METODE PENELITIAN
OLEH :
KELOMPOK 1
PENDIDIKAN BIOLOGI E
INDRIANI (H0321007)
IRMA (H0321324)
LISNA (H0321026)
DAHLIA (H0321512)
ERLIANA (H0321335)
SAHARA (H0321534)
MAJENE
2024
A. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif
a. Pengertian Rumusan Masalah dan Perlunya Merumuskan Masalah
Rumusan masalah adalah suatu proses yang dapat menentukan arah
penelitian. Dari rumusan masalah dapat diketahui jangkauan penelitian serta
tujuan penelitian. Selain itu, rumusan masalah dapat menjadi petunjuk
ancangan yang digunakan. Sebelum perumusan masalah hendaknya calon
peneliti melakukan identifikasi terhadap masalah yang akad diteliti, setelah
itu dilakukan perumusan masalah (Nirmala, 2021).
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang umumnya disusun
dalam bentuk kalimat tanya, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
menjadi arah kemana sebenarnya penelitian akan dibawa, dan apa saj yang
ingin dikaji/di cari tahu oleh si peneliti. Masalah yang dipilih harus
“researchable” dalam arti masalah tersebut dapat diselidiki. Masalah perlu
dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas, peneliti
diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan
apakah ada alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian.
Dengan rumusan masalah yang jelas, maka dapat dijadikan penuntun bagi
langkah-langkah selanjutnya (Ikhlas, 2023).
Perlunya perumusan masalah dalam suatu penelitian termasuk penelitian
kuantitatif agar perumusan masalah dalam penelitian tersebut dapat diketahui
tingkat signifikasi, urgensi, urutan, dan hubungannya. Selain itu, peneliti
harus mampu mendudukkan masalah dalam konteks keseluruhan secara
sistematik. Maka dari itu akan terlihat hubungan antara satu masalah dengan
masalah yang lain baik masalah yang mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung (Murjani, 2022)
b. Cara-cara Merumuskan Masalah Penelitian
Menurut Nirmala, D.,& Hendro, E. P (2021). Terdapat lima langkah-
langkah dalam perumusan masalah yaitu:
1) pemilihan fenomena kebahasaan
Langkah pertama ini merupakan langkah awal dalam merumuskan
masalah. Langkah ini menjadi dasar dalam menentukan masalah yang
akan diteliti. Cara yang dilakukan adalah pengamatan yang intensif
terhadap penggunaan bahasa. Pengamatan dapat dilakukan terhadap
penggunaan bahasa tulis maupun lisan.
2) penentuan objek kajian
Penentuan objek kajian tergantung pada fenomena yang diamati.
Misalnya, pada saat pengamatan, fenomena yang ditemukan adalah
masalah ungkapan metaforis, maka objek kajian yang dipilih adalah sub
sistem makna bahasa. Cabang linguistik yang menaungi masalah ini
adalah semantik kognitif, yaitu: ilmu yang membahas bagaimana makna
dikonstruksikan. Linguistik yang menaungi semantik kognitif adalah
linguistik kognitif.
3) penentuan ancangan yang digunakan
Penentuan ancangan yang digunakan dilakukan setelah menemukan
objek kajian karena objek kajian mengimplikasikan ancangan yang
sesuai untuk mendekati masalah. Sebagai contoh, apabila objek
kajiannya adalah ungkapan metaforis, maka ancangan yang tepat
tentunya semantik kognitif. Terkait metafora, ada dua pendekatan yang
berbeda, yaitu: pendekatan konvensional dan pendekatan konseptual.
Pendekatan konvensional lebih melihat bahwa metafora merupakan
ungkapan yang berfungsi menghiasi karya sastra yang menjalani fungsi
estetika/puitik bahasa seperti yang disampaikan Jakobson. Sedangkan
pendekatan konseptual melihat bahasa sebagai representasi pikiran,
perasaan, dan pengalaman. Karena yang metaforis adalah pikiran maka
berakibat pada bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pengalaman
menjadi metaforis.
4) penentuan lingkup kajian
Setelah menemukan ancangan yang digunakan, calon peneliti
menentukan lingkup kajian. Pembatasan masalah perlu dilakukan karena
fisibilitas penelitian, keterbatasan waktu, tenaga, serta pikiran calon
peneliti terbatas. Hal ini dilakukan untuk menjadikan penelitian fisibel.
Penelitian yang fisibel adalah penelitian yang memungkinkan untuk
dilakukan karena semua dapat terjangkau, misalnya lokasi penelitian
adalah lokasi yang dapat dijangkau oleh peneliti
5) perumusan masalah penelitian
Setelah semua tersedia, maka perumusan masalah penelitian bisa
dilakukan. Perumusan masalah diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya
yang menanyakan apa, bagaimana, serta mengapa objek kajian itu terjadi.
Sebagai contoh, apabila objek kajian adalah ungkapan metaforis, dan
ungkapan metaforis terkandung metafora yang dapat dikonstruksikan,
maka rumusan masalah dapat diungkapkan sebagai berikut.
Jenis metafora apa saja yang terkandung dalam teks yang dikaji?
Bagaimana metafora dikonstruksikan?
Dengan rumusan itu, calon peneliti dapat mengarahkan tujuan
penelitiannya untuk mencapainya.
c. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah
1) Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variable atau lebih. Jadi dalam penelitian ini seorang
peneliti tidak membuat suatu perbandingan pada sampel yang lain, dan
juga tidak mencari hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain.
Dalam hal ini peneliti hanya menjabarkan atau mendeskripsikan data
hasil penelitian, bisa dengan bantuan tabel dan diagram atau grafik,
sehingga hasil temuan tersebut menjadi lebih mudah dipahami oleh
pembaca. Penelitian semacam ini dinamakan penelitian deskriptif.
2) Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan (komparasi) keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda. Perbedaan tersebut bisa dinilai dari
metoda, perlakuan lain atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah Komparatif adalah sebagai berikut.
Adakah perbedaan prestasi belajar antara siswa SMP dari sekolah
negeri dan swasta?
Sebagai variabel penelitian adalah prestasi belajar berdasarkan
perbandingan dua sampel yaitu status sekolah yang berbeda: negeri
dan swasta.
Adakah perbedaan motivasi kerja guru antara sekolah di pulau Jawa
dan di Luar Jawa? (satu variabel dua sampel).
Sebagai variabel penelitian adalah motivasi kerja guru berdasarkan
perbandingan di dua wilayah yang berbeda yaitu: pulau Jawa dan di
luar Jawa.
3) Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan
interaktif/timbal balik.
Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah merupakan hubungan antara dua variabel
atau lebih yang munculnya bersamaan atau diartikan sejajar. Pada
penelitian dengan bentuk hubungan ini, tidak dapat dikatakan
variabel mana yang mempengaruhi variabel lainnya, dengan kata
lain kedua variabel memiliki kedudukan yang sama kuat atau setara.
Jadi bentuk hubungannya bukan hubungan kausal atau interaktif.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Bentuk hubungan ini menunjukkan terdapat variabel independen
atau variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen atau variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Namun
dalam bentuk hubungan ini hanya salah satu variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya atau kondisi tersebut tidak dapat
dianggap berlaku sebaliknya.
Hubungan Interaktif/ Timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Pada pola penelitian ini tidak diketahui mana variabel independen
maupun variabel dependen
4) Rumusan Masalah Komparatif dan Asosiatif
Rumusan masalah komparatif-asosiatif adalah rumusan masalah
yang memandu peneliti untuk menemukan perbandingan hubungan atau
pengaruh situasi social satu dengan situasi social pada tempat atau waktu
yang berbeda.
5) Rumusan Masalah Struktural
Rumusan masalah struktural yaitu rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan validitas struktur hubungan antara dua variabel atau
lebih pada variabel interveningnya. Untuk menguji struktur hubungan
antar variabel yang bersifat kausal digunakan analisis jalur (path
analysis) dan untuk menguji struktur hubungan antar variabel yang
dilengkapi dengan variabel manifest yang bersifat kausal atau reciprocal
digunakan Structure Equation Model (SEM)
d. Contoh Judul Penelitian dan Rumusan Masalah Yang Memiliki Bentuk
Rumusan Masalah Diatas Yang Terkait dengan Pendidikan
Pengaruh model pembelajaran experiential learning berbasis video animasi
terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah