Adhitya Octavianie
adhityaoctavianie@gmail.com
ABSTRAK
Keselamatan penerbangan merupakan hal mutlak yang diinginkan oleh seluruh stakeholder pada
indsutri penerbangan. Keselamatan penerbangan menjadi hal yang sangat serius yang secara terus-
menerus diupayakan keterwujudannya. Kecelakaan penerbangan dapat terjadi karena berbagai macam
faktor. Faktor alam, faktor manusia maupun faktor kegagalan sistem dapat menjadi faktor langsung
maupun tidak langsung terhadap terjadinya kecelakaan penerbangan. Pembentukan budaya keselamatan
(safety culture) dan kepedulian keselamatan (safety awareness) terhadap penerbangan pada organisasi
akan dapat memberikan kontribusi positif pada terciptanya keselamatan penerbangan. Dan hal tersebut
tidak terlepas dari keberhasilan penerapan Safety Management System pada organisasi ataupun entitas
yang terkait dengan industri penerbangan. Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat
menjelaskan sejauh mana Safety Management System telah diterapkan pada AMTO 147 D-13 Prodi
TPPU Politeknik Penerbangan Makassar serta untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor atau kendala
yang dapat menghambat upaya penerapannya. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif
kualitatif melalui wawancara dengan SMS Manager dan key persons AMTO 147 D-13 Prodi TPPU
Politeknik Penerbangan Makassar, pengisian e-kuesioner oleh personel AMTO, observasi dan juga
dokumentasi. Dengan menggunakan Gap analisis, dilakukan pembandingan terhadap indikator-indikator
capaian keberhasilan SMS pada kondisi aktual dan ideal. Berdasarkan hasil penyajian data diketahui
bahwa terjadi kegagalan yang cukup signifikan terhadap indikator-indikator capaian SMS yang tertera
pada manual SMS AMTO 147 D-13 Prodi TPPU Politeknik Penerbangan Makassar. Pemahaman dan
kepedulian pada tingkat yang berbeda-beda terkait dengan penerapan SMS pada organisasi di level
manajemen hingga pelaksana merupakan kontribusi terbesar dari belum maksimalnya SMS dapat
diterapkan.
Kata kunci: Safety Management System; GAP Analisis; SMS Manager; key persons
ABSTRACT
Aviation Safety is absolutely desirable by all the stakeholders in the aviation industry. It became a
serious matter which why it is continuously strived to make it happen. Accidents may occur for some
reason. Natural factors, human factors, or even the system’s failure factors are possibly to be a direct or
indirect cause of accidents. Shaping up the safety culture and awareness in each organization will
positively contribute to aviation safety. And these things are related to the success of Safety Management
System implementation in each organization or entity. The purposes of this research are to find out how
was Safety Management System was carried out in AMTO 147 D-13 Prodi TPPU Politeknik
129
Airman: Jurnal Teknik dan Keselamatan Transportasi
Volume 3 Nomor 2 Desember 2020
P-ISSN 2622-0105 | E-ISSN 2716-1196
Penerbangan Makassar and also to identify the possible problems and obstacles to its implementation.
This research is done in the qualitative descriptive method through an interview with the SMS Manager
and key persons of AMTO 147 D-13 Prodi TPPU Politeknik Penerbangan Makassar, AMTO’s personnel
questionnaire, observation, and documentation. Through GAP analysis, SMS indicators were compared
in actual and ideal conditions. The research data shows a quite significant failure on SMS indicators
which were mentioned in the SMS Manual of AMTO 147 D-13 Prodi TPPU Politeknik Penerbangan
Makassar. A different level of comprehension and awareness about the SMS implementation importance
in management and staff levels was a great contribution to the SMS implementation that was not yet
carried out at the maximum.
Keywords: Safety Management System; GAP Analysis; SMS Manager; key persons
130
Airman: Jurnal Teknik dan Keselamatan Transportasi
Volume 3 Nomor 2 Desember 2020
P-ISSN 2622-0105 | E-ISSN 2716-1196
informasi keselamatan serta penilaian (asesmen) e. Kebijakan, proses dan prosedur dibuat dalam
terhadap risiko keselamatan secara berkelanjutan. rangka untuk mendorong berjalannya system
Melalui SMS, upaya untuk dapat pelaporan terkait keselamatan;
melakukan mitigasi risiko keselamatan secara f. Data dan informasi keselamatan dianalisa
proaktif sebelum terjadinya kecelakaan maupun untuk mempertimbangkan keterkaitan risiko
kejadian serius menjadi sangat mungkin untuk dengan performa atau kinerja serta
dikelola. Dalam ICAO Document 9859 Safety keterbatasan yang dimiliki manusia, tidak
Management Manual Fourth Edition, 2016, melupakan juga untuk secara khusus
dijelaskan bahwa Human Factors adalah tentang memperhatikan faktor yang bersifat
memahami bagaimana cara manusia berinteraksi operasional dan organisasional;
dengan dunia, kemampuan dan batasan yang g. Kebijakan, proses dan prosedur yang
dimiliki oleh manusia, dan bagaimana hal-hal dikembangkan secara singkat, jelas, aplikatif
tersebut mempengaruhi aktivitas manusia dalam dan bertujuan:
meningkatkan kinerja manusia dalam melakukan 1) Optimalisasi kinerja personel
pekerjaannya. Sebagai akibat dari hal tersebut 2) Mencegah terjadinya kesalahan yang tidak
maka penting untuk menyadari bahwa Human disengaja
Factors adalah merupakan bagian tak terpisahkan 3) Menghindari konsekuensi yang tidak
dari manajemen keselamatan. Identifikasi dan diinginkan terkait dengan kinerja personel;
mitigasi risiko menjadi sangat penting untuk efektivitas dari hal-hal ini secara
dipahami sebagai upaya optimalisasi peran berkelanjutan dimonitor selama kondisi
manusia di dalam mewujudkan keselamatan operasi normal.
organisasional. h. Pemantauan terhadap operasi normal yang
Penerapan Safety Management Systems sedang berjalan mencakup penilaian terkait
(SMS) sangat bergantung kepada faktor manusia, pelaksanaan ketentuan proses dan prosedur,
selain juga perkembangan era teknologi terkini. dan 131ndepe ketentuan tidak dilaksanakan
Didalam ICAO Document 959 Safety maka investigasi dilakukan untuk mencari
Management Manual Fourth Edition, 2016 penyebab permasalahan;
disebutkan beberapa kunci utama terkait faktor i. Investigasi keselamatan meliputi penilaian
manusia dalam keberhasilan penerapan Safety terhadap kontribusi faktor manusia, tidak
Management System (SMS) dengan penjabaran hanya memeriksa tindakannya tetapi juga
sebagai berikut: alasan daripada 131 depend tersebut, dengan
a. Komitmen manajemen senior atau tingkatan pemahaman bahwa di banyak kasus yang
manajemen tertinggi di suatu organisasi dalam terjadi, orang-orang berusaha untuk
menciptakan lingkungan kerja yang melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan
mengoptimalkan kinerja personel serta pekerjaannya;
mendorong personel untuk dapat secara aktif j. Proses manajemen perubahan mencakup
terlibat dan berkontribusi pada proses pertimbangan tugas dan peran manusia di
pengelolaan manajemen keselamatan; dalam sistem;
b. Tanggung jawab personel terkait manajemen k. Personel diberikan pelatihan untuk
keselamatan dipastikan berada pada tingkatan memastikan bahwa personel memiliki
yang sama dalam hal pemahaman maupun kompetensi yang dibutuhkan untuk
ekspektasi pencapaian tujuan manajemen melaksanakan tugasnya, dilakukan review
keselamatan; terhadap efektivitas pelaksanaan pelatihan
c. Organisasi membekali personel dengan serta program pelatihan diadaptasi sesuai
informasi: dengan kebutuhan.
1) gambaran mengenai sikap perilaku yang
diharapkan sehubungan dengan proses Penerapan Safety Management System
dan prosedur kerja pada organisasi. pada organisasi pendidikan dan pelatihan pesawat
2) gambaran mengenai kebijakan organisasi udara bukanlah merupakan suatu hal yang
terhadap sikap perilaku personel secara mudah. Dalam pelaksanaan implementasi atau
individu. penerapannya tentu terdapat kendala baik berupa
d. Tingkatan sumber daya manusia dipantau dan teknis maupun non teknis (Irfan, 2019).
disesuaikan dalam rangka memastikan ada Karenanya sangat dibutuhkan komitmen yang
cukup banyak personel yang memenuhi kuat dari organisasi untuk memastikan bahwa
kualifikasi operasional; sistem manajemen keselamatan ini dilaksanakan
131
Airman: Jurnal Teknik dan Keselamatan Transportasi
Volume 3 Nomor 2 Desember 2020
P-ISSN 2622-0105 | E-ISSN 2716-1196
faktor pendukung dan juga faktor penghambat bahwa key personss pada AMTO 147D-13
atau kendala, tak terkecuali dalam penerapan Prodi TPPU Politeknik Penerbangan Makassar
SMS pada organisasi AMTO 147D-13 Prodi memiliki persamaan pendapat mengenai
TPPU Politeknik Penerbangan Makassar. Dari pentingnya dukungan manajemen terhadap
data interview didapatkan beberapa respons yang keberhasilan penerapan SMS pada organisasi,
mengarah pada pentingnya komitmen dari semua sementara terkait pelaksanaan audit SMS
unsur pada organisasi terkait penerapan SMS dan terdapat 5 (lima) dari 6 (enam) key persons
juga faktor ketersediaan anggaran dinilai sebagai menyatakan belum terlaksana, sementara 1
faktor yang dapat mendukung keberhasilan (satu) orang menyatakan terlaksana. Hal ini
penerapan SMS. Sementara berdasarkan hasil dapat menjadi indikasi bahwa kegiatan
interview terhadap key persons didapatkan respon pengawasan atau audit implementasi SMS
yang menyatakan bahwa kendala terbesar yang belum secara konsisten dilaksanakan dan belum
dihadapi oleh organisasi saat ini adalah terkait terdokumentasi.
belum adanya persamaan persepsi mengenai Belum terwujudnya persamaan persepsi
pentingnya penerapan SMS dalam organisasi mengenai pentingnya penerapan SMS bagi
serta kurangnya koordinasi dan komunikasi di organisasi serta masih kurangnya komunikasi
dalam organisasi. dan koordinasi terkait dinilai sebagai kendala
Dari data tabel GAP Analysis Safety terbesar bagi penerapan SMS di dalam
Objective diatas, dapat dilihat bahwa dari total 5 organisasi. Pada kegiatan observasi yang
(lima) indikator target keselamatan yang harus dilakukan, diketahui bahwa pemahaman dan
dipenuhi, hanya terdapat 1 (satu) indikator yang pengetahuan mengenai dokumen manual SMS
berhasil terpenuhi. Selanjutnya hasil wawancara masih sangat minim diantara para personel
dengan key persons pada AMTO 147D-13 Prodi AMTO 147 D-13 prodi TPPU Politeknik
TPPU Politeknik Penerbangan Makassar yang Penerbangan Makassar. Observasi dan
berjumlah 6 (enam) orang dapat disimpulkan interview yang dilakukan menunjukkan hasil
bahwa sejauh ini Safety Objective/Target bahwa personel yang ditugaskan belum
memang baru sebatas perencanaan namun belum sepenuhnya memahami tugas dan tanggung
sepenuhnya dilaksanakan. Sementara data pada jawab utama sebagai SMS Manager. Hal
Tabel 3 GAP Analysis Tugas dan Tanggung tersebut disebabkan oleh karena adanya
Jawab SMS Manager diatas juga menunjukkan rangkap jabatan sehingga personel yang
bahwa fungsi daripada SMS Manager belum ditunjuk merasa mengalami work overload dan
terlaksana, lebih lanjut dari hasil wawancara menganggap bahwa tugas antara kedua jabatan
maupun observasi didapatkan kesimpulan adalah serupa sehingga memilih untuk fokus
sementara bahwa fungsi SMS Manager pada hanya pada salah satu tugas jabatan yaitu
AMTO 147D-13 Prodi TPPU Politeknik AMTO Quality Manager.
Penerbangan Makassar belum dapat terlaksana Alasan yang dapat disampaikan mengenai
dengan baik dikarenakan saat ini posisi tersebut rangkap jabatan salah satunya dikarenakan
masih dirangkap oleh 1 (satu) orang personel minimnya jumlah personel serta belum adanya
yang juga bertugas sebagai Quality Manager audit eksternal dari pihak Direktorat
yang bertugas untuk menjamin terlaksananya Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat
pelaksanaan Pendidikan dan pelatihan pada Udara terkait implementasi SMS sangat
AMTO 147D-13 Prodi TPPU Politeknik memungkinkan mengakibatkan terabaikannya
Penerbangan Makassar sesuai ketentuan yang kepentingan bagi SMS untuk diimplemetasikan.
berlaku.
Sementara hasil dari interview terhadap 4. KESIMPULAN
key persons, dapat terlihat bahwa terdapat Berdasarkan hasil pengolahan data
perbedaan pendapat mengenai target penerapan penelitian dan juga pembahasan maka didapatkan
SMS pada organisasi serta sejauh mana kesimpulan sebagai berikut :
penerapan SMS telah berjalan pada organisasi. a. Penerapan Safety Management System pada
Perbedaan pendapat ini sangat mungkin AMTO 147 D-13 Prodi TPPU Politeknik
disebabkan oleh belum berjalannya sosialisasi Penerbangan Makassar dapat dikatakan masih
yang baik terkait SMS pada lingkup internal belum terlaksana dengan baik. Hal ini
organisasi serta belum terdokumentasikannya terindikasi dengan belum adanya target
kegiatan terkait penerapan SMS pada capaian yang spesifik serta minimnya
organisasi. Data interview juga menunjukkan dokumentasi dari kegiatan perencanaan,
134
Airman: Jurnal Teknik dan Keselamatan Transportasi
Volume 3 Nomor 2 Desember 2020
P-ISSN 2622-0105 | E-ISSN 2716-1196