Disusun Oleh:
Arif Setya K 5201408010
Kusuma Bekti 5201407050
Ahmad Musyafa 5201408050
2
Yaitu menyangkut pertimbangan apakah masalah yang dipilih
memang sesuai dengan kapasitas calon peneliti, serta dapat dilakukan
pengelolaan secara optimal. Kesesuaian dan kapasitas dari sudut peneliti
menyangkut :
1. Sesuai dengan bidang keahlian calon peneliti.
2. Bekal kemampuan teoritis.
3. Penguasaan metode yang diperlukan.
4. Biaya dan waktu yang tersedia.
5. Alat-alat pendukung lainnya.
B. Perumusan masalah
Perumusan masalah menjadim penting karena menjadi pemandu langkah-
langkah penelitian seperti pengembangan kerangka berfikir, perumusan
hipotesis, perumusan variabel, pengembangan instrumen dll. Adapun rambu-
rmbu perumusan masalah
1. Masalah dirumuskan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang
menanyakan.
2. Rumusan masalah padat dan jelas
3. Rumusan masalah memberikan gambaran kemungkinan dilakukannya
pengujian secara empiris melalui serangkaian pengumpulan dan analisis
data.
Contoh perumusan masalah penelitian pendidikan
a. Bagaimanakah hubungan antara kemampuan berbahasa lisan dengan
pretasi belajar siswa SD?
b. Apakah penerapan metode diskusi lebih berhasil dari pada metode
ceramah dalam pembelajaran matematika?
C. Kajian Kepustakaan
Kajian pustaka sangat penting dilakuan dan dikembangkan oleh calon
peneliti guna mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi
yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.
Sumber kepustakaan dapat dibedakan menjadi sumber umum dan sumber
khusus. Buku-buku, teks, ensiklopedi, dsb adalah pustaka yang bersifat umum,
sedangkan generalisasi dapat ditemukan pada sumber-sumber pustaka khusus
yaitu dari penelitian terdahulu, jurnal, tesis, disertasi, dll.
Kajian kepustakaan untuk menyusun landasan teoritis, peneliti dapat
menggunakan dua pendekatan simultan yaitu deduktif dan induktif. Pendekatan
3
deduktif digunakan untuk menganalisis teori-teori umum kedalam konteks
khusus yang berkaitan dengan masalah penelitian, sedangkan pendekatan
induktif digunakan untuk mengkaji kesimpulan hasil penelitian.
4
c. Hubungan komparatif, yaitu variabel/gejala pada satu kelompok sampel
secara teoritik dapat diperbandingkan dengan variabel/gejala kelompok
lainnya.
d. Hubungan timbal balik, yaitu antara variabel saling menberikan
dampak sebab akibat.
Menurut fungsinya dalam pnelitian, orang sering menetapkan hubungan
antara variabel sebagai variabel tergantung disatu pihak dan variabel bebas,
kendali, moderator dan rambang dilain pihak.
E. Perumusan hipotesis
Perumusan hipotesis merupakan keharusan apabila kita merancang
penelitian ilmiah dengan sistematika : masalah-kerangka berpikir- variable-
hipotesis-data hasil- analisis- kesimpulan. Namun jika penelitian bersifat
eksploratif atau deskriptif maka tidak diperlukan hipotesis.
Hipotesis bersal dari kata hipo yang artinya dibawa dan Thesa yang artinya
dugaan.secara teknis hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan
mengenai keadaan populasiyang akan diuji kebenarannyaberdasarkan data
yang diperoleh sample penelitian.
1. Secara statistis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai
keadaan parameter atau variable yang akan diuji melalui statistik sample.
5
2. Pada dasarnya juga merupakan pernyataan yang bersifat prediksi,
yakni memprediksi tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, atau
memprediksi tingkat perbedaan gejala pada suatu kelompok sampel
dengan kelompok lain.
Beberapa hal yang disarankan dalam penyusunan hipotesis:
1. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan
2. Menggambarkan pertautan (hubungan/perbedaan) antara dua variable atau
lebih
3. Memungkinkan dilakukan pengujian melalui proses pengumpulan data
dan analisis data
Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan
antara dua variaabel atau lebih. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang
menyatakan ada hubungan antara dua variabel atau lebih.
6
d) Kecermatan memesukkan ciri-ciri populasi: semakin lengkap cirri-ciri
yang dimasukkan dalam sampel akan semakin tinggi tingkat
representatifnya.
a. Menentukan besar/ jumlah sampel
Hal yang perlu dipertimbangkan: praktis operasional, Non response,
Proporsionalitas, Teknik analisis data yang akan dipakai.
b. Cara penarikan sampel
Terdapat dua cara penarikan sampel:
1. Sampling peluang (probability sampling):
Yang dianggap penentuan sampling yang paling baik dalah secara
rambang (random sampling).Setiap anggota populasi baik kolektif maupun
individu diberi hak sama untuk menjadi anggota sampel.
a. Sampel acak atau random
Sampel acak menjadi acuan bagisampel peluang yang lain artinya
sampel berlapis. Terdapat dua cara yaitu acak sederhana dan acak
sistematis
b. Sampel berlapis/bertingkat (startifikasi random)
Pengambilan sampel secara berlapis dilakukan jika dalam suatu
populasi terdapat beberapa komponen (lapis) yang akan diambil sebagai
sampel penelitian. Artinya, cirri-ciri yang dimiliki populasi sangat
heterogen dan terdiri beberapa lapis.
Langkah-langkah dalam pengambilan sampel berlapis adalah :
Menyusun daftar populasi siswa laki-laki dan perempuan pada SMA
Negeri dan Swasta
Mengambil sampel siswa laki-laki dan perempuan pada SMA negeri
dan swasta secara acak/random, sehingga masing-masing selterdapat
sejumlah siswa sebagai sampel.
Hasil pengambilan secara acak ditetapkan sebagai sampel penelitian
Sampel berlapis tepat digunakan apabila peneliti bermaksud :
a. Membandingkan kelompok sampel berdasarkan lapisan-lapisannya.
b. Menganalisis variable penelitian dari berbagai kategori.
7
c. Menganalisis hubungan dua variable atau lebih dilihat dari berbagai
aspek yang berlainan.
Keuntungan penggunaan sampel berlapis adalah sifat dan karakteristik
sampel bisa kebih mendekati populasinya serta variable yang diteliti bisa
diperluas atau dipertajam, sehingga hasilpenelitian akan lebih kaya atau
lebih komprehensif.
Sedangkan kelemahan penggunaan sampel berlapis adalah kurang
praktis, sebab menempuh beberapa langkah sehingga memerlukan waktu,
tenaga dana biaya yang relatif banyak.
c. Sampel kelompok (cluster sampling)
Sampel ini digunakan apabila populasi cukup besar, sehingga perlu di
buat beberapa kelas, atau kelompok. Dengan demikian dalam sampel ini
unit analisinya bukan individu melainkan kelompok atau kelas yang terdiri
atas sejumlah individu. Dalam sampel kelas, pengacakan (randomized)
tetap dilakukan terutama dalam memilih kelas/kelompok pada setiap
kategori yang diinginkan. Cluster sampling dilakukan apabila :
1) Jumlah populasi penelitian besar, sehingga sampel yang diperlukan
cukup banyak.
2) Hasil pegukuran sampel berupa data interval atau data rasio, sehingga
dapat dihitung secara matematis seperti nilai rata-rata, variansi,
simpangan baku dsb.
3) Individu sampel terdiri atas beberapa kelompok atau kelas dan setiap
kelas memiliki individu yang sifat dan karakteristik relatif sama.
d. Sampel banyak tahap (multi-stage sampling)
Dalam menetapkan sempel ini, peneliti menempuh beberapa tahap,
sehingga dapat diperoleh jumlah subjek (sampel) dan wilayah yang tepat
sesuai rencana penelitian. Acak atau random dilakukan pada setiap tahap
untuk menentukan wilayah yang lebih terbatas. Pada tahapakhir ditentukan
jumlah subjek yang ada dalam wilayah sampel, dan jumlah subjek tersebut
menjadi unit analisis atau elemen sampel penelitian.
2. Sampling tanpa peluang (non-probability sampling)
8
Maksud sampling tanpa peluang adalah teknik penarikan sampel
dengan tidak memberikan kesempatan yang sama kepada setiap subjek
calon sampel untuk dapat terpilih sebagai sampel. Pada kategori ini ada
tiga jenis teknik sampling, yakni : accidental sampling, quota sampling,
dan purposive sampling.
a. Accidental sampling
Teknik penarikan sampel secara accidental dilakukan jika peneliti
secara membabi-buta (serampangan) atau seadanya dalam mengambil
sampel, sehingga tanpa ada perencanaan sebelumnya. Jika diterapkan
teknik accidental sampling, maka peneliti menanyakan kepada siapa saja
orang tua yang dia ditemui baik dijalan, di pusat perbelanjaan atau stasiun
bus dsb.
b. Quota sampling
Teknik ini agak lebih baik dibandingkan accidental sampling, hanya
bedanya sebelum dilakukan pengambilan sampel, di buat terlebih dahulu
beberapa kategori sampel (strata), dan setiap strata ditentukan jumlah yang
akan diambil.
c. Purposive sampling
Teknik ini digunakan apabila menetapkan pertimbangan tertentu
terhadap sampel yang akan diambil.
9
pengkajian lebih lanjut. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
pengolahan data antara lain :
a. Pemeriksaan dan pemilahan data hasil pengukuran atau non pengukuran,
terutama terhadap hasil skor tes atau jawaban kuesioner.
b. Tabulasi data, tabulasi skor hasil pengukuran atau non pengukuran melalui
table-tabel distribusi frekuensi skor untuk tes atau frekuensi jawaban
kuesioner yang menghasilkan data nominal.
c. Melakukan kajian terhadap tabel distribusi sesuai dengan kepentingan
penelitian, dan jenis data yang diperoleh.
H. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali
digunakan statistik, sebagai alat untuk menganalisis, khususnya pada penelitian
kuantitatif. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data
penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana
dan lebih mudah untuk dipahami.Selain itu statistik juga membandingkan dan /
menghubungkan hasil penelitian dengan criteria tertentu, sehingga
memungkinkan peneliti untuk menguji apakah perubahan variable yang akibat
penelitian atau secara kebetulan.
10
dilakukan peneliti dengan membandingkan hasil analisisnya dengan
kesimpulan peneliti lain, dan mencoba menghubungkan kembali
interpretasinya dengan konsep, dalil, atau teori yang ada atau sudah
berkembang.
11