menjadi penggerak dan pengawas bagi
konsistensi dan keberlanjutan pelaksanaan Program Keselamatan
Penerbangan Nasional. Kebijakan perlu ditetapkan untuk menjamin aspek
keselamatan digunakan dalam standar sistem manajemen.
2. Sistem Pelaporan Keselamatan yang Efektif. Untuk mengendalikan
keselamatan, setiap organisasi memerlukan data mengenai keselamatan
yang dapat diperoleh melalui sistem pelaporan sukarela (voluntary reporting
system) atau sistem pelaporan sendiri (self-reporting system). Setiap
penyedia jasa penerbangan harus memiliki Iingkungan kerja dengan inisiatif
yang tepat untuk melakukan pelaporan dimana manajemen juga mendukung
pelaporan keselamatan penerbangan yang efektif yang dilakukan oleh
personel penerbangan. Seluruh personel penerbangan wajib memahami
tanggung jawab mereka dalam melakukan pelaporan sukarela (voluntary
reporting)
3. Penggunaan Informasi. Organisasi penerbangan harus memantau sistem
penghimpunan data keselamatan secara berkesinambungan dan
menganalisa informasi-informasi yang telah terhimpun serta mendistribusikan
informasi tentang keselamatan penerbangan dan hasil analisa yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa penerbangan.
d. Pembelajaran. Penyelidikan atas peristiwa-peristiwa keselamatan harus
dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam sistem keselamatan penerbangan, bukan untuk menyalahkan
seseorang. Tidak penting menentukan pelakunya, yang penting adalah untuk
mempelajari penyebab kejadian. Memperbaiki kekurangan sistem jauh lebih
efektif daripada memberhentikan personel yang dianggap tidak kompeten.
Pembelajaran kepada masyarakat agar mengerti manfaat dari pentingnya
budaya keselamatan.
4. Berbagi Pengalaman. Organisasi penerbangan harus berbagi pembelajaran
yang diperoleh dari pengalaman keselamatan serta pengalaman yang baik
(best practice) melalui pertukaran informasi keselamatan.
f. Pelatihan. Organisasi penerbangan harus mengintegrasikan pelatihan
keselamatan penerbangan dengan program pelatihan yang memenuhi
persyaratan bagi personel penerbangan.
5. Standard Procedure. Penerapan Standard Operating Procedure (SOP) yang
efektif, termasuk penggunaan checklist dan pengarahan adalah salah satu
cara yang paling efektif bagi personel penerbangan untuk memulai tugas dan
tanggung jawab serta merupakan mandat yang besar dari pihak organisasi
penerbangan mengenai tata cara pimpinan tertinggi menentukan kegiatan
penerbangan dijalankan. Dengan adanya SOP yang memiliki pemahaman
terhadap keselamatan yang realistis, yang tercatat dengan baik dan dipatuhi
setiap saat, pemenuhan checklist dan pengarahan tidak dapat diabaikan.
6. Peningkatan Berkelanjutan (Continuous Improvement). Organisasi
penerbangan harus memiliki rencana peningkatan berkelanjutan untuk
manajemen keselamatan penerbangan (continuous improvement of safety
management). Manajemen keselamatan merupakan kegiatan yang
berkelanjutan sehingga keberhasilannya dapat dicapai dengan melakukan
peningkatan berkelanjutan.

Faktor faktor keselamatan dan keamanan


Keselamatan merupakan hal terpenting dalam suatu jasa transportasi udara.Namun kenyataanya Indonesia
saatinimasihbanyakkejadiankecelakaansaatpenerbangan.LZTSDixVHjTGXffS41y2HPDkCqQhu5yRJVdi ?
Keselamataninidipengaruhiolehbeberapa factor.Diantaranyaadalahfactor :
· Kondisifisikpesawat
· Kondisiawakpesawat
· Infrastruktur
· Faktoralam
Mari kitabahas :
1. faktor kondisi fisik pesawat
Pesawat yang akan dioperasikan terlebih dahulu harus memenuhi standar kelaikan pesawat udara, yaitu
terpenuhinya persyaratan desain tipe pesawa tudara dan dalam aman untuk beroperasi.
Kondisi fisik suatu pesawatjuga tergantung dari perawatan yang dilakukan. Semakin baik perawatan sebuah
pesawat, maka makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri jika suatu
airline dengan high cost, tingkat pelayanan kepada penumpang pun sangat memuaskan. Berbeda dengan
pelayanan dari airline yang low cost.
Perawatan yang dilakukan juga dilihat dari umur suatu pesawat. Pesawat dengan umur yang tua, perawatan
serta pemeriksaannya harus lebih cermat dibandingkan dengan pesawat baru. Oleh karena itu, tidak heran
apabila perawatan pesawat yang berumur tua tersebut lebih mahal dibandingkan dengan pesawat yang baru.
2. kondisiawakpesawat,
faktormanusiajugaberperanpentingdalampencapaiansuatukeselamatanpenerbangan. Bukanhanya
pilot pesawat, tetapijugapetugaslain, termasuk yang
bertanggungjawabdalampenanganandanpemeriksaanpenumpangpesawat. UU No 1 tahun 2009
tentangpenerbangan yang
didalamnyamengaturtentangtugasdantanggungjawabpihakbandaradalamhalkeamanandankeselamat
anpenerbangan.
3. Infrastruktur Dalamhalini,
Pemerintahjugamemegangperananpenting. Salah satunyadenganmemperbaikiinfrastrukturpenerbangan.
Sepertibangunan, struktur, lampu aerodrome, landasanpacu, kendaraan, fasilitas radar, komunikasi, situs web
dan lain-lain.
4. sertafaktoralam.

Mungkinkita yang belumtahubahayanyaburungbagipesawatterbangdapatmelihatpadabeberapasaat yang


laluadakecelakaanpesawat yang disebabkanolehkawananburung yang bertabrakandenganpesawat yang
disebutdengan bird strike, atau bird hit, atau BASH - Bird Aircraft Strike Hazard.
Apabilaseluruh factor-faktor tersebut dapat berjalan dengan baik, maka akan tercipta keselamatan dan
memberi rasa aman terhadap penumpang. Serta dapat mengurangi tingkat kecelakaan penerbangan yang
terjadi di Indonesia.
5. Selama penerbangan
Ketika sudah berada di pesawat, bukan berartiAnda berhenti untuk bertindak waspasa.Masih ada hal lain yang
harus diperhatikan demi keamanan.
Yang pertama adalah memperhatikan demo keselamatan yang diperagakan awal kabin, atau yang ditampilkan
dalam layar video. Ini sangat penting untuk dipahami penumpang agar Anda siap jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.Sayangnya, demo dari awak kabin ini malah sering diabaikan penumpang.
Setelah memperhatikan demo keselamatan yang dilakukan awak kabin, bacalah buku petunjuk keselamatan
dengan seksama. Ini membantu
darurat di pesawat dan cara membukanya. Ketika panik, orang yang berada di dekat pintu darurat bisa saja
tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan tiba-tiba lupa bagaimana caranya membuka pintu darurat.
Dengan mengetahui posisi pintu darurat dan cara membuka, Ini sangat penting dalam proses penyelamatan.

KESIMPULAN
Dalam rangka pelaksanaan pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan khususnya di Indonesia
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah kebijakan yang diperlukan.
Langkah kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah dengan
menuangkannya baik ke dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan, Keputusan Menteri Perhubungan
maupun Keputusan Dirjen Perhubungan Republik Indonesia. Dengan kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan
diharapkan pelayanan penerbangan yang dilakukan oleh maskapai penerbangan baik penerbangan antar kota,
antar propinsi maupun antar pulau di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat
terlaksanakan
dengan baik, selamat dan aman.
Kiranya tetap harus diperhatikan dalam pelayanan penerbangan agar selamat dan aman adalah faktorfaktor
yang kemungkinan dapat terjadi yaitu kondisi force majeur, dimana kondisi seperti ini memang sulit
diduga dan sulit dihindari. Sedangkan faktor lain yaitu faktor human error adalah faktor yang seharusnya dapat
dihindari, sehingga pelayanan keselamatan dan keamanan penerbangan dapat berjalan sesuai dengan
prosedur
yang ditetapkan.

UCAPANTERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN
yang memfasilitasi penerbitan makalah ini, dan kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan masukan
sehingga makalah ini dapat diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Hendra PasuhukArtikel : 5-I 2015 http://dw.com/p/1EF5r. download 11 Okt 2016 pk. 08.00
Lihat Ketentuan Pasal 309 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 2009
https://id.wikipedia.org/wiki/Kawasan_Keselamatan_Operasi_Penerbangan Diakses 11 Okt 2016 pk. 8.15
http://regional.liputan6.com/read/2610279/ diakses 11 Oktober 2016 pk. 08.00
Hendra PasuhukArtikel : 5-I 2015 http://dw.com/p/1EF5r. download 11 Okt 2016 pk. 08.00

Anda mungkin juga menyukai