Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH AIRMANSHIP DAN SAFETY CULTURE TERHADAP KESELAMATAN

PENERBANGAN DI PANGKALAN TNI AU HALIM PERDANAKUSUMA

THE EFFECT OF AIRMANSHIP AND SAFETY CULTURE ON THE AVIATION


SAFETY IN HALIM PERDANAKUSUMA AIR FORCE BASE JAKARTA

Sunar Adi Wibowo1


Universitas Pertahanan
(sunaradiwibowo@gmail.com)

Abstrak -- Keselamatan Penerbangan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma belum optimal


diduga karena pemahaman tentang Airmanship dan kesadaran akan Safety Culture peronel
Penerbang yang masih kurang sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkannya guna
mewujudkan Keselamatan Penerbangan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Airmanship dan Safety Culture terhadap keselamatan
penerbangan. Desain penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang
digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer yang diperoleh berdasarkan penyebaran
kuesioner yang dibagikan kepada sampel penelitian personel Penerbang di Pangkalan TNI AU Halim
Perdanakusuma sebanyak 62 orang dengan teknik analisis data regresi berganda. Hasil penelitian
menunjukkan secara parsialAirmanship berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keselamatan
Penerbangan sebesar 39.5 %. Secara parsial Safety Culture berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Keselamatan Penerbangan sebesar 37.3 %. Secara simultan diperoleh bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Airmanship dan Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan
di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma dengan besar pengaruh sebesar 50 %. Sedangkan sisanya
sebesar 50 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Berdasarkan hasil tersebut maka
Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma perlu memberikan kesempatan kepada seluruh personel
Penerbang untuk mengikuti Suspa Lambangja, kursus CRM dan seminar terkait safety, menetapkan
aturan/SOP tentang perhitungan resiko terkait beban misi penerbangan, memberikan reward
kepada awak pesawat yang dapat mengatasi kondisi emergency dengan baik dan memberikan
punishment secara proporsional kepada awak pesawat yang melanggar aturan safety,
mengoptimalkan kegiatan safety meeting serta mengoptimalkan kegiatan latihan flight training dan
simulator training.
Kata kunci : Airmanship, Safety Culture danKeselamatan Penerbangan

Abstract -- Flight Safety at Halim Perdanakusuma Air Force Base has not been optimally anticipated
because of the understanding of Airmanship and the awareness of the aviation Safety Authority of
the aviator is still lacking so that efforts are needed to improve it in order to realize Flight Safety at
Halim Perdanakusuma Air Force Base. The purpose of this study is to analyze the influence of
Airmanship and Safety Culture on aviation safety. This research design using quantitative descriptive
approach. The data used in this study comes from the primary data obtained on the basis of the
distribution of questionnaires distributed to the research samples of Air Force personnel in the Air

1
Sunar Adi Wibowo adalah mahasiswa program studi Strategi Perang Udara, Fakultas Strategi Pertahanan,
Universitas Pertahanan Indonesia.
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 1
Force Base Halim Perdanakusuma as many as 62 people with multiple data regression analysis
techniques. The result showed that partially Airmanship had positive and significant effect on Flight
Safety by 39.5%. Partially Safety Culture has positive and significant effect on Flight Safety of 37.3%.
Simultaneously it is found that there is a significant influence between Airmanship and Safety Culture
on Aviation Safety at Halim Perdanakusuma Air Force Base with a big influence of 50%. While the
remaining 50% is explained by other causes beyond the model. Based on these results, the Halim
Perdanakusuma Air Force Base needs to provide an opportunity to all the Aviator personnel to join
Suspa Lambangja, CRM courses and safety-related seminars, establish rules/SOP on risk calculations
related to flight missions, provide rewards to crew that can cope with emergency conditions well
and provide proportional punishment to crew who violate safety rules, optimize safety meeting
activities, optimize flight training and training simulator training.
Keywords: Airmanship, Safety Culture and Aviation Safety.

Pendahuluan Kegiatan penerbangan baik dengan

D
unia Penerbangan dan mengoperasikan pesawat terbang sipil
keselamatan merupakan dua maupun pesawat terbang militer dapat
hal yang tidak dapat di menimbulkan resiko yang tidak diinginkan
pisahkan seperti halnya dua sisi keping yaitu berupa kecelakaan pesawat.
mata uang. Keselamatan merupakan Menurut FAA (Federal Aviation
prioritas utama dalam dunia penerbangan Administration) terdapat tiga faktor
sehingga perlu adanya suatu standar penyebab kecelakaan yaitu faktor cuaca
keselamatan yang optimal sesuai dengan (weather) sebesar 13,2 %, faktor pesawat
perkembangan teknologi penerbangan. sebesar 27,1 % dan hampir 66% dari
Setiap individu maupun instansi harus keseluruhan kecelakaan (accidents)
mengikuti standar atau aturan yang maupun insiden (incidents) penerbangan
dikeluarkan oleh badan internasional disebabkan karena faktor kesalahan
seperti International Civil Aviation manusia (human error)3. Dari berbagai
Organization (ICAO), Federal Aviation laporan resmi penyelidikan tentang
Administration (FAA), the European penyebab kecelakaan pesawat dapat
Aviation Safety Agency (EASA) dimana digambarkan bahwa masih relatif
tanggung jawabnya dilaksanakan oleh tingginya angka kecelakaan pesawat yang
Joint Aviation Authority (JAA) yang disebabkan oleh faktor kesalahan
merupakan anggota dari Masyarakat manusia.
Ekonomi Eropa (MEE) 2
proposed by EASA Part-145. Safety Science, Vol.
43, pp. 559–570. (2005).
3
Susetyadi, A., Nasrifah, S., & Yuliawati, E.
2
Pérezgonzález, J.D., McDonald, N. and Smith, E. Pengkajian Kinerja Pilot Dalam Menunjang
A review of the occurrence reporting system Keselamatan Penerbangan, LIPI, Jakarta. (2008).
2 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
Berikut ini akan di sajikan data menjamin dan menjaga keutuhan wilayah
persentase penyebab kecelakaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
pesawat terbang di Dunia: Untuk meningkatkan keselamatan
Tabel 1 Penyebab kecelakaan pesawat penerbangan di Indonesia, pemerintah
terbang di dunia melalui menteri perhubungan
ACCIDENTS BY CAUSE
mengeluarkan peraturan penerbangan
Cause 1960s 1970s 1980s 1990s 2000s All

Pilot Error 60% 55% 54% 60% 60% 58%


dimana sebagain besar peraturan
Mechanical 21% 16% 18% 15% 18% 17% diadopsi dari ICAO namun pada
Weather 6% 5% 6% 6% 7% 6%
kenyataannya masih terdapat kendala
Sabotage 5% 11% 11% 8% 9% 9%
dalam pelaksanaannya.
Other 8% 13% 11% 11% 6% 10%

Sumber: Causes of Fatal Accidents by Decade Penerbangan yang mempunyai


http://www. planecrashinfo. com/cause.htm. karakteristik dan keunggulan tersendiri,
perlu dikembangkan agar mampu
Dari data di atas menujukkan bahwa meningkatkan pelayanan yang lebih luas.
secara internasional sejak tahun 1960-an Pengembangan sektor penerbangan
sampai dengan tahun 2000-an penyebab sebaiknya di tata dalam satu kesatuan
utama kecelakaan pesawat adalah pilot sistem dengan mengintegrasikan dan
error. mendominasikan sarana dan prasarana
Indonesia merupakan negara penerbangan, metode, prosedur dan
kepulauan dimana pesawat udara sebagai peraturan sehingga berdaya guna dan
sarana transportasi yang di butuhkan berhasil guna. Untuk itu diperlukan kerja
sebagai jembatan udara. Sesuai dengan keras, pengetahuan dan profesionalisme
program nawacita pemerintah Indonesia, yang mumpuni dari setiap unsur yang
transportasi udara merupakan salah satu terlibat dalam penerbangan. Salah satu
alat transportasi yang cepat dibandingkan yang menjadi indikator baik buruknya
alat transportasi lainnya dalam suatu organisasi penerbangan dilihat dari
memperlancar roda perekonomian indeks keselamatan penerbangannya.
nasional dan internasional, membuka Berdasarkan laporan International
akses ke daerah pedalaman atau Air Transport Association (IATA)
terpencil, membina dan memperkokoh menyebutkan bahwa indeks keselamatan
persatuan dan kesatuan bangsa penerbangan di Indonesia termasuk
menegakkan kedaulatan negara, rendah, yaitu sebesar 1,3 jauh dari angka
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 3
ideal untuk keselamatan penerbangan adanya sangsi FAA tersebut, Pemerintah
ditetapkan 0,35. Keselamatan mengesahkan Undang-Undang No 1
penerbangan Indonesia sangat tahun 2009 tentang Penerbangan sebagai
memprihatinkan jika dibandingkan upaya untuk memperbaiki kondisi
dengan negara lain. IATA memberikan keselamatan penerbangan di Indonesia.
angka 0,0 untuk standar keselamatan di Menurut laporan resmi (KNKT)
Cina, Amerika 0,2 dan Negara di Eropa menyatakan bahwa faktor keselamatan
0,3, namun Indonesia masih lebih baik penerbangan terbesar adalah kelalaian
dari rata-rata perusahaan penerbangan di manusia (faktor manusia), yakni 67,12 %,
Timur Tengah 3,8 dan Amerika Latin 2,6, faktor teknis sebesar 15,75 % berada di
sementara rata-rata standar keselamatan peringkat kedua dan sisanya merupakan
internasional berkisar 0,6, semakin besar faktor lingkungan dan fasilitas. Beberapa
angka indeks keselamatan penyebab kecelakaan pesawat terbang di
penerbangannya, maka semakin buruk Indonesia dapat dilihat pada tabel 2
standar keamanannya. Penelitian berikut ini:
dilakukan terhadap operator Tabel 2 Penyebab kecelakaan pesawat

penerbangan yang menjadi anggota terbang di Indonesia

IATA.4 N
Persentase Faktor Penyebab Utama
TH Investigasi Faktor
Rendahnya indeks keselamatan O Teknis Lingkungan Fasilitas
Manusia

penerbangan di Indonesia mendapat 1 2010 18


2 2011 32
penilaian dan peringatan dari FAA, 3 2012 29

sehingga dianggab bahwa penerbangan 4 2013 34 67,12


15,75 % 12,33% 4,79 %
5 2014 30 %
di Indonesia bermasalah.
6 2015 28
Pada tahun 2009 FAA memberikan 7 2016 41
Jumlah 212
predikat kategori 2 kepada Indonesia
Sumber: Data Base KNKT
terkait keselamatan penerbangan, karena
http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_home/Medi
FAA menemukan masih banyak
a_Release/
pelanggaran prosedur tentang
Data tersebut menunjukkan bahwa
keselamatan penerbangan. Setelah
tingkat kecelakaan pesawat di Indonesia
4
Wibisana, S. BerbagaiKisah Kecelakaan Tragis
tergolong tinggi, hal ini menggambarkan
Pesawat Terbang, Plane Cras. Media Pressindo. bahwa tingkat keselamatan penerbangan
Yogyakarta. (2007).

4 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3


di Indonesia masih rendah. Hal ini masih penerbangan memiliki resiko yang tinggi
jauh dari harapan apabila di kaitkan terhadap terhadap terjadinya kecelakaan.
dengan standar keselamatan Secara umum, penyebab terjadinya
penerbangan dunia. Berbeda hal nya kecelakaan pesawat terbang yang paling
dengan maskapai Qantas Australia yang dominan adalah faktor manusia (human
sampai saat ini masih menduduki factor) hal ini disebabkan rendahnya
peringkat pertama dalam hal standar tingkat disiplin personel penerbangan
keselamatan penerbangan. Dalam rangka dalam hal airmanship maupun safety
meningkatkan standar keselamatan culture nya. Menurut data investigasi
penerbangannya maka maskapai- penyebab kecelakaan pesawat yang
maskapai penerbangan di Indonesia perlu terjadi di lngkungan TNI AU menunjukkan
banyak belajar dari maskapai Qantas bahwa sebagian besar kecelakaan
Australia tersebut. pesawat tersebut disebabkan oleh faktor
Tentara Nasional Indonesia manusia. Data kecelakaan pesawat TNI
Angkatan Udara sebagai salah satu AU disajikan pada Gambar 1 berikut ini:
komponen utama bangsa dibidang
pertahanan mempunyai tugas
melaksanakan tugas TNI matra udara
bidang pertahanan, menegakkan hukum
udara, dan menjaga keamanan di wilayah
udara yurisdiksi nasional sesuai dengan
Gambar 1 Grafik kecelakaan pesawat TNI AU
ketentuan hukum udara nasional dan Tahun 2004-2016
hukum internasional yang telah Sumber: Dislambangjaau
diratifikasi, melaksanakan tugas TNI Dari kecelakaan pesawat TNI AU
dalam pembangunan dan pengembangan tersebut ada sebagian kecelakan pesawat
kekuatan matra udara serta yang menimpa pesawat-pesawat yang
melaksanakan pemberdayaan wilayah menjadi kekuatan dari Pangkalan TNI AU
pertahanan udara. TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma yang disajikan
merupakan matra udara yang selalu pada Gambar 2 berikut ini:
berhubungan langsung dengan dunia
penerbangan baik penerbangan sipil
maupun militer. Kegiatan dalam dunia
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 5
udara (Pakan, 2008). Peneliti melihat
fenomena yang terjadi dalam dunia
penerbangan bahwa nilai airmanship
serta kesadaran akan safety
culture/budaya keselamatan pada

Gambar 2 Grafik kecelakaan pesawat Penerbang belum melekat secara utuh

Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma terbukti dengan masih adanya


Tahun 2004-2016. kecelakaaan yang di sebabkan oleh fakor
Sumber: Dislambangjaau. manusia.
Faktor manusia menjadi penting Seperti kita ketahui tidak ada
untuk diteliti, karena berdasarkan penyebab tunggal terhadap terjadinya
penelitian (O’Hare, Wiggins, Batt, & kecelakaan pesawat terbang. Mengapa
Morrison, 1994; Shappell S. & Wiegmann seorang penerbang melakukan tindakan
D., 2000) 80% kecelakaan disebabkan oleh tidak aman sehingga terjadi kecelakaan
faktor manusia.Faktor manusia yang di perlu dikaji lebih mendalam, terhadap
maksud seringkali ditujukan kepada orang kemungkinan faktor-faktor yang
yang memang mengoperasikan pesawat mempengaruhi tingkat airmanship
udara tersebut yaitu Pilot atau maupun safety culture seorang
Penerbang.5 Penerbang. Manusia memiliki
Penerbangan terselenggara tidak karakteristik yang unik. Manusia sebagai
terlepas dari airmanship karena ada komponen sistem atau sub-sistem
interaksi antar faktor manusia dengan meskipun mampu beradaptasi dengan
faktor lainnya, demikian pula dengan baik, fleksibel, namun manusia tetap
keselamatan penerbangan terjadi karena memiliki keterbatasan, cenderung labil
adanya interaksi antar faktor manusia dan dan juga paling sensitif terhadap
faktor penyebab kecelakaan lainnya, pengaruh yang dapat berdampak pada
dengan demikian maka faktor manusia kinerja. Kecelakaan penerbangan
merupakan faktor yang dominan umumnya terjadi pada masa-masa kritis
penyebab keselamatan penerbangan dan di saat yang sama kinerja manusia
sedang menurun. Kondisi ini tidak
5
Nrangwesti, A. Aspek Yuridis Normatif Tentang
Pilot Pesawat Udara. Jurnal Hukum FH.UNISBA mungkin terjadi begitu saja tetapi ada
XII(1):14. Tahun 2011.
pengaruh lain yang perlu diteliti.
6 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
Gambaran Desain Penelitian Sampel adalah sebagian dari
Penelitian ini menggunakan pendekatan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
kuantitatif yaitu peneliti mengumpulkan populasi tersebut. Apabila populasi besar
data dengan menetapkan terlebih dulu dan peneliti tidak mungkin mempelajari
konsep sebagai variabel-variabel yang semua yang ada pada populasi, maka
berhubungan, yang berasal dari teori dapat menggunakan sampel yang diambil
7
yang sudah ada kemudian mencari dari populasi. Metode penentuan
data dengan menggunakan kuesioner sampel dari populasi yang ada
untuk pengukuran variabel-variabel. menggunakan rujukan rumus dari Slovin
Tujuannya adalah untuk mengetahui sebagai berikut :
tingkat pengaruh, keeratan korelasi N
atau asosiasi antar variabel dengan Rumus Slovin n = N.e² + 1

cara pengukuran. Alur berpikir dari


N 73
pendekatan ini adalah berproses secara n= =
N.e² + 1 73.(0,05)² + 1 = 61,7
deduktif yaitu peneliti menetapkan
variabel kemudian mengumpulkan data
Dimana :
dan menyimpulkannya.6 n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
Dalam penelitian ini populasi yang e = Prosen kelonggaran
diambil adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Stratified Proportional
Tabel 3 Populasi Personel Penerbang Lanud
Random Sampling
Halim Perdanaksuma Instruktur Penerbang
15 15/73 x 62 13
No Kualifikasi Jumlah Prosentase (%) (IP)
(orang)
Penerbang I (Capt.
1 Instruktur 15 15/73 x 62 13
Penerbang 15 20,55 Pilot)
2 Penerbang I
Penerbang II (Co-Pilot) 43 43/73 x 62 36
(Captain Pilot) 15 20,55
3 Penerbang II (Co- Total 62
pilot) 43 58,90
Total 73 100,00 Sumber: Diolah Peneliti
Sumber: Diolah Peneliti

6
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan
7
Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Sugiyono.Metode Penelitian Administrasi.
Penelitian. UMM Press. Malang.2004. Alfabeta. Bandung.2001.
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 7
Berdasarkan rumus diatas, dengan b. Pengaruh safety culture personel
populasi adalah personel Penerbang di Penerbang dengan keselamatan
Pangkalan TNI AU Halim penerbangan.
Perdanakusumaberjumlah 73 orang dan
dengan tingkat presentasi kelonggaran Safety Culture Keselamatan
Airmanship
Penerbang Penerbang Penerbangan
atau kesalahan sebesar 5 %, maka akan
diperoleh jumlah sampel:
Teori: Teori: Teori:
Tony Kern Arjen Balk James Reason
n = 61,7 = 62 orang
Pengambilan sampel dilakukan secara 6 PilarAirmanship: SHEL:
6Charactersitics
- Self SafetyCulture: - Shoftware
stratified random sampling cara - Team - Commitment - Hardware
- Aircraft - Behaviour - Environment
pengambilan sampel dengan - Environment - Awareness - Lifeware
- Risk - Adaptability
- Mission - Information
memperhatikan strata (tingkatan) di - Justness

dalam populasi.
KerangkaBerpikir:
Keselamatan Penerbangan ditentukan oleh
Kerangka Pemikiran faktor Airmanship dan Safety Culture

Kerangka pemikiran merupakan satu


kesatuan yang utuh guna mencari Perumusan Hipotesis:
- Airmanship berpengaruh terhadap Keselamatan Penerbangan
jawaban-jawaban ilmiah terhadap - SafetyCulture berpengaruh terhadap Keselamatan
Penerbangan
masalah-masalah penelitian yang - Airmanshipdan SafetyCulture bersama-sama berpengaruh
terhadap Keselamatan Penerbangan
menjelaskan tentang variabel-variabel
hubungan antara variabel-variabel yang Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian

kebenarannya dapat diuji secara empiris. c. Pengaruh airmanshipdan safety culture


Berdasarkan dukungan landasan teoritik personel Penerbang terhadap
yang diperoleh dari eksplorasi teori yang keselamatan penerbangan.
dijadikan rujukan konsepsional dalam
variabel penelitian. Hipotesis
Kerangka pikir yang tergambar pada Hipotesis dalam penelitian ini bertujuan
gambar 3 dapat dijelaskan sebagai untuk menjelaskan
berikut: pengaruhairmanshipdan safety culture
a. Pengaruh airmanshippersonel personel Penerbang terhadap
Penerbang dengan keselamatan keselamatan penerbangan di Pangkalan
penerbangan. TNI AU Halim Perdanakusuma. Kerangka
8 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
hipotetikvariabel independen terhadap Pangkalan TNI AU Halim
variabel dependen dapat dilihat pada Perdanakusuma.
gambar berikut:
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini data yang telah
X1
Airmanship dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan
Y
Keselamatan menggunakan alat analisis statistik yakni
Penerbangan
analisis regresi linier berganda untuk
X2 mengetahui pengaruh Airmanship
Safety Culture
Penerbang (X1) danSafety Culture
Gambar 4 Kerangka hipotetik Airmanship dan Penerbang(X2) terhadap Keselamatan
Safety Culture terhadap Keselamatan Penerbangan(Y). Penelitian didahului
Penerbangan dengan pengumpulan data dengan
melakukan penyebaran kuesioner uji
Berdasarkan pada gambar 4, maka coba, kemudian dilakukan pengujian
hipotesis operasional penelitian ini istrumen penelitian yaitu, uji validitas dan
sebagai berikut: uji reliabilitas, setelah valid dan reliabel
a. Airmanship personel Penerbang penulis melakukan penyebaran kuisioner
berpengaruh positif terhadap pada sampel untuk uji hipotesis, dengan
keselamatan penerbangan di melakukan uji persyaratan analisis,
Pangkalan TNI AU Halim dengan menggunakan uji normalitas, uji
Perdanakusuma. homogenitas dan uji liniearitas. Dan yang
b. Safety culture personel Penerbang terakhir adalah hipotesis dengan uji t dan
berpengaruh positif terhadap uji F, untuk meneliti hubungan dan
keselamatan penerbangan di pengaruh secara parsial maupun
Pangkalan TNI AU Halim simultan.
Perdanakusuma.
c. Airmanship dan safety culture personel Teknik Pengumpulan Data
Penerbang secara bersama-sama Data akan diolah untuk menjadi informasi
(serentak) berpengaruh positif yang dapat menjelaskan kondisi suatu
terhadap keselamatan penerbangan di objek. Data yang diperoleh pada
instrumen menggunakan cara
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 9
pengumpulan data dihimpun, ditata, tersebut. Sedangkan Supranto (1997)
dianalisis dan diinterpretasikan untuk menjelaskan beberapa hal yang harus
mendiskripsikan suatu kondisi atau gejala diperhatikan dalam memilih butir-butir
objek. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang baik, yaitu:
kuesioner yang disusun sedemikian rupa a. Butir-butir harus relevan atau terkait
sehingga diharapkan dapat dengan apa yang diukur.
menginformasikan kondisi dari objek b. Butir-butir harus ringkas, butir yang
sebenarnya tanpa direkayasa. terlalu panjang menyebabkan daftar
Menurut Arikunto (1993) kuesioner pertanyaan panjang dan sukar dibaca.
adalah “sejumlah pertanyaan tertulis c. Butir tidak boleh membingungkan.
yang digunakan untuk memperoleh d. Butir yang bagus hanya memuat satu
informasi dari responden, dalam arti pemikiran.
laporan pribadinya, atau hal-hal yang ia Data yang diperoleh dari kuesioner
ketahui”. Kuesioner dibedakan atas atau angket berupa jawaban dari angket
beberapa jenis dari cara menjawab, yaitu: yang telah disebarkan dan diisi oleh
a. Kuesioner terbuka, yaitu kuesioner responden. Jawaban setiap item diukur
yang memberikan kesempatan kepada menurut “Skala Likert” yaitu skala yang
responden untuk menjawab dengan mempunyai gradasi yang sangat positif
kalimatnya sendiri. Penyebaran kuesioner akan
b. Kuesioner tertutup, yaitu kuesioner dilakukan dengan cara mendatangi obyek
yang sudah disediakan jawabannya penelitian di Pangkalan TNI AU Halim
sehingga responden tinggal memilih. Perdanakusuma, menjelaskan maksud
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian sampai dengan menjaga
penelitian ini adalah kuesioner tertutup kerahasiaan data responden. Hal ini akan
yang berisi pernyataan tentang penilaian memudahkan dalam membangun
responden terhadap variabel X1, X2 dan Y. hubungan dengan responden agar
Untuk mengumpulkan data dilakukan uji bersedia merespon secara positif.
coba (try out) terlebih dahulu. Uji coba ini Analisis yang digunakan dalam
bertujuan untuk melihat efektivitas dari penelitian ini adalah analisis statistik
berbagai pernyataan yang telah disusun deskriptif inferensial yaitu statistik yang
dalam daftar pernyataan dan alternatif digunakan untuk menganalisis data
jawaban responden terhadap pernyataan dengan cara mendeskripsikan atau
10 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
menggambarkan data yang telah - Variabel X2 dari 12 butir peryataan
terkumpul dengan membuat kesimpulan terdapat 2 butir yang tidak valid yaitu
yang berlaku untuk umum. Teknik analisis butir nomor 5 dan butir no 7. Sehingga
data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 10 butir valid yang bisa
adalah korelasi dan regresi linier digunakan untuk kuesioner.
berganda karena penelitian ini dirancang - Variabel Y dari 12 butir peryataan
untuk melihat apakah faktor Airmanship terdapat 1 butir yang tidak valid, yaitu
Penerbang dan Safety Culture Penerbang butir nomor 4. Sehingga hanya 11 butir
yang merupakanvariabel bebas valid yang bisa digunakan untuk
mempunyai pengaruh terhadap kuesioner.
Keselamatan Penerbangan sebagai
variabel terikatnya. Uji reliablitas
Data yang diperoleh dalam - Variabel X1 dari nilai Nilai Cronbach
penelitian ini berskala ordinal karena Alpha sebesar 0,937>0,7 maka
pengambilan data yang dilakukan melalui instrumen tersebut dinyatakan
survei kepada responden menggunakan reliabel.
skala Likert 1-5. Analisis data yang - Variabel X2 dari nilai Nilai Cronbach
digunakan adalah analisis korelasi dan Alpha sebesar 0,891>0,7 maka
regresi linier ganda, sehingga terlebih instrumen tersebut dinyatakan
dahulu data harus diuji dengan uji reliabel.
persyaratan analisis, dimana data yang - Variabel Y dari nilai Nilai Cronbach
dianalisis haruslah berskala interval. Hal Alpha sebesar 0,940>0,7 maka
ini dapat dilakukan dengan cara instrumen tersebut dinyatakan
menaikkan data ordinal menjadi data reliabel.
interval.
Uji Persyaratan Analisis
Uji Instrumen Penelitian Uji Normalitas
Uji Validitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk
- Variabel X1 dari 12 butir peryataan memperlihatkan bahwa data sampel
terdapat 1 butir yang tidak valid yaitu berasal dari populasi yang berdistribusi
butir no 1. Sehingga hanya 11 butir valid normal.Data dikatakan normal apabila
yang bisa digunakan untuk kuesioner. signifikansi yang diperoleh > 0,05, maka
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 11
sampel berasal dari populasi yang menggunakan regresi linear dengan uji F.
berdistribusi normal. Jika signifikansi yang Hasil uji Linearitas adalah sebagai berikut:
diperoleh < 0,05 maka sampel bukan Tabel 7 Hasil Uji Linearitas
No Pengujian F hitung F tabel Keterangan
berasal dari populasi yang berdistribusi
Linearitas
normal. Hasil Uji normalitas adalah 1 YX1 1,930 4,00 Linear
2 YX2 0,651 4,00 Linear
sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas
Variabel Sig. KShitung Sig.KS Keterangan Uji Hipotesis
tabel
Dalam Bab-Bab terdahulu telah
X1 0,492 0,05 Normal
X2 0,105 0,05 Normal diutarakan bahwa penentuan dan
Y 0,131 0,05 Normal pengujian koefisien setelah dilakukan
beberapa langkah dalam analisis regresi
Uji Homogenitas
linear berganda. Langkah-langkah
Uji Homogenitas data penelitian
tersebut meliputi: (a) penentuan model
dilakukan dengan menggunakan Uji
struktural tentang sistem yang dianalisis
Lavene Statistic. Uji homogenitas data
dan (b) pengujian persyaratan dalam
bertujuan untuk mengetahui apakah
analisis jalur yang meliputi uji normalitas,
kedua sampel berasal dari populasi yang
homogenitas dan linearitas. Penentuan
homogen atau tidak. Berdasarkan
model teoritik yang dijadikan model
perhitungan nilai sig. Levene statistic.
struktural telah dilakukan dan diuraikan
Hasil uji Homogenitas adalah sebagai
pada Bab 2.Sementara pengujian
berikut:
persyaratan dalam analisis jalur telah
Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas
dilakukan dan diuraikan pada Bab 4 ini.
No Pengujian sig. sig. Keterangan
Homogenitas Levene Levene Hasil-hasil perhitungan koefisien jalur dan
statistic statistic
pengujian serta interprestasinya
hitung tabel
1 YX1 0,979 0,05 Homogen akanditerangkan pada bagian-bagian
2 YX2 0,203 0,05 Homogen berikut ini.
Uji Linearitas
Uji Linearitas adalah suatu hubungan
Uji Pengaruh Airmanship Terhadap
linear yang sempurna (mendekati
Keselamatan Penerbangan (Uji Bivariat).
sempurna) antara beberapa atau semua
Uji t (Bivariat), yaitu untuk menguji
variabel bebas. Pengujian dengan
apakah variabel independen

12 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3


(Airmanship)secara individu berpengaruh = 0.395 dengan t hitung = 3.085 dan pada
terhadap variabel dependen taraf nyata α = 0,05 diperoleh t tabel (0,05)
(Keselamatan Penerbangan).Dari hasil = 1,999, karena nilai t hitung> t tabel, maka
pengolahan data menggunakan SPSS 23 tolak Ho. Dari temuan ini maka
maka di dapat pengaruh variabel Airmanship berpengaruh secara parsial
independen secara individu terhadap dan positif terhadap Keselamatan
variabel dependen yang dapat diuraikan Penerbangan dengan besar pengaruh
sebagai berikut: 0,395 atau 39,5 %.
Tabel 8 Hasil Pengolahan data Pengaruh X1
Terhadap Y Uji Pengaruh Safety Culture Terhadap
a
Coefficients Keselamatan Penerbangan (Uji Bivariat).
Model Unstandardize Standardize t Sig.
Uji t (Bivariat), yaitu untuk menguji
d Coefficients d
Coefficients apakah variabel independen (Safety
B Std. Beta
Culture)secara individu berpengaruh
Error

16.11 4.344 3.70 .00


terhadap variabel dependen
(Constant)
5 9 0 (Keselamatan Penerbangan).Dari hasil
X1_Airmanshi .388 .126 .395 3.08 .00
1 pengolahan data menggunakan SPSS 23
p 5 3

X2_Safety_ .331 .114 .373 2.91 .00 maka di dapat pengaruh variabel
Culture 4 5
independen secara individu terhadap
a. Dependent Variable:
variabel dependen yang dapat diuraikan
Y_Keselamatan_Penerbangan
sebagai berikut:
Airmanship (X1) berpengaruh
Tabel 9 Hasil Pengolahan data Pengaruh X2
secara parsial terhadap Keselamatan
Terhadap Y
Penerbangan Penerbang (Y).Untuk
Coefficientsa
menguji bahwa Airmanship (X1) Model Unstandardize Standardize t Sig.

berpengaruh langsung secara positif d Coefficients d


Coefficients
terhadap Keselamatan Penerbangan(Y)
B Std. Beta
digunakan kriteria pengujian hipotesis Error

16.11 4.344 3.70 .00


sebagai berikut: Ho ditolak jika sig(p- (Constant)
5 9 0
value) < (α = 0,05) dan Ha diterima jika X1_Airmanshi .388 .126 .395 3.08 .00
1
sig(p-value) ≥ (α = 0,05).Dari hasil p 5 3

X2_Safety_ .331 .114 .373 2.91 .00


perhitungan diperoleh nilai koefisien beta 4 5
Culture

Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 13
a. Dependent Variable: Uji Pengaruh Airmanship dan Safety
Y_Keselamatan_Penerbangan Culture Terhadap Keselamatan
Penerbangan (Uji Multivariat)
ANOVAa
Uji F (Multivariat) digunakan untuk
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square mengetahui apakah variabel
Regression 405.373 2 202.686 29.503 .000b
independen(Airmanship dan Safety
1 Residual 405.337 59 6.870

Total 810.710 61
Culture) secara serentak berpangaruh

a. Dependent Variable: terhadap variabel dependen


Y_Keselamatan_Penerbangan (Keselamatan Penerbangan). jika nilai
b. Predictors: (Constant), signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
X2_Safety_Culture, X1_Airmanship menunjukkan bahwa variabel independen
secara bersama-sama (simultan)
Safety Culture(X2) berpengaruh mempengaruhi variabel dependen.
secara parsial terhadap Keselamatan Namun jikan nilai signifikansi lebih besar
Penerbangan Penerbang (Y). Untuk dari 0,05 maka variabel independen
menguji bahwa Safety Culture (X2) secara simultan tidak berpengaruh
berpengaruh langsung secara positif terhadap variabel dependen. Dari hasil
terhadap Keselamatan Penerbangan pengolahan data menggunakan SPSS 23
Penerbang (Y) digunakan kriteria maka di dapat pengaruh variabel
pengujian hipotesis sebagai berikut: Ho independen secara simultan terhadap
ditolak jika sig(p-value) < (α = 0,05) dan variabel dependen yang diuraikan sebagai
Ha diterima jika sig(p-value) ≥ (α = berikut:
0,05).Dari hasil perhitungan diperoleh Tabel 10 Hasil Pengolahan Data Pengaruh X1 dan
nilai koefisien beta = 0.373 dengan t hitung X2 Bersama-sama Terhadap Y
= 2.914 dan pada taraf nyata α = 0,05 Model Summary
diperoleh t tabel (0,05) = 1,999. Karena nilai Model R R Adjusted R Std. Error of the
Square Square Estimate
t hitung> t tabel, maka tolak Ho. Dari temuan
1 .707a .500 .483 2.62109
ini maka Safety Cultureberpengaruh a. Predictors: (Constant),
secara parsial dan positif terhadap X2_Safety_Culture, X1_Airmanship
Keselamatan Penerbangan dengan besar
pengaruh 0,373 atau 37,3 %.

14 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3


Airmanship (X1) dan Safety Culture
(X2) berpengaruh secara simultan Y = 16,115 + 0,388 X1 + 0,331 X2
terhadap Keselamatan Penerbangan (Y).
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai R2 = Dari Persamaan Regresi tersebut
0.500 dengan Fhitung = 29,503 dan pada dapat diartikan bahwa:
taraf nyata α = 0,05 diperoleh Ftabel (0,05) a. X1 berpengaruh signifikan 0,388 atau
= 3,15. Karena nilai Fhitung> Ftabel, maka 38,8 % pada konstanta 16,115.
tolak Ho. Dari temuan ini makaAirmanship b. X2berpengaruh signifikan 0,331 atau
(X1) dan Safety Culture (X2) berpengaruh 33,1 % pada konstanta 16,115.
secara simultan terhadap Keselamatan
Penerbangan dengan besar pengaruh Pembahasan Hasil Penelitian
0,500 atau 50,0 %. Berdasarkan analisis data dan
perhitungan statistik dalam pengujian
Tabel 11 Hasil Pengolahan Data Persamaan hipotesis, telah dapat dibuktikan bahwa
Regresi ketiga hipotesis yang diajukan dapat
a
Coefficients
diterima kebenaran dan kesesuaiannya.
Model Unstandardize Standardize t Sig.
d Coefficients d
Sehubungan dengan hasil pembuktian
Coefficients hipotesis tersebut, pada bagian berikut
B Std. Beta
secara berurutan akan disampaikan
Error

16.11 4.344 3.70 .00 beberapa ulasan dan pembahasaan


(Constant)
5 9 0
tentang hasil penelitian yang telah
X1_Airmanshi .388 .126 .395 3.08 .00
1
p 5 3
dilaksanakan.
X2_Safety_ .331 .114 .373 2.91 .00
Culture 4 5
Pengaruh Airmanship Terhadap
a. Dependent Variable:
Keselamatan Penerbangan
Y_Keselamatan_Penerbangan
Hasil temuan penelitian menunjukkan t
Model Persamaan Regresi:
hitung = 3.085 >t tabel= 1,999, maka Ho
Y = b0 + b1X1 + b2X2
ditolak atau koefisien b1dariX1adalah
Sesuai tabel 11 hasil pengolahan
signifikan. Dengan kata lain koefisien
data menggunakan SPSS 23 di atas, maka
yang berkenaan dengan X1 tidak bisa
Persamaan Regresi yang didapatkan
diabaikan. Hal ini berarti bahwa setiap
adalah sebagai berikut:
peningkatan satu unit variabel X1, maka
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 15
variabel Y mengalami peningkatan pula oleh hasil penelitian terdahulu yang
sebesar 0,388 kali pada konstanta 16,115 dinyatakan oleh Wignjosoebroto dan
sementara variabel X2 Zaini yaitu tentang kondisi penerbangan
dikendalikan/dikontrol. Kesimpulannya dan jam terbang yang di dapat oleh
Airmanship (X1) mempunyai pengaruh seorang Penerbang akan berpengaruh
positif terhadap Keselamatan signifikan terhadap beban kerja mental
Penerbangan (Y). Hal tersebut sesuai Penerbang itu sendiri,kemudian
dengan teori yang dinyatakan oleh Hayes, penelitian terdahulu yang dinyatakan oleh
De Maria Christ maupun Tony Kernyang Mustopo tentang adanya faktor fatique
membahas tentang Airmanshipberupa yang berpengaruh terhadap aspek
kepedulian dan sikap yang dibawa psikologis yang berhubungan dengan
kedalam perilaku terbang meliputi kegagalan performance seorang
pertimbangan untuk penumpang, kehati- Penerbang.Kondisi penerbangan yang
hatian terhadap pesawat yang di awaki, sewaktu-waktu berhadapan dengan
menghargai wilayah udara dan pengguna situasi abnormal maupun emergency,
lapangan terbang lainnya serta disiplin perolehan jam terbang yang kurang
diri untuk mempersiapkan dan melakukan memenuhi standar profisiensi serta
penerbangan dalam cara yang paling kondisi fatique yang terjadi pada
profesional, kemudian didukung oleh Penerbang merupakan faktor-faktor
penggunaan penilaian yang baik secara Human Error yang berpotensi
konsisten dan keterampilan yang menyebabkan terjadinya insident maupun
berkembang dengan baik untuk mencapai accident sesuai teori keselamatan
tujuan penerbangan. Konsistensi penerbangan yang dinyatakan oleh
tersebut dibangun pada landasan disiplin Aliandrina Ph. D dan James Reason.
Penerbang tanpa kompromi dan Untuk mengatasi Human Error maupun
dikembangkan melalui keterampilan dan laten error yang berpotensi menyebabkan
kemampuan akusisi yang sistematis. terjadinya insident maupun accident
Tingkat kesadaran situasional yang tinggi tersebut maka di butuhkan pemahaman
melengkapi Airmanship yang diperoleh dalam penerapan jiwa Airmanship yang
melalui pengetahuan tentang diri sendiri, baik bagi seorang Penerbang dalam
pesawat, tim, lingkungan, resiko dan misi. mengatasi semua situasi abnormal
Kebenaran hipotesis tersebut di dukung maupun emergency agar dapat
16 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
menguasai pesawatnya sehingga dikendalikan/dikontrol. Kesimpulannya
keselamatan dalam suatu misi Safety Culture(X2) mempunyai pengaruh
penerbangan dapat tercapai. Dari uraian positif terhadap Keselamatan
hipotesis tentang pengaruh Airmanship Penerbangan (Y). Hal tersebut sesuai
terhadap keselamatan penerbangan dengan teori Edgar H. Schein tentang
diatas dapat disimpulkan bahwa apabila budaya organisasi sebagai pola dasar
Perwira Penerbang di Pangkalan TNI AU yang diterima oleh organisais untuk
Halim Perdanakusuma mempunyai jiwa bertindak dan memecahkan masalah,
Airmanship yang baik, maka didalam membentuk karyawan yang mampu
melaksanakan tugasnya Perwira beradaptasi dengan lingkungan dan
Penerbang tersebut akan mempersatukan anggota-anggota
mengoperasikan pesawat dengan baik organisasinya. Kemudian hipotesis kedua
yaitu dengan mengutamakan keamanan tersebut juga sesuai dengan teori yang
dan keselamatan. Oleh karena itu, untuk dinyatakan oleh Bandura, Guldenmund
dapat menjamin Keselamatan maupun Arjen Balk tentang safety
Penerbangan perlu diterapkanjiwa culture/Budaya keselamatan
Airmanship yang baik bagi personel yangmerupakan seperangkat nilai dan
Penerbang di Pangkalan TNI AU Halim sikap abadi mengenai keselamatan yang
Perdanakusuma. dimiliki oleh setiap anggota pada tiap
tingkat organisasi. Budaya keselamatan
Pengaruh Safety culture Terhadap tersebut mengacu pada sejauh mana
Keselamatan Penerbangan setiap individu dan setiap kelompok
Hasil temuan penelitian menunjukkan t organisasi mengetahui resiko dan bahaya
hitung = 2.914 >t tabel= 1,999, maka Ho yang tidak terlihat yang disebabkan oleh
ditolak atau koefisien b2dariX2adalah kegiatannya, bagaimana tetap
signifikan. Dengan kata lain koefisien berperilaku sehingga dapat
yang berkenaan dengan X2 tidak bisa mempertahankan dan meningkatkan
diabaikan. Hal ini berarti bahwa setiap keamanan, bersedia dan mampu
peningkatan satu unit variabel X2, maka menyesuaikan diri saat menghadapi
variabel Y mengalami peningkatan masalah keselamatan, bersedia
sebesar 0,331 kali pada konstanta 16,115 mengkomunikasikan isu–isu keselamatan,
sementara variabel X1 serta secara konsisten mengevaluasi
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 17
perilaku terkait keselamatan. Dalam melaksanakan pelaporan terkait
mewujudkan Safety Culture/Budaya keselamatan. Kebenaran hipotesis
Keselamatan dalam suatu organisasi tidak tentang pengaruh Safety Culture terhadap
terlepas dari enam karakteristik yang keselamatan penerbangan ini juga di
harus diterapkan meliputi Komitmen dukung oleh penelitian terdahulu yang
setiap tingkat organisasi untuk memiliki telah dinyatakan oleh Alsowayigh yaitu
sikap positif dan kesadaran terhadap tingkat pemahaman tentang Safety
keselamatan, perilaku organisasi baik Culture/Budaya Keselamatanyang dimiliki
tingkat manajemen maupun Penerbang berbanding lurus dengan
karyawan/anggota dalam pelanggaran yang di lakukan, serta
mempertahankan dan meningkatkan penelitian terdahulu yang dinyatakan oleh
tingkat keselamatan dilingkungan Suyono dan Nawawinetu yaitu tentang
organisasi tersebut, kesadaran perilaku seorang untuk bertindak aman
manajemen dan karyawan/anggota akan atau bertindak tidak aman sangat di
resiko pekerjaan yang di jalaninya pengaruhi oleh seberapa lancar
sehingga dibutuhkan kewaspadaan yang komunikasi antara manajemen dengan
terus-menerus, kemampuan manajemen karyawan/anggota dalam arti seberapa
dan karyawan/anggota untuk beradaptasi efektif manajemen memberikan instruksi
serta bersedia belajar dari pengalaman kepada karyawan/anggota yang
masa lalu sehingga dapat mengambil mendorong untuk selalu menjaga dan
tindakan apa pun yang diperlukan untuk meningkatkan tingkat keselamatan serta
meningkatkan tingkat keselamatan di adanya feedback dari karyawan/anggota
dalam organisasi tersebut.Selanjutnya untuk selalu melaporkan kepada
danya komunikasi yang baik antara manajemen tentang adanya potensi
manajemen dan karyawan/anggota dalam bahaya yang dapat terdeteksi secara dini
rangka saling memberikan informasi oleh karyawan/anggota tersebut yang
terkait pencapaian tingkat keselamatan di kemudian dapat di tindak lanjuti oleh
dalam organisasi tersebut, adanya manajemen sehingga tingkat
kebenaran/keadilan terhadap perilaku keselamatan dalam organisasi tersebut
aman karyawan/anggota yang telah dapat di jaga dan di tingkatkan. Hal
dianjurkan oleh manajemen dalam rangka tersebut juga sesuai dengan teori
mencapai keselamatan serta selalu keselamatan penerbangan yang
18 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
dinyatakan oleh Aliandrina Ph. D tentang bagi Perwira Penerbang di Pangkalan TNI
human error berupa mistakes atau error AU Halim Perdanakusuma.
karena kurangnya pemahaman terhadap
peraturan, violations atau error karena Pengaruh Airmanship dan Safety Culture
adanya deviasi terhadap standar Secara bersama-sama (Serentak)
operasional prosedur yang aman, Terhadap Keselamatan Penerbangan
kemudian juga sesuai dengan teori James Untuk menguji apakah variabel
Reason yang meyebutkan latentfailures di Airmanship dan Safety Culture secara
sebabkan oleh adanya unsafe action dan simultan memberikan pengaruh yang
unsafe condition terkait dengan signifikan terhadap Keselamatan
kurangnya kesadaran akan Safety Penerbangan, maka dilakukan pengujian
Culture/Budaya Keselamatan. Dari uraian hipotesis simultan sebagai berikut:
tentang kebenaran hipotesis di atas dapat H0 : b1= b2 = 0. Artinya, tidak terdapat
di ambil kesimpulanbahwa apabila pengaruh Airmanship dan Safety
Perwira Penerbang di Pangkalan TNI AU Culture terhadap Keselamatan
Halim Perdanakusuma mempunyai Penerbangan di Pangkalan TNI AU
penilaian yang baik tentang Safety Halim Perdanakusuma.
Culture/Budaya Keselamatan dan mampu Ha : bi≠0. Artinya, terdapat pengaruh
menanamkan Safety Culture/Budaya Airmanship dan Safety Culture
Keselamatan tersebut pada diri serta terhadap Keselamatan
lingkungannya, maka didalam Penerbangan di di Pangkalan TNI
melaksanakan tugas penerbangan AU Halim Perdanakusuma.
Perwira Penerbang tersebut akan Taraf signifikansi (α) : 0,05 dengan
mengoperasikan pesawat dengan selalu Kriteria uji: tolak H0 jika nilai Fhitung>
memperhatikan keamanan dan Ftabel.Hasil temuan penelitian
keselamatan. Oleh karena itu, untuk menunjukkanFhitung = 29,503>Ftabel (0,05) =
dapat menjamin keselamatan 3,15, maka Ho ditolak karena Fhitung
penerbangan di Pangkalan TNI AU Halim sebesar 29,503 berada pada daerah
Perdanakusuma perlu tetap diupayakan penolakan Ho, yang menunjukkan bahwa
adanya kesadaran akan Safety Airmanship dan Safety Culturesecara
Culture/Budaya Keselamatan yang tinggi simultan berpengaruh signifikan terhadap
Keselamatan Penerbangan. Artinya,
Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 19
apabila Airmanship danSafety Culture aman dan selamat. Demikian juga halnya
dikelola dengan baik maka akan membuat di di Pangkalan TNI AU Halim
Keselamatan Penerbangan semakin baik. Perdanakusuma, apabila Perwira
Dengan besarnya pengaruh secara Penerbang di Pangkalan TNI AU Halim
simultan adalah R2= 0,500 = 50 Perdanakusuma mempunyai jiwa
%.Kesimpulannya bahwa hipotesis ketiga Airmanship yang baik serta didukung oleh
diterima kebenarannya yaitu Airmanship kesadaran akan Safety Culture/Budaya
dan Safety Culturepersonel Penerbang Keselamatan yang tinggi, maka dalam
secara bersama-sama (serentak) melaksanakan tugasnya Perwira
mempunyai pengaruh terhadap Penerbang tersebut akan selalu
Keselamatan Penerbangandi Pangkalan mengutamakan keamanan dan
TNI AU Halim Perdanakusuma. Hal ini Keselamatan baik saat di darat maupun di
sesuai dengan teori-teori tentang udara sehingga keselamatan
Airmanship yang dinyatakan oleh Hayes, penerbangan di Pangkalan TNI AU Halim
De Maria Christ maupun Tony Kern, Perdanakusuma dapat terwujud.
kemudian teori tentang Budaya
Organisasi oleh Edgar H. Schein maupun Simpulan dan Saran
teori tentang Safety Cultureyang Simpulan
dinyatakan oleh Bandura, Guldenmund Berdasarkan dari data penelitian yang
dan Arjen Balk. Penjelasan tentang diperoleh dilapangan serta hasil analisis
masing-masing pengaruh baik Airmanship data dapat di buktikan bahwa:
maupun Safety Culture terhadap a. Terdapat pengaruh positif dan
keselamatan penerbangan telah duraikan signifikan Airmanship terhadap
sebelumnya. Dari hipotesis ke tiga dapat Keselamatan Penerbangan di
di terangkan bahwa apabila kedua Pangkalan TNI AU Halim
variabel berupa Airmanship dan Safety Perdanakusuma Jakarta. Hasil analisis
Culture dapat dimiliki dan dipahami regresi variabel Airmanship terhadap
dengan baik oleh seorang Penerbang Keselamatan Penerbangan
maka personel Penerbang tersebut akan menunjukkan nilai thitung = 3.085 >t tabel=
melaksanakan tugasnya dengan penuh 1,999, maka Ho ditolak atau koefisien
tanggung jawab dalam menyelesaikan b1 dari X1 adalah signifikan. Dengan
misi penerbangannya dengan kondisi kata lain koefisien yang berkenaan
20 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
dengan X1 tidak bisa diabaikan. Hal ini atau 37,3 %, sehingga hipotesis (Ha)
berarti bahwa setiap peningkatan satu kedua yang diajukan dalam
unit variabel X1, maka variabel Y penelitian ini dapat diterima.

mengalami peningkatan sebesar 0,388 c. Terdapat pengaruh positif dan

kali pada konstanta 16,115 sementara signifikan Airmanship dan Safety

variabel X2 dikendalikan/dikontrol. Hal Culture secara bersama-sama

ini menunjukkan adanya pengaruh (serentak) terhadap Keselamatan

yang positif dan signifikan sebesar Penerbangan di Pangkalan TNI AU

0,395 atau 39,5 %, sehingga Halim Perdanakusuma Jakarta. Hasil


hipotesis (Ha) pertama yang analisis regresi yang dilakukan
diajukan dalam penelitian ini dapat menunjukkan nilaiFhitung = 29,503>Ftabel
diterima. (0,05) = 3,15, maka Ho ditolak. Hal ini
b. Terdapat pengaruh positif dan menunjukkan adanya pengaruh
signifikan Safety Culture terhadap positif dan signifikan antara Airmanship
Keselamatan Penerbangan di dan Safety Culture secara bersama-
Pangkalan TNI AU Halim sama (serentak) terhadap
Perdanakusuma Jakarta. Hasil analisis Keselamatan Penerbangan. Artinya,
regresi variabel Safety Culture terhadap apabila Airmanship dan Safety Culture
Keselamatan Penerbangan dikelola dengan baik maka akan
menunjukkan bahwa nilai thitung = 2.914 membuat Keselamatan Penerbangan
>t tabel= 1,999, maka Ho ditolak atau semakin baik. Dengan besarnya
koefisien b2 dari X2 adalah signifikan. pengaruh secara simultan adalah R2=
Dengan kata lain koefisien yang 0,500 = 50 %, sehingga hipotesis (Ha)
berkenaan dengan X2 tidak bisa ketiga yang diajukan dalam
diabaikan. Hal ini berarti bahwa setiap penelitian ini dapat diterima.
peningkatan satu unit variabel X2,
maka variabel Y mengalami Saran Praktis
peningkatan sebesar 0,331 kali pada Berdasarkan kesimpulan yang telah
konstanta 16,115 sementara variabel X1 dibuat, maka disampaikan beberapa
dikendalikan/dikontrol. Hal ini saran kepada Pimpinan TNI AU khususnya
menunjukkan adanya pengaruh yang Pimpinan di Pangkalan TNI AU Halim
positif dan signifikan sebesar 0,373 Perdanakusuma sebagai berikut ini.

Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 21
a. Melalui penelitian ini dapat diupayakan pelaporan secara rutin di tingkat
peningkatan pemahaman terhadap Skadron maupun Lanud untuk
Airmanship dengan penugasan membahas kejadian insident/accident
personel Penerbang untuk mengikuti yang sebelumnya pernah terjadi
kursus Perwira keselamatan terbang sebagai bahan evaluasi dalam
dan kerja (Suspa Lambangja), kursus menentukan tindakaan pencegahan di
Crew Resource Manajement (CRM) dan masa yang akan datang.
seminar-seminar tentang safety secara c. Dalam meningkatkan persepsi atau
merata sehingga semua personel penilaian yang baik bagi personel
Penerbang mempunyai pengetahuan Penerbang terhadap keselamatan
dan kemampuan yang sama sesuai penerbangan di Pangkalan TNI AU
kursus yang telah di ikutinya tersebut. Halim Perdanakusuma terutama dalam
Selanjutnya menetapkan pemahaman terhadap pesawat yang di
aturan/Standar Operasional Procedure awakinya, kondisi cuaca dan medan
berupa perhitungan resiko terkait yang dihadapi pada saat misi, maka
beban misi yang akan di laksanakan. dapat di upayakan dengan
b. Melalui hasil penelitian ini dapat mengoptimalkan penyelenggaraan
diupayakan peningkatan kesadaran latihan secara bertahap, berjenjang
akan Safety Culture/Budaya dan berkelanjutan berupa flight
Keselamatan dengan melakukan training maupun simulator training
pengawasan dalam pelaksanaan yang dapat memenuhi perolehan jam
terkait prosedur dan aturan terbang masing-masing personel
penerbangan, memberikan reward Penerbang sesuai dengan Buku
terhadap personel-personel yang Pentunjuk Teknis Perwira Penerbang,
berhasil menyelamatkan alutsista disertai pengawasan yang ketat
dalam misi penerbangan maupun terhadap pelaksanaan kegiatan
memberikan punishment secara tersebut.
proporsional terhadap personel yang
melanggar aturan hingga Saran Akademis/Teoritis
menyebabkan timbulnya korban serta a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
kerugian materiil, mengoptimalkan dijadikan sebagai bahan kajian maupun
kegiatan safety meeting yangdi sertai bahan referensi yang dapat
22 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3
memperkaya khasanah keilmuan di Bandura A. (1986). Social Foundation of
Thought and Action: A Social
Universitas Pertahanan terutama di
Cognitive Theory. Prentice-Hall,
bidang manajemen sumber daya Englewood Cliffs, NJ.
New York.
manusia yang meneliti pada aspek
Danim, S. (2000). Metode Penelitian Untuk
safety/keselamatan terbang dan kerja. Ilmu-ilmu Perilaku. Bumi
Aksara.Jakarta.
b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya
Ghozali dan Fuad.(2011).Structural
untuk dapat memperkaya indikator Equation Modeling: Teori, Konsep,
danAplikasidengan Program Lisrel
variabel maupun mengembangkan
8.54.Semarang:
variabel yang ada, sehingga UniversitasDiponegoro.
Guldenmund,F. W. (2010). Understanding
diharapkan hasil signifikansi dalam
and Exploring Safety Culture.
penelitian berikutnya akan lebih Hamidi.(2004). Metode Penelitian
Kualitatif Pendekatan Praktis
meningkat serta adanya rekomendasi-
Penulisan Proposal dan Laporan
rekomendasi baru yang dapat Penelitian. UMM Press.Malang
Hayes, T. (2002). Airmanship & Flight
mendukung dalam mewujudkan safety
Dicipline. http://wwww.auf.asn.au
khususnya di dunia penerbangan. Kern,T.(2010). Foundations of Professional
Airmanship and Flight Dicipline.
Convergent Performance. Colorado
Daftar Pustaka Springs, Colorado.
Buku-buku dan Jurnal Mustopo,W.I.(2011).Keselamatan
Alsowayigh, M. (2014).Assessing Safety Penerbangan dan Aspek Psikologis
Culture Among Pilots In Saudi Airlines “Fatique”. Jurnal Psikobuana Vol. 3,
: A Quantitatif Study Approach. No. 2. Tahun 2011.
Florida: Departement of Industrial Nrangwesti, A.(2011). Aspek Yuridis
Engineering and Management Normatif Tentang Pilot Pesawat
System in the Collage of Udara. Jurnal Hukum FH.UNISBA
Engineering and Computer Science XII(1):14. Tahun 2011.
at the University of Central Florida Pakan,W. (2008). Faktor Penyebab
Orlando.Dissertation Document Kecelakaan Penerbangan di Indonesia
Alsowayigh Mohammad. Tahun 2000-2006. Pusat Penelitian
Anto dayan. (2000). Pengantar llmu dan Pengembangan Perhubungan
Statistik, Jilid I, II, LP3ES, Jakarta. Udara. Kementrian Perhubungan.
Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian: Jakarta.
Suatu Pendekatan Praktek. Rineke Pérezgonzález, J.D., McDonald, N. and
Cipta. Jakarta Smith, E. (2005). A review of the
Balk, A., Montijn, C., Piers, M. (2009). occurrence reporting system
Safety Management System and proposed by EASA Part-145.Safety
Safety Culture Working Group (SMS): Science, Vol. 43, pp. 559–570.
Safety Culture Frame Work For The Reason, J. (1990).Human Error. Camridge
ECAST SMS-WG. Dutch National University Press. UK.
Aerospace Laboratory (NLR).

Pengaruh Airmanship dan Safety Culture Terhadap Keselamatan … | Sunar Adi Wibowo | 23
Santoso, S. (2012). Analisis SPSS Pada Internet
Statistik Parametrik. PT. Elex Media Mengenal Human Error. (2012).
Komputindo. Jakarta. http://ilmuterbang.com/artikel-
Schein, Edgar H. (2004).Organizational mainmenu-29/keselamatan-
Culture and Leadership, 3rd penerbangan-mainmenu-48/661-
edition.San Fransisco: Jossey-Bass. mengenal-human-errors
Sudarmanto, R. G.(2005). Analisis Regresi Apa Artinya Airmanship. (2014).
Linier Ganda Dengan SPSS, Edisi http://ilmuterbang.com/artikel-
Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. mainmenu-29/keselamatan-
Sugiyono. (2001). Metode Penelitian penerbangan-mainmenu-48/661-
Administrasi. Alfabeta. Bandung. mengenal-human-errors
Supranto. (1997). Metode Riset. Rineka Airmanship Bagi Pilot Ibarat Keimanan
Cipta. Jakarta. Orang Beragama. (2016).
Susetyadi, A., Nasrifah, S., & Yuliawati, E., http://angkasa.grid.id/komunitas/air
(2008), Pengkajian Kinerja Pilot manship-bagi-pilot-ibarat-keimanan-
Dalam Menunjang Keselamatan orang-beragama/
Penerbangan, LIPI, Jakarta.
Suyono dan Nawawinetu. (2013). Dokumen Peraturan
Hubungan Antara Faktor Pembentuk Undang-Undang Republik Indonesia
Budaya Keselamatan Kerja dengan Nomor 34 Tahun 2004 Tentang
Safety Behavior di PT DOK dan Tentara Nasional Indonesia.
Perkapalan Surabaya Unit Hull Undang-Undang Republik Indonesia
Construction. The Indonesian Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Journal of Occupational Safety and Penerbangan.
Healt, Vol. 2, No.1 Jan-Jun 2013: 67- Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara
74. Nomor Kep/571/X/2012 Tentang
Training Development and Support Unit Doktrin TNI Angkatan UdaraSwa
Flying Development Bhuwana Paksa.
Wing.Airmanship.TDSYU/779/1/5/TR TNI Angkatan Udara Dislambangjaau.
G 27 June 2000. Data Accident Pesawat TNI AU2004-
Wibisana, S. (2007). Berbagai Kisah 2016.
Kecelakaan Tragis Pesawat Terbang,
Plane Cras. Media Pressindo.
Yogyakarta.
Wiener, E. L., Kanki, B. G., & Helmreich, R.
L.(1993). Cockpit resource
management. San Deigo, CA:
Academic Press, Inc.
Wignjosoebroto, S. Dan Zaini, P. (2007).
Studi Aplikasi Ergonomi Kognitif
Untuk Beban Kerja Mental Pilot
Dalam Pelaksanaan Pengendalian
Pesawat. Laboratorium Ergonomi
dan Perancangan Sistem Kerja
Jurusan Teknik Industri ITS.
Surabaya.

24 | Jurnal Prodi Strategi Pertahanan Udara | Desember 2017 | Volume 3 Nomor 3

Anda mungkin juga menyukai