3/Apr/2021
1
Artikel Skripsi PEMBAHASAN
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM : A. Budaya Keselamatan Penerbangan
17071101715 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum Tahun 2009 Tentang Penerbangan
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
122
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
Budaya Keselamatan merupakan suatu hal menerapkan safety culturedengan baik dalam
yang diperoleh melalui proses kombinasi menjalankan fungsinya.7
antara Budaya Organisasi, Budaya Profesional Selain itu dengan menerapkan metode
dan juga dari Budaya Nasional. Salah satu reward and punishment dalam pelaksanaan
upaya untuk mengimplementasikan budaya safety culture terhadap stakeholders dalam
keselamatan penerbangan tersebut ialah kegiatan penerbangan, dengan memberikan
dengan memperkenalkan budaya tersebut penghargaan bagi stakeholders dalam kegiatan
kepada para stakeholders dalam kegiatan penenrbangan yang telah menerapkan dan
penerbangan, dengan memberikan edukasi melaksanakan safety culture dengan baik dan
berupa pendidikan dan pelatihan (intoduces mampu mencapai target yang diharapkan dan
the culture during training season).5, di mana memberikan hukuman atau sanksi bagi yang
seluruh pekerja instansi-instansi yang bergerak melakukan pelanggaran atau tidak mampu
dalam kegiatan penerbangan diberikan melaksanakan safety culture dalam mendorong
pelatihan tersebut agar memiliki pengetahuan terselenggaranya keselamatan penerbangan. Di
dalam melaksanakan safety culture tersebut, mana metode ini akan menjadi pemacu untuk
agar nantinya dapat memahami dan mendorong stakeholders dalam kegiatan
mengetahui dengan baik apa itu budaya penerbangan untuk melaksanakan safety
keselamatan penerbagan dan bagaimana cara culture dengan sebaik-baiknya, sehingga
untuk melaksanakannya. Dimana dengan diharapkan dengan diterapkannya metode ini
memberikan pemahaman yang baik bagi para dapat mendorong terselenggaranya kegiatan
stakeholdersdalam kegiatan penerbangan keselamatan penerbangan tersebut.8
tersebut dengan baik melalui proses pendidikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
dan pelatihan, safetyculturedapat berjalan tentang Penerbangan, mengatur mengenai
dengan baik.6 Budaya Keselamatan Penerbangan. Pasal 318.
Selain dengan memberikan pendidikan dan Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya
pelatihan tentang safety culture bagi para bertanggung jawab membangun dan
stakeholders dalam kegiatan penerbangan mewujudkan budaya keselamatan
tersebut, dibutuhkan juga suatu pengawasan penerbangan. Penjelasan Pasal 318 Yang
terhadap stakeholders dalam kegiatan dimaksud dengan “budaya keselamatan
penerbangan tersebut seperti maskapai penerbangan” adalah keyakinan, pola pikir,
penerbangan, yang dalam hal ini menjadi pola sikap, dan perasaan tertentu yang
kompetensi Kementerian Perhubungan melalui mendasari dan mengarahkan tingkah laku
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, seseorang atau organisasi untuk menciptakan
dengan menggunakan metode reward and keselamatan penerbangan. Budaya
punishment. Di mana Kementerian keselamatan penerbangan sebagaimana
Perhubungan melalui Direktorat Jenderal dimaksud di atas perlu dibangun dalam bentuk
Perhubungan Udara harus siap melakukan budaya lapor (reporting culture), budaya saling
pengawasan atas pelaksanaan safety culture mengingatkan (informed culture), budaya
tersebut, seperti dengan memberikan belajar (learning culture), dan just culture. Just
penghargaan bagi maskapai penerbangan yang culture sebagaimana dimaksud di atas adalah
telah menerapkan safety culture tersebut suatu kondisi kepercayaan pada saat
dengan sangat baik, atau memberikan masyarakat didorong bahkan diberi hadiah
hukuman/ sanksi yang tegas bagi maskapai untuk menyampaikan informasi yang
penerbangan yang lalai untuk melaksanakan berhubungan dengan keselamatan dan
safety culture tersebut. Sehingga nantinya dipahami secara jelas batasan perilaku yang
dengan metode ini, seluruh stakeholders dalam dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
kegiatan penerbangan tersebut dapat Pasal 319. Untuk membangun dan
mewujudkan budaya keselamatan
penerbangan sebagaimana dimaksud dalam
5Hasim Purba. Op. Cit. hlm. 106 (Lihat Yaddy Supriadi,
Pasal 318, Menteri menetapkan kebijakan dan
Keselamatan Penerbangan Teori dan Problematika.Telaga
Ilmu. Tangerang 2012. hlm.67. 7 Ibid.
6Ibid. hlm. 106. 8 Ibid.
123
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
11Ibid,
hlm. 245.
9Andi Hamzah. Terminologi Hukum Pidana, (Editor) 12Ridwan HR, Hukum Adminstrasi Negara, PT.
Tarmizi, Ed. 1. Cet. 1. Sinar Grafika, Jakarta, 2008. hlm. RadjaGrafindo, Edisi l. Cet. 4. Jakarta, 2008, hal. 313.hlm.
138. 313-314.
10Philipus. M. Hadjon. Pengantar Hukum Administrasi 13Ida Bagus Wyasa Putra. Hukum Bisnis Pariwisata.
Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama, Bandung, 2003.
1994. hlm. 246. hlm. 183.
124
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
pada saat pesawat take off dan landing atau Pengembangan transportasi udara yang
pada saat mengudara.14 berkelanjutan menjadi tugas pemerintah dalam
Perusahaan ground handling sebagai mitra meningkatkan perekonomian rakyat.
maskapai penerbangan dalam melaksanakan Pengembangan transportasi udara tidak hanya
ground operation dituntut untuk melaksanakan berupa pengembangan sarana transportasi dan
peraturan dan regulasi keselamatan sesuai peralatan pendukungnya tetapi juga berupa
dengan standar yang ditentukan oleh pihak peningkatan pelayanan pada penumpang.18
maskapai penerbangan tersebut. Saat ini untuk Transportasi udara menjadi moda
menyikapi perbedaan standar dari masing- transportasi yang diminati dengan faktor
masing maskapai penerbangan, perusahaan pemanfaatan waktu yang lebih efisien karena
ground handlingmulai menerapkan ISAGO atau waktu tempuh yang sangat singkat
International Standar of Ground Operation. dibandingkan dengan moda transportasi
Dengan adanya ISAGO, maka perusahaan lainnya, faktor inilah yang menarik minat dan
ground handling dianggap telah memiliki menyebabkan banyaknya penumpang yang
standar operasi yang sesuai dengan sistem memilih moda transportasi udara walau harus
keselamatan internasional. Safety behavior dan membayar dengan nilai yang jauh lebih mahal
sistem penerapan ISAGO juga merupakan dibandingkan dengan moda transportasi
bagian penting dalam menciptakan budaya lainnya.19
keselamatan di perusahaan.15 Secara praktis Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
keselamatan dapat diartikan sebagai suatu tentang Penerbangan. Pasal 3 Penerbangan
bentuk pengendalian terhadap terjadinya suatu diselenggarakan dengan tujuan:
kerugian yang tidak diinginkan, baik berupa a. mewujudkan penyelenggaraan penerbangan
cidera, sakit kerusakan ataupun kerugian lain. yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman,
Dalam hal ini, termasuk didalamnya adalah dengan harga yang wajar, dan menghindari
usaha-usaha untuk pencegahan terjadinya praktek persaingan usaha yang tidak sehat;
kecelakaan kerja.16 b. memperlancar arus perpindahan orang
Budaya Keselamatan Total memerlukan dan/atau barang melalui udara dengan
keterlibatan yang berkelanjutan dari pekerja mengutamakan dan melindungi angkutan
operasional seperti pekerja harian. Pekerja udara dalam rangka memperlancar kegiatan
bagian produksi atau operasional mengerti di perekonomian nasional;
mana barang-barang keselamatan ditempatkan c. membina jiwa kedirgantaraan;
dan kapan perilaku tidak aman muncul. Mereka d. menjunjung kedaulatan negara;
juga memiliki pengaruh dalam mendukung e. menciptakan daya saing dengan
perilaku aman dan mengkoreksi perilaku dan mengembangkan teknologi dan industri
kondisi-kondisi tidak aman. Kenyataan, proses angkutan udara nasional;
yang berkelanjutan dalam mengembangkan f. menunjang, menggerakkan, dan mendorong
Budaya Keselamatan Total diperlukan pencapaian tujuan pembangunan nasional;
dukungan dari atas tetapi dikerjakan atau g. memperkukuh kesatuan dan persatuan
dilakukan oleh pekerja tingkat bawah. Disini bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan
diperlukan lebih dari partisipasi pekerja, tetapi Nusantara;
ini merupakan kepemilikan pekerja, komitmen h. meningkatkan ketahanan nasional; dan
dan pemberdayaan.17 i. mempererat hubungan antarbangsa.
Transportasi udara merupakan salah satu Menjamurnya maskapai penerbangan dalam
urat nadi perekonomian suatu bangsa. kurun waktu 10 tahun terakhir di satu sisi
memberikan implikasi positif bagi masyarakat
14Dinar Dewi Kania, Eko Probo dan Hanifah. Analisis Faktor pengguna jasa penerbangan, yaitu banyak
Budaya Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) Pada
Penanganan Kargo Di Bandara Soekarno Hatta
International Airport. Jurnal Manajemen Transportasi & 18Zulaichah. Pengaruh Fasilitas Bandar Udara Terhadap
Logistik (JMTranslog) - Vol. 03 No. 1, Maret 2016. ISSN Kinerja Ketepatan Waktu Maskapai Penerbangan (The
2355-4721.hlm. 3. Influence of Airport Facilities to the Airline’s on Time
15 Ibid. Performance) Warta Ardhia, Volume. 40 No. 4 Desember
16 Ibid. 2014, hal. 223-234. hlm. 224.
17 Ibid. hlm. 4. 19Rhirien Adriani. Op.Cit.hlm. 300.
125
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
pilihan atas operator penerbangan dengan liability) dan tanggung jawab karena praduga
berbagai ragam pelayanannya. Di samping itu, (presumption of liability ).22
banyaknya maskapai penerbangan telah Indonesia merupakan negara kepulauan,
menciptakan iklim yang kompetitif antara satu semua itu dikarenakan letak geografis
maskapai penerbangan dengan maskapai Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau
penerbangan lainya yang pada ujungnya baik itu pulau besar maupun pulau kecil.
melahirkan tiket murah yang diburu Perkembangan tersebut membawa dampak
masyarakat secara antusias. Namun, kompetisi yang baik bagi pengguna pengangkutan.
ini pada sisi lain juga menimbulkan Keberadaan sarana pengangkutan dalam
kekhawatiran bahwa harga tiket murah akan kehidupan manusia menjadi sangat
berdampak pada kualitas layanan, khususnya berpengaruh karena sebagai penunjang
layanan atas perawatan pesawat. Kekhawatiran kelancaran kehidupan manusia juga berguna
tersebut muncul akibatnya sering terjadinya untuk menghubungkan sebagian wilayah
kecelakaan pesawat terbang.20 Indonesia sangat dibutuhkan pengangkutan.
Dalam hal ini pengangkut atau maskapai Baik itu pengangkutan antar kota atau antar
penerbangan berkewajiban untuk mengangkut pulau, baik itu di dalam negeri maupun untuk
penumpang dengan aman dan selamat sampai hubungan antar negara secara internasional.
di tempat tujuan secara tepat waktu, dan Pentingnya pengangkutan tercermin dengan
sebagai konpensasi dari pelaksanaan semakin meningkatnya kebutuhan jasa
kewajibannya tersebut maka perusahaan angkutan sebagai kebutuhan orang serta
penerbangan mendapatkan bayaran sebagai barang sebagai alat perpindahan baik dari
ongkos penyelenggaran pengangkutan dari dalam negeri, dan keluar negeri, pengangkutan
penumpang.21 juga berperan sebagai pendorong dan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 penggerak bagi pertumbuhan daerah dan
tentang Penerbangan. Pasal 4 Undang-Undang pengembangan wilayah.23
ini berlaku untuk: Dalam perkembangannya pengangkutan
a. semua kegiatan penggunaan wilayah udara, udara menjadi alat pengangkutan yang banyak
navigasi penerbangan, pesawat udara, diminati oleh masyarakat. Pengangkutan udara
bandar udara, pangkalan udara, angkutan menjadi pilihan masyarakat karena
udara, keselamatan dan keamanan pengangkutan udara mempunyai beberapa
penerbangan, serta fasilitas penunjang dan keunggulan keuunggulan. jika ditinjau dari segi
fasilitas umum lain yang terkait, termasuk biaya pengangkutan udara memang lebih
kelestarian lingkungan di wilayah Negara murah jika dibandingkan dengan jenis
Kesatuan Republik Indonesia; transportasi laut maupun transportasi darat.
b. semua pesawat udara asing yang melakukan Sedangkan jika di tinjau dari segi waktu kita
kegiatan dari dan/atau ke wilayah Negara dapat memperoleh waktu tempuh yang sangat
Kesatuan Republik Indonesia; dan singkat dan banyak memangkas waktu untuk
c. semua pesawat udara Indonesia yang perjalanan suatu angkutan. Jika di tinjau dari
berada di luar wilayah Negara Kesatuan segi tenaga kita dapat menyimpulkan bahwa
Republik Indonesia. jika kita memperoleh waktu tempuh yang
Menurut Abdulkadir Muhammad, dalam relatif singkat maka kita menghemat tenaga.
hukum pengangkutan dikenal 3 (tiga) prinsip Karena terlalu lama di dalam suatu perjalanan
tanggung jawab, yaitu tanggung jawab karena seseorang banyak yang merasa kelelahan.24
kesalahan, tanggung jawab karena praduga dan
tanggung jawab mutlak. Hukum pengangkutan 22Rahmat Setiawan.Tinjauan Hukum Terhadap Prinsip
di Indonesia umumnya menganut prinsip Tanggung Jawab (Liability Principle) Atas Kerusakan
tanggung jawab karena kesalahan (fault of Barang Dalam Angkutan Menurut Konsepsi Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009.Jurnal Yustisiabel Fakultas
Hukum Volume 2. Nomor 2 Oktober 2018.hlm. 205.
20Ashar Sinilele. Perlindungan Hukum Terhadap 23Muhammad Pradika Setia Agafta dan Adianto.Tanggung
Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Pada Bandara Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Keterlambatan
Sultan Hasanuddin Makassar. Vol. 5 / No. 2 / Desember Penerbangan. Mimbar Keadilan Jurnal Ilmu Hukum
2016. hlm. 192. Agustus 2017. hlm. 146.
21Ibid. hlm. 192. 24 Ibid. hlm. 147.
126
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang perlu diatur agar tertib dan disitulah hukum
Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan, berfungsi.26
berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa Negara Hukum memiliki fungsi mengatur tidak saja
Kesatuan Republik Indonesia telah dianugerahi hubungan antarmanusia, tetapi juga perilaku
sebagai negara kepulauan yang terdiri dari manusia dalam memanfaatkan sumber daya
beribu pulau, terletak memanjang di garis alam. Pemerintah yang mengemban amanat
khatulistiwa, di antara dua benua dan dua sebagaimana diperintahkan UUD 1945.27
samudera, serta ruang udara yang luas. Oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
karena itu, Indonesia mempunyai posisi dan tentang Penerbangan, mengatur mengenai
peranan yang sangat penting dan strategis Penegakan Hukum Keselamatan Penerbangan
dalam hubungan internasional. Pasal 313 ayat:
Menurut Penjelasan Atas Undang-Undang (1) Menteri berwenang menetapkan program
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, penegakan hukum dan mengambil
dalam upaya memberikan jaminan pelayanan tindakan hukum di bidang keselamatan
sertifikasi dan inspeksi keselamatan yang penerbangan.
kredibel, transparan, dan akuntabel, serta (2) Program penegakan hukum sebagaimana
meningkatkan kompetensi sumber daya dimaksud pada ayat (1) memuat:
manusia untuk penyelenggaraan tata a. tata cara penegakan hukum;
pemerintahan yang baik, Undang-Undang ini b. penyiapan personel yang berwenang
mengatur pembentukan penyelenggara mengawasi penerapan aturan di bidang
pelayanan umum yang dalam menjalankan keselamatan penerbangan;
tugasnya berdasarkan pola penganggaran c. pendidikan masyarakat dan penyedia
berbasis kinerja dengan skala prioritas, jasa penerbangan serta para penegak
efisiensi, dan efektivitas. hukum; dan
d. penindakan.
B. Penegakan Hukum Terhadap Keselamatan (3) Tindakan hukum sebagaimana dimaksud
Penerbangan pada ayat (1) berupa:
Hukum sengaja diciptakan untuk mengatur a. sanksi administratif; dan
tingkah laku masyarakat. Di samping itu hukum b. sanksi pidana.
juga dipergunakan sebagai agent of change Perbedaan antara sanksi administrasi dan
yang dapat mengubah perbuatan masyarakat, sanksi pidana dapat dilihat dari tujuan
serta dipergunakan sebagai social control atau pengenaan sanksi itu sendiri. Sanksi
pengendalian sosial yang memaksa warga administrasi ditujukan kepada perbuatan
masyarakat untuk mengindahkan dan pelanggarannya sedangkan sanksi pidana
mematuhi kaidah-kaidah hukum yang berlaku.25 ditujukan kepada si pelanggar dengan memberi
Pada hakikatnya hukum mengatur hukuman berupa nestapa. Sanksi administrasi
hubungan antarmanusia karena hukum dimaksudkan agar perbuatan pelanggaran itu
merupakan bagian dari sistem sosial yang ada dihentikan. Sifat sanksi adalah “reparatoir”
dalam masyarakat. Hukum dan masyarakat artinya memulihkan pada keadaan semula. Di
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa samping itu perbedaan antara sanksi pidana
dipisahkan. Idealnya hukum dan masyarakat dan sanksi administrasi ialah tindakan
seharusnya berjalan seiring karena hukum penegakan hukumnya. Sanksi administrasi
senantiasa mengikuti perkembangan diterapkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara
masyarakat. Hukum mengintegrasikan tanpa harus melalui prosedur peradilan
kepentingan-kepentingan yang ada dalam sedangkan sanksi pidana hanya dapat
masyarakat terutama untuk terciptanya
ketertiban dalam masyarakat. Interaksi sosial
setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat
127
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
128
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
terjadi, apabila ada ketidakserasian antara merupakan esensi dari penegakan hukum, juga
“tritunggal” nilai, kaidah dan pola perilaku. merupakan tolok ukur daripada efektivitas
Gangguan tersebut terjadi apabila terjadi penegakan hukum.39
ketidakserasian antara nilai-nilai yang Penegakan hukum, keamanan dan
berpasangan yang menjelma di dalam kaidah- ketertiban, tidak mungkin dicapai tanpa
kaidah yang bersimpang siur dan pola perilaku kemampuan menegakkan kedaulatan di darat,
tidak terarah yang mengganggu kedamaian laut dan udara. Dengan tercapainya kedaulatan
pergaulan hidup.36 di darat dan di laut, maka sumber-sumber
Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
penegakan hukum hukum bukanlah semata- (di darat maupun di laut berupa kekayaan alam
mata berarti pelaksanaan perundang-undangan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kesejahteraan/kehidupan bangsa di segala
kecenderungannya adalah demikian, sehingga bidang.40
pengertian “Law Enforcement” begitu populer. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Selain dari itu, maka ada kecenderungan yang tentang Penerbangan, Program Keselamatan
kuat untuk mengartikan penegakan hukum Penerbangan Nasional Pasal 308 ayat:
sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan (1) Menteri bertanggung jawab terhadap
hakim. Perlu dicatat, bahwa pendapat- keselamatan penerbangan nasional.
pendapat yang agak sempit tersebut (2) Untuk menjamin keselamatan
mempunyai kelemahan-kelemahan, apabila penerbangan nasional sebagaimana
pelaksanaan daripada perundang-undangan dimaksud pada ayat (1) Menteri
atau keputusan-keputusan hakim tersebut menetapkan program keselamatan
malahan mengganggu kedamaian di dalam penerbangan nasional (state safety
pergaulan hidup.37 Berdasarkan penjelasan- program).
penjelasan di atas dapatlah ditarik suatu Penjelasan Pasal 308 ayat (2) Yang dimaksud
kesimpulan sementara, bahwa masalah pokok dengan “program keselamatan penerbangan
daripada penegakan hukum sebenarnya nasional” adalah seperangkat peraturan
terletak pada faktor-faktor yang mungkin keselamatan penerbangan dan kegiatan yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terintegrasi untuk mencapai tingkat
mempunyai arti yang netral, sehingga dampak keselamatan yang diinginkan.
positif atau negatifnya terletak pada isi faktor- Pasal 309 ayat:
faktor tersebut. Faktor-Faktor tersebut, adalah (1) Program keselamatan penerbangan nasional
sebagai berikut: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 308
1. Faktor hukumnya sendiri yang di dalam ayat (2) memuat:
tulisan ini akan dibatasi pada undang- a. peraturan keselamatan penerbangan;
undang saja; b. sasaran keselamatan penerbangan;
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak c. sistem pelaporan keselamatan
yang membentuk maupun menerapkan penerbangan;
hukum; d. analisis data dan pertukaran informasi
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung keselamatan penerbangan (safety data
penegakan hukum; analysis and exchange);
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di e. kegiatan investigasi kecelakaan dan
mana hukum tersebut berlaku atau kejadian penerbangan (accident and
diterapkan; incident investigation);
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil f. promosi keselamatan penerbangan
karya, cipta dan ras yang didasarkan pada (safety promotion); g. pengawasan
karsa manusia dalam pergaulan hidup.38 keselamatan penerbangan (safety
Kelima faktor tersebut di atas saling oversight); dan h. penegakan hukum (law
berkaitan dengan eratnya, oleh karena enforcement).
129
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
130
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
131
Lex Administratum, Vol. IX/No. 3/Apr/2021
132