Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN LANJUTAN

TUGAS RESUME PENELITIAN ASOSIATIF

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Usmeldi, M.Pd


Dr. Fahmi Rizal, M.Pd., MT
Dr. Ir. Arwizet. K, ST, MT

Oleh:

Yudha Aditya Fiandra


NIM. 21193022

PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah penelitian (research background) adalah bagian
pertama dan sangat penting dalam menyusun tulisan ilmiah. Latar belakang
masalah penelitian menjelaskan secara lengkap topik penelitian, masalah
penelitian dan mengapa melakukan penelitian (Berndtsson et al., 2007).
Menurut (Sugiyono, 1999:302), dalam latar belakang ini peneliti harus
melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Latar
belakang masalah penelitian berisi informasi tentang suatu masalah agar
ditindaklanjuti lewat penelitian (Husein Umar, 2001:238).
Bagian latar belakang masalah menjelaskan mengapa suatu penelitian
dilaksanakan. Fakta dan data yang mendukung harus dicantumkan
(Dermawan Wibisono, 2000:304). Dengan menuliskan latar belakang yang
kuat, karya tulis ilmiah akan lebih kompeten dan tidak mudah terbantahkan.
Membuat sebuah latar belakang sebenarnya hanya ada dua kata kunci
umum yaitu ada masalah dan dicarikan solusi. Hal yang membuat banyak dan
panjang latar belakang adalah data-data pendukungnya, mulai dari landasan
yuridis, landasan empiris, landasan teoritis, dan penelitian terdahulu.
Dalam menguraikan permasalahan dimulai dari deskripsi umum ke
khusus seperti piramida terbalik, kemudian jelaskan variabel-variabel yang
akan diteliti berdasarkan hasil penelitian terdahulu.

Gambar 1. Piramida Terbalik Penelitian


Berikut adalah langkah-langkah pembuatan latar belakang penelitian
asosiatif:
1. Tentukan tema, topik, dan judul makalah
2. Buat kerangka pemikiran dengan menentukan ide pokok atau gagasan
pokok untuk setiap paragrafnya
3. Letakkan gagasan pokok mengenai judul makalah di paragraf paling akhir.
Contoh penelitian asosiatif dan cara menyusun latar belakangnya. Jika
judul penelitiannya adalah “Hubungan Antara Minat Baca dan Prestasi Belajar
Anak Indonesia”. Maka bisa disusun latar belakang dengan kerangka sebagai
berikut:
1. Pendidikan di Indonesia
2. Tingkat Literasi di Indonesia
3. Minat Baca Anak
4. Ukuran Prestasi belajar
5. Hubungan Antara Minat Baca dengan Prestasi Belajar
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan
tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang dimaksud
adalah hubungan simetris, kausal, dan timbal balik (interaktif).
1. Hubungan Simetris
Merupakan hubungan antara dua variabel yang kedudukannya
sejajar atau tidak memiliki hubungan sebab akibat.
Contoh:
a. Adakah hubungan antara kemampuan di bidang atletik dengan
kemampuan di bidang matematika?
b. Adakah hubungan antara tingkat penjualan payung dengan jumlah
pengemudi di Indonesia?
2. Hubungan Kausal
Hubungan kausal kebalikan dari hubungan simetris, hubungan
kausal merupakan hubungan yang menunjukkan sebab akibat.
Contoh:
a. Adakah pengaruh hukum yang berlaku dengan tingkat kriminalitas?
b. Adakah pengaruh antara cuaca dengan jumlah penjualan payung di
Indonesia?
3. Hubungan Timbal Balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan yang sifatnya saling
memengaruhi.
Contoh:
a. Adakah hubungan antara motivasi dengan prestasi?
(Motivasi bisa mempengaruhi prestasi dan prestasi juga bisa
memengaruhi motivasi)
b. Bagaimana pengaruh gaji terhadap kinerja karyawan PT XYZ?
(Gaji bisa memengaruhi kinerja karyawan dan sebaliknya, kinerja
karyawan juga bisa memengaruhi gaji).
C. Tujuan Penelitian
Menurut (Locke, 2009) tujuan penelitian adalah untuk menunjukkan
serangkaian pertanyaan “Mengapa ingin melakukan riset dan apa yang ingin
didapatkan”. Umumnya penelitian asosiatif bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih, mencari peranan, pengaruh, dan
hubungan yang bersifat sebab-akibat, yaitu antara variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent).
D. Kerangka Konseptual
Menurut Sugiyono (2017:60), kerangka berpikir adalah model
konseptual teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi. Berikut ini contoh kerangka berpikir untuk penelitian yang
berjudul “Pengaruh Hubungan Disiplin dan Integritas pekerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan “
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat
disimpulkan terdapat pengaruh dan hubungan antara variabel bebas disiplin
karyawan (X1) dan Integritas karyawan (X2) dengan variabel terikat
produktivitas kerja karyawan (Y), maka disusunlah kerangka pemikiran
sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.
1. Terdapat pengaruh antara Disiplin Karyawan dan Produktivitas Kerja
Karyawan
2. Terdapat pengaruh antara Integritas Karyawan dan Produktivitas Kerja
Karyawan.
3. Terdapat pengaruh secara bersama antara Disiplin dan Integritas
Karyawan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan.

Gambar 2. Contoh Kerangka Konspetual Asosoatif Tiga Variabel


Contoh lainnya dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan,
Motivasi, Kondisi Kerja dan Disiplin Terhadap Kinerja Pegawai di Kantor
Sekretariat DPRD Kota Sorong”:

Gambar 2. Contoh Kerangka Konspetual Asosiatif Lima Variabel


E. Hipotesis
Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137),
hipotesis adalah pernyataan sementara masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu
rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis dapat juga dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
yang empirik. (Sugiyono, 2009).
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antaraa dua variabel atau lebih. Contoh:
1. Jika rumusan masalah asosiatif sebagai berikut:
“Adakah hubungan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang
terjual”
2. Maka, Hipotesis Penelitiannya adalah:
“Terdapat hungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan
pelayan toko dengan barang yang terjual”
3. Hipotesis Statistiknya adalah:

HO=𝜌= 0 (berarti tidak ada hubungan)

Ha=𝜌 ≠ 0 (berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti ada hubungan)
𝜌 = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan

F. Desain Penelitian
Desain penelitian mengacu pada rumusan masalah. Desain penelitian
adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa agar
peneliti dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitian (Kerlinger,
2006). Sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumusan masalah asosiatif terdapat
tiga jenis hubungan, simetris, kausal dan timbal balik.
Contoh penelitian asosiatif untuk menganalisis pengaruh disiplin kerja
dan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Maka, penelitian ini akan
bersifat penelitian asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih (Umar, 2005). Penelitian
ini menjelaskan hubungan memengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Menggunakan pendekatan kuantitatif karena data
yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dinyatakan
dengan angka atau skala numerik (Kuncoro, 2003).
G. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen dalam
penelitian memiliki bentuk dan jenis ragamnya. Pemilihannya tergantung
dengan jenis penelitian. Jenis instrument penelitian:
1. Tes
Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan, latihan, lembar kerja yang
memiliki tujuan sebagai alat ukur keterampilan, intelegensi, kemampuan
hingga bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang menjadi
subjek penelitian. Contohnya seperti tes kepribadian, tes minat bakat, tes
potensi akademik, tes pencapaian.
2. Angket atau Kuesioner
Kuesioner atau angket merupakan alat pengumpul data melalui
sejumlah pertanyaan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari
individu atau kelompok tertentu. Responden diharuskan mengisi
pertanyaan-pertanyaan dalam angket atau kuesioner yang nantinya akan
digunakan sebagai laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
Terdapat beberapa alasan mengapa angket atau kuesioner digunakan
dalam pengumpulan data penelitian yaitu:
a. Mengukur variabel yang bersifat faktual
b. Memperoleh informasi yang relevan
c. Memperoleh informasi dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi.
3. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan kegiatan tanya-jawab antara
dua orang untuk mendapatkan informasi mengenai topik tertentu.
Wawancara digunakan untuk menilai keadaan seseorang yang biasanya
tidak terjawab apabila hanya melalui angket. Wawancara memungkinkan
informasi yang didapat lebih mendalam (in-depth interview).
Pada jenis instrumen pengumpulan data ini mengharuskan menyusun
lebih dulu panduan wawancara agar nantinya wawancara tidak melebar
dan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan penelitian.
4. Observasi
Dalam istilah penelitian observasi diartikan sebagai kegiatan
pengamatan secara langsung menggunakan seluruh panca indra. Observasi
dapat dilakukan melalui tes, kuesioner, ragam gambar hingga rekam suara.
Dalam melakukan observasi terdapat pedoman atau panduan yang biasa
disebut lembar observasi yang berisi daftar jenis kegiatan pengamatan.
5. Skala Bertingkat (Rating)
Instrumen ini memudahkan peneliti untuk memberikan gambaran
yang kemudian dapat menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat
tertentu. Instrumen memperoleh gambaran kuantitatif dari suatu barang
dalam bentuk skala yang sifatnya ordinal seperti sangat baik, baik, sedang,
tidak baik dan sangat tidak baik.
6. Dokumentasi Intrumen Penelitian
Dokumentasi merujuk pada barang-barang tertulis. Instrumen ini
memungkinkan peneliti memperoleh data melalui penelitian terhadap
benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, catatan harian, video dan lain
sebagainya. Oleh karenanya biasanya digunakan dalam penelitian seperti
bukti-bukti sejarah, landasan hukum suatu peraturan, dan lain sebagainya.
7. Forum Group Discussion (FGD)
FGD bisa disebut juga dengan diskusi kelompok terarah. Instrumen
ini mengacu pada suatu proses di mana peneliti dapat melakukan
pengumpulan data melalui beberapa kelompok di waktu yang bersamaan.
Keuntungan penggunaan metode ini adalah tingginya kredibilitas dan
orisinalitas pada penelitian. Meskipun begitu terdapat beberapa tantangan
seperti terlalu memakan biaya, waktu serta tenaga.
8. Eksperimen
Instrumen pengumpulan data dengan eksperimen sering digunakan
dalam penelitian sains murni dan terapan. Dengan instrumen ini peneliti
melakukan beberapa percobaan dalam laboratorium dan melakukan uji
coba terhadap beberapa reaksi yang terjadi pada objek penelitian.
Contoh penggunaan instrument penelitian yang disesuaikan dengan
variabel penelitian:

Gambar 3. Contoh Penelitian Asosiatif Terkait Instrumen Penelitian


Dari penelitian diatas dapat digunakan instrumen penelitian pada
variabel motivasi belajar matematika dengan angket motivasi belajar
siswa dan kemampuan numerik siswa dengan tes kemampuan numerik.

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data digunakan untuk mengolah data menjadi informasi
yang berguna untuk menjawab permasalahan penelitian, sekaligus solusi dari
permasalahan penelitian. Teknik analisis data disesuaikan dengan desain
penelitian yang dipilih.
Jika contoh penelitian asosiatif seperti gambar di bawah ini, maka teknik
analisis data dalam penelitiannya adalah:

Gambar 4. Contoh Pen. Asosiatif Lima Variabel Terkait Analisis Data


Untuk penelitian asosiatif di atas, analisis yang digunakan biasanya
adalah regresi linier berganda, termasuk didalamnya koefisien korelasi
berganda, koefisien determinasi berganda serta uji t dan uji F.

1. Uji Validitas dan Uji Realibilitas


Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuisioner. Dalam penelitian biasanya adalah uji validitas item, yaitu
pengujian validitas terhadap item-item pengukurannya, dengan
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir (Sugiyono, 2010:124). Validitas menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur dapat mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa teknik atau rumus uji validitas yang dapat digunakan.
Teknik pertama dan populer yang digunakan adalah teknik Korelasi
product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product
moment ada dua :
a. Korelasi Product moment dengan Simpangan

b. Korelasi Product moment dengan angka kasar

Contoh olah hasil validitas:


Tabel 1. Contoh Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel Item (r) (Sig) Keterangan
X1.1 0,547 0.000 Valid
X1.2 0,700 0.000 Valid
Kepemimpinan
X1.3 0,762 0.000 Valid
(X1)
X1.4 0,846 0.000 Valid
X1.5 0,690 0.000 Valid
X2.1 0,666 0.000 Valid
X2.2 0,690 0.000 Valid
Motivasi
X2.3 0,453 0.000 Valid
(X2)
X2.4 0,762 0.000 Valid
X2.5 0,668 0.000 Valid
Kondisi Kerja X3.1 0,509 0.000 Valid
(X3) X3.2 0,668 0.000 Valid
X3.3 0,703 0.000 Valid
X3.4 0,757 0.000 Valid
X3.5 0,794 0.000 Valid
X4.1 0,743 0.000 Valid
X4.2 0,857 0.000 Valid
Disiplin Kerja
X4.3 0,770 0.010 Valid
(X4)
X4.4 0,801 0.000 Valid
X4.5 0,792 0.000 Valid
Y1 0,703 0.000 Valid
Y2 0,556 0.000 Valid
Kinerja Pegawai
Y3 0,709 0.020 Valid
(Y)
Y4 0,627 0.000 Valid
Y5 0,681 0.000 Valid
Dasar pengambilan keputusannya adalah:
a. Jika nilai signifikansi < alpha (0,05) maka dinyatakan valid.
b. Jika nilai signifikansi > alpha (0,05) maka dinyatakan tidak valid
Uji Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Untuk menguji
tingkat reliabilitas instrumen dilakukan melalui Uji Internal Concistency
dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas (Alpha Cronbach). Nilai
Koefisien Cronbach Alpha dikatakan baik bila koefisien bernilai 0,6
sampai 1,0 (Umar, 2002:113). Adapun rumusnya yaitu:
dan realibilitas:

Keterangan:
K = Mean kuadrat antara subjek
Ʃsi2 = Mean kuadrat kesalahan
St2 = Varians total
Tabel 2. Contoh Hasil Uji Realibilitas Instrumen Penelitian
Alpha
Variabel Item Keterangan
Cronbach
X1.1 0,810 Reliabel
X1.2 0,805 Reliabel
Kepemimpinan
X1.3 0,793 Reliabel
(X1)
X1.4 0,794 Reliabel
X1.5 0,789 Reliabel
Motivasi X2.1 0,815 Reliabel
(X2) X2.2 0,822 Reliabel
X2.3 0,813 Reliabel
X2.4 0,814 Reliabel
X2.5 0,810 Reliabel
X3.1 0,810 Reliabel
X3.2 0,803 Reliabel
Kondisi Kerja
X3.3 0,815 Reliabel
(X3)
X3.4 0,817 Reliabel
X3.5 0,813 Reliabel
X4.1 0.794 Reliabel
X4.2 0.786 Reliabel
Disiplin Kerja
X4.3 0.796 Reliabel
(X4)
X4.4 0.784 Reliabel
X4.5 0.797 Reliabel
Y1 0.800 Reliabel
Y2 0.806 Reliabel
Kinerja Pegawai
Y3 0.802 Reliabel
(Y)
Y4 0.796 Reliabel
Y5 0.789 Reliabe
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan memiliki korelasi antar variabel bebas (variabel independen).
Cara yang digunakan untuk pengujian ada tidaknya multikolinearitas
adalah melihat (Gujarati, 2003:36):
a. Nilai Tolerance

b. Variance Inflation Factors (VIF), nilai cut off yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
<0,10 atau sama dengan nilai VIF <10
Metode uji yang digunakan adalah dengan melihat nilai Pair-Wise
Correlation antar variabel bebas. Jika nilai koefisien korelasi antar
masing-masing variabel bebas kurang dari 0.7, maka model tidak
mengandung gejala multikolinieritas (Suliyanto, 2011:85). Contoh hasil
pengujian sebagai berikut:
Tabel 3. Contoh Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas
Model Kondisi
Disiplin Motivasi Kepemimpinan
Kerja
Correlations Disiplin 1,000 -,165 ,175 -,570
Kondisi Kerja -,165 1,000 ,012 ,131
Motivasi ,175 ,012 1,000 -,021
Kepemimpinan -,571 ,131 -,021 1,000
Covariances Disiplin ,007 -,001 ,002 -,006
Kondisi Kerja -,001 ,012 ,000 ,002
Motivasi ,002 ,000 ,017 ,000
Kepemimpinan -,006 ,002 ,000 ,016
Hasil Uji diperoleh bahwa koefisien Pair Wise Correlation antara
Variabel bebas lebih kecil dari 0.7, sehingga dapat disimpulkan bahwa
model tidak terjadi gejala multikolinieritas.

3. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antar satu observasi
ke observasi lain. Diagnosis adanya heteroskedastisitas secara kuantitatif
dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan Spearman rank Correlation,
dimana data masing-masing variable diubah menjadi bentuk jenjang, yaitu
dari nilai terendah sampai nilai tertinggi kemudian mengkorelasikan antara
variabel-variabel bebas dengan variabel gangguannya.
Menurut Ghozali (2006:18) salah satu cara untuk melihat adanya
heterokesdastisitas pada persamaan regresi adalah dengan melihat titik-
titik pada grafik scatter plot. Jika titik-titik tersebut membentuk pola
tertentu maka regresi terindikasi adanya heterokesdastisitas. Contoh Hasil
uji heterokesdastisitas ditampilkan di bawah ini :

Gambar 5. Contoh Scatter Plot Uji Heterokesdastisitas


4. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel dependent, variable independent atau keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data secara normal atau mendekati normal.
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan grafik normal
probability plot. Hasil pengujian normalitas ditunjukkan pada gambar di
bawah ini :

Gambar 6. Contoh Kurva Normal


Terlihat bahwa titik-titik membentuk kurva lonceng dan berada
disekitar garis diagonal, sehingga dapat dikatakan model regresi
memenuhi unsur normalitas
5. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda yaitu suatu metode yang dipakai guna
menggambarkan hubungan suatu variable dependen dengan dua atau lebih
dari dua variabel independen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda (Rangkuti, 2007:66) yaitu :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
dimana :
Y : Kinerja Pegawai
b0 : Konstanta (Intercept)
b1, b2, : Koefisien regresi masing-masing
b3, b4 : variabel
X1 : Kepemimpinan
X2 : Motivasi
X3 : Kondisi Kerja
X4 : Disiplin Kerja
e : Faktor pengganggu

Variabel B t Sig t Keterangan


Konstanta 2.806
Kepemimpinan (X1) 0,445 3.552 0,001 Signifikan
Motivasi (X2) 0,284 2.201 0,035 Signifikan
Kondisi Kerja (X3) -0,003 -0,027 0,979 Tidak Signifikan
Disiplin Kerja (X4) 0,197 2,361 0,024 Signifikan
Konstanta = 2.806
R = 0,756
R Square = 0,572
Fhitung =10,671
Sig F = 0,000
ttabel = 1.688
Hasil penelitian menunjukan persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Y = 2,806 + 0,445 X1 + 0,284 X2 -0,003 X3 + 0,197 X4
6. Uji Hipotesis
Menurut Zulfikar (2014) membagi hipotesis asosiatif menjadi tiga
bagian, diantaranya:
a. Hipotesis hubungan simetris, yaitu hubungan yang lebih menekankan
hubungan kebersamaan antara variabel, bukan hubungan sebab
akibat. Contoh: ada hubungan antara curah hujan dengan banjir, ada
hubungan antara rotasi bumi dengan pasang surut air laut, ada
hubungan antara penghasilan orangtua dengan fasilitas yang
digunakan.
b. Hipotesis hubungan sebab akibat, hubungan yang sifatnya saling
mempengaruhi, dengan kata lain, mempengaruhi secara sebab akibat
antara dua variabel atau lebih. Contoh: angin borohok yang terjadi
berpengaruh positif terhadap kerusakan lahan pertanian, kurangnya
asupan makanan berpengaruh positif terhadap gizi buruk, ketekunan
siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
c. Hipotesis Interaktif, jenis hipotesis asosiatif ini merupakan hubungan
antara variabel yang saling mempengaruhi, jika hipotesis adalah
hubungan sebab akibat, maka hipotesis interaktif adalah hubungan
timbal balik. Contoh: terdapat hubungan yang saling mempengaruhi
antara tingkat infiltrasi dengan permeabilitas tanah, terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi antara curah hujan dengan
evaporasi, terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara
pencemaran sungai dengan limbah masyarakat.
Contoh cara pengujian hipotesis asosiatif:
”Hubungan Motivasi dengan Kinerja Guru SMK”
Motivasi (X) : 60; 70; 75; 65; 70; 60; 80; 75; 85; 90; 70; dan 85
Kinerja (Y) : 450; 475; 450; 470; 475; 455; 475; 470; 485; 480; 475; 480.
Pertanyaan :
• Berapakah besar hubungan motivasi dengan kinerja guru?
• Berapakah besar sumbangan (kontribusi) motivasi dengan kinerja guru?
• Buktikan apakah ada hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja
guru?
Langkah 1.
Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat :
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja guru.
Ha : Ada hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja guru.
Langkah 2.
Membuat Ha dan Ho dalam bentuk statistik:
Ho: r = 0
Ha: r ≠ 0
Langkah 3.
Membuat tabel penolong untuk menghitung Korelasi PPM:
Langkah 4.
Mencari rhitung dengan cara masukkan angka statistik dari tabel penolong
dengan rumus:

Langkah 5.
Mencari besarnya sumbangan (konstribusi) variabel X terhadap Y dengan
rumus :
KP = r2 x 100% = 0,6842 x 100% = 46,79 %.
Artinya motivasi memberikan konstribusi terhadap kinerja guru sebesar
46,79% dan sisanya 53,21% ditentukan oleh variabel lain
Langkah 6.
Menguji signifikan dengan rumus thitung :

Kaidah pengujian :
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ho ditolak artinya signifikan dan jika thitung ≤ ttabel,
Ho diterima artinya tidak signifikan.
Berdasarkan perhitungan di atas , α = 0,05 dan n =12, uji dua pihak maka:
dk = n - 2 = 12 – 2 = 10 sehingga diperoleh ttabel = 2,228. Ternyata thitung
lebih besar dari ttabel, atau 2,96 > 2,228, maka Ho ditolak, artinya ada
hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja guru.
Langkah 7.
Membuat kesimpulan:
 Berapakah besar hubungan motivasi dengan kinerja guru?
jawaban: rxy sebesar 0,684 kategori kuat.
 Berapakah besar sumbangan (konstribusi) motivasi terhadap kinerja
guru?
jawaban: KP = r2 x 100% = 0,6842 x 100% = 46,79%. Artinya motivasi
memberikan konstribusi terhadap kinerja guru sebesar 46,79% dan
sisanya 53,21% ditentukan oleh variable lain.
 Buktikan apakah ada hubungan yang signifikan motivasi dengan kinerja
guru?
jawaban: terbukti bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi
dengan kinerja guru. Ternyata thitung lebih besar dari ttabel, atau 2,96 >
2,228, maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang signifikan motivasi
dengan kinerja guru.
DAFTAR RUJUKAN

Arti, N., Utami, C., & Prihatiningtyas, N. C. (2020). Hubungan Motivasi Belajar
Matematika Dengan Kemampuan Numerik Siswa Pada Materi Aljabar. JPMI
(Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia), 5(2), 92-99.

Berndtsson, M., Hansson, J., Olsson, B., & Lundell, B. (2007). Thesis projects: a
guide for students in computer science and information systems. Springer
Science & Business Media.

Husein Umar, SE., MM., MBA, (1999), Metodologi Penelitian: Aplikasi dalam
Pemasaran, PT. Gramedia, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk bisnis &


ekonomi. Jakarta: Erlangga

Locke, L. F., Silverman, S. J., & Spirduso, W. W. (2009). Reading and


understanding research. Sage Publications.

Purwanto, A. (2001). Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode


Penelitian Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, dan Masalah-masalah
Sosial, Jogyakarta: Gaya Media.

Riduwan, M. B. A. (2006). Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan


peneliti pemula. Bandung: Alfabeta.

Salutondok, Y., & Soegoto, A. S. (2015). Pengaruh kepemimpinan, motivasi,


kondisi kerja dan disiplin terhadap kinerja pegawai di kantor sekretariat
DPRD Kota Sorong. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis dan Akuntansi, 3(3).

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (1999). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,

Umar, Husein. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Wibisono, D. (2000). Riset Bisnis edisi pertama. BPFE, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai