Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN LANJUTAN

TUGAS RESUME PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


MODEL ADDIE

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Usmeldi, M.Pd


Dr. Ir. Arwizet. K, ST, MT

Oleh:

Yudha Aditya Fiandra


NIM. 21193022

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
ADDIE merupakan singkatan dari Analysis, Design, Development or
Production, Implementation or Delivery and Evaluations. Menurut langkah-langkah
pengembangan produk, model penelitian dan pengembangan ini lebih rasional dan
lebih lengkap daripada model 4D.
Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk
pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, media dan bahan ajar. Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and
Carry (1996) untuk merancang sistem pembelajaran.
Model ADDIE didesain untuk memungkinkan proses instruksional
berulang, hal ini karena adanya evaluasi formatif pada model ini. Evaluasi
formatif dari setiap fase dapat mengarah kembali ke fase sebelumnya, sehingga
produk akhir dari satu fase merupakan produk awal dari fase berikutnya. Adapun
bagian dari alur penggunaan model ADDIE sebagai berikut.

Gambar 1. Model Pengembangan ADDIE (McGriff, 2000)

Proses dimulai dari tahap Analysis. Setelah itu akan dilaksanakan evaluasi
formatif yang merupakan eveluasi yang dilaksanakan saat mengerjakan
instruksional di setiap fase pada model ADDIE. Jika hasil evaluasi telah sesuai,
barulah bisa masuk ke tahap berikutnya, jika tidak akan tetap pada tahap tersebut.
Hal ini dilaksanakan hingga semua tahap dilewati dan masuk pada evaluasi
terakhir yaitu evaluasi sumatif. pembahasan tentang bagian-bagian dari model
ADDIE ini sebagai berikut.
A. Tahap Analisis (Analysis)

Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya


pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan
dan syarat-syarat pengembangan model/metode pembelajaran baru.
Pengembangan metode pembelajaran baru diawali oleh adanya masalah
dalam model/metode pembelajaran yang sudah diterapkan. Masalah dapat
terjadi karena model/metode yang ada sekarang tidak relevan lagi dengan
kebutuhan, lingkungan, teknologi atau karakteristik peserta didik.
Proses analisis misalnya dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan berikut ini: (1) apakah model/metode baru mampu mengatasi
masalah pembelajaran yang dihadapi, (2) apakah model/metode baru
mendapat dukungan fasilitas untuk diterapkan; (3) apakah dosen atau guru
mampu menerapkan model/metode pembelajaran baru tersebut Dalam
analisis ini, jangan sampai terjadi ada rancangan model/metode yang bagus
tetapi tidak dapat diterapkan karena beberapa keterbatasan misalnya saja tidak
ada alat atau guru tidak mampu untuk melaksanakannya. Analisis metode
pembelajaran baru perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan apabila
metode pembelajaran tersebut diterapkan.
Sebagai contoh pada penelitian (Shih-Jou et al., 2021) dengan judul
“Developing an intelligent virtual reality interactive system based on the
ADDIE model for learning pour-over coffee brewing”. Hasil pengetahuan
sebelumnya tentang pembuatan kopi tuang, didapat dari sebaran angket.
Berikut hasil angket peserta tentang pembuatan kopi tuang: (1) Sebisa
mungkin menghemat waktu, (2) Menyenangkan, (3) Ingin mempelajari
langkah-langkah menyeduh kopi tuang dan caranya mengoperasikan sistem
VR melalui aktivitas ini, (4) Peserta didik ingin memperoleh pengalaman
operasi yang realistis tanpa menggunakan peralatan nyata, (5) Belajar sambil
melakukan agar mudah dipelajari, (6) Ingin langkah-langkah instruksional
menyeduh kopi tuang, (7) Antarmuka pengguna harus lebih nyata, (8) Ingin
mengalami situasinya secara langsung, (9) Antarmuka pengguna harus
menyenangkan mata.
Setelah semua masukan dan saran dari peserta didik dikumpulkan,
dapat disimpulkan bahwa peserta didik menginginkan sistem interaktif VR
yang cerdas, yang mudah digunakan dan dapat beroperasi dan terlihat seperti
dunia nyata dalam antarmuka pengguna, memberikan ilustrasi atau kata-kata
untuk menjelaskan setiap langkah, memungkinkan pengguna untuk berlatih
menggunakan HMD VR, memantau kesalahan, dan memungkinkan pengguna
untuk bersenang-senang, tidak menghabiskan terlalu banyak waktu dan
belajar sambil melakukan.

B. Tahap Desain (Design)


Dalam perancangan model/metode pembelajaran, tahap desain memiliki
kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini
merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar,
merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat
pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar.
Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual
dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya.
Sebagai contoh tahap desain dalam penelitian yang sama oleh (Shih-Jou
et al., 2021), Tahap desain disusun dan dirancang menggunakan pohon
keputusan untuk mempermudah penggambaran kebutuhan (gambar 2) dan
juga dibuatkan langkah-langkah manualnya agar memudahkan dalam
perancangan model VR nantinya (gambar 3).
Gambar 2. Model Desain dengan Pohon Keputusan

Gambar 3. Model Desain Realitas

C. Tahap Pengembangan (Development)


Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan
produk. Dalam tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan
model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka
yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap
diimplementasikan. Sebagai contoh dalam penelitian yang sama, maka tahap
pengembangan model VR pembuatan kopi tuang sebagai berikut.
Gambar 4. Pengembangan (Realisasi rancangan)

Terlihat pada gambar diatas bahwa desain sebelumnya dilakukan


pengembangan atau realisasi rancangan skala kecil. Percobaan sistem ini
dibagi menjadi enam langkah (seperti yang ditunjukkan pada gambar di
bawah).

Gambar 5. Langkah dalam Pengembangan VR

D. Tahap Implementasi (Implementation)


Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah
dikembangkan pada situasi yang nyata. Selama implementasi, rancangan
model/metode yang telah dikembangkan diterapkan pada kondisi yang
sebenarnya. Materi disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang
dikembangkan. Setelah penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal
untuk memberi umpan balik pada penerapan model/metode berikutnya.
Sebagai contoh, pada tahap implementasi dalam penelitian diatas,
peneliti merekrut 103 peserta untuk mengevaluasi sistem interaktif VR
cerdas. Para peserta diminta untuk menyelesaikan pelajaran menyeduh kopi
tuang dalam sistem interaktif VR yang cerdas. Pelajaran berlangsung sekitar
35 menit. Setelah pelajaran, para peserta menyelesaikan tes dan kuisioner
terbuka sekitar 10 menit.

Gambar 6. Skema Implementasi Produk VR

E. Tahap Evaluasi (Evaluation)


Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan
sumatif. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak
pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau
kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.
Sebagai contoh dalam penelitian yang sama. Peneliti menggunakan
perangkat lunak SPSS untuk melakukan analisis uji-t berpasangan. Menurut
hasil dari Uji-t berpasangan menunjukkan bahwa prestasi belajar mencapai
peningkatan yang signifikan tingkat perbedaan (t = 10,38, p < .001). Artinya
peserta didik yang menggunakan sistem interaktif VR yang cerdas dapat
meningkatkan pengetahuan mereka tentang pembuatan kopi tuang.
DAFTAR BACAAN

McGriff, S. J. (2000). Instructional System Design (ISD): Using the ADDIE


Model Instructional.
Yu, S. J., Hsueh, Y. L., Sun, J. C. Y., & Liu, H. Z. (2021). Developing an
intelligent virtual reality interactive system based on the ADDIE model for
learning pour-over coffee brewing. Computers and Education: Artificial
Intelligence, 2, 100030.

Anda mungkin juga menyukai