Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENERAPAN K3 DALAM

DUNIA MASKAPAI PENERBANGAN

Budaya Keselamatan , Pelayanan Dan Keamanan

Disusun oleh:

Faqih Usman

Teknik Telekomunikasi Dan Navigasi Udara

Angkatan XVI
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

K3 adalah sebuah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya

mencegah terjadinya Kecelakaan pada saat kerja. K3 dapat juga diartikan sebagai

suatu bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan

manusia yang bekerja di sebuah institusi ataupun proyek.

Secara filosofis K3 dapat juga diartikan sebagai suatu pemikiran atau upaya

untuk menjamin keutuhan dan kemampuan jasmani maupun rohani. Adapun

upaya ini, baik untuk tenaga kerja khususnya dan masyarakat pada umumnya

terhadap hasil karya anak budaya menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan kerja tujuan K3

adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan. Selain

itu, K3 berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi agar dapat digunakan

secara efektif. Secara umum fungsi dan tujuan K3 secara umum adalah

 Untuk melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan pekerja

guna meningkatkan kinerjanya.

 Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang

di lingkungan kerja.
 Dan Untuk memastikan sumber produksi terpelihara secara baik dan dapat

digunakan dengan aman dan efisien.

Penerapan Sistem K3 pada suatu perusahaan/tempat kerja tidak boleh

dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan.

Dasar hukum K3:

K3 ditentukan berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja:

 UU No.1 tahun 1970

 UU No.21 tahun 2003

 UU No.13 tahun 2003

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.PER-5/MEN/1996

B. INDENTIFIKASI MASALAH

Bagaimana Cara penerapan sistem Kesehatan dan Keamanan

Kerja (K3) dalam industri penerbangan di bidang Maskapai

Penerbangan?

BAB II

PEMBAHASAN
A. KESEHATAN DAN KEAMANAN KERJA DI DUNIA

PENERBANGAN

Bandar udara (bandara) merupakan tempat bertemunya banyak orang dari

segala penjuru dunia yang datang dan pergi dengan pesawat udara, dan juga tempat

berkumpulnya banyak orang yang melakukan kegiatannya masing-masing untuk

menunjang operasi penerbangan yang lancar, aman dan nyaman.

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) ,

“Airpot is a defined area on land or water (including any buildings, installations,

and equipment) intended to be used either wholly or in part for arrival, departure,

and movements of aircrafts”. Menurut PT (persero) Angkasa Pura, bandar udara,

ialah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan

kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara

untuk masyarakat.

Dengan perkembangan dunia penerbangan dan mobilitas manusia serta barang

yang makin tinggi, maka fungsi bandara (bandar udara) makin bertambah penting.

Di daerah-daerah penerbangan perintis, bandara masih sederhana, tetapi di kota-

kota besar sudah berkembang menjadi besar dan canggih karena merupakan tempat

bertemunya banyak orang dari segala penjuru dunia, dan tempat berkumpulnya

banyak orang melakukan kegiatannya masing-masing untuk menunjang operasi

penerbangan yang aman dan nyaman. Untuk itu dalam pengoperasiannya suatu

bandara harus menyediakan fasilitas medik untuk dapat menanggulangi gawat


darurat penerbangan, gawat darurat medik atau gangguan kesehatan lainnya. Lagi

pula untuk memberi kemudahan pada calon penumpang dan pengunjung, di

bandara disediakan kafetaria, restoran, coffee shop, duty free shop, kantor pos,

bank, money changer dsb. Dan di bandara internasional selalu ada kantor/petugas

C.I.Q. (Custom Immigration Quarantine).

Akibat hal-hal di atas timbul masalah hygiene dan sanitasi di bandara yang

harus ditangani sungguh-sungguh, sebab suatu bandara internasional adalah pintu

gerbang suatu negara. Masalah hygiene dan sanitasi di bandara berhubungan erat

dengan penyebaran penyakit menular dan juga dengan keselamatan penerbangan.

Di samping masalah-masalah tersebut di atas, sering melalui bandara seorang

pasien ingin berobat ke rumah sakit yang,besar di kota lain, bahkan ke luar negeri.

Ini menimbulkan masalah, karena tidak semua orang sakit boleh diangkut dengan

pesawat udara (pesawat dari airline).

B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN KERJA DALAM MASKAPAI

PENERBAGAN

"Kewajiban Maskapai Penerbangan Sipil dalam Peraturan Perundang-

undangan Indonesia Terkait dengan Upaya Pemenuhan Keselamatan dan

Keamanan Penumpang". Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 15 Tahun

1992 tujuan terselenggaranya penerbangan adalah untuk mewujudkan

penyelenggaraan penerbangan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan

teratur, nyaman dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat dengan mengutamakan dan melindungi penerbangan nasional,

menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas, sebagai pendorong,

penggerak, dan penunjang pembangunan nasional serta mempererat hubungan

antar bangsa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah

menetapkan visi dan misi nya sebagai berikut :

VISI:

"TERWUJUDNYA PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA YANG

ANDAL, BERDAYA SAING DAN MEMBERIKAN NILAI TAMBAH.

MISI:

a. Memenuhi standar keamanan, keselamatan penerbangan dan pelayanan;

menyediakan sarana, prasarana dan jaringan transportasi udara yang andal,

optimal dan terintegrasi;

b. Mewujudkan iklim usaha dan transportasi udara yang kompetitif dan

berkelanjutan (sustainable);

c. Mewujudkan kelembagaan yang efektif dan efisien.

Keselamatan merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan, tidak ada

kompromi dan toleransi. Pemerintah berkomitmen bahwa "Safety is Number One"

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992.

Penyelenggaraan transportasi udara tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan

ekonomi masyarakat pengguna jasa transportasi udara yang dilayani dan juga

kecenderungan perkembangan ekonomi global. Sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi nasional yang semakin membaik, peran Pemerintah yang semula sebagai
penyedia jasa dan pelaku kegiatan ekonomi, akan berubah peran menjadi sebagai

regulator.

Pemerintah memandang perlunya paradigma baru bahwa keselamatan

penerbangan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Perusahaan

Penerbangan dan Masyarakat pengguna jasa.

Terkait dengan keamanan dan keselamatan penerbangan di Indonesia, Pemerintah

telah menetapkan peraturan perundang-undangan antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;

b. PP Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2002 tentang Civil Aviation

Safety Regulation (CASR) part 135;

d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Civil Aviation

Safety Regulation (CASR) part 121;

e. Peraturan Menteri Perhubungan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan

dan keamanan penerbangan;

f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang berkaitan dengan

keselamatan dan keamanan penerbangan.

Dilihat secara umum, di Indonesia juga sering terjadi kecelakaan pesawat

terbang yang akhirnya mengakibatkan munculnya pandangan masyarakat umum

yang berpendapat bahwa menggunakan mode transportasi pesawat terbang tidak

aman. Pernyataan pakar penerbangan yang menyatakan bahwa pesawat adalah

moda transportasi paling aman, seolah tidak didengar masyarakat sebagai akibat

masih sering terjadinya masalah dalam dunia penerbangan kita. Namun, seiring
dengan berjalannya waktu, kondisi semakin membaik. Terlebih dengan adanya

usaha pemerintah untuk meningkatkan peraturan dan juga standar keamanan

penerbangan di Indonesia. Di sisi lain, maskapai penerbangan juga terus berusaha

meningkatkan pelayanannya agar memenuhi standar keselamatan yang berlaku.

Alat alat keselamatan di dalam pesawat:

1. Kartu Keselamatan

dalamnya dijelaskan juga bagaimana memakai pelampung

dan safety belt. Letak kartu keselamatan biasanya ada di kantung di

depan kursi.

2. Safety belt

Safety belt memiliki dua tipe, pertama untuk dewasa dan yang

kedua untuk anak-anak. Alat ini menyatu dengan kursi. Pelajari cara

untuk melepaskan sabuk pengaman dengan cepat. Dengan begitu kamu

tak perlu panik ketika sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

3. Baju pelampung

Baju pelampung adalah alat yang sangat penting saat terjadi

masalah. Karena biasanya pesawat akan melakukan pendaratan darurat

di laut. Baju pelampung biasanya terletak di bawah kursi. Sebelum

berangkat pastikan dulu alat tersebut ada atau tidak.

4. Masker oksigen

Di dalam pesawat tekanan udaranya pasti berbeda dengan di luar.

Pesawat memiliki sebuah sistem yang mengatur hal tersebut sehingga

udara di dalam pesawat tidak melebihi batas yang sudah ditentukan.


BAB III

KESIMPULAN

Keselamatan merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan, tidak

ada kompromi dan toleransi. Pemerintah berkomitmen bahwa "Safety is Number

One" sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992.

Penyelenggaraan transportasi udara tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan

ekonomi masyarakat pengguna jasa transportasi udara yang dilayani dan juga

kecenderungan perkembangan ekonomi global. Sejalan dengan pertumbuhan

ekonomi nasional yang semakin membaik, peran Pemerintah yang semula sebagai

penyedia jasa dan pelaku kegiatan ekonomi, akan berubah peran menjadi sebagai

regulator.

Anda mungkin juga menyukai