Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TROUBLESHOOTING PADA

SIMULATOR SISTEM PESAWAT UDARA UNTUK MENINGKATKAN


FAULT-FREE PERFORMANCE

Wira Gauthama (1)


Politeknik Penerbangan Indonesia Curug, Tangerang.

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya fault-free performance


pembelajaran troubleshooting sistem pesawat udara mahasiswa program
Diploma III Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI Curug. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pembelajaran troubleshooting saat ini,
mendesain modul meningkatkan fault-free performance,
implementasinya, desain penilaiannya dan menganalisis dampak modul.
Metodelogi Research and Development dilakukan terhadap 56
mahasiswa Diploma III TPU XI melalui studi pendahuluan, perencanaan
dan penyusunan modul serta pengembangan dan ujicoba sampai
ditemukannya modul yang efektif meningkatkan fault-free performance.
Pengumpulan data melalui wawancara dosen, studi dokumentasi,
kuesioner mahasiswa, tes dan observasi. Modul temuan penelitian efektif
meningkatkan fault-free performance diperlihatkan t-hitung ≥ t-tabel pada
uji terbatas dan lebih luas serta peningkatan nilai rata – rata pada setiap
tahap uji coba, mengindikasikan konten modul baru berdampak
signifikan dan efektif meningkatnya fault-free performance melalui sub
– sub kompetensi troubleshooting yaitu mengidentifikasi kerusakan,
menentukan tingkat kerusakan, mengeliminasi kerusakan dan
memperbaiki suku cadang.
Kata Kunci: fault-free performance, troubleshooting, modul pembelajaran

Abstract: This research is based on a fact of a low student’s achievement in fault-


free performance in the Aircraft System Practical Learning of Prodi
TPU, STPI Curug. The objectives are to identify the recent condition,
designing a type of learning module which has an effectiveness to
increase the fault-free performance, designing implementation steps, an
appropriate evaluation, and to analyze the outcome of new module. By
the Research and Development’s phases : prelimenary study, planning
and designing phase, and development and tryout phase, 56 students are
involved as the sampling. Data collecting comprises by teacher’s
interview, documentation, students’s questionaire, test results, and
observation. The results show the average t-values ≥ t-tables and a
significant improvement of test result in a each tryout phase are definite
indications that the development of an emergent content has a significant
impact and increased effectivity to the achievement of fault-free
performance, which is constructed by sub-competencies namely the
ability of students in identifying the malfunction, determining the
severity, elimination the cause, and replacing discrepants components.

Keyword: fault-free performance, troubleshooting, learning module

233
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

Pendahuluan interaksi faktor – faktor yang


Pembelajaran troubleshooting mempengaruhi performansi dan
dalam kurikulum Prodi TPU diadopsi kemungkinan performansi lain yang
dari FAA (Flight Standard Service, AC muncul saat melakukan pekerjaan
147-3A, 2005, hlm. 3,4 dan ) dengan sebagai teknisi (Cacciabue, Mauri dan
Teaching Level 3 mengarahkan Owen, 2003, hlm. 229). Kecelakaan
mahasiswa memiliki hands-on pesawat udara karena faktor
manipulative skill, memerlukan media pemeliharaan kecil tetapi serius. Data
instruksional yang tepat dan memadai, Australian Transport Safety Board
untuk mensimulasikan kondisi Return (ATSB) pada Line Maintenance dalam
To Service (RTS), yaitu keterampilan Cacciabue, Mauri dan Owen (2003,
mahasiswa untuk mengembalikan hlm. 229) mengungkapkan bahwa 95%
komponen pesawat menjadi laik udara. error dalam bidang pemeliharaan
Untuk memenuhi tujuan pesawat udara disebabkan oleh
pembelajaran, troubleshooting kesalahan manusia. Latihan – latihan
dilakukan pada simulator pemeliharaan dengan Teaching Level 3 dalam praktik
yang memiliki fungsi tersebut. Gagne pemeliharaan sistem pesawat udara
(1985, hlm. 284) mengungkapkan: untuk mencapai fault free performance
“jika resiko kerusakan atau faktor diharapkan dapat mengurangi human
keamanan merupakan bagian dari error yang terjadi di lapangan Hasil
kinerja bebas dari kegagalan atau fault- pengamatan awal terhadap hasil
free performance dijadikan tujuan atau belajar mahasiswa empat program
hasil suatu pembelajaran, maka media pendidikan tiga tahun (2009 – 2012)
yang dipilih dapat berupa perlengkapan dalam Tabel 1 memperlihatkan
ril ataupun simulasi tugas – tugas yang kemampuan fault-free performance
nyata dengan mempergunakan media ril pembelajaran troubleshooting tersebut
tersebut.” masih rendah.
Sifat kritikal pembelajaran
praktik fault-free performance Metode
memerlukan media representasi Metode yang dipergunakan
kegiatan nyata dalam bentuk simulasi adalah “Research and Development”
di simulator. Simulasi diperlukan untuk sebagai “suatu proses atau langkah –
pemeliharaan pesawat udara, langkah untuk mengembangkan suatu
membantu mendesain sistem pelatihan produk baru atau menyempurnakan
pemeliharaan pesawat melalui analisis produk yang telah ada, yang dapat

Tabel 1. Rekapitulasi Rata – Rata Prosentase Hasil Pencapaian Kemampuan Fault-


Free Performance Mahasiswa Prodi TPU (Sumber : Rekapitulasi Laporan
Pendidikan Prodi TPU 2009-2012)
Program Pendidikan
Deskripsi Nilai ND TPU ND TPU ND TPU ND TPU
V VI A VI B VII
Nilai Rata – Rata Fault Free
61,14 % 61,57 % 63,43 % 63,86 %
Performance dalam Troubleshooting

234
Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting pada …......... (Wira Gauthama)

dipertanggungjawabkan”(Sukmadinata, dengan format panduan wawancara


2012, hlm. 164), didasarkan pada terstruktur.
langkah – langkah yang mengarah pada 2. Observasi
siklus, yang selalu mengacu pada hasil Mengamati proses pembelajaran saat
sebelumnya yang sudah diperbaiki studi pendahuluan, uji coba, dan
sehingga diperoleh suatu produk asesmen praktik akhir untuk
pendidikan yang baru, efektif dan mendapatkan data proses
kapabel. penggunaan modul.
Sepuluh langkah prosedur 3. Studi Dokumentasi
penelitian merujuk teori Borg dan Gall Fokus pada dokumen kurikulum,
(1989) dalam Sukmadinata (2012, hlm. dokumen standar pemeliharaan,
169) dikelompokkan menjadi tiga manual – manual pemeliharaan dan
langkah utama: (1) studi pendahuluan, dokumen terkait pengembangan
(2) perencanaan dan desain modul, dan modul.
(3) ujicoba modul. Pada langkah utama 4. Kuesioner
ke-3 yaitu ujicoba modul, berdasarkan Kumpulan pertanyaan sebagai
Sukmadinata (2012, hlm. 187) bahwa instrumen pendukung untuk
“untuk penelitian penyusunan tesis, mendapatkan data pembelajaran
kegiatan penelitian dan pengembangan dengan modul baru.
dapat dihentikan sampai dihasilkan 5. Tes hasil belajar
draft final”, maka ujicoba modul Menggunakan “Performance Based
diselesaikan sampai ditemukannya Test” dan tes objektif pilihan ganda
bentuk draft akhir yang telah diujicoba untuk ranah kognitif berdasarkan
terbatas dan lebih luas dengan Fault- Kroes, Watkins dan Delp (1993)
free performance diharapkan sudah maupun Kinnison (2004, hlm. 255),
terukur (Sukmadinata (2012, hlm. 187) yang cocok untuk lingkungan
bahwa “dampak dari penerapan model pembelajaran dengan simulasi kerja
sudah ada, baik pada ujicoba terbatas (Hodges, 2002, hlm. 42).
maupun ujicoba lebih luas, karena
selama pelaksanaan pembelajaran ada Metode Analisis Data
tugas – tugas yang dilakukan siswa Analisis dilakukan terhadap data:
juga ada tes akhir pokok bahasan, yang 1. Hasil Studi Pendahuluan
dapat dipandang sebagai hasil atau Deskripsi kualitatif gambaran tren
dampak dari penerapan model”. pembelajaran troubleshooting dan
efektifitas modul, dibandingkan
Metode Pengumpulan Data dengan di lapangan serta kurikulum.
Metode pengumpulan data terdiri 2. Perencanaan Modul
dari: Analisis kualitatif data hasil studi
1. Wawancara awal untuk memperoleh draf awal
Subyeknya dosen dan laboran modul.
simulator dengan data proses 3. Pengembangan dan Uji Coba
pembelajaran troubleshooting Data hasil observasi uji coba terbatas
dan luas, hasil kuesioner mahasiswa

235
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

dan masukan dosen pendamping kegagalan dan kerusakan alat.


untuk penyempurnaan dan Penguasaan konsep sangat penting
pelaksanaan rancangan modul menurut Brady (1990, hlm. 92) konten
selanjutnya. modul mencakup pengetahuan,
Data hasil belajar dianalisis secara keterampilan, konsep, sikap dan nilai –
kuantitatif menggunakan SPss versi nilai instrinsiks dan instrumental.
17. Analisis diawali mencari mean, Interaksi dengan modul dan
standar deviasi dan selanjutnya uji t feedback yang rendah diyakini 96,4 %
untuk menguji perbedaaan hasil mahasiswa berdampak ketergantungan
antara pretes dan postes pada masing pada dosen. Minimnya feedback
– masing kelompok, dan perbedaan dialami 91 % mahasiswa. Interaksi
antara kelompok eksperimen dan merupakan karakteristik penting karena
kontrol baik dalam pretes dan postes. memungkinkan pengguna dapat
melakukan aktifitas pembelajaran
Diskusi dalam bentuk tugas aktif dan feedback
Kondisi Pembelajaran Troubleshooting dari performance (Dick and Carey,
Kesulitan 94,6 % mahasiswa 1978, hlm. 5).
dengan modul lama mengindikasikan 91,1% mahasiswa belum
perlunya pengembangan modul untuk mengetahui sikap yang benar dan
pencapaian kompetensi individual, terukur. Penilaian sikap mandiri ini
kelompok dan self instructional yang penting untuk konfirmasi pencapaian
diharapkan, merupakan penciri dan memperkecil kegagalan serta
pembelajaran bermodul (Russel, 1974 meyakinkan penguasaan pelajaran
dalam Vembrianto, 1975, hlm. 35). melalui skema umpan balik (Finch dan
juga diindikasikan dengan inisiatif, rasa Crunkilton, 1975, hlm. 226).
butuh belajar, mencari sumber, tujuan, Interaksi dosen – mahasiswa
memilih implementasi strategi dan self seharusnya minimal dan pada fase
evaluation berasal dari siswa (Kamil tertentu. Peran dosen diyakini baik
2007, hlm. 299), memperhatikan oleh 100 % mahasiswa tetapi di sisi
perkembangan individu siswa (Kamil, lain 100 % mahasiswa merasa
2007, hlm. 317), dapat memecahkan memerlukan pendampingan pada
masalah pembelajaran mereka secara sistem yang beresiko. Peran pengajar
individu dan mandiri (Sanjaya, 2012, lebih sebagai fasilitator, supportif,
hlm. 258 - 259) dan siswa belajar memfasilitasi pemahaman dan
dengan kemajuan, irama dan kecepatan penafsiran aturan aktifitas simulasi
masing – masing dengan modul “self (Joyce, Weil dan Calhoun, 2011, hlm.
contained” (Finch dan Crunkilton, 441). Sebagian besar fungsi tersebut
1975, hlm. 225). seharusnya menjadi komponen modul.
Penguasaan konsep dasar Simulator telah berfungsi
troubleshooting merupakan prasyarat representasi kegiatan ril dengan
kegiatan simulasi dan praktik, diyakini feedback dan kesalahan pengguna
oleh 98,2 % mahasiswa dan lemahnya terlihat diyakini 94,6 % mahasiswa,
factor diyakini sebagai penyebab tetapi 91,1 % diantaranya tidak dapat

236
Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting pada …......... (Wira Gauthama)

mengukur kesalahan praktik dengan kerusakan, menentukan tingkat


menggunakan petunjuk yang tersedia kerusakan, mengeliminasi sumber
dan tidak dapat secara langsung kerusakan dan melakukan tindakan
melakukan aktifitas di simulator. 94,7% perbaikan dilakukan tanpa kegagalan.
mahasiswa merasa belum sepenuhnya Kegiatan belajar dilakukan secara
dapat mensimulasikan karena ketidak- sekuensial dan ber-prasyarat sehingga
sesuaian materi modul dan kemampuan setiap tangga kompentensi menjadi
simulator. enabling objective yang berurutan dan
Sebagai media belajar berjenjang sampai terbentuk
troubleshooting, simulator seharusnya kompetensi utama atau terminal
merangsang mahasiswa mencapai objective.
keterampilan tertentu (Gagne, 1985, Simulator adalah bagian utama
hlm. 282). Simulator memungkinkan modul troubleshooting karena setiap
mahasiswa belajar materi berisiko resiko dari kesalahan dan kegagalan
tinggi menjadi simulasi yang kerja dapat diminimalkan,
berdampak sama seperti aslinya tetapi membuktikan konsep Gagne (1985,
resiko yang rendah. hlm. 284) bahwa praktik berulang –
ulang pada keterampilan prosedural
Modul Pembelajaran Troubleshooting tertentu dengan fault-free performance
Pada Pembelajaran Mata Kuliah membutuhkan media real equipment
Perawatan Sistem Pesawat Udara atau real task simulation serta dapat
Bentuk awal modul bersifat
dirancang tidak begitu rumit (Joyce,
hipotetik didasarkan teori
Weil dan Calhoun, 2011, hlm. 438).
pengembangan modul dan studi
Pengulangan ini dapat memperhalus
pendahuluan, dijustifikasi oleh ahli.
performance dan meminimalkan resiko
Hasil ujicoba terbatas menghasilkan
kegagalan selain memberikan feedback
revisi konten fault – free performance.
yang memadai untuk membentuk
pengetahuan, keterampilan, sikap
perilaku korektif. Setiap konten modul
(Brady,1990, hlm. 92) menunjukkan
harus dapat disimulasikan agar
karakteristik self-instructional untuk performance mahasiswa dapat
menghasilkan performance yang
diobservasi dan diukur.
dibutuhkan, dan cukup interaktif (Dick Peran dosen lebih sebagai
and Carey (1978, hlm. 5).
pengelola, pengontrol partisipasi siswa
Penyempurnaan modul
(Joyce, Weil dan Calhoun, 2011, hlm.
dilakukan agar pengguna dapat 441) dan safety supervisor, karena
berinteraksi dengan bahan – bahan ajar
modul troubleshooting dikembangkan
secara aktif, mengukur pencapaian,
berdasarkan karakteristik “self-
menerima feedback, melakukan
contained” dan “self-instruction”
koreksi, pengayaan, melakukan tugas
(Finch dan Crunkilton,1975, hlm. 225)
pembelajaran mandiri mengarah menyebabkan mahasiswa lebih
pencapaian suatu keterampilan,
mandiri.
pengetahuan, sikap dan nilai tertentu.
Implementasi modul
Keterampilan mengidentifikasi
Troubleshooting terdiri dari kegiatan

237
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

mahasiswa dan dosen. Kegiatan 2011, hlm. 441) dan mengevaluasi


mahasiswa terdiri dari kegiatan (penutup). Interaksi terjadi hanya jika
pendahuluan, kegiatan inti 1, inti 2 dan kondisi simulasi dinilai membahayakan
penutup. Di awal belajar, dosen personil dan peralatan dan memberikan
memberikan prosedur safety briefing feedback yang diperlukan sehingga
mewakili fungsi “menjelaskan” atau memberikan rasa aman bagi
“Orientasi” dalam kegiatan simulasi mahasiswa, namun tidak terlibat aktif
(Joyce, Weil dan Calhoun (2011, hlm. dalam pembelajaran.
441) Dalam kegiatan inti 1, memahami Penilaian pencapaian fault-free
konsep dasar troubleshooting adalah performance dengan menggunakan
aktifitas belajar utama sebelum modul belajar troubleshooting memiliki
melakukan aktiftas simulasi dan fungsi – fungsi:
praktik, dan diakhiri dengan Tes 1. Mendiagnosis kesulitan belajar
Mandiri untuk mengukur pencapaian mahasiswa dalam mempelajari dan
belajar. Dalam kegiatan inti 2 , mempraktikkan aktifitas
komponen kunci adalah aktifitas dan pembelajaran dalam modul.
langkah pembelajaran yang 2. Mengevaluasi kesenjangan
mengarahkan mahasiswa untuk kemampuan dan pencapaian
menggunakan semua performance mahasiswa
mereka, baik dalam penguasaan konsep 3. Menaikkan tingkat prestasi
dasar maupun keterampilan motorik mahasiswa.
dan sikap kerja. Aktifitas modul 4. Merencanakan dan mengembangkan
dikembangkan berdasarkan enabling kegiatan proses pembelajaran dalam
objective yang berjenjang mendukung modul
terminal objective (Finch dan Penilaian dalam implementasi
Crunkilton, 1975, hlm. 232) yaitu fault- pengembangan modul troubleshooting
free performance dalam dibagi dua yaitu penilaian mandiri oleh
troubleshooting. Kegiatan inti 2 juga mahasiswa untuk mendapatkan
diakhiri dengan tes mandiri. feedback dalam mengetahui
Setelah semua aktiftas belajar pengetahuan dan keterampilan seperti
dalam sub modul 1 sampai 5 telah apa yang telah dimiliki (Russel (1974)
dilakukan secara berurutan, maka dalam Vembrianto, 1975, hlm. 63),
mahasiswa dianggap telah memiliki siswa dapat mengetahui apakah mereka
akumulasi kemampuan yang diperlukan menguasai tujuan pembelajaran
dalam melakukan troubleshooting enabling objective (Finch dan
dengan fault-free performance dan Crunkilton, 1975, hlm. 232) dan
dosen perlu melakukan pos-asesmen penilaian akhir oleh dosen.
ujian tertulis dan praktik. Penilaian pencapaian unjuk kerja
Dalam alur implementasi peran kompetensi fault-free performance
dosen terjadi hanya pada beberapa fase dilakukan dengan metode observasi.
kegiatan, yaitu menjelaskan aturan Tetapi karena akumulasi kemampuan
dalam pendahuluan sebagai tahap fault-free performance sangat terkait
Orientasi (Joyce, Weil dan Calhoun, dengan pemahaman konseptualnya

238
Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting pada …......... (Wira Gauthama)

(Gagne, 1985, hlm. 205) maka aspek Sebagai suatu bahan ajar cetak,
kognitif disatukan dalam penilaian modul belajar troubleshooting ini
tersebut dengan memulai penilaian memiliki kelebihan :
dengan tes objektif. 1. Mampu membuat mahasiswa
Proses pengumpulan dan menjadi lebih mandiri dan interaktif
pemrosesan data menghasilkan profil dalam pembelajaran dan
kemampuan mahasiswa dalam pendampingan dosen tidak perlu
mencapai kompetensi utama dan kontinyu.
kompetensi pendukung. Aspek kognitif 2. memusatkan perhatian mahasiswa
penguasaan konsep dasar, karena aktifitas pembelajarannya
mengidentifikasi penyebab kerusakan, memiliki petunjuk simulasi dan
menentukan tingkat kerusakan, praktik.
mengeliminasi sumber kerusakan dan 3. memberikan feedback segera yang
melakukan perbaikan atau penggantian diperlukan mahasiswa melalui tes –
suku cadang atau komponen terutama tes mandiri untuk memperbaiki atau
dalam pemahaman, aplikasi, analisis memperkaya performance
dan sintesis. Aspek penilaian unjuk 4. Memotivasi mahasiswa untuk berani
kerja adalah sikap kerja (A) dan unjuk mengerjakan latihan – latihan yang
kerja itu sendiri (P) dengan skala rumit dan beresiko dengan overview
penilaian. Indikator penilaian sikap Note, Caution dan Warning.
kerja (A): 5. Dapat dipergunakan oleh individu
1. Kecermatan, Ketelitian : teliti dan atau kelompok – kelompok kecil.
rinci 6. Melatih mahasiswa untuk
2. Kehati – hatian : mengikuti prosedur menggunakan perkakas – perkakas
kerja runtun dan tepat. pendukung simulasi dan praktik.
3. Responsif : memberi respon terhadap 7. Melatih mahasiswa dengan latihan –
umpan balik. latihan troubleshooting yang otentik
4. Pengorganisasian : pengelolaan dan setipe dengan persoalan di
waktu dan energi fisik yang efisien lapangan.
Indikator penampilan unjuk kerja 8. Belajar lebih bermakna karena
(P): mahasiswa lebih aktif dalam
1. Bekerja sesuai konsep atau referensi menemukan solusi kasus
2. Prosedur kerja dilakukan troubleshooting.
3. Keruntunan Sekuensial pelaksanaan
prosedur Dampak Penggunaan Modul
4. Ketepatan hasil kerja Pembelajaran Troubleshooting
Produk penelitian ini adalah Terhadap Fault-Free Performance
Mahasiswa.
modul pembelajaran troubleshooting
Hasil analisis data uji coba lebih
berbentuk cetak sebagai panduan
luas memperlihatkan modul baru
mahasiswa dalam mata kuliah praktik
berpengaruh terhadap penguasaan
Perawatan Sistem Pesawat Udara di
konsep Troubleshooting yang
laboratorium/simulator sistem listrik
dilakukan tanpa kegagalan, terlihat dari
pesawat udara.

239
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

kelompok eksperimen yang untuk pengulangan, sesuai dengan


mencerminkan efektifitas modul belajar prosedur dan tingkat kecermatan,
baru dibandingkan dengan modul lama kehati – hatian dan ketepatan seperti
pada kelompok kontrol. Pada uji coba yang dituntut dalam kotak – kotak
lebih luas siklus 1 kelompok konsep, Note, Caution dan Warning
eksperimen, diperoleh t-hitung (11,104) dan dapat dilakukan berulang – ulang
≥ t-tabel (1,740), sedangkan pada siklus untuk memperbaiki performance-nya
2 dan 3 berturut – turut diperoleh t-hitung (Gagne, 1985, hlm. 284).
(18,859) ≥ t-tabel (1,740) dan t-hitung Melatih keterampilan prosedural kritis
(7,765) ≥ t-tabel (1,740) serta nilai untuk meningkatkan fault-free
probabilitas 0,000 ≤ 0,05 yang performance tergantung pada
mengindikasikan terjadi perbedaan kemampuan modul dalam
yang signifikan antara nilai rata – rata menampilkan konten – konten aktifitas
hasil tes mahasiswa antara sebelum dan pembelajaran prosedural dan kritis dan
sesudah penggunaan modul belajar bagaimana mahasiswa menampilkan
troubleshooting. aktifitas tersebut pada simulator.
Rata – rata hasil Pretes dan Dalam konteks ini, fault-free
Postes mengindikasikan peningkatan performance dapat diukur melalui
yang signifikan serta efektifitasnya beberapa indikator (Dhillon, 2009,
modul baru seperti terlihat pada Tabel hlm. 36) yaitu : (1) apakah pengerjaan
2. tugas dengan tergesa - gesa, (2) apakah
Perbedaan signifikan terlihat dari umpan balik tidak memadai, (3) apakah
hasil Postes kelompok eksperimen yang tugas memerlukan langkah – langkah
lebih superior daripada kelompok yang sangat panjang, (4) apakah data
kontrol. Kecenderungan nilai turun sudah benar, digunakan untuk
pada Postes terakhir, menunjukkan pengembangan aktifitas pembelajaran
kestabilan atau kejenuhan modul. serta peringatan – peringatan Note,
Pengembangan modul belajar Caution dan Warning untuk melatih
troubleshooting dilakukan melalui sikap kerja yang cermat, hati – hati,
penyempurnaan aktifitas pembelajaran responsif terhadap umpan balik dan
simulasi dan praktik mengacu pada efektif waktu.
konsep proses troubleshooting yang Fault-free performance pada
benar. Mahasiswa diberikan setiap rangkaian sub kompetensi
kesempatan untuk berlatih secara penyusunnya mengalami peningkatan
mandiri sesuai dengan kecepatan signifikan yang terukur pada kelompok
belajarnya dan adanya kesempatan eksperimen uji coba terbatas maupun

Tabel 2. Perbandingan Nilai Rata – Rata Kelompok Eksperimen dan Kontrol pada
Uji Coba Lebih Luas
Nilai Rata - Rata
No Kelompok
Pretes Postes (1) ; (2) ; (3)
1. 47,80 (63,10) ; (79,00) ; (84,00) Eksperimen
2. 44,10 (50,00) ; (53,00 ) ; (56,70) Kontrol

240
Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting pada …......... (Wira Gauthama)

uji coba seperti terlihat di Tabel 3. mengembangkan konten - konten


Efektifitas modul meningkatkan modul.
fault-free performance dapat Peningkatan fault-free
dibandingkan dengan pencapaian skor performance menunjukkan bahwa
rata – rata yang diperoleh kelompok modul telah memiliki elemen – elemen
kontrol yang menggunakan modul lama yang dibutuhkan dalam pembelajaran
seperti terlihat di Tabel 4di halaman individual yang menyesuaikan pada
berikut, skor rata – rata kelompok kebutuhan peserta didik (Finch dan
kontrol sangat rendah dan peningkatan Crunkilton, 1979, hlm. 222).
skor relatif stagnan pada nilai yang Keefektifan modul tidak
rendah. mengenyampingkan peran teknologi
Salah satu faktor substansif fault- pembelajaran yang memegang peran
free performance dalam kegiatan penting dalam individualisasi
perawatan pesawat udara adalah human pembelajaran troubleshooting, untuk
error, yang dapat menyebabkan membantu mahasiswa mengembangkan
gangguan atau kerusakan perlengkapan kompetensi (Finch dan Crunkilton,
(Dhillon , 2009, hlm. 4). Dalam 1979, hlm. 223). yang ditetapkan
konteks pembelajaran troubleshooting melalui pengalaman belajar yang
ini penyebab human error dibatasi pada diperoleh dari aktifitas dalam modul
kelemahan modul dalam mengarahkan yang diaplikasikan dengan
mahasiswa melakukan tugas menggunakan simulator.
troubleshooting dengan kegagalan Konten pembelajaran dalam
kerja yang minimum. dengan modul troubleshooting adalah objek

Tabel 3. Pencapaian Sub Kompetensi Penyusun Fault-Free Performance dalam


Troubleshooting Kelompok Eksperimen Uji Lebih Luas
Skor Rata – Rata
No Sub Kompetensi
Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rerata
1 Mengidentifikasi Kerusakan 54,50 71,75 73,50 66,58
2 Menentukan Tingkat Kerusakan 53,83 71,83 76,50 67,39
3 Mengeliminasi Sumber Kerusakan 48,00 69,00 71,25 62,75
4 Memperbaiki atau Mengganti Suku
54,07 71,43 74,93 66,81
Cadang

Tabel 4. Pencapaian Sub Kompetensi Penyusun Fault-Free Performance dalam


Troubleshooting Kelompok Kontrol Uji Lebih Luas
Skor Rata – Rata
No Sub Kompetensi
Uji 1 Uji 2 Uji 3 Rerata
1 Mengidentifikasi Kerusakan 37,25 40,75 40,75 39,58
2 Menentukan Tingkat Kerusakan 40,50 45,50 49,00 45,00
3 Mengeliminasi Sumber Kerusakan 36,50 37,00 37,00 36,83
4 Memperbaiki atau Mengganti Suku
41,71 45,00 47,36 44,69
Cadang

241
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

utama dalam penyempurnaan modul, Fault-free performance yang


tidak hanya melibatkan partisipasi dan terbentuk pada akhir pembelajaran akan
mengarahkan mahasiswa untuk terlihat sebagai suatu bentuk
menguasai pengetahuan, tetapi juga keterampilan unjuk kerja yang disusun
keterampilan dan sikap dalam oleh kemampuan melakukan prosedur
troubleshooting yang membuat dan penguasaan konseptual yang
pembelajaran menjadi lebih bermakna, dipengaruhi oleh umpan balik sebagai
membuat pengetahuan, keterampilan respon dari indera dalam belajar
dan sikap yang baru. keterampilan motorik yang berfungsi
Pemanfaatan simulator memperhalus unjuk kerja, mendeteksi
perawatan sebagai media pembelajaran dan mengkoreksi kesalahan (Gagne,
merupakan faktor penting yang mampu 1985, hlm. 210).
menyajikan realitas, menyederhakan Sebagai kombinasi pembelajaran
tugas – tugas rumit dan memberikan individual berbasis kompetensi dan
umpan balik (Joyce, Weil dan Calhoun, simulasi, skenario pembelajaran
2011, hlm. 438) dan dimanfaatkan berdampak terhadap kemudahan
secara optimum dalam modul belajar. mahasiswa menguasai fault-free
Faktor yang tidak kalah performance. Mahasiswa dapat
pentingnya adalah penyusunan melakukan simulasi dan praktik sesuai
komponen strategi belajar berturut – dengan kecepatan belajar mereka
turut dari aktifitas belajar yang sendiri. Simulasi kegiatan
sederhana sampai dengan kompleks, troubleshooting yang rumit dan kritis
dan dari penguasaan konsep menuju terhadap kegagalan memudahkan
latihan – latihan aplikasi kegiatan mahasiswa belajar dengan resiko
troubleshooting secara berjenjang kegagalan yang masih terkontrol
(Sanjaya, 2011, hlm. 186). namun tetap realistis. (Joyce, Weil dan
Adanya umpan balik segera yang Calhoun, 2011, hlm. 439).
diperoleh dari kombinasi lingkungan Setiap model pembelajaran akan
pembelajaran simulasi di modul dan selalu dihasilkan dampak – dampak
aplikasi di simulator, didesain untuk instruksional dan dampak pengiring
mengetahui kemajuan peserta didik (Joyce, Weil dan Calhoun (2011)).
(Finch dan Crunkilton, 1979, hlm. Signifikansi dampak instruksional
237), dalam hal ini apakah mahasiswa adalah penguasaan konsep
telah menguasai sub – sub kompetensi troubleshooting serta keterampilan
penyusun kompetensi utama. Umpan troubleshooting dengan minimum
balik segera juga diperoleh dari kegagalan kerja fault-free performance
simulator berbentuk konsekuensi dari yang terukur dalam kegiatan uji coba
tindakan yang dilakukan mahasiswa terbatas dan lebih luas. Dampak
terhadap aplikasi petunjuk modul di instruksional lain adalah kepercayaan
simulator memudahkan mahasiswa diri mahasiswa untuk melakukan
belajar (Joyce, Weil dan Calhoun, troubleshooting ril dan sangat
2011, hlm. 439). kompleks yang beresiko terhadap.
Teridentifikasi dampak instruksional

242
Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting pada …......... (Wira Gauthama)

lain yaitu mahasiswa untuk lebih siap dan praktik melakukan simulasi
belajar “self-study” karena modul secara hati – hati, cermat dan
memiliki karakteristik “self- responsif.
instructional” sejak tahap awal sampai b. Mengembangkan langkah –
akhir pembelajaran. langkah Implementasi dalam
Pembelajaran menjadi kegiatan:
Kesimpulan (1) pendahuluan berupa
1. Kondisi awal pembelajaran persiapandan pengukuran
troubleshooting di Program Studi kemampuan awal, (2) kegiatan
Teknik Pesawat Udara inti 1 pendalaman konsep, (3)
memperlihatkan rendahnya interaksi kegiatan inti 2 simulasi dan
mahasiswa dengan modul, praktik troubleshooting, dan (3)
ketergantungan pada dosen dan kegiatan penutup yaitu penilaian
tingkat kesulitan tinggi dalam akhir. Peran utama dosen sebagai
langkah pembelajaran, penguasaan observer keselamatan kegiatan,
konsep masih rendah, kemajuan menjelaskan dan menguji.
belajar tidak terukur dan minimnya c. Mengembangkan evaluasi
pemanfaatan kapasitas simulator, mendiagnosis kelemahan modul
teridentifikasi disebabkan oleh fault-free performance yang
modul tidak lengkap dan rumit, tidak dilakukan : (1) tahap awal oleh
adanya penilaian kemajuan belajar ahli modul dan ahli materi, (2)
kegagalan menggali secara optimal tahap uji coba melalui pos
kapabilitas simulator. Hal tersebut asesmen untuk penyempurnaan
mengindikasikan perlunya konten, (3) implementasi
pengembangan modul baru. pembelajaran bentuk pre-asesmen
2. Tahap pengembangan modul (entry test), tes mandiri dan pos
pembelajaran troubleshooting baru asesmen mengukur pencapaian
yang dapat meningkatkan fault-free terminal objective.
performance : 3. Dampak pengembangan modul
a. Mendesain modul dengan : (1) terhadap fault-free performance
perencanaan tujuan, penggunaan memperlihatkan peningkatan hasil
waktu, dan deskripsi komponen, belajar secara umum berdasarkan
(2) penyusunan draft modul analisis uji coba terhadap sub – sub
berdasarkan Garis Besar Langkah kompetensi tercermin dari hasil
Pengembangan Modul observasi dengan peningkatan
Troubleshooting, (3) penilaian tingkat kecermatan, kehati-hatian,
draft oleh ahli modul dan materi, respon terhadap umpan balik dan
(4) pengembangan modul melalui pengelolaan waktu bekerja,
uji coba dan penyempurnaan.
Rumusan modul memiliki konten
sekuensial aktifitas belajar
troubleshooting diawali
pendalaman konsep, simulasi

243
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

Daftar Pustaka Dick, Walter dan Carey, Lou (1978).


The Systematic Design of
Alm, Torbjorn (2007). Simulator-Based Instruction, USA : Scott,
Design, Methodology and Vehicle Foresman and Company
Display Applications, Sweden : Dick, Walter ; Carey, Lou ; Carey,
Linkoping University James O. (2009). The Systematic
Billet, Stephen (2010). Learning Design of Instruction Seventh
Through Practice, Models, Edition, USA : Pearson Education
Traditions, Orientation and Direktorat Kelaikan Udara dan
Approaches, New York : Springer Pengoperasian Pesawat Udara
Brady, Laurie (1990). Curriculum Kementerian Perhubungan RI
Development, Third Edition. New (1998. Advisory Circular No. 65-
York : Prentice – Hall 2, Jakarta
Bratten, Jack E. (1969). A System Djohar, As’ari (2007). Pendidikan
Approach to The Improvement of Kejuruan : Bab XLVIII dari buku
Instruction, (Media and Methods ; Rujukan Filsafat, Teori dan
Instructional Technology In Fraksis Ilmu Pendidikan,
Higher Education, Ed. Unwin, Bandung : UPI Press
Derick), London : McGraw-Hill Finch, Curtis R., Crunkilton, John R.
Cacciabue, P. Carlo, Mauri C, Owen D (1979). Curriculum Development
(2003). The Development of in Vocational and Technical
Model and Simulation of an Education, Planning, Content, and
Aviation Maintenance Task Implementation, Boston
Performance. Journal of Massachusetts USA : Allyn And
Cognition, Technology and Work. Bacon
(2003) 5: 229–247 DOI Gagne, Robert M. (1985), The
10.1007/s10111-003-0133-z Condition of Learning and Theory
Campbell, R.D., Bagshaw, M. (2002). of Instruction, New York : Holt,
Human Performance and Rinehart and Winston
Limitation in Aviation, Third Gerlach, Vernon dan Ely, Donald P.
Edition, UK : Blackwell Science (1980). Teaching and Media, A
Cartwright, Robert (2003). Training and Systemic Approach. New Jersey,
Development Express, UK : USA : Prentice – Hall
Capstone Publishing Gross, John M. (2002). Fundamentals of
Danim, Sudarwan (2010). Pedagogi, Preventive Maintenance, New
Andragogi, dan Heutagogi, York, USA : American
Bandung : Penerbit Alfabeta Management Association
Dhillon, B. S. (2009). Human Hodges, Tony K. (2002). Linking
Reliability, Error, and Human Learning and Performance, A
Factors in Engineering Practical Guide To Measuring
Maintenance : With Reference to Learning and On the Job
Aviation and Power Generation, Application, Oxford UK :
USA : Taylor and Francis Group Butterwort Heinemann

244
Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting pada …......... (Wira Gauthama)

International Civil Aviation Oliva, Peter F. (1992). Developing the


Organization, (2001). Annex 1 Curriculum, New York : Harper
Personnel Licencing Ninth and Publisher
Edition, ICAO Print, Murray (1993). Curriculum
Joyce, Bruce, Weil, Marsha dan Development and Design, NSW
Calhoun, Emily (2011). Models of Australia : Allen & Unwin
Teaching ; Model – Model Pusat Pengembangan Sumber Daya
Pembelajaran (Edisi kedelapan , Manusia Perhubungan Udara
versi Bahasa Indonesia), (PPSDMPU) (2013). Kurikulum
Yogyakarta : Penerbit Pustaka Program Studi Teknik Pesawat
Pelajar Udara 2013, Curug, Tangerang :
Kamil, Mustofa (2007). Teori PPSDMPU
Andragogi, Bab 11 dari Buku Reiser, Robert A, and Dempsey, John
Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, V. (2002). Trends and Issues in
Editor Ali, dkk, Bandung : Instructional Design and
Pedagogiana Press Technology, USA : Merill
Kinnison, Harry A. (2004). Aviation Prentice Hall
Maintenance Management, New Rusman, (2012). Belajar dan
York USA : McGraw-Hill Pembelajaran Berbasis Komputer,
Kroes, Michael J., Watkins, William A., Bandung : Penerbit Alfabeta
Delp, Frank (1993). Aircraft Sanjaya, Wina (2011a). Kurikulum dan
Maintenance and Repair, Sixth Pembelajaran, Teori dan Praktik
Edition, New York : Pengembangan Kurikulum
Macmillan/McGraw-Hill Tingkat Satuan Pendidikan,
Lateef, Fatimah (2010). Simulation – Jakarta : Kencana Prenada Media
Based Learning : Just like the real Grup
thing. Journal of Emergencies, ______________ (2011b). Perencanaan
Trauma and Shock. DOI: dan Desain Sistem Pembelajaran,
10.4103/0974-2700.70743 Jakarta : Kencana Prenada Media
Mansfield, B (2005). Chapter 3 Grup
Competence and Standar of _______________(2012). Sistem
Competenced Based Education Komunikasi Pembelajaran.
and Training Book Edited by John Jakarta : Kencana Prenada Media
W. Burke, UK : Falmer Press Grup
Miarso, Yusufhadi (2009). Menyemai Seel, Norbert M. dan Djikstra, Sanne
Benih Teknologi Pendidikan, (2008). Curriculum, Plans and
Jakarta : Kencana Prenada Media Process in Instructional Design,
Grup Mahwah, New Jersey USA: ,
Miller, John P., Seller, Wayne (1985). Lawrence Erlbaum Associates,
Curriculum Perspectives and Publisher.
Practices, New York : Longman Seller, John P dan Miller, Wayne
(1985). Curriculum Perspective
and Practice. USA : Longman

245
Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru Vol. 13 No.1 Februari 2020 Hal 1 : 282

Smaldino, Sharon E., Lowther, Deborah U.S. Department of Transportation


L., Russel, James D (2012). (2003). Aviation Mechanic
Instructional Technology and Airframe Practical Test Standard,
Media For Learning (versi Bahasa FAA-S-8081-27 w/ Changes 1, 2,
Indonesia : Teknologi & 3, Washington, D.C. 20591 :
Pembelajaran dan Media untuk Flight Standard Service
Belajar), Jakarta : Kencana US Department of Transportation
Prenada Media Grup. (2005). Certification and
Subini, Nini et al. (2012). Psikologi Operation of Aviation
Pembelajaran, Yogyakarta : Maintenance Technician Schools,
Mentari Pustaka AC 147-3A, Washington USA :
Sukmadinata, Nana S. (2011). FAA Flight Standar Service
Pengembangan Kurikulum Teori Vembriarto, ST. (1975). Pengantar
dan Praktik, Bandung : PT. Pengajaran Modul, Yogyakarta :
Remaja Rosda Karya Yayasan Pendidikan Paramita
__________________. (2012). Metode Warsita, Bambang (2008). Teknologi
Penelitian Pendidikan, Bandung : Pembelajaran, Landasan dan
PT. Remaja Rosda Karya Aplikasinya, Jakarta : PT. Rineka
Sukmadinata, Nana S. dan Syaodih, Cipta
Erliana (2012). Kurikulum dan
Pembelajaran Kompetensi,
Bandung : PT. Refika Aditama
Suprijanto, H. (2008). Pendidikan
Orang Dewasa, Dari Teori hingga
Aplikasi, Edisi ke-2, Jakarta : PT.
Bumi Aksara
Sutarmadji, Bambang (2012). Menuju
“ASEAN Single Aviation Market
2015” dalam Bidang
Pemeliharaan Pesawat Udara.
Makalah Diskusi Ilmiah Program
Studi Teknik Pesawat Udara STPI
Curug 9 Desember 2012.
Taba, Hilda (1962). Curriculum
Development Theory and
Practice, USA : Harcourt, Brace
& World, Inc
US Department of Transportation
(2003). Aviation Mechanic
Powerplant Practical Test
Standard, FAA-S-8081-28 w/
Changes 1 & 2, Washington USA
: FAA Flight Standar Service

246

Anda mungkin juga menyukai