Anda di halaman 1dari 9

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hukum

Keselamatan Penerbangan di Indonesia

Nama Anggota :
Dhiya Yaisy Defrizal
Apriliyana Asri
Anggon Pringgandini
Rohim Amirullah
Najwah Zanuba

Prodi Teknik Navigasi Udara


Politeknik Penerbangan Indonesia Curug
Abstrak
Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, penerbangan harus dikelola dalam satu kesatuan sistem
transportasi karena sangat penting bagi masyarakat. Nasional secara terpadu dengan mengintegrasikan
dan mendinamisasikan fasilitas penerbangan dan prasarana. Tujuan penyelenggaraan penerbangan adalah
untuk menjamin penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, dan nyaman. Ini sesuai dengan
semboyan penerbangan yang umum, yaitu 3S+1C: keselamatan, keamanan, pelayanan, dan ketaatan
terhadap aturan. Untuk mendukung kelancaran kegiatan penerbangan, seseorang harus mematuhi
ketentuan yang berlaku, seperti Pasal 44 Konvensi Chicago 1944, Organisasi Penerbangan Umum
(ICAO), UU Penerbangan, Peraturan Pemerintah, Peraturan dan Keputusan Menteri Perhubungan, dan
Peraturan Pelaksanaan lainnya. Untuk memastikan pelayanan keselamatan penerbangan yang sesuai
dengan standar, evaluasi bersama dapat dilakukan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja
keselamatan penerbangan.

Kata kunci: Faktor – faktor Hukum, Keselamatan, Penerbangan


A. PENDAHULUAN Program keselamatan penerbangan nasional dan
Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, program budaya tindakan keselamatan mengacu
penerbangan telah menjadi kebutuhan pada peraturan ICAO. Program keselamatan
masyarakat dari berbagai lapisan masyarakat penerbangan nasional mencakup peraturan,
karena pertumbuhan perdagangan, ekonomi, dan sasaran, sistem pelaporan, analisis dan
industri pariwisata Indonesia untuk mobilitas pertukaran data keselamatan, investigasi
orang dan barang dalam dan luar negeri, serta kecelakaan dan kejadian, promosi keselamatan,
mendorong pertumbuhan wilayah dan daerah dan pengawasan keselamatan [6].
[1]. Satu-satunya cara yang efisien, cepat, dan
murah untuk mengangkut antar pulau dan antar Keselamatan penerbangan adalah tanggung
wilayah adalah melalui udara [2]. jawab seluruh pemangku kegiatan penerbangan;
Sistem transportasi nasional yang mendukung dorongan untuk memenuhi persyaratan
pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, keselamatan harus dimulai dari tingkat
peningkatan hubungan internasional, dan manajemen tertinggi di setiap organisasi [7].
penguatan kedaulatan negara diperlukan untuk
mencapai tujuan nasional, serta untuk Keselamatan penerbangan sangat penting bagi
mewujudkan Wawasan Nusantara dan penyedia jasa penerbangan agar dapat membantu
memantapkan ketahanan nasional [3]. negara. Sebuah sistem keselamatan adalah
prioritas utama, menurut standar ICAO. Salah
Menyadari pentingnya transportasi, satu dari Filosofi Direktorat Jenderal
penyelenggaraan penerbangan harus diatur Perhubungan Udara adalah 3S+1C, yang berarti
secara terpadu dalam sistem transportasi keselamatan (keselamatan), keamanan
nasional dan mampu menyediakan layanan. (keamanan), pelayanan (pelayanan), dan
transportasi yang selamat, aman, efisien, dan pemenuhan aturan.
sesuai dengan kebutuhan.
Untuk meningkatkan pelayanan domestik dan Di Indonesia, aturan keselamatan
internasional, penerbangan dengan karakteristik penerbangan telah dibuat, tetapi masih ada
dan keunggulan unik harus dikembangkan. banyak masalah dalam pelaksanaannya,
Mengintegrasikan dan mendinamisasikan termasuk risiko kecelakaan pesawat. Kesalahan
prasarana dan sarana penerbangan, metode, manusia, teknikal, alam, dan lain-lain adalah
prosedur, dan peraturan untuk membuat beberapa penyebab hal ini.
pengembangan penerbangan berdaya guna dan
berhasil [4]. Keselamatan dan keamanan penerbangan (safety
and security aviation) harus menjadi prioritas
penyelenggaraan penerbangan sebagai sistem utama bagi pemerintah dan pihak maskapai
dapat memberikan manfaat yang sebesar- penerbangan.
besarnya kepada seluruh rakyat, bangsa, dan
negara, serta memupuk dan mengembangkan Sesuai dengan Standar ICAO, semua pemangku
jiwa kedirgantaraan dengan mengutamakan kegiatan di bidang penerbangan bertanggung
faktor keselamatan, jawab atas keselamatan penerbangan.
keamanan, dan kenyamanan [5]. Mengintegrasikan dan mendinamisasikan
prasarana dan sarana penerbangan untuk
Program keselamatan penerbangan nasional menjamin penerbangan yang tertib, teratur,
diatur dalam UU Penerbangan untuk menjamin selamat, aman, dan nyaman harus menjadi fokus
penyelenggaraan penerbangan yang memenuhi kebijakan keselamatan penerbangan dalam
standar keselamatan dan keamanan. sistem transportasi nasional secara terpadu. Pada
dasarnya, kebijakan keselamatan penerbangan efektifitas dengan penyelenggaraan penerbangan
Indonesia harus mematuhi undang-undang dan domestik dan internasional sebagai berikut: [10]
peraturan yang berlaku, seperti Pasal 44 memastikan penyelenggaraan penerbangan yang
Konvensi Chicago 1944, ICAO, UU tertib, teratur, selamat, aman, dan nyaman
Penerbangan, Peraturan Pemerintah, Peraturan dengan harga yang wajar, dan menghindari
dan keputusan Menteri Perhubungan, dan praktik usaha yang tidak sehat; memudahkan
Peraturan Pelaksanaan lainnya. Menurut uraian transportasi orang dan/atau barang melalui udara
di atas, topik utama penelitian ini adalah dengan mengutamakan dan melindungi angkut;
bagaimana menetapkan dan menerapkan dan jiwa kedirgantaraan; mempertahankan
kebijakan keselamatan penerbangan di kedaulatan negara; mengembangkan industri dan
Indonesia? teknologi angkutan udara nasional untuk
menjadi pesaing; dan mendukung,
B. PEMBAHASAN menggerakkan, dan mendorong pencapaian
tujuan pembangunan nasional.
Keselamatan Penerbangan Nasional
Dalam industri penerbangan, prioritas utama
meningkatkan ketahanan nasional,
adalah keselamatan dan keamanan penerbangan
memperkuat hubungan internasional, dan
(safety and security aviation). Keselamatan
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
penerbangan didefinisikan sebagai keadaan
Semua elemen terkait berfungsi bersama untuk
terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam
meningkatkan keselamatan penerbangan, seperti
pemanfaatan wilayah udara,
yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka 48 UU
Penerbangan, yang menyatakan bahwa
pesawat, bandara, angkutan, navigasi, dan
“keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan
fasilitas pendukung lainnya serta fasilitas umum
terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam
lainnya [8]. Sebaliknya, Keamanan Penerbangan
pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara,
adalah situasi yang melindungi penerbangan dari
bandar udara, angkutan udara, navigasi
pelanggaran hukum dengan menggabungkan
penerbangan, serta fasilitas penunjang dan
sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur
fasilitas umum lainnya.” Kesalahan manusia
[9].
(human error), teknis operasional, cuaca, dan
Agar penyedia jasa penerbangan dapat
lain-lain adalah beberapa sumber kecelakaan.
membantu negara, keselamatan penerbangan
kesalahan manusia, kesalahan teknis, cuaca, dan
sangat penting. Fakta, data, dan persepsi
lain-lain. Untuk menghindari kecelakaan, adalah
masyarakat tentang komponen keselamatan
penting untuk mengidentifikasi, memahami, dan
penerbangan harus mendukung langkah-langkah
mengontrol komponen utama yang bertanggung
untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.
jawab atas kecelakaan sebelumnya. Ada doktrin
Kejadian dan kecelakaan yang signifikan dapat
pengelolaan.
merusak reputasi penyedia jasa penerbangan,
pemerintah, dan negara dalam hal keselamatan
Dengan mematuhi standar dan prosedur
penerbangan.
pemerintah dan industri untuk pengelolaan
keselamatan, personel penerbangan terkait
Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional,
dalam industri akan percaya bahwa operasi
UU Penerbangan menetapkan bahwa
penyedia jasa penerbangan telah dipahami,
penerbangan harus memiliki karakteristik yang
dirancang, dikembangkan, dan dilaksanakan
cepat, menggunakan teknologi canggih, padat
dengan mengutamakan keselamatan.
modal, manajemen yang andal, dan memerlukan
jaminan keselamatan dan keamanan yang
optimal. Pasal 3 UU Penerbangan juga mengatur
hubungan antara keselamatan, efisiensi, dan
Prosedur Standar, dan Peningkatan
Pengaturan dan kebijakan Berkelanjutan (Continuous Improvement).
keselamatan penerbangan di
Pengaturan dan kebijakan keselamatan
Indonesia
penerbangan di Indonesia, antara lain:
Pedoman Nasional mengenai Pengelolaan
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
Keselamatan termasuk Pasal 44 Konvensi
tentang Penerbangan diatur dalam Pasal
Chicago 1944 dan ICAO. ICAO mendefinisikan
3, 52- 57, 211, 308-322.
keselamatan sebagai "kondisi dimana risiko
b. Peraturan Pemerintah Republik
terjadinya cedera bagi seseorang atau risiko
Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang
terjadinya cedera bagi seseorang".
Keamanan Dan Keselamatan
Penerbangan (PP 3/2001).
Dengan melakukan identifikasi bahaya
c. Peraturan Menteri Perhubungan
(bahaya) dan prosedur manajemen resiko yang
Republik Indonesia, antara lain:
berkelanjutan, kerusakan telah dikurangi dan
Peraturan Menteri : PM 44 Tahun 2015
dipertahankan pada tingkat yang telah
tentang Keselamatan Penerbangan Sipil
ditentukan atau lebih rendah. Sebagaimana
bagian 173 Civil Aviation Safety
digunakan oleh ICAO, "manajemen
Regulation Part 173 tentang
keselamatan" mencakup dua ide utama: [11]
perencanaan prosedur penerbangan
pemerintah harus memiliki Program
(Flight Procedure Design); Peraturan
Keselamatan Penerbangan Nasional (State
Menteri Perhubungan Republik
Safety Program/SSP), dan penyedia jasa
Indonesia Nomor PM 93 Tahun 2016
penerbangan harus memiliki Sistem Manajemen
tentang Program Keselamatan
Keselamatan (Safety Management
Penerbangan Nasional; Peraturan
System/SMS).
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 74 Tahun 2017
Untuk menjalankan Program Keselamatan
tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Nasional secara berkelanjutan
Penerbangan Sipil Bagian 830 (Civil
sesuai dengan Dokumen ICAO 9859 termasuk:
Aviation Safety Regulation Part 830)
[12] Kebijakan Keselamatan Penerbangan
tentang Prosedur Investigasi Kecelakaan
Nasional - menetapkan pertanggungjawaban
Dan Kejadian Serius Pesawat Udara
(accountability); Manajemen Risiko
Sipil; Peraturan Menteri Perhubungan
Keselamatan Penerbangan Nasional - cara
Republik Indonesia Nomor PM 52
proaktif mengendalikan risiko; Jaminan
Tahun 2018 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Nasional (State
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
Safety Assurance) - memastikan sistem
47 (Civil Aviation Safety Regulations
pengendalian berfungsi dengan baik; dan
Part 47) tentang Pendaftaran Pesawat
Peningkatan Keselamatan Penerbangan
Udara (Aircraft Registration); Peraturan
Nasional.
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor Pm 14 Tahun 2019
Delapan unit kesatuan yang diperlukan untuk
tentang Peraturan Keselamatan
menerapkan Program Keselamatan Penerbangan
Penerbangan Sipil Bagian 69 (Civil
Nasional dan Sistem Manajemen Keselamatan
Aviation Safety Regulations Part 69)
dijelaskan dalam Dokumen ICAO 9859:
tentang Lisensi, Rating, Pelatihan, Dan
Komitmen Pimpinan Tertinggi, Sistem
Kecakapan Personel Navigasi
Pelaporan Keselamatan yang Efektif,
Penerbangan; Peraturan Menteri
Penggunaan Informasi, Pembelajaran, Pelatihan,
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 43 Tahun 2020 tentang Implementasi kebijakan keselamatan
Peraturan Keselamatan Penerbangan penerbangan di Indonesia
Sipil Bagian 172 tentang Penyelenggara Dengan mengintegrasikan dan
Pelayanan Lalu Lintas Penerbangan; mendinamisasikan prasarana dan sarana
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor penerbangan, kebijakan keselamatan
PM 62 Tahun 2021 Peraturan penerbangan di Indonesia diterapkan secara
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian terpadu dalam sistem transportasi nasional.
36 tentang Standar Kebisingan untuk Tujuan untuk mencapai penerbangan yang
Sertifikasi Tipe dan Kelaikudaraan teratur, tertib, selamat, aman, dan nyaman,
Pesawat Udara antara lain dengan mengikuti peraturan yang
d. Keputusan Menteri Perhubungan berlaku, seperti Pasal 44 Konvensi Chicago
Republik Indonesia, antara lain 1944, ICAO, UU Penerbangan, Peraturan
Keputusan Menteri Perhubungan Pemerintah, Peraturan dan Keputusan Menteri
Republik Indonesia Nomor Km. 132 Perhubungan, dan Peraturan Pelaksanaan
Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan lainnya. Menurut penilaian keselamatan
Minimal Pada Balai Teknologi penerbangan, penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pelayaran Keselamatan (SMS) memiliki dampak positif
e. Petunjuk pelaksanaan dan landasan yang signifikan terhadap tingkat keselamatan
hukum lainya disini yang merupakan yang tinggi. SMS digunakan untuk mencegah
Pendelegasian wewenang dari Menteri luka-luka atau bahkan kematian manusia dan
kepada Direktur Jenderal termasuk kerusakan lingkungan dan harta benda. Dalam
pengawasan keselamatan, penegakan hal keselamatan penerbangan, SMS mencakup
hukum terhadap pelaksanaan tugas dan keseluruhan layanan dukungan penerbangan dan
tanggung jawab berupa peraturan Dirjen keseluruhan yang berdampak langsung pada
Perhubungan udara atau Kep dirjen keselamatan seperti pelayan navigasi udara,
perhubungan udara, antara lain: manajemen pengoperasian bandar udara, dll. UU
Peraturan Direktur Jenderal Penerbangan, khususnya yang berkaitan dengan
Perhubungan Udara Nomor : Kp 159 keselamatan penerbangan, tetap mengacu pada
Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis PP 3/2001. Sebagai bagian dari sistem pelayanan
Peraturan Keselamatan Penerbangan keamanan dan keselamatan penerbangan sipil,
Sipil Bagian 8900-6.13 (Staff keamanan dan keselamatan penerbangan
Instruction Part 8900 Niru Anita Sinaga memiliki peran penting dan strategis dalam
457 JURNAL HUKUM SASANA | penyelenggaraan penerbangan. Karena itu,
Volume 8 Number 2, December 2022 pemerintah mengurus, mengawasi, dan
6.13) tentang Inspeksi Pencatatan mengawasi proses pembangunan,
Operasi Dan Penerbangan (Perjalanan) pendayagunaan, dan pengembangan sistem
(Operations And Flight (Trip) Record keamanan dan keselamatan penerbangan [13].
Inpections).
f. Peraturan Keselamatan Penerbangan Menurut UU Penerbangan, Program
Sipil (PKPS) yang mencakup kegiatan Keselamatan Penerbangan Nasional mencakup
teknis operasional penerbangan, agar petunjuk yang sesuai dengan ketentuan ICAO
kegiatan dimaksud dapat dilaksanakan mengenai Program Keselamatan Negara (SSP).
dengan aman, selamat, efektif dan Keselamatan penerbangan nasional diawasi oleh
efisien sesuai standar penerbangan menteri. Karena Menteri menetapkan Program
internasional. Keselamatan Penerbangan Nasional dan
membentuk kelompok evaluasi berkelanjutan.
Selain itu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara
ditugaskan untuk menyusun, menjamin, dan berkembang, harus mendapat perhatian
mengawasi pelaksanaan Program. Kerangka khusus.
kerja State Safety Program (SSP) ICAO dan 3. Pengembangan dan tata kelola sistem
petunjuk teknis (guidance material) membentuk transportasi harus dilakukan secara
Program Keselamatan Penerbangan Nasional komprehensif dan terpadu,
[14]. Program ini mewajibkan pemerintah dan menggunakan kemajuan teknologi.
penyedia jasa penerbangan untuk bertanggung Sangat penting bahwa budaya keselamatan
jawab atas keselamatan dan menyediakan penerbangan berasal dari gabungan budaya
kerangka kerjanya. Dokumen ini mengadopsi profesional, organisasi, dan budaya nasional.
standar ICAO yang berkaitan dengan dokumen Satu upaya untuk menerapkan budaya
kerangka kerja [15]. keselamatan penerbangan, orang-orang yang
terlibat dalam kegiatan penerbangan harus
Tujuan Program Keselamatan Penerbangan dikenalkan dengan budaya tersebut melalui
Nasional adalah sebagai berikut: Menentukan pendidikan dan pelatihan [17]. Untuk
standar dan prinsip dasar untuk keselamatan mewujudkan budaya keselamatan dalam
penerbangan nasional; Menghubungkan dasar organisasi penerbangan, diperlukan beberapa hal
hukum yang berkaitan dengan implementasi dan berikut: kepatuhan terhadap peraturan,
praktik pelaksanaan undang-undang. dokumentasi, dan prosedur, sistem manajamen
Memberikan penjelasan tentang hal-hal yang keselamatan penyedia jasa penerbangan,
dapat dikontrol dan diukur terkait keselamatan penolakan kebiasaan yang tidak baik dalam
penerbangan nasional; posisi pemerintah dalam pelaksanaan keselamatan penerbangan,
mengelola keselamatan penerbangan nasional; keterbukaan informasi, dan inisiatif dan peran
menetapkan standar peraturan dan kegiatan yang kepemimpinan untuk menangani kasus.
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan nasional; dan menyediakan sistem Selain itu, Program Keselamatan
manajemen untuk pengelolaan keselamatan Penerbangan Nasional mengatur sasaran
penerbangan nasional oleh Direktorat Jenderal keselamatan penerbangan, investigasi
Perhubungan Udara [16]. kecelakaan dan kejadian penerbangan,
pengawasan keselamatan penerbangan,
Peraturan Menteri ini menetapkan penegakan hukum, tanggung jawab, dan
wewenang, tanggung jawab, pengelolaan, dan akuntabilitas. Direktorat Jenderal Perhubungan
pengawasan terhadap pelaksanaan Program Udara bertanggung jawab atas Program
Keselamatan Penerbangan Nasional. Keselamatan Penerbangan Nasional, yang
Dalam kebijakan transportasi Indonesia, ada 3 dilaksanakan oleh setiap Direktorat dan Kantor
(tiga) peraturan pokok, yaitu: Otoritas Bandar Udara di bawah Direktorat
1. Mengingat peran penting transportasi Jenderal Perhubungan Udara dengan dukungan
sebagai sarana pendukung untuk dari Instansi Pemerintah terkait. Namun, standar
kegiatan ekonomi, sosial, politik, dan keselamatan penerbangan dan pengendalian
pertahanan. Pengembangan transportasi mutu dilakukan oleh penyedia jasa penerbangan.
didasarkan pada prioritas nasional dan Semua penyedia layanan penerbangan harus
membutuhkan peningkatan infrastruktur mematuhi peraturan dan standar yang ditetapkan
serta peraturan dan struktur organisasi oleh pemerintah. Peraturan ini termasuk
yang lebih baik. pengembangan sistem manajemen keselamatan
2. Daerah-daerah terpencil di Indonesia yang memungkinkan identifikasi bahaya
bagian timur, termasuk kepulauan dan (hazard), analisis risiko, dan rencana untuk
wilayah perbatasan yang masih belum mengurangi risiko dan menangani situasi
darurat. Kerangka Kerja Program Keselamatan
Penerbangan Nasional harus dibuat untuk Dengan mengintegrasikan dan
menjelaskan fungsi Pemerintah dan Penyedia mendinamisasikan prasarana dan sarana
Jasa Penerbangan, membangun kerja sama dan penerbangan, kebijakan keselamatan
harmonisasi antara mereka, dan memastikan penerbangan di Indonesia diterapkan secara
pengembangan berkelanjutan dari Program terpadu dalam sistem transportasi nasional.
Keselamatan Penerbangan Nasional. Menteri Tujuan untuk mencapai penerbangan yang tertib,
Perhubungan bertanggung jawab atas teratur, selamat, aman, dan nyaman, dll. dengan
keselamatan penerbangan nasional. mematuhi peraturan yang berlaku, seperti Pasal
Kebijakan keselamatan penerbangan nasional 44 Konvensi Chicago 1944, ICAO, UU
didasarkan pada prinsip pendekatan sistem Penerbangan, Peraturan Pemerintah, Peraturan
untuk mengelola keselamatan penerbangan dan keputusan Menteri Perhubungan, dan
nasional. Pendekatan sistem mencakup struktur Peraturan Pelaksanaan lainnya. Untuk
organisasi, akuntabilitas, prosedur yang mencapainya dengan menyempurnakan
dibutuhkan oleh penyedia jasa penerbangan, peraturan perundangan-undangan dan peraturan
staf, dan teknologi. Masalah penegakan hukum: pelaksanaannya.
Menteri berwenang menangani masalah
penegakan hukum dan program keselamatan Program Keselamatan Penerbangan Nasional
penerbangan. Jika seseorang melanggar berfungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
peraturan perundang-undangan bidang pemerintah dan penyedia jasa penerbangan
keselamatan penerbangan, mereka akan diberi dalam menyusun Sistem Manajemen
peringatan, pembekuan, pencabutan, dan denda Keselamatan Penerbangan, yang diawasi oleh
administratif. Sanksi pidana juga tersedia. Salah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
satu tugas pembinaan Direktorat Jenderal Pemerintah menetapkan kewenangan, tanggung
Perhubungan Udara adalah menjaga kesesuaian jawab, dan tindakan yang saling bersinergi untuk
dengan standar, prosedur, dan audit, inspeksi, mengharmoniskan dengan Standar Penerbangan
pengamatan (pengamatan), dan pemantauan Internasional. Sanksi administratif dan pidana
(pengamatan) adalah peraturan yang terkait. adalah sarana penegakan hukum.
Prinsip manajemen risiko keselamatan
digunakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara untuk membuat peraturan yang tepat dan
sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan
identifikasi bahaya (bahaya) dan risiko.

C. KESIMPULAN
Kebijakan keselamatan penerbangan Indonesia
didasarkan pada Pasal 44 Konvensi Chicago
1944, ICAO, Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan, yang diatur dalam
Pasal 3, 52-57, 211, 308-322, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan-
Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia, Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan, dan
landasan hukum lainnya. Di sini, menteri
menyerahkan wewenang mereka kepada Menteri
Perhubungan Republik Indonesia.
D. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Alinea ke 3 Penjelasan Umum


Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (UU Penerbangan).
[2]. E. Saefullah Wiradipradja, Hukum
Transportasi Udara Dari Warsawa 1929
ke Montreal 1999, Bandung: PT. Kiblat
Buku Utama, 2008, hlm. 18.
[3]. Huruf b Bagian Menimbang UU
Penerbangan,
[4]. Penjelasan Umum paragrap 4 UU
Penerbangan,
[5]. Penjelasan Umum paragrap 7 UU
Penerbangan,
[6]. Penjelasan Umum paragrap 10 sub
huruf e UU Penerbangan,
[7]. Angka 2.1 Bab II Lampiran
Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 93
Tahun 2016 tentang Program
Keselamatan Penerbangan Nasional
(Permenhub 93/2016).
[8]. Angka 48 Pasal 1 UU
Penerbangan.
[9]. Angka 49 Pasal 1 UU
Penerbangan.
[10]. Pasal 3 UU Penerbangan.
[11]. Angka 2.3 Bab II Permenhub
93/2016.
[12]. Ibid.
[13]. Penjelasan Umum Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2001 tentang Keamanan Dan
Keselamatan Penerbangan (PP 3/2001).
[14]. Angka 1.1.3 Bab I Permenhub
93/2016.
[15]. Angka 1.1.4 Bab I Permenhub
93/2016.
[16]. Angka 1.2 Bab I Permenhub
93/2016.
[17]. Yaddy Supriadi, Keselamatan
Penerbangan Teori dan Problematika,
Tangerang: Telaga Ilmu. 2012, hlm. 67.

Anda mungkin juga menyukai