Anda di halaman 1dari 11

Lex Administratum, Vol. IX/No.

3/Apr/2021

BUDAYA KESELAMATAN PENERBANGAN kesadaran hukum (rechtsbewustzijn) bagi para


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 stakeholdes kegiatan penerbangan tersebut.
TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN1 Kesadaran untuk mematuhi aturan hukum
Oleh: Megita Walewangko2 tersebut tentunya dapat terlaksana dengan
Martim N. Tooy3 baik apabila para stakeholders dalam kegiatan
Fernando J. M. M. Karisoh4 penerbangan tersebut memiliki budaya hukum
yang tinggi untuk mematuhi segala peraturan
ABSTRAK yang terkait dengan upaya pelaksanaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk keselamatan penerbangan. Sebab apabila
mengetahui bagaimanakah budaya budaya untuk mematuhi dan melaksanakan
keselamatan penerbangan berdasarkan hukum tersebut berjalan dengan baik, maka
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang kejadian kecelakaan penerbangan tersebut
Penerbangan dan bagaimanakah penegakan dapat diminimalisir. Sehingga momok
hukum terhadap keselamatan penerbangan, di menyeramkan yang menghantui kegiatan
mana dengan metode penelitian hukum penerbangan di Indonesia dapat secara
normatif disimpulkan: 1. Budaya keselamatan perlahan dikikis dan tidak ada lagi masyarakat
penerbangan berdasarkan Undang-Undang yang phobia untuk menggunakan moda
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan transportasi ini. Oleh karena itu perlu suatu
menunjukkan pemerintah dan pemangku upaya strategis dalam membangun kesadaran
kepentingan lainnya bertanggung jawab para stakeholders terkait dalam kegiatan
membangun dan mewujudkan budaya penerbangan agar dapat mematuhi dan
keselamatan penerbangan yang merupakan melaksanakan aturan-aturan hukum yang ada
keyakinan, pola pikir, pola sikap, dan perasaan dan menciptakan suatu budaya hukum yang
tertentu yang mendasari dan mengarahkan baik, guna menjamin terselanggaranya upaya
tingkah laku seseorang atau organisasi untuk untuk menjaga keselamatan penerbangan. Para
menciptakan keselamatan penerbangan. 2. stakeholders yang terkait dalam kegiatan
Penegakan hukum terhadap keselamatan penerbangan harus memiliki budaya hukum
penerbangan, merupakan kewenangan Menteri yang tinggi untuk melaksanakan aturan-aturan
untuk menetapkan program penegakan hukum hukum tentang keselamatan penerbangan. Di
dan mengambil tindakan hukum di bidang dalam dunia penerbangan dikenal istilah
keselamatan penerbangan. Program penegakan Budaya Keselamatan atau Safety
hukum memuat tata cara penegakan hukum, Culturesebagai salah satu upaya strategis dalam
penyiapan personel yang berwenang mewujudkan keselamatan penerbangan.
mengawasi penerapan aturan di bidang
keselamatan penerbangan, pendidikan B. Rumusan Masalah
masyarakat dan penyedia jasa penerbangan 1. Bagaimanakah budaya keselamatan
serta para penegak hukum; dan penindakan, penerbangan berdasarkan Undang-
berupa sanksi administratif; dan sanksi pidana. Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Kata kunci: penerbangan; budaya keselamatan; Penerbangan?
2. Bagaimanakah penegakan hukum
PENDAHULUAN terhadap keselamatan penerbangan?
A. Latar Belakang
Sebagai upaya untuk membangun C. Metode Penelitian
stakeholders dalam kegiatan penerbangan yang Penelitian hukum yang dilakukan dengan
memiliki budaya patuh terhadap aturan-aturan cara meneliti bahan pustaka atau data
hukum yang terkait dalam kegiatan sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian
penerbangan ialah dengan menciptakan hukum normative.

1
Artikel Skripsi PEMBAHASAN
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM : A. Budaya Keselamatan Penerbangan
17071101715 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Tahun 2009 Tentang Penerbangan
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum

122
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

Budaya Keselamatan merupakan suatu hal menerapkan safety culturedengan baik dalam
yang diperoleh melalui proses kombinasi menjalankan fungsinya.7
antara Budaya Organisasi, Budaya Profesional Selain itu dengan menerapkan metode
dan juga dari Budaya Nasional. Salah satu reward and punishment dalam pelaksanaan
upaya untuk mengimplementasikan budaya safety culture terhadap stakeholders dalam
keselamatan penerbangan tersebut ialah kegiatan penerbangan, dengan memberikan
dengan memperkenalkan budaya tersebut penghargaan bagi stakeholders dalam kegiatan
kepada para stakeholders dalam kegiatan penenrbangan yang telah menerapkan dan
penerbangan, dengan memberikan edukasi melaksanakan safety culture dengan baik dan
berupa pendidikan dan pelatihan (intoduces mampu mencapai target yang diharapkan dan
the culture during training season).5, di mana memberikan hukuman atau sanksi bagi yang
seluruh pekerja instansi-instansi yang bergerak melakukan pelanggaran atau tidak mampu
dalam kegiatan penerbangan diberikan melaksanakan safety culture dalam mendorong
pelatihan tersebut agar memiliki pengetahuan terselenggaranya keselamatan penerbangan. Di
dalam melaksanakan safety culture tersebut, mana metode ini akan menjadi pemacu untuk
agar nantinya dapat memahami dan mendorong stakeholders dalam kegiatan
mengetahui dengan baik apa itu budaya penerbangan untuk melaksanakan safety
keselamatan penerbagan dan bagaimana cara culture dengan sebaik-baiknya, sehingga
untuk melaksanakannya. Dimana dengan diharapkan dengan diterapkannya metode ini
memberikan pemahaman yang baik bagi para dapat mendorong terselenggaranya kegiatan
stakeholdersdalam kegiatan penerbangan keselamatan penerbangan tersebut.8
tersebut dengan baik melalui proses pendidikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
dan pelatihan, safetyculturedapat berjalan tentang Penerbangan, mengatur mengenai
dengan baik.6 Budaya Keselamatan Penerbangan. Pasal 318.
Selain dengan memberikan pendidikan dan Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya
pelatihan tentang safety culture bagi para bertanggung jawab membangun dan
stakeholders dalam kegiatan penerbangan mewujudkan budaya keselamatan
tersebut, dibutuhkan juga suatu pengawasan penerbangan. Penjelasan Pasal 318 Yang
terhadap stakeholders dalam kegiatan dimaksud dengan “budaya keselamatan
penerbangan tersebut seperti maskapai penerbangan” adalah keyakinan, pola pikir,
penerbangan, yang dalam hal ini menjadi pola sikap, dan perasaan tertentu yang
kompetensi Kementerian Perhubungan melalui mendasari dan mengarahkan tingkah laku
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, seseorang atau organisasi untuk menciptakan
dengan menggunakan metode reward and keselamatan penerbangan. Budaya
punishment. Di mana Kementerian keselamatan penerbangan sebagaimana
Perhubungan melalui Direktorat Jenderal dimaksud di atas perlu dibangun dalam bentuk
Perhubungan Udara harus siap melakukan budaya lapor (reporting culture), budaya saling
pengawasan atas pelaksanaan safety culture mengingatkan (informed culture), budaya
tersebut, seperti dengan memberikan belajar (learning culture), dan just culture. Just
penghargaan bagi maskapai penerbangan yang culture sebagaimana dimaksud di atas adalah
telah menerapkan safety culture tersebut suatu kondisi kepercayaan pada saat
dengan sangat baik, atau memberikan masyarakat didorong bahkan diberi hadiah
hukuman/ sanksi yang tegas bagi maskapai untuk menyampaikan informasi yang
penerbangan yang lalai untuk melaksanakan berhubungan dengan keselamatan dan
safety culture tersebut. Sehingga nantinya dipahami secara jelas batasan perilaku yang
dengan metode ini, seluruh stakeholders dalam dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
kegiatan penerbangan tersebut dapat Pasal 319. Untuk membangun dan
mewujudkan budaya keselamatan
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam
5Hasim Purba. Op. Cit. hlm. 106 (Lihat Yaddy Supriadi,
Pasal 318, Menteri menetapkan kebijakan dan
Keselamatan Penerbangan Teori dan Problematika.Telaga
Ilmu. Tangerang 2012. hlm.67. 7 Ibid.
6Ibid. hlm. 106. 8 Ibid.

123
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

program budaya tindakan keselamatan, perundang-undangan termasuk dalam aturan


keterbukaan, komunikasi, serta penilaian dan hukum administrasi. Pada umumnya tidak ada
penghargaan terhadap tindakan keselamatan gunanya memasukkan aturan-aturan hukum
penerbangan. tentang kewajiban-kewajiban atau larangan-
Pasal 320. Untuk membangun dan larangan bagi para warga dalam aturan hukum
mewujudkan budaya keselamatan bidang administrasi negara, manakala aturan-
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam aturan mengenai tingkah laku tidak dapat
Pasal 318, penyedia jasa penerbangan dipaksakan secara tegas oleh aparat
menetapkan kebijakan dan program budaya pemerintah atau lembaga/instansi maupun
keselamatan. Pasal 321 ayat: pejabat yang berwenang untuk itu.11
(1) Personel penerbangan yang mengetahui Dalam hukum administrasi negara,
terjadinya penyimpangan atau penggunaan sanksi administrasi merupakan
ketidaksesuaian prosedur penerbangan, kewenangan pemerintahan, di mana
atau tidak berfungsinya peralatan dan kewenangan ini berasal dari aturan hukum
fasilitas penerbangan wajib melaporkan administrasi tertulis dan tidak tertulis. Pada
kepada Menteri. umumnya, memberikan kewenangan kepada
(2) Personel penerbangan yang melaporkan pemerintah untuk menetapkan norma-norma
kejadian sebagaimana dimaksud pada ayat hukum administrasi tertentu, diiringi pula
(1) diberi perlindungan sesuai dengan dengan memberikan kewenangan untuk
ketentuan yang berlaku. menegakkan norma-norma itu melalui
(3) Personel penerbangan yang melanggar penerapan sanksi bagi mereka yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat norma-norma hukum administrasi tersebut.12
(1) dikenakan sanksi administratif berupa: Sanksi hukum administrasi merupakan sanksi
a. peringatan; yang penerapannya tidak melalui perantaraan
b. pembekuan lisensi atau sertifikat hakim. Pemerintah berwenang untuk bilamana
kompetensi; dan/atau perlu, tanpa keharusan perantaraan hakim
c. pencabutan lisensi atau sertifikat terlebih dahulu bertindak jauh secara nyata.
kompetensi. Sasaran sanksi administrasi adalah perbuatan
Pasal 322. Ketentuan lebih lanjut mengenai yang bertentangan dengan peraturan
budaya keselamatan penerbangan, tata cara, perundang-undangan, sehingga secara prinsipil
dan prosedur pengenaan sanksi adminisratif berbeda dengan pemberian sanksi pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 321 ayat maupun tanggung jawab perdata yang
(3) diatur dengan Peraturan Menteri. ditujukan kepada orang (pelakunya).13
Sanksi, sanctie, yaitu: akibat hukum bagi Keselamatan penerbangan tidak berdiri
pelanggar ketentuan undang-undang. Ada sendiri, tetapi terkait dengan faktor manusia,
sanksi adminsitratif, ada sanksi perdata dan ada baik prelight maupun inlight service.
sanksi pidana.9 Sanksi administrasi merupakan Pengangkutan barang merupakan salah satu
perbuatan pemerintah guna mengakhiri suatu kontributor dari kecelakaan pesawat di udara.
keadaan yang dilarang oleh kaidah hukum Banyak kasus kecelakaan terjadi, karena adanya
administrasi atau melakukan apa yang penanganan kargo yang tidak sesuai dengan
seharusnya ditinggalkan oleh para warga prosedur. Berbagai macam cara yang dilakukan
masyarakat karena bertentangan dengan perusahaan untuk mengurangi dampak
undang-undang atau aturan hukum kecelakaan kerja karena hal tersebut akan
10
lainnya. Penempatan sanksi dalam suatu berpengaruh terdapat pendapatan perusahaan
aturan hukum, merupakan bagian penutup dan lebih jauh lagi, menyebabkan kecelakaan
yang sangat penting dalam setiap peraturan

11Ibid,
hlm. 245.
9Andi Hamzah. Terminologi Hukum Pidana, (Editor) 12Ridwan HR, Hukum Adminstrasi Negara, PT.
Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Grafika, Jakarta, 2008. hlm. RadjaGrafindo, Edisi l. Cet. 4. Jakarta, 2008, hal. 313.hlm.
138. 313-314.
10Philipus. M. Hadjon. Pengantar Hukum Administrasi 13Ida Bagus Wyasa Putra. Hukum Bisnis Pariwisata.

Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama, Bandung, 2003.
1994. hlm. 246. hlm. 183.

124
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

pada saat pesawat take off dan landing atau Pengembangan transportasi udara yang
pada saat mengudara.14 berkelanjutan menjadi tugas pemerintah dalam
Perusahaan ground handling sebagai mitra meningkatkan perekonomian rakyat.
maskapai penerbangan dalam melaksanakan Pengembangan transportasi udara tidak hanya
ground operation dituntut untuk melaksanakan berupa pengembangan sarana transportasi dan
peraturan dan regulasi keselamatan sesuai peralatan pendukungnya tetapi juga berupa
dengan standar yang ditentukan oleh pihak peningkatan pelayanan pada penumpang.18
maskapai penerbangan tersebut. Saat ini untuk Transportasi udara menjadi moda
menyikapi perbedaan standar dari masing- transportasi yang diminati dengan faktor
masing maskapai penerbangan, perusahaan pemanfaatan waktu yang lebih efisien karena
ground handlingmulai menerapkan ISAGO atau waktu tempuh yang sangat singkat
International Standar of Ground Operation. dibandingkan dengan moda transportasi
Dengan adanya ISAGO, maka perusahaan lainnya, faktor inilah yang menarik minat dan
ground handling dianggap telah memiliki menyebabkan banyaknya penumpang yang
standar operasi yang sesuai dengan sistem memilih moda transportasi udara walau harus
keselamatan internasional. Safety behavior dan membayar dengan nilai yang jauh lebih mahal
sistem penerapan ISAGO juga merupakan dibandingkan dengan moda transportasi
bagian penting dalam menciptakan budaya lainnya.19
keselamatan di perusahaan.15 Secara praktis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
keselamatan dapat diartikan sebagai suatu tentang Penerbangan. Pasal 3 Penerbangan
bentuk pengendalian terhadap terjadinya suatu diselenggarakan dengan tujuan:
kerugian yang tidak diinginkan, baik berupa a. mewujudkan penyelenggaraan penerbangan
cidera, sakit kerusakan ataupun kerugian lain. yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman,
Dalam hal ini, termasuk didalamnya adalah dengan harga yang wajar, dan menghindari
usaha-usaha untuk pencegahan terjadinya praktek persaingan usaha yang tidak sehat;
kecelakaan kerja.16 b. memperlancar arus perpindahan orang
Budaya Keselamatan Total memerlukan dan/atau barang melalui udara dengan
keterlibatan yang berkelanjutan dari pekerja mengutamakan dan melindungi angkutan
operasional seperti pekerja harian. Pekerja udara dalam rangka memperlancar kegiatan
bagian produksi atau operasional mengerti di perekonomian nasional;
mana barang-barang keselamatan ditempatkan c. membina jiwa kedirgantaraan;
dan kapan perilaku tidak aman muncul. Mereka d. menjunjung kedaulatan negara;
juga memiliki pengaruh dalam mendukung e. menciptakan daya saing dengan
perilaku aman dan mengkoreksi perilaku dan mengembangkan teknologi dan industri
kondisi-kondisi tidak aman. Kenyataan, proses angkutan udara nasional;
yang berkelanjutan dalam mengembangkan f. menunjang, menggerakkan, dan mendorong
Budaya Keselamatan Total diperlukan pencapaian tujuan pembangunan nasional;
dukungan dari atas tetapi dikerjakan atau g. memperkukuh kesatuan dan persatuan
dilakukan oleh pekerja tingkat bawah. Disini bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan
diperlukan lebih dari partisipasi pekerja, tetapi Nusantara;
ini merupakan kepemilikan pekerja, komitmen h. meningkatkan ketahanan nasional; dan
dan pemberdayaan.17 i. mempererat hubungan antarbangsa.
Transportasi udara merupakan salah satu Menjamurnya maskapai penerbangan dalam
urat nadi perekonomian suatu bangsa. kurun waktu 10 tahun terakhir di satu sisi
memberikan implikasi positif bagi masyarakat
14Dinar Dewi Kania, Eko Probo dan Hanifah. Analisis Faktor pengguna jasa penerbangan, yaitu banyak
Budaya Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) Pada
Penanganan Kargo Di Bandara Soekarno Hatta
International Airport. Jurnal Manajemen Transportasi & 18Zulaichah. Pengaruh Fasilitas Bandar Udara Terhadap
Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 1, Maret 2016. ISSN Kinerja Ketepatan Waktu Maskapai Penerbangan (The
2355-4721.hlm. 3. Influence of Airport Facilities to the Airline’s on Time
15 Ibid. Performance) Warta Ardhia, Volume. 40 No. 4 Desember
16 Ibid. 2014, hal. 223-234. hlm. 224.
17 Ibid. hlm. 4. 19Rhirien Adriani. Op.Cit.hlm. 300.

125
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

pilihan atas operator penerbangan dengan liability) dan tanggung jawab karena praduga
berbagai ragam pelayanannya. Di samping itu, (presumption of liability ).22
banyaknya maskapai penerbangan telah Indonesia merupakan negara kepulauan,
menciptakan iklim yang kompetitif antara satu semua itu dikarenakan letak geografis
maskapai penerbangan dengan maskapai Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau
penerbangan lainya yang pada ujungnya baik itu pulau besar maupun pulau kecil.
melahirkan tiket murah yang diburu Perkembangan tersebut membawa dampak
masyarakat secara antusias. Namun, kompetisi yang baik bagi pengguna pengangkutan.
ini pada sisi lain juga menimbulkan Keberadaan sarana pengangkutan dalam
kekhawatiran bahwa harga tiket murah akan kehidupan manusia menjadi sangat
berdampak pada kualitas layanan, khususnya berpengaruh karena sebagai penunjang
layanan atas perawatan pesawat. Kekhawatiran kelancaran kehidupan manusia juga berguna
tersebut muncul akibatnya sering terjadinya untuk menghubungkan sebagian wilayah
kecelakaan pesawat terbang.20 Indonesia sangat dibutuhkan pengangkutan.
Dalam hal ini pengangkut atau maskapai Baik itu pengangkutan antar kota atau antar
penerbangan berkewajiban untuk mengangkut pulau, baik itu di dalam negeri maupun untuk
penumpang dengan aman dan selamat sampai hubungan antar negara secara internasional.
di tempat tujuan secara tepat waktu, dan Pentingnya pengangkutan tercermin dengan
sebagai konpensasi dari pelaksanaan semakin meningkatnya kebutuhan jasa
kewajibannya tersebut maka perusahaan angkutan sebagai kebutuhan orang serta
penerbangan mendapatkan bayaran sebagai barang sebagai alat perpindahan baik dari
ongkos penyelenggaran pengangkutan dari dalam negeri, dan keluar negeri, pengangkutan
penumpang.21 juga berperan sebagai pendorong dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 penggerak bagi pertumbuhan daerah dan
tentang Penerbangan. Pasal 4 Undang-Undang pengembangan wilayah.23
ini berlaku untuk: Dalam perkembangannya pengangkutan
a. semua kegiatan penggunaan wilayah udara, udara menjadi alat pengangkutan yang banyak
navigasi penerbangan, pesawat udara, diminati oleh masyarakat. Pengangkutan udara
bandar udara, pangkalan udara, angkutan menjadi pilihan masyarakat karena
udara, keselamatan dan keamanan pengangkutan udara mempunyai beberapa
penerbangan, serta fasilitas penunjang dan keunggulan keuunggulan. jika ditinjau dari segi
fasilitas umum lain yang terkait, termasuk biaya pengangkutan udara memang lebih
kelestarian lingkungan di wilayah Negara murah jika dibandingkan dengan jenis
Kesatuan Republik Indonesia; transportasi laut maupun transportasi darat.
b. semua pesawat udara asing yang melakukan Sedangkan jika di tinjau dari segi waktu kita
kegiatan dari dan/atau ke wilayah Negara dapat memperoleh waktu tempuh yang sangat
Kesatuan Republik Indonesia; dan singkat dan banyak memangkas waktu untuk
c. semua pesawat udara Indonesia yang perjalanan suatu angkutan. Jika di tinjau dari
berada di luar wilayah Negara Kesatuan segi tenaga kita dapat menyimpulkan bahwa
Republik Indonesia. jika kita memperoleh waktu tempuh yang
Menurut Abdulkadir Muhammad, dalam relatif singkat maka kita menghemat tenaga.
hukum pengangkutan dikenal 3 (tiga) prinsip Karena terlalu lama di dalam suatu perjalanan
tanggung jawab, yaitu tanggung jawab karena seseorang banyak yang merasa kelelahan.24
kesalahan, tanggung jawab karena praduga dan
tanggung jawab mutlak. Hukum pengangkutan 22Rahmat Setiawan.Tinjauan Hukum Terhadap Prinsip
di Indonesia umumnya menganut prinsip Tanggung Jawab (Liability Principle) Atas Kerusakan
tanggung jawab karena kesalahan (fault of Barang Dalam Angkutan Menurut Konsepsi Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009.Jurnal Yustisiabel Fakultas
Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2018.hlm. 205.
20Ashar Sinilele. Perlindungan Hukum Terhadap 23Muhammad Pradika Setia Agafta dan Adianto.Tanggung

Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Pada Bandara Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Keterlambatan
Sultan Hasanuddin Makassar. Vol. 5 / No. 2 / Desember Penerbangan. Mimbar Keadilan Jurnal Ilmu Hukum
2016. hlm. 192. Agustus 2017. hlm. 146.
21Ibid. hlm. 192. 24 Ibid. hlm. 147.

126
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang perlu diatur agar tertib dan disitulah hukum
Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, berfungsi.26
berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Hukum memiliki fungsi mengatur tidak saja
Kesatuan Republik Indonesia telah dianugerahi hubungan antarmanusia, tetapi juga perilaku
sebagai negara kepulauan yang terdiri dari manusia dalam memanfaatkan sumber daya
beribu pulau, terletak memanjang di garis alam. Pemerintah yang mengemban amanat
khatulistiwa, di antara dua benua dan dua sebagaimana diperintahkan UUD 1945.27
samudera, serta ruang udara yang luas. Oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
karena itu, Indonesia mempunyai posisi dan tentang Penerbangan, mengatur mengenai
peranan yang sangat penting dan strategis Penegakan Hukum Keselamatan Penerbangan
dalam hubungan internasional. Pasal 313 ayat:
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang (1) Menteri berwenang menetapkan program
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, penegakan hukum dan mengambil
dalam upaya memberikan jaminan pelayanan tindakan hukum di bidang keselamatan
sertifikasi dan inspeksi keselamatan yang penerbangan.
kredibel, transparan, dan akuntabel, serta (2) Program penegakan hukum sebagaimana
meningkatkan kompetensi sumber daya dimaksud pada ayat (1) memuat:
manusia untuk penyelenggaraan tata a. tata cara penegakan hukum;
pemerintahan yang baik, Undang-Undang ini b. penyiapan personel yang berwenang
mengatur pembentukan penyelenggara mengawasi penerapan aturan di bidang
pelayanan umum yang dalam menjalankan keselamatan penerbangan;
tugasnya berdasarkan pola penganggaran c. pendidikan masyarakat dan penyedia
berbasis kinerja dengan skala prioritas, jasa penerbangan serta para penegak
efisiensi, dan efektivitas. hukum; dan
d. penindakan.
B. Penegakan Hukum Terhadap Keselamatan (3) Tindakan hukum sebagaimana dimaksud
Penerbangan pada ayat (1) berupa:
Hukum sengaja diciptakan untuk mengatur a. sanksi administratif; dan
tingkah laku masyarakat. Di samping itu hukum b. sanksi pidana.
juga dipergunakan sebagai agent of change Perbedaan antara sanksi administrasi dan
yang dapat mengubah perbuatan masyarakat, sanksi pidana dapat dilihat dari tujuan
serta dipergunakan sebagai social control atau pengenaan sanksi itu sendiri. Sanksi
pengendalian sosial yang memaksa warga administrasi ditujukan kepada perbuatan
masyarakat untuk mengindahkan dan pelanggarannya sedangkan sanksi pidana
mematuhi kaidah-kaidah hukum yang berlaku.25 ditujukan kepada si pelanggar dengan memberi
Pada hakikatnya hukum mengatur hukuman berupa nestapa. Sanksi administrasi
hubungan antarmanusia karena hukum dimaksudkan agar perbuatan pelanggaran itu
merupakan bagian dari sistem sosial yang ada dihentikan. Sifat sanksi adalah “reparatoir”
dalam masyarakat. Hukum dan masyarakat artinya memulihkan pada keadaan semula. Di
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa samping itu perbedaan antara sanksi pidana
dipisahkan. Idealnya hukum dan masyarakat dan sanksi administrasi ialah tindakan
seharusnya berjalan seiring karena hukum penegakan hukumnya. Sanksi administrasi
senantiasa mengikuti perkembangan diterapkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara
masyarakat. Hukum mengintegrasikan tanpa harus melalui prosedur peradilan
kepentingan-kepentingan yang ada dalam sedangkan sanksi pidana hanya dapat
masyarakat terutama untuk terciptanya
ketertiban dalam masyarakat. Interaksi sosial
setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat

26Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan


25Gatot Supramono, Hukum Acara Pidana & Hukum Internasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010,
Pidana Di Bidang Perikanan, Rineka Cipta, Jakarta, 2011. hlm. 23.
hlm. 4. 27Ibid, hlm. 23.

127
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

dijatuhkan oleh hakim pidana melalui proses kecilnya. Pengorganisasian kepentingan-


peradilan.28 kepentingan itu dilakukan dengan mambatasi
Penerapan sanksi pidana merupakan upaya dan melindungi kepentingan-kepentingan
terakhir (ultimum remedium) ketika instrumen tersebut. Memang dalam suatu lalu-lintas
hukum perdata atau hukum administrasi sudah kepentingan, perlindungan terhadap
tidak dapat dilaksanakan dengan baik.29 Sanksi kepentingan-kepentingan tertentu hanya dapat
administrasi mempunyai "fungsi instrumental": dilakukan dengan cara membatasi kepentingan
pengendalian perbuatan terlarang dan terdiri di lain pihak.32
atas: Hukum melindungi kepentingan seseorang
a. Paksaan pemerintahan atau tindakan paksa dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan
(bestuursdwangatau executive coercion); kepadanya untuk bertindak dalam rangka
b. Uang paksa (publiekrechtelijke kepentingannya tersebut. Pengalokasian
dwangsomatau coercive sum); kekuasaan ini dilakukan secara teratur dalam
c. Penutupan tempat usaha (sluiting van een arti ditentukan keluasaan dan kedalamannya.
inrichting); Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut
d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan sebagai “hak”. Dengan demikian tidak setiap
(buitengebruikstelling van een toestel); kekuasaan dalam masyarakat itu bisa disebut
e. Pencabutan izin (intrekking van een sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan
vergunning) melalui proses: teguran, tertentu saja, yaitu yang diberikan oleh hukum
paksaan pemerintahan, penutupan dan kepada seseorang.33
uang paksa.30 Hukum bekerja dengan cara mengatur
Menurut Philipus. M. Hadjon, wewenang perbuatan seseorang atau hubungan antara
menerapkan sanksi administrasi sebagai suatu orang-orang dalam masyarakat. Untuk
konsep hukum publik terdiri atas sekurang- keperluan pengaturan tersebut, maka hukum
kurangnya tiga komponen, yaitu: menjabarkan pekerjaannya dalam berbagai
a. komponen pengaruh; bahwa penggunaan fungsinya yaitu:34
wewenang dimaksudkan untuk 1. Pembuatan norma-norma, baik yang
mengendalikan perilaku subyek hukum, memberikan peruntukan maupun yang
b. komponen dasar hukum; bahwa wewenang menentukan hubungan antara orang dengan
itu selalu harus dapat ditunjuk dasar orang;
hukumnya, dan 2. Penyelesaian sengketa-sengketa;
c. komponen konformitas hukum; 3. Menjamin kelangsungan kehidupan
mengandung makna adanya standar masyarakat, yaitu dalam hal terjadi
wewenang, yaitu standar umum (semua perubahan-perubahan.
jenis wewenang) dan standar khusus (untuk Penegakan hukum sebagai suatu proses,
jenis wewenang tertentu).31 pada hakikatnya merupakan penerapan diskresi
Kehadiran hukum dalam masyarakat di yang menyangkut membuat keputusan yang
antaranya adalah untuk mengintegrasikan tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum
suatu kekuasan dan mengkoordinasikan akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi
kepentingan-kepentingan yang bisa (Wayne laFavre, menyatakan bahwa pada
bertubrukan satu sama lain itu oleh hukum hakikatnya diskresi berada di antara hukum dan
diintegrasikan sedemikian rupa sehingga moral (etika dalam arti sempit).35 Atas dasar
tubrukan-tubrukan itu bisa ditekan sekecil- uraian tersebut dapatlah dikatakan bahwa
gangguan terhadap penegakan hukum mungkin
28Philipus. M. Hadjon, dkk. Pengantar Hukum Administrasi
Indonesia (Introduction To The Indonesian Administrative 32Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cetakan ke- IV, PT. Citra
Law) Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 2008. Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 53.
hlm. 247. 33 Ibid, hlm. 53-54.
29Andi Hamzah. Asas-asas Hukum Pidana Indonesia. 34Satjipto Raharjo. Hukum dan Perubahan Sosial Suatu

Rineka Cipta. Jakarta, 2008.hlm. 8. Tinjauan Teoretis Serta Pengalaman-Pengalaman di


30 Siti Sundari Rangkuti. Inovasi Hukum Lingkungan: Dari Indonesia. Cetakan Ketiga Genta Publishing. Yogyakarta.
Ius Constitutum Ke Ius Constituendum, Airlangga 2009. hlm. 111.
University Press. Surabaya. 1991. hlm. 8. 35Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
31 Philipus. M. Hadjon, Op.Cit. hlm. 1. Penegakan Hukum, Op.Cit, hlm. 7.

128
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

terjadi, apabila ada ketidakserasian antara merupakan esensi dari penegakan hukum, juga
“tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. merupakan tolok ukur daripada efektivitas
Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi penegakan hukum.39
ketidakserasian antara nilai-nilai yang Penegakan hukum, keamanan dan
berpasangan yang menjelma di dalam kaidah- ketertiban, tidak mungkin dicapai tanpa
kaidah yang bersimpang siur dan pola perilaku kemampuan menegakkan kedaulatan di darat,
tidak terarah yang mengganggu kedamaian laut dan udara. Dengan tercapainya kedaulatan
pergaulan hidup.36 di darat dan di laut, maka sumber-sumber
Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
penegakan hukum hukum bukanlah semata- (di darat maupun di laut berupa kekayaan alam
mata berarti pelaksanaan perundang-undangan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kesejahteraan/kehidupan bangsa di segala
kecenderungannya adalah demikian, sehingga bidang.40
pengertian “Law Enforcement” begitu populer. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Selain dari itu, maka ada kecenderungan yang tentang Penerbangan, Program Keselamatan
kuat untuk mengartikan penegakan hukum Penerbangan Nasional Pasal 308 ayat:
sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan (1) Menteri bertanggung jawab terhadap
hakim. Perlu dicatat, bahwa pendapat- keselamatan penerbangan nasional.
pendapat yang agak sempit tersebut (2) Untuk menjamin keselamatan
mempunyai kelemahan-kelemahan, apabila penerbangan nasional sebagaimana
pelaksanaan daripada perundang-undangan dimaksud pada ayat (1) Menteri
atau keputusan-keputusan hakim tersebut menetapkan program keselamatan
malahan mengganggu kedamaian di dalam penerbangan nasional (state safety
pergaulan hidup.37 Berdasarkan penjelasan- program).
penjelasan di atas dapatlah ditarik suatu Penjelasan Pasal 308 ayat (2) Yang dimaksud
kesimpulan sementara, bahwa masalah pokok dengan “program keselamatan penerbangan
daripada penegakan hukum sebenarnya nasional” adalah seperangkat peraturan
terletak pada faktor-faktor yang mungkin keselamatan penerbangan dan kegiatan yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terintegrasi untuk mencapai tingkat
mempunyai arti yang netral, sehingga dampak keselamatan yang diinginkan.
positif atau negatifnya terletak pada isi faktor- Pasal 309 ayat:
faktor tersebut. Faktor-Faktor tersebut, adalah (1) Program keselamatan penerbangan nasional
sebagai berikut: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 308
1. Faktor hukumnya sendiri yang di dalam ayat (2) memuat:
tulisan ini akan dibatasi pada undang- a. peraturan keselamatan penerbangan;
undang saja; b. sasaran keselamatan penerbangan;
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak c. sistem pelaporan keselamatan
yang membentuk maupun menerapkan penerbangan;
hukum; d. analisis data dan pertukaran informasi
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung keselamatan penerbangan (safety data
penegakan hukum; analysis and exchange);
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di e. kegiatan investigasi kecelakaan dan
mana hukum tersebut berlaku atau kejadian penerbangan (accident and
diterapkan; incident investigation);
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil f. promosi keselamatan penerbangan
karya, cipta dan ras yang didasarkan pada (safety promotion); g. pengawasan
karsa manusia dalam pergaulan hidup.38 keselamatan penerbangan (safety
Kelima faktor tersebut di atas saling oversight); dan h. penegakan hukum (law
berkaitan dengan eratnya, oleh karena enforcement).

36 Ibid, hlm. 7. 39Ibid, hlm.9.


37 Ibid, hlm. 7-8. 40Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana,
38 Ibid, hlm. 8. Sinar Grafika. Cetakan Kedua, Jakarta, 2005.hlm. 2.

129
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

(2) Pelaksanaan program keselamatan keselamatan penerbangan” adalah ukuran


penerbangan nasional (state safety kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui
program) sebagaimana dimaksud pada ayat tingkat pencapaian kinerja keselamatan
(1) dievaluasi secara berkelanjutan oleh tim penerbangan. Huruf (c) Yang dimaksud dengan
yang dibentuk oleh Menteri. “pengukuran pencapaian keselamatan
Penjelasan Pasal 309 ayat (1) huruf (c) Yang penerbangan” adalah kegiatan yang dilakukan
dimaksud dengan “sistem pelaporan secara berkala dan berkelanjutan untuk
keselamatan penerbangan” adalah tata cara mengetahui tercapainya target kinerja
dan prosedur pengumpulan data dan laporan keselamatan.
yang bersifat laporan wajib, sukarela, dan/atau Pasal 311. Ketentuan lebih lanjut mengenai
bersifat terbatas (confidential program keselamatan penerbangan nasional
mandatory/voluntary reporting systems). Huruf diatur dengan Peraturan Menteri.
(f) Yang dimaksud dengan “promosi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
keselamatan penerbangan (safety tentang Penerbangan, mengatur mengenai
promotion)”adalah upaya memasyarakatkan Pengawasan Keselamatan Penerbangan Pasal
keselamatan penerbangan secara 312 ayat:
berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan (1) Menteri bertanggung jawab terhadap
serta sosialisasi keselamatan. pengawasan keselamatan penerbangan
Pasal 310 ayat: nasional.
(1) Sasaran keselamatan penerbangan (2) Pengawasan keselamatan penerbangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 309 sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ayat (1) huruf b meliputi: merupakan kegiatan pengawasan
a. target kinerja keselamatan berkelanjutan untuk melihat pemenuhan
penerbangan; peraturan keselamatan penerbangan yang
b. indikator kinerja keselamatan dilaksanakan oleh penyedia jasa
penerbangan; dan penerbangan dan pemangku kepentingan
c. pengukuran pencapaian keselamatan lainnya yang meliputi:
penerbangan. a. audit;
(2) Target dan hasil pencapaian kinerja b. inspeksi;
keselamatan penerbangan sebagaimana c. pengamatan (surveillance); dan
dimaksud pada ayat (1) harus dipublikasikan d. pemantauan (monitoring).
kepada masyarakat. (3) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana
Penjelasan Pasal 310 ayat (1) Huruf (a) Yang dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh unit
dimaksud dengan “target kinerja keselamatan kerja atau lembaga penyelenggara
penerbangan” adalah kinerja keselamatan pelayanan umum.
penerbangan yang ingin dicapai pada periode (4) Terhadap hasil pengawasan sebagaimana
tertentu berdasarkan perhitungan kuantitatif dimaksud pada ayat (2), Menteri
rasio data kecelakaan periode terkini. Kinerja melakukan tindakan korektif dan
keselamatan penerbangan yang akan dicapai penegakan hukum.
dan ditetapkan Pemerintah nilainya harus lebih (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
kecil daripada rasio data kecelakaan periode pengawasan keselamatan penerbangan,
terkini. Rasio data kecelakaan adalah data unit kerja, dan lembaga penyelenggara
kuantitatif jumlah kecelakaan yang pelayanan umum diatur dengan Peraturan
menyebabkan korban jiwa dibandingkan Menteri.
dengan jumlah pendaratan, jumlah
keberangkatan, dan/atau jumlah jam terbang PENUTUP
pesawat udara kategori transpor komersial. A. Kesimpulan
Penetapan target kinerja keselamatan 1. Budaya keselamatan penerbangan
penerbangan disusun berdasarkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
pertimbangan dan masukan para pemangku Tahun 2009 tentang Penerbangan
kepentingan (stake holders). Huruf (b) Yang menunjukkan pemerintah dan pemangku
dimaksud dengan “indikator kinerja kepentingan lainnya bertanggung jawab

130
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

membangun dan mewujudkan budaya


keselamatan penerbangan yang DAFTAR PUSTAKA
merupakan keyakinan, pola pikir, pola Hadjon M. Philipus. Pengantar Hukum
sikap, dan perasaan tertentu yang Administrasi Indonesia. Gadjah Mada
mendasari dan mengarahkan tingkah University Press, Yogyakarta 1994.
laku seseorang atau organisasi untuk Hadjon M. Philipus., dkk. Pengantar Hukum
menciptakan keselamatan penerbangan. Administrasi Indonesia (Introduction To
2. Penegakan hukum terhadap keselamatan The Indonesian Administrative Law)
penerbangan, merupakan kewenangan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Menteri untuk menetapkan program 2008.
penegakan hukum dan mengambil Hadjon M. Philipus. dkk. Pengantar Hukum
tindakan hukum di bidang keselamatan Administrasi Indonesia, Gadjah Mada Press
penerbangan. Program penegakan University Yogyakarta. 2002.
hukum memuat tata cara penegakan Hamzah Andi. Asas-asas Hukum Pidana
hukum, penyiapan personel yang Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta, 2008.
berwenang mengawasi penerapan Kania Dewi Dinar, Eko Probo dan Hanifah.
aturan di bidang keselamatan Analisis Faktor Budaya Keselamatan dan
penerbangan, pendidikan masyarakat KesehatanKerja (K3) Pada Penanganan
dan penyedia jasa penerbangan serta Kargo Di Bandara Soekarno Hatta
para penegak hukum; dan penindakan, International Airport. Jurnal Manajemen
berupa sanksi administratif; dan sanksi Transportasi & Logistik (JMTranslog) - Vol.
pidana. 03 No. 1, Maret 2016. ISSN 2355-4721.
Marpaung Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum
B. Saran Pidana, Sinar Grafika. Cetakan Kedua,
1. Pelaksanaan budaya keselamatan Jakarta, 2005.
penerbangan sangat diperlukan dan Martono H.K., Hukum Udara, Angkutan Udara
perlu adanya penenetapan kebijakan dan Dan Hukum Angkasa, Alumni,
program budaya tindakan keselamatan, Bandung,1987.
keterbukaan, komunikasi, serta penilaian Manurung Batara, Kabul Supriyadhie dan Agus
dan penghargaan terhadap tindakan Pramono.Tinjauan Hukum Udara Atas
keselamatan penerbangan oleh menteri Keselamatan Penerbangan (Studi Kasus
dan penyedia jasa penerbangan juga Runway Incursion Batik Air Dengan Trans
perlu menetapkan kebijakan dan Nusa Indonesia). Diponegoro Law
program budaya keselamatan. Personel Journal.Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017.
penerbangan yang mengetahui Muhamad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian
terjadinya penyimpangan atau Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
ketidaksesuaian prosedur penerbangan, 2004.
atau tidak berfungsinya peralatan dan Prins W.F dan R. Kosim Adisapoetra, Pengantar
fasilitas penerbangan wajib melaporkan Hukum Ilmu Administrasi Negara. Pradnya
kepada Menteri. Paramita, Jakarta. 1983.
2. Pelaksanaan penegakan hukum Purba Hasim. Mewujudkan Keselamatan
keselamatan penerbangan, memerlukan Penerbangan Dengan Membangun
pengawasan oleh Menteri yang Kesadaran Hukum Bagi Stakeholders
bertanggung jawab terhadap Melalui Penerapan Safety Culture. Jurnal
pengawasan keselamatan penerbangan Hukum Samudra Keadilan.Volume 12,
nasional. Pengawasan keselamatan Nomor 1, Januari-Juni 2017.
penerbangan merupakan kegiatan Setiawan Rahmat. Tinjauan Hukum Terhadap
pengawasan berkelanjutan untuk melihat Prinsip Tanggung Jawab (Liability Principle)
pemenuhan peraturan keselamatan Atas Kerusakan Barang Dalam Angkutan
penerbangan yang dilaksanakan oleh Menurut Konsepsi Undang-Undang Nomor
penyedia jasa penerbangan dan 22 Tahun 2009.Jurnal Yustisiabel Fakultas
pemangku kepentingan lainnya. Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2018.

131
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021

Sinilele Ashar. Perlindungan Hukum Terhadap


Penumpang Pada Transportasi Udara
Niaga Pada Bandara Sultan Hasanuddin
Makassar. Vol. 5 / No. 2 / Desember 2016.
Spelt N.M. dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar
Hukum Perizinan, (Penyunting) Philipus. M.
Hadjon, Yuridika. Surabaya. 1993.
Suratman dan H. Philips Dillah, Metode
Penelitian Hukum. Alfabetah, Bandung.
2015.
Suratman dan H. Philips Dillah, Metode
Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung,
2012.

132

Anda mungkin juga menyukai