Anda di halaman 1dari 5

BAB III

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Pendekatan dan Metode Pengembangan


Penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini, merupakan
jenis penelitian dan pengembangan atau dapat disebut dengan Research
and Development (R&D). Menurut Fitri dan Haryanti (2020), R&D
diartikan sebagai penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan
produk yang baru atau melengkapi dan menyempurnakan produk yang
sudah ada sebelumnya secara bertanggung jawab. Penelitian ini digunakan
sebagai usaha mencari jalan keluar atas suatu kebutuhan atau
permasalahan dengan bentuk membuat produk tertentu. Mengemukakan
istilah produk ini bisa diartikan sebagai perangkat keras atau hardware
serta perangkat lunak atau software, seperti model pembelajarn yang
interaktif, model secara bimbingan dan lain sebagainya. Produk penelitian
serta pengembangan dalam bidang pendidikan dapat berbentuk model
pembelajaran, media dalam mengajar, peralatan untuk mengajar, buku atau
modul yang disebut bahan ajar, alat evaluasi pendidik, dan perangkat
pembelajaran seperti kurikulum dan kebijakan sekolah.
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan pada bidang
pendidikan (educational research and development) yang bermaksud untuk
mengembangkan perangkat lunak atau soft ware berupa media berbentuk
video pembelajaran yang berbasis pada aplikasi MS power point pada
pembelajaran tematikm kelas 5 Sekolah Dasar. Melalui penelitian
pengembangan, peneliti berusaha mengembangkan suatu produk baru
yang efektif dan efisien untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui proses pengembangan.
Menurut Endang (2013) untuk merancang sistem pembelajaran
banyak model pada penelitian pengembangan yang bisa digunakan, salah
satu diantaranya adalah model pengembangan ADDIE yang
dikembangkan oleh Dick and Carry (1996). Awal mulanya model
pengembangan metode ADDIE diadopsi dari konsep model desain pada
pembelajaran dan teori yang dipakai oleh angkatan darat AS ketika 1950.
Kemudian dikembangkan lagi oleh Florida State University di tahun 1975
di bidang Educational Technologi. Pada pertengahan tahun 1980-an, para
praktisi pendidikan menyesuaikan lagi model ini agar diterapkan dalam
dunia pendidikan agar lebih praktis serta dinamis. Sehingga, ADDIE
diterpakan dalam pendidikan dan berbagai produk lainnya termasuk
strategi pembelajaran, metode dalam pembelajaran maupun bahan ajar.
Para praktisi pendidikan mengembangkan model ADDIE untuk
mengembangkan perangkat dan infrastruktur program pelatihan atau
pembelajaran yang efektif, dinamis, serta menyokong proses
pembelajaran.
Konsep model ADDIE menerapkan pengembangan kinerja dasar
untuk pembelajaran, yaitu mengembangkan desain produk pembelajaran.
ADDIE adalah desain pendidikan yang berfokus pada pembelajaran
individu, memiliki tahapan langsung dan jangka panjang, sistematis, dan
menggunakan pendekatan sistematis untuk pengetahuan dan pembelajaran
manusia. Desain instruksional ADDIE yang efektif berfokus pada kinerja
tugas nyata, pengetahuan kompleks, dan masalah dunia nyata. Model
pembelajaran ADDIE didasarkan pada pendekatan sistem yang efektif dan
efisien.

Analyz
revisi revisi

Implementation Evaluation Design

revisi
Development
revisi
Berdasarkan skema desain pembelajaran model ADDIE tersebut, karena
penulis memergunakan ADDIE, maka tahapannya harus sesuai dengan prosedur
pertama dari analisis, desain, pengembangan , implementasi serta tahap
terakhirnya evaluasi. Ini merupakan gambaran umum sebagai model sistem desain
generik. Selanjutnya ADDIE memberikan framework sebagai gambaran untuk
memberikan proses pembelajaran mulai dari tahap analisis sampai evaluasi.
Ternyata, jika melihat berbagai literatur yang menjelaskan tentang ADDIE,
memiliki sub tahapan dalam setiap aktivitas yang bervarasi sesuai dengan
kebutuhan.

Berdasarkan skema desain pembelajaran model ADDIE, tahapan-tahapan


tersebut harus sesuai dengan langkah awal sampai tahapan akhir yaitu analisis,
desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi sebagaimana penulis
menggunakan ADDIE. Ini adalah gambaran umum sebagai model sistem desain
umum. Selain itu, ADDIE menyediakan kerangka kerja teladan untuk
menyediakan proses pembelajaran dari tahap analisis hingga evaluasi. Jika Anda
melihat berbagai literatur yang menjelaskan ADDIE, Anda akan menemukan
bahwa setiap aktivitas memiliki sublevel yang berbeda. ADDIE memiliki sub
tahapan dalam setiap aktivitas yang bervarasi sesuai dengan kebutuhan yaitu :

1. Analisis (Analysis)

Tahap analisis menjadi tahap peneliti menganalisis media pembelajaran


berupa video serta menganalisis pengembangan. Tahap analisis memiliki 2
tahapan yaitu menganalisis kebutuhan dan menganalisis kurikulum. Adapun
rangkuman tahap menganalisis yaitu :

a. Menganalisis Kebutuhan

Menganalisis suatu kebutuhan dapat dilaksanakan dengan cara


menganalisis keadaan media pembelajaran sebagai informasi yang utama untuk
pembelajaran serta kesiapan materi untuk mendukung implementasi untuk proses
dalam pembelajaran. Pada tahap ini, media pembelajaran disiapkan untuk
membantu peserta didik dalam proses pembelajaran.

b. Menganalisis Kurikulum

Dalam menganalisis kurikulum diperlukan pengetahuan mengenai


kurikulum yang sedang digunakan di sekolah dan tepatnya di kelas yang ingin
diteliti. Hal tersebut bertujuan agar peneliti dapat meninjau KD apa yang tepat
untuk merumuskan indikator pencapaian dalam pembelajaran.

2. Desain (Design)

Kemudian dari metode ADDIE tahap kedua berupa tahap mengkonsepkan atau
desain. Pada tahap kedua ini, video pembelajaran dirancang berdasarkan analisis
sebelumnya. Tahap desain ini juga dibutuhkan dalam mengidentifikasi
komponen-komponen yang dibutuhkan dalam video pembelajaran. Peneliti juga
mengumpulkan bahan referensi untuk mengembangkan media dari video
pembelajaran.

3. Pengembangan (Development)

Pada tahap ini pengembangan video pembelajaran harus disesuaikan dengan


konsep yang telah di rancang. Selanjutnya video pembelajaran divalidasi oleh
dosen dan guru pendamping. Selama validasi, validator melaksanakan penilaian
seperti kejelasan pesan, Representasi Isi, User Friendly, Stand Alone, Visualisasi
dengan media yang telah dibuat. Selain itu validator juga memberikan saran dan
komentar mengenai video pembelajaran yang telah dibuat, lalu peneliti merevisi
ulang pekerjaannya. Setelah direvisi dan sudah di validasi oleh validator maka
video pembelajaran dikatakan layak untuk proses pembelajaran.

4. Implementasi (Implementation)

Ditahap implementasi ini dapat dilaksanakan Ketika video pembelajaran sudah


dinyatakan layak. Video pembelajaran diberikan kepada sekolah yang diteliti
yaitu SDN 28 Pontianak Kota. Ketika video pembelajaran diberikan kepada
peserta didik peneliti akan mengetahui pentingnya dan kegunaan video
pembelajaran yang menarik.

5. Evaluasi (Evaluation)

Tahap terakhir adalah evaluasi. Pada tahap ini peneliti melakukan revisi akhir
terhadap video pembelajaran yang telah dikembangkannya yang berdasarkan
pendapat dari tanggapan kuesioner. Jadi video pembelajaran yang dipakai
diharapkan sangat membantu peserta didik dalam memahami serta dapat menarik
perhatian peserta didik untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kualitas
Pendidikan dan video pembelajaran yang telah dibuat dan dikembangkan dapat
diperluas kembali.

Anda mungkin juga menyukai