Anda di halaman 1dari 11

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN

RINGKASAN BAB III


BUKU DESAIN PENELITIAN PENDIDIKAN

Disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah metode penelitian

Dosen pengampu : Dr. Samsudi, M.Pd

Disusun Oleh:
Arif Setya K 5201408010
Kusuma Bekti 5201407050
Ahmad Musyafa 5201408050

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
KERANGKA DESAIN PENELITIAN PENDIDIKAN

A. Identifikasi dan Pemilihan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Masalah dapat digali dan diidentifikaasi melalui berbagai sumber :
a. Bahan bacaan (pustaka)
Bahan pustaka perlu digali sebagai salah satu sumber dalam menjaring
dan mengidentifikasi permasalahan penelitian pendidikan, khsusnya
jurnal dan laporan hasil penelitiaan.
b. Kegiatan diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah
Paparan yang dilakukan oleh penyaji, nara sumber, dan juga peserta
khususnya yang bersumber pada hasil penelitian merupakan suatu
sumber yang mudah didapat masalah-masalah yang perlu dilakukan
penelitian lagi.
c. Pernyataan ahli, birorat dan pemegang otoritas
Pernyataan yang dilakukan, khususnya dibidang pendidikan sering
memberi gambaran tentang berbagai masalah pendidikan yang dapat
menjadi permasalahan penelitian.
d. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi ini sangat mungkin menjadi sumber bagi
diketemukannya masalah penelitian. Misalnya pengalaman
melaksanakan tugas dapat menjadi sumber yang sangat potensial untuk
diangkat sebagai masalah penelitian.
2. Pemilihan Masalah
Dalam suatu lingkup permasalahan, biasanya dapat diidemtifikasi dan
ditemukan beberapa permasalahan. Untuk itu maka harus dilakukan
pemilihan masalah. Adapun pertimbangan untuk memilih dan menentukan
apakah suatu makalah layak atau sesuai diteliti, pada dasarnya dirujuk dari
dua hal yaitu
a. Dari sudut masalah (objektif)
Pertimbangan dari sudut masalah harus dipertimbangkan secara
objektif karena suatu masalah dapat bisa saja layak untuk konteks
tetentu tapi tidak layak untuk konteks yang lain. Maka secara baku
keputusan tergantung ketajaman calon peneliti untuk melakukan kajian
secara kritis dan menyeluruh.
b. Dari sudut peneliti (subjektif)

2
Yaitu menyangkut pertimbangan apakah masalah yang dipilih
memang sesuai dengan kapasitas calon peneliti, serta dapat dilakukan
pengelolaan secara optimal. Kesesuaian dan kapasitas dari sudut peneliti
menyangkut :
1. Sesuai dengan bidang keahlian calon peneliti.
2. Bekal kemampuan teoritis.
3. Penguasaan metode yang diperlukan.
4. Biaya dan waktu yang tersedia.
5. Alat-alat pendukung lainnya.

B. Perumusan masalah
Perumusan masalah menjadim penting karena menjadi pemandu langkah-
langkah penelitian seperti pengembangan kerangka berfikir, perumusan
hipotesis, perumusan variabel, pengembangan instrumen dll. Adapun rambu-
rmbu perumusan masalah
1. Masalah dirumuskan dalam kalimat tanya atau pernyataan yang
menanyakan.
2. Rumusan masalah padat dan jelas
3. Rumusan masalah memberikan gambaran kemungkinan dilakukannya
pengujian secara empiris melalui serangkaian pengumpulan dan analisis
data.
Contoh perumusan masalah penelitian pendidikan
a. Bagaimanakah hubungan antara kemampuan berbahasa lisan dengan
pretasi belajar siswa SD?
b. Apakah penerapan metode diskusi lebih berhasil dari pada metode
ceramah dalam pembelajaran matematika?

C. Kajian Kepustakaan
Kajian pustaka sangat penting dilakuan dan dikembangkan oleh calon
peneliti guna mencari teori-teori, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi
yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.
Sumber kepustakaan dapat dibedakan menjadi sumber umum dan sumber
khusus. Buku-buku, teks, ensiklopedi, dsb adalah pustaka yang bersifat umum,
sedangkan generalisasi dapat ditemukan pada sumber-sumber pustaka khusus
yaitu dari penelitian terdahulu, jurnal, tesis, disertasi, dll.
Kajian kepustakaan untuk menyusun landasan teoritis, peneliti dapat
menggunakan dua pendekatan simultan yaitu deduktif dan induktif. Pendekatan

3
deduktif digunakan untuk menganalisis teori-teori umum kedalam konteks
khusus yang berkaitan dengan masalah penelitian, sedangkan pendekatan
induktif digunakan untuk mengkaji kesimpulan hasil penelitian.

D. Identifikasi dan Penentuan Variabel


1. Identifikasi variabel
Landasan teoritis suatu permasalahan berbeda maka variabel
penelitiannya juga berbeda. Jumlah variabel yang dijadikan objak
penelitian akan ditentukan oleh kerumitan rancangan penelitiannya.
Semakin sederhana suatu rancangan maka semakin sedikit jumlahnya dan
begitu juga sebaliknya. Kecakapan mengidentifikasi variabel penelitian
adalah ketrampilan yang berkembang sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman.
Variabel-variabel yang telah diidetifikasi perlu diklarifikasikan sesuai
dengan jenis dan peranannya dalam penelitian. Data dalam penelitian dapat
dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu :
a. Variabel normal, yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas proses
penggolongan. Variabel ini bersifat diskrit dan saling pilah antara
katagori yang satu dengan yang lainnya. Contoh jenis kelamin, status
perkawinan, jenis pelerjaan dll.
b. Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdaarkan atas jenjang
dalam atribut tertentu. Jenjang tertinggi biasanya diberi angka 1,
dibawahnya 2 dst.
c. Variabel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang
didalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran
yang sama, contohnya prestasi belajar, penghasilan dsb.
d. Variabel ratio, yaitu variabel yang dalam kualifikasinya mempunyai nol
mutlak. Didalam penelitian ilmu-ilmu sosial, orang jarang
menggunakan variabel ratio.
2. Penentuan variabel
Penentuan variabel dilakukan dalam rangka menetapkan status
hubungan antara dua variabel atau lebih, yang secara besar meliputi
a. Hubungan simetris, yaitu antara variabel satu dengan yang lainnya
memiliki kedudukan yang sama.
b. Hubungan asimetris, yaitu umunya berbentuk kausalitas, yakni variabel
yang satu menjadi penyebab dari variabel yang lainnya.

4
c. Hubungan komparatif, yaitu variabel/gejala pada satu kelompok sampel
secara teoritik dapat diperbandingkan dengan variabel/gejala kelompok
lainnya.
d. Hubungan timbal balik, yaitu antara variabel saling menberikan
dampak sebab akibat.
Menurut fungsinya dalam pnelitian, orang sering menetapkan hubungan
antara variabel sebagai variabel tergantung disatu pihak dan variabel bebas,
kendali, moderator dan rambang dilain pihak.

Para peneliti umunya bermula dengan mengidentifikai variabel


tergantung. Hal ini karena variabel tergantung itulah yang menjadi titik
persoalan. Pengalaman da frekuensi dalam melakukan kegiatan-kegiatan
penelitian, akan memberikan sumbangan berarti terhadap kemampuan
mengidentifikasi dan menentukan variabel penelitian.

E. Perumusan hipotesis
Perumusan hipotesis merupakan keharusan apabila kita merancang
penelitian ilmiah dengan sistematika : masalah-kerangka berpikir- variable-
hipotesis-data hasil- analisis- kesimpulan. Namun jika penelitian bersifat
eksploratif atau deskriptif maka tidak diperlukan hipotesis.
Hipotesis bersal dari kata hipo yang artinya dibawa dan Thesa yang artinya
dugaan.secara teknis hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan
mengenai keadaan populasiyang akan diuji kebenarannyaberdasarkan data
yang diperoleh sample penelitian.
1. Secara statistis, hipotesis merupakan pernyataan mengenai
keadaan parameter atau variable yang akan diuji melalui statistik sample.

5
2. Pada dasarnya juga merupakan pernyataan yang bersifat prediksi,
yakni memprediksi tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, atau
memprediksi tingkat perbedaan gejala pada suatu kelompok sampel
dengan kelompok lain.
Beberapa hal yang disarankan dalam penyusunan hipotesis:
1. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan
2. Menggambarkan pertautan (hubungan/perbedaan) antara dua variable atau
lebih
3. Memungkinkan dilakukan pengujian melalui proses pengumpulan data
dan analisis data
Hipotesis nol (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan
antara dua variaabel atau lebih. Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang
menyatakan ada hubungan antara dua variabel atau lebih.

F. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Secara umum diartikan sebagai seluruh anggota kelompok yang sudah
ditentukan karakteristiknya dengan jelas. Baik itu klompok orang, objek atau
kejadian.
2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diambil dari lingkungan populasi dan
kemudian diobservasi atau dilakukan penelitian. Empat parameter yang
dianggap menentukan representatieness (keterwakilan) suatu sampel;
a) Variabilitas populasi: merupakan hal yang sudah tetap dan tidak dapat
dimanipulasi peneliti.
b) Jumlah/besarnya sampel (n): semakin besar sampel semakin tinggi taraf
representatieness sampelnya.
c) Teknik pengambilan sampel: semakin tinggi tingkat rambang dalam
pengambilan sampel, akan semakin tinggi angka representatifnya.

6
d) Kecermatan memesukkan ciri-ciri populasi: semakin lengkap cirri-ciri
yang dimasukkan dalam sampel akan semakin tinggi tingkat
representatifnya.
a. Menentukan besar/ jumlah sampel
Hal yang perlu dipertimbangkan: praktis operasional, Non response,
Proporsionalitas, Teknik analisis data yang akan dipakai.
b. Cara penarikan sampel
Terdapat dua cara penarikan sampel:
1. Sampling peluang (probability sampling):
Yang dianggap penentuan sampling yang paling baik dalah secara
rambang (random sampling).Setiap anggota populasi baik kolektif maupun
individu diberi hak sama untuk menjadi anggota sampel.
a. Sampel acak atau random
Sampel acak menjadi acuan bagisampel peluang yang lain artinya
sampel berlapis. Terdapat dua cara yaitu acak sederhana dan acak
sistematis
b. Sampel berlapis/bertingkat (startifikasi random)
Pengambilan sampel secara berlapis dilakukan jika dalam suatu
populasi terdapat beberapa komponen (lapis) yang akan diambil sebagai
sampel penelitian. Artinya, cirri-ciri yang dimiliki populasi sangat
heterogen dan terdiri beberapa lapis.
Langkah-langkah dalam pengambilan sampel berlapis adalah :
Menyusun daftar populasi siswa laki-laki dan perempuan pada SMA
Negeri dan Swasta
Mengambil sampel siswa laki-laki dan perempuan pada SMA negeri
dan swasta secara acak/random, sehingga masing-masing selterdapat
sejumlah siswa sebagai sampel.
Hasil pengambilan secara acak ditetapkan sebagai sampel penelitian
Sampel berlapis tepat digunakan apabila peneliti bermaksud :
a. Membandingkan kelompok sampel berdasarkan lapisan-lapisannya.
b. Menganalisis variable penelitian dari berbagai kategori.

7
c. Menganalisis hubungan dua variable atau lebih dilihat dari berbagai
aspek yang berlainan.
Keuntungan penggunaan sampel berlapis adalah sifat dan karakteristik
sampel bisa kebih mendekati populasinya serta variable yang diteliti bisa
diperluas atau dipertajam, sehingga hasilpenelitian akan lebih kaya atau
lebih komprehensif.
Sedangkan kelemahan penggunaan sampel berlapis adalah kurang
praktis, sebab menempuh beberapa langkah sehingga memerlukan waktu,
tenaga dana biaya yang relatif banyak.
c. Sampel kelompok (cluster sampling)
Sampel ini digunakan apabila populasi cukup besar, sehingga perlu di
buat beberapa kelas, atau kelompok. Dengan demikian dalam sampel ini
unit analisinya bukan individu melainkan kelompok atau kelas yang terdiri
atas sejumlah individu. Dalam sampel kelas, pengacakan (randomized)
tetap dilakukan terutama dalam memilih kelas/kelompok pada setiap
kategori yang diinginkan. Cluster sampling dilakukan apabila :
1) Jumlah populasi penelitian besar, sehingga sampel yang diperlukan
cukup banyak.
2) Hasil pegukuran sampel berupa data interval atau data rasio, sehingga
dapat dihitung secara matematis seperti nilai rata-rata, variansi,
simpangan baku dsb.
3) Individu sampel terdiri atas beberapa kelompok atau kelas dan setiap
kelas memiliki individu yang sifat dan karakteristik relatif sama.
d. Sampel banyak tahap (multi-stage sampling)
Dalam menetapkan sempel ini, peneliti menempuh beberapa tahap,
sehingga dapat diperoleh jumlah subjek (sampel) dan wilayah yang tepat
sesuai rencana penelitian. Acak atau random dilakukan pada setiap tahap
untuk menentukan wilayah yang lebih terbatas. Pada tahapakhir ditentukan
jumlah subjek yang ada dalam wilayah sampel, dan jumlah subjek tersebut
menjadi unit analisis atau elemen sampel penelitian.
2. Sampling tanpa peluang (non-probability sampling)

8
Maksud sampling tanpa peluang adalah teknik penarikan sampel
dengan tidak memberikan kesempatan yang sama kepada setiap subjek
calon sampel untuk dapat terpilih sebagai sampel. Pada kategori ini ada
tiga jenis teknik sampling, yakni : accidental sampling, quota sampling,
dan purposive sampling.
a. Accidental sampling
Teknik penarikan sampel secara accidental dilakukan jika peneliti
secara membabi-buta (serampangan) atau seadanya dalam mengambil
sampel, sehingga tanpa ada perencanaan sebelumnya. Jika diterapkan
teknik accidental sampling, maka peneliti menanyakan kepada siapa saja
orang tua yang dia ditemui baik dijalan, di pusat perbelanjaan atau stasiun
bus dsb.
b. Quota sampling
Teknik ini agak lebih baik dibandingkan accidental sampling, hanya
bedanya sebelum dilakukan pengambilan sampel, di buat terlebih dahulu
beberapa kategori sampel (strata), dan setiap strata ditentukan jumlah yang
akan diambil.
c. Purposive sampling
Teknik ini digunakan apabila menetapkan pertimbangan tertentu
terhadap sampel yang akan diambil.

G. Pengumpulan dan Pengolahan Data


Ada dua aspek penting dalam pengumpulan data, yakni :
a. Teknik yang digunakan
b. Pengembangan instrument
Teknik yang digunakan tentu harus relevan dengan jenis penelitian, jenis
data serta permasalahan yang diteliti. Sedangkan instrument yang
dikembangkan tentu harus sejalan dengan jenis data dan teknik pengumpulan
data yang ditetapkan.
Tujuan pengolahan data mengubah data mentah dari hasil pengumpulan
data menjadi data yang lebih halus sehingga memberikan arah untuk

9
pengkajian lebih lanjut. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
pengolahan data antara lain :
a. Pemeriksaan dan pemilahan data hasil pengukuran atau non pengukuran,
terutama terhadap hasil skor tes atau jawaban kuesioner.
b. Tabulasi data, tabulasi skor hasil pengukuran atau non pengukuran melalui
table-tabel distribusi frekuensi skor untuk tes atau frekuensi jawaban
kuesioner yang menghasilkan data nominal.
c. Melakukan kajian terhadap tabel distribusi sesuai dengan kepentingan
penelitian, dan jenis data yang diperoleh.

H. Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali
digunakan statistik, sebagai alat untuk menganalisis, khususnya pada penelitian
kuantitatif. Salah satu fungsi pokok statistik adalah menyederhanakan data
penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana
dan lebih mudah untuk dipahami.Selain itu statistik juga membandingkan dan /
menghubungkan hasil penelitian dengan criteria tertentu, sehingga
memungkinkan peneliti untuk menguji apakah perubahan variable yang akibat
penelitian atau secara kebetulan.

I. Interpretasi Hasil Analisis Data


Dalam suatu penelitian, interpretasi hasil analisis data pada dasarnya dapat
dilakukan dengan dua cara : yakni secara terbatas, dan secara lebih luas.
Pertama, interpretasi secara terbatas dilakukan ketika peneliti hanya
melakukan interpretasi atas data dan hubungan yang ada dalam penelitiannya.
Interpretasi ini dilakukan secara otomatis ketika peneliti menganalisis data,
sehingga terdapat hubungan yang erat antara analisis data dengan interpretasi
data, karena dilakukan hampir bersamaan.
Kedua, analisis lebih luas dilakukan bila peneliti mencoba mencari
pengertian yang lebih luas tentang hasil-hasil analisis yang didapatkannya. Ini

10
dilakukan peneliti dengan membandingkan hasil analisisnya dengan
kesimpulan peneliti lain, dan mencoba menghubungkan kembali
interpretasinya dengan konsep, dalil, atau teori yang ada atau sudah
berkembang.

J. Kesimpulan, Rekomendasi, dan Implikasi Penelitian


Kesimpulan penelitian seyogyanya dirumuskan dengan mengacu kepada
beberapa hal, yakni :
1. Rumusan permasalahan
2. Tujuan penelitian
3. Hipotesis
Dengan mengacu kepada tiga hal tersebut, maka kesimpulan pada
dasarnya adalah jawaban dari permasalahan penelitian, mendeskripsikan
ketercapaian tujuan penelitian, dan menjawab hipotesis penelitian.
Rekomendasi adalah rumusan saran tindak lanjut atas dasar kesimpulan
penelitian. Rekomendasi dapat berhubungan dengan substansi permasalahan
penelitian, dan/ ditujukan kepada pihak-pihak yang dimungkinkan dapat
mengambil langkah-langkah tindak lanjit hasil-hasil penelitian.
Implikasi adalah deskripsi mengenai hal-hal, atau pihak-pihak yang akan
mendapatkan manfaat atau menerima akibat dari pengembangan hasil-hasil
penelitian. Secara umum uraian mengenai implikasi dapat difokuskan dalam dua
hal, yakni :
Implikasi teoritis : menguraikan tentang prospek pengembangan hasil
penelitian terhadap pengembangan konsep, teori atau keilmuan yang
sejalan dengan temuan penelitian.
Implikasi praktis : berkaitan dengan prospek pengembangan diri sisi
praktik dan penerapannya terhadap temuan penelitian.

11

Anda mungkin juga menyukai