Anda di halaman 1dari 16

Penelitian dasar atau juga bisa disebut dengan penelitian murni atau pokok ini merupakan

suatu penelitian yang memang diperuntukkan bagi seorang pengembang suatu ilmu
pengetahuan dan juga diarahkan kepada pengembangan teori yang ada maupun
menemukan
teori
yang
baru.
Seorang peneliti yang melakukan sebuah penelitian dasar mempunyai tujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa perlu memikirkan pemanfaatannya secara
langsung dari hasil suatu penelitian tersebut. Karena penelitian dasar biasanya justru akan
memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan dan juga pengujian teori yang
hendak mendasari penelitian terapan. Jadi penelitian dasar akan lebih diarahkan untuk
menjelaskan, mengetahui dan memprediksi fenomena sosial maupun alam.
Hasil dari penelitian dasar yang dilakukan barangkali belum bisa dimanfaatkan langsung,
namun hal itu sangat berguna bagi kehidupan yang lebih baik lagi. Sementara tujuan dari
dilakukannya penelitian dasar yaitu untuk menambah pengetahuan dengan menggunakan
hukum ilmiah, prinsip dasar dan juga untuk meningkatkan pencarian serta metodologi
ilmiah. Untuk tingkat generalisasi dari hasil penelitian dasar itu lebih
bersifat
umum
dan
abstrak
serta
bisa
berlaku
secara
universal.
Suatu penelitian dasar memang tidak diarahkan untuk memecahkan atau menyelesaikan
permasalahan praktis, melainkan prinsip yang bisa dihasilkannya bisa menjadi dasar
pemecahan masalah praktis atau dengan kata lain hasil dari penelitian dasar bisa
mempengaruhi kehidupan praktis. Misalnya penelitian dasar yang erat kaitannya dengan
bidang pendidikan yaitu penelitian di dalam bidang psikologi yang di dalamnya berisi
penelitian mengenai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi perilaku dan sikap manusia.
Dan hasil dari penelitian tersebut biasa digunakan untuk landasan dalam melakukan
pengembangan sikap untuk bisa merubah perilaku dengan melalui proses pendidikan atau
pembelajaran.
Penelitian dasar atau yang disebut basic research ini dilakukan untuk memperluas batasan

dari ilmu pengetahuan. Jadi penelitian dasar ini bukanlah ditujukan langsung demi
mendapatkan solusi bagi suatu permasalahan, akan tetapi penelitian dasar dilaksanakan
untuk memverifikasi teori yang telah ada atau bisa juga mengetahui lebih jauh mengenai
sebuah konsep. Sehingga pertama kali yang harus dilakukan di dalam penelitian dasar
yaitu menguji konsep atau melakukan hipotesis awal dan selanjutnya membuat kajian yang
lebih dalam serta kesimpulan mengenai fenomena yang telah diamati. Pada
dasarnya penelitian dasar dibedakan berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan
teori,
diantanya
adalah
:
Penelitian deduktif
Penelitian
ini
bertujuan

untuk

menguji

teori

dalam

keadaan

tertentu.

Penelitian induktif
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan hipotesis atau teori dengan cara
mengungkap fakta yang ada.

Pengertian Teori
Teori menurut Moleong (2002: 58) yaitu aturan yang menjelaskan proposisi atau
seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah. Menurut
Snelbecker dalam Meleong (2002: 34)
mendefinisikan teori sebagai seperangkat proposisi yang terintergrasi secara sintaksis (yaitu
yang mengikuti aturan tertentuyang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan
data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan
menjelaskan fenomena yang diamati.
Menurut Marx dan Goodson dalam Moleong (2002: 35) yang menyatakan bahwa
teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan
beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan
yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang diukur), (2) mekanisme atau struktur yang
diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang disimpulkan
serta mekanisme dasar yang dimaksudkan untuk data dan yang diamati tanpa adanya manifestasi
hubungan empiris apapun secara langsung.
Menurut Glaser dan Stauss dalam Moleong (2002: 35) menyatakan bahwa
konsep dasar teori klasik dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang
berasal dari data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif;
selanjutnya dikemukakan bahwa unsul-unsul teori mencakup kategori konseptual dengan
kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan di antara kategori dan
kawasan.
Sesuai Kasiram (2010:316) dan Sugiyono (2010:81), teori adalah konseptualisasi umum
yang diperoleh melalui jalan sistematis dan harus dapat diuji kebenarannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, teori merupakan


seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena)
secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel, dengan tujuan meramalkan dan
menerangkan gejala tersebut (Kenlinger dalam Sevilla, Consuelo G., dkk. [1993:30]).
Sesuai dengan pengertian teori tersebut, proposisi adalah hubungan dua konsep atau lebih
yang masih abstrak. Konsep adalah abtraksi fenomena yang dirumuskan berdasarkan ciri khusus
dari fenomena itu dari hasil observasi (Kasiram, 2010:317).

2. Fungsi Teori
Menurut Snelbecker dalam Moleong
Fungsi teori adalah meramalkan dan menjelaskan perilaku, menemukan teori lainnya, untuk
aplikasi plaktis, memberikan perspektif bagi usaha jarigan data, membimbing dan menyajikan
gaya penelitian (Moleong, 2002:58).
Singarimbun dan Effendi (1989:37), teori berfungsi menjelaskan secara sistematis suatu
fenomena dengan cara menentukan hubungan antarkonsep. Selain itu, teori juga menerangkan
fenomena tertentu dengan cara menetukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep
lainnya dan bagaimana bentuk hubungan tersebut.
Sedangkan Sevilla, Consuelo G., dkk. (1993:30) menyebutkan fungsi teori, yaitu
(1) sebagai suatu kerangka konsepsi penelitian dan memberikan alasan perlunya penyelidikan,
(2) melalui teori kita dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang terinci sebagai pokok masalah
penyelidikan, dan (3) untuk menampilkan hubungan antara variabel-variabel yang telah
diselidiki.
Melalui teori, (1) peneliti mendapatkan masukan dalam memaknai persoalan dan (2) teori
juga dipakai sebagai informasi pembanding atau tambahan untuk melihat gejala yang diteliti
secara lebih utuh (Tamsa, 2011).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka fungsi teori adalah (1)
meramalkan, menjelaskan, dan menemukan teori lain, (2) memberikan perspektif jaringan, (3)
memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun pertanyaan sebagai pokok masalah, (5)
menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan fenomena sebagai masukan
dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding.

3. Jenis Teori
Ads not by this site

Dalam perkembangnnya, teori dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu teori substantif
dan teori formal (Moleong, 2002:37). Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk
keperluan substantif atau empiris dalam ingkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya
antropologi,sosiologi, dan psikologi. Sedangkan teori formal adalah teori untuk keperluan formal
atau yang disusun secara konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu pengetahuan, misalnya
sosiologi, contohnya prilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, dst (Gleser dan Strauss dalam
Maleong, 2002:37-38).
Teori formal yang berasal dari bidang substantif memiliki kegunaan, yaitu (1) menguji
teori formal dari para ahli terkenal, (2) membandingkan hasil-hasil penelitian melalui arahan dan
bimbingan teori pokok yang dianalisis secara sistematis, (3) memberikan arti yang lebih besar

terhadap isi daripenerapan teori formal yang sudah diketahui peneliti pada bidang substantif, dan
(4) berguna dalam penyusunan teori yang masih agak longgar tentang gagasan atau teori forma,
dugaan, konsep, atau hipotesis mengenai bidang substantif yang sedang dipikirkan (moleong,
2002:46).

4. Unsur Teori
Menurut Kasiram, 2010:327, unsur pokok suatu teori yaitu proposisi, klasifikasi, konsep,
dan variabel. Proposisi merupakan pola hubungan antarkonsep atau antarklasifikasi atau
antarvariabel, seperti hubungan antarpenjual dan pembeli. Proposisi biasanya berbentuk hipotesis
atau tesis. Konsep merupakan nama yang diberikan pada sebuah gejala atau benda dengan ciriciri tertentu, seperti pendidik, alat pendidikan, produsen, konsumen, sikap, minat, dst. Klasifikasi
yaitu pengelompokan aspek atau bagian atau unsur dari teori, seperti intra-ekstra kurikuler,
pedagang-produsen, benda padat-cair, gas, dst. Variabel yaitu fariasi dari suatu konsep,
klasifikasi, proposisi, atau gejala yang di dalamnya terdiri dari beberapa ragam fariasi atau jenis,
seperti variabel guru tetap dan guru tidak tetap, dsb.
Ads not by this site

Berdasarkan uraian di atas, unsur-unsur teori dapat disederhanakan menjadi (1) kategori
konseptual dan kawasan konseptual dan (2) hipotesis atau hubungan generasi di antara kategori
dan kawasannya serta integrasi. Aspek merupakan unsur suatu kategori, sedangkan kategori
adalah unsur konseptual suatu teori. Hipotesis dicapai melalui analisis perbandingan
antarkelompok. Sedangkan analisis perbandingan antarkelompok menghasilkan kategori dan
mempercepat adanya hubungan antarkelompok. Unsur teori ke tiga yaitu integrasi. Instegrasi
merupakan gabungan hipotesis dan kategori konseptual sehingga diperoleh hipotesis yang lebih
khusus (Moleong, 2002:38).

5. Penyusunan Teori
Berdasarkan jenis teori, penyusunan teori dalam penelitian kualitatif dibedakan menjadi
dua, yaitu penyusunan teori substantif dan penyusunan teori formal. Penyusunan teori substantif
dilakukan melalui usaha menemukan kategori dengan kawasannya dengan kata lain mencari
hubungan logis untuk dirumuskan dalam hipotesis dengan memanfaatkan integrasi antara
kategori dengan kawasannya. Dalam penyusunannya, teori substantif menggunakan metode
analisis komparatif (Moleong, 2002:59). Sebagai contoh judul penelitian dengan teori substrantif
yaitu, Risiko Keuangan Bank Pengkreditan Rakyat Konvensional dan Bank Pengkreditan
Rakyat Syariah atau Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Metode
Konvensional dan Economic Value.
Pada teori formal, penyusunan teori dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Penyusunan teori formal tidak langsung dilakukan melalui teori substantif terlebih dahulu.
Dalam Moleong (2002:43) menyebutkan bahwa peyusunan teori formal secara tidak langsung
ada dua jenis, yaitu teori formal satu bidang dan teori formal dua bidang atau bidang ganda.
Ads not by this site

Pada penyusunan teori formal satu bidang, cara penulisan berasal dari teori substantif
atau berasal dari satu bidang substantif. Dalam penulisan teori formal satu bidang ini, peneliti
melakukannya dengan jalan menghapus kata-kata substantif, frasa, atau kata-kata sifat.
Misalnya: (1) aspek temporer dari kematian sebagai jaminan status tak terjadwal, ditulis menjadi
aspek temporer sebagai jaminan status tak terjadwal; kata dari kematian dapat dihilangkan

karena memiliki (2) bagaimana cara dokter dan perawat memberikan perhatian secara medis
pada pasien yang menghadapi maut dari segi nilai sosial pasien, menjadi bagaimana pelayanan
profesional terbagi dilihat dari segi nilai sosial menurut klien.
Penyusunan teori formal bidang ganda dilakukan melalui penarikan kategori inti dengan
kawasannya lalu menyusun teori yang sudah siap dan relevan. Untuk menyusun teori formal
bidang ganda ini perlu digunakan logika sebagaimana digunakan dalam teori substantif. Logika
ini memberikan petunjuk efektif untuk memilih kelompok ganda dari satu bidang substantif.
Selain itu, logika juga memberikan petunjuk dalam memperoleh banyak data dari berbagai jenis
bidang substantif (maleong, 2002:44).

6. Verifikasi Teori
Pembentukan teori dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui verifikasi terhadap
suatu teori yang berlaku atau terhadap teori baru yang baru muncul dari data. Verifikasi tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara implisit dan eksplisit yang dilakukan secara
berkesinam bungan semenjak data lapangan mulai masuk. Verifikasi implisit memiliki peranan
penting dalam membimbing peneliti ke arah (1) pembentukan uniformitas dan universalitas
pokok, (2) variasi strategi dari teori kepada konsidi yang berbeda, (3) modifikasi teori dari dasar
(Moleong, 2002:4647). Melalui verifikasi suatu teori, peneliti mungkin juga akan menemukan
teori baru. Namun pada dasarnya, fokus utama ahanya pada pengujian suatu teori.

C. Simpulan dan saran


Setelah mengkaji uraian di atas, maka dalam subbab ini diperoleh simpulan dan saran
sebagai berikut

1. Simpulan
Teori merupakan seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan
gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-variabel, dengan tujuan
meramalkan dan menerangkan gejala tersebut.
Ads not by this site

Teori juga memiliki fungsi, yaitu (1) meramalkan, menjelaskan, dan menemukan teori lain,
(2) memberikan perspektif jaringan, (3) memberikan alasan perlunya penelitian, (4) menyusun
pertanyaan sebagai pokok masalah, (5) menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan
menerangkan fenomena sebagai masukan dalam mengambil persoalan dan informasi
pembanding.
Dalam perkembangnnya, teori dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu teori substantif dan
teori formal. Teori substantif adalah teori yang dikembangkan untuk keperluan substantif atau
empiris dalam ingkuiri dalam suatu ilmu pengetahuan, misanya antropologi,sosiologi, dan
psikologi. Sedangkan teori formal adalah teori untuk keperluan formal atau yang disusun secara
konseptual dalam bidang ingkuiri suatu ilmu pengetahuan.
Unsur-unsur teori dapat disederhanakan menjadi (1) kategori konseptual dan kawasan
konseptual dan (2) hipotesis atau hubungan generasi di antara kategori dan kawasannya serta
integrasi.
Berdasarkan jenis teori, penyusunan teori dalam penelitian kualitatif dibedakan menjadi dua,
yaitu penyusunan teori substantif dan penyusunan teori formal. Penyusunan teori substantif
dilakukan melalui usaha menemukan kategori dengan kawasannya dengan kata lain mencari

hubungan logis untuk dirumuskan dalam hipotesis dengan memanfaatkan integrasi antara
kategori dengan kawasannya. Pada teori formal, penyusunan teori dilakukan secara langsung
atau tidak langsung.
Ads not by this site

Pembentukan teori dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui verifikasi terhadap
suatu teori yang berlaku atau terhadap teori baru yang baru muncul dari data. Verifikasi tersebut
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara implisit dan eksplisit yang dilakukan secara
berkesinam bungan semenjak data lapangan mulai masuk.

2. Saran
Berdasarkan hasil makalah ini, diharapkan peneliti mampu memahami pengertian teori
secara benar, mengetahui fungsi teori secara menyeluruh, mengetahui jenis-jenis teori yang
sedang berkembang, mengetahui unsur-unsur teori, mengetahui bagaimana penyusunan teori
yang tepat dalam penelitian kualitatif, dan mengetahui verifikasi teori.

DALIL
DALIL adalah ...
1) Teorema. Rumusan suatu sifat bentuk ilmu ukur atau suatu fungsi
atau faham lain dalarn ilmu pasti.

2) Suatu kesimpulan yang kebenarannya dibuktikan berdasarkan


hipotesa-hipotesa tertentu; atau suatu kesimpulan yang telah dibuktikan
kebenarannya.

3) Suatu yang menunjuk kepada apa yang dicari alasan, keterangan,


argumen yang menunjuk kepada pengertian, hukum, dan lain-lain yang
dicari.

KONSEP
Konsep atau anggitan adalah abstrak, entitas mental yang universal yang menunjuk
pada kategori atau kelas dari suatu entitas, kejadian atau hubungan. Istilah konsep berasal dari bahasa
latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts"
menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan
filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang
dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan
yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti
yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu
abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan
manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi
intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran
mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisiseperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep
adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi,
memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan
secara merata untuk setiap extensinya.

Konsep adalah pembawa arti. Suatu konsep tunggal bisa dinyatakan dengan bahasa apa pun. Konsep
bisa dinyatakan dengan 'Hund' dalam bahasa Jerman, 'chien' dalam bahasa Prancis, 'perro' dalam
bahasa Spanyol.

http://yamatoikwan.blogspot.com/2013/09/brake-assist-emergency-brake-assist.html

Paradigma Penelitian
Paradigma ibarat sebuah jendela tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya. Sebagian
orang menyatakan paradigma (paradigm) sebagai intelektual komitmen, yaitu suatu citra
fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu (Salim, 2006). Namun secara umum menurut Salim
(2006) paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun
sesorang dalam bertindak atau keyakinan dasar yang menuntun sesorang dalam bertindak dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Ihalauw (1985) paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari,
pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam
menafsirkan jawaban yang diperoleh (Salim, 2006).
Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir; basis dari ontologi, epistemologi, dan
metodologi. Dalam pandangan filosof, paradigma merupakan pandangan awal yang membedakan,
memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa konsekuensi praktis
terhadap prilaku, cara berpikir, intepretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah. Paradigma memberi
representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan yang kompleks sehingga orang dapat
memilih untuk bersikap atau mengambil keputusan (Salim, 2001)
Menurut Maleong (2004), ada berbagai macam paradigma, tetapi yang mendominasi ilmu pengetahuan
adalah scientifik paradigm (paradigma ilmiah) dan naturalistic paradigm (paradigma almiah). Paradigma
imiah bersumber dari pandangan positivisme (lazimnya disebut sebagai paradigma kuantitatif) sedangkan
pandangan alamiah bersumber pada pandangan fenomenologis (lazimnya disebut sebagai paradigma
kualitatif).

Gambar 3. Paradigma dalan Penelitian Ilmiah


Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian dapat dikelompokan
menjadi paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi peristilahan, para ahli
nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda meskipun mengacu pada hal yang sama.
Untuk itu guna menghindari kekaburan dalam memahami kedua pendekatan ini, berikut akan
dikemukakan penamaan yang dipakai para ahli dalam penyebutan kedua istilah tersebut
lihat Tabel 1berikut ini.
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Dalam beberapa referensi tentang paradigma penelitian, kita dapat menjumpai beberapa nama yang
dipergunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif yaitu: grounded
research,ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik,
atau holistik. Perbedaan tersebut dimungkinkan karena perbedaan fokus dalam melihat permasalahan
serta latar brlakang disiplin ilmunya. Istilah grounded research lebih berkembang di lingkungan
sosiologi dengan tokohnya Strauss dan Glaser (untuk di Indonesia istilah ini diperkenalkan/dipopulerkan
oleh Stuart A. Schleigel dari Universitas California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat Latihan
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Banda Aceh pada tahun 1970-an), ethnometodologi lebih berkembang di
lingkungan antropologi dan ditunjang antara lain oleh Bogdan, interaksi simbolik lebih berpengaruh di
pantai barat Amerika Serikat dikembangkan oleh Blumer, Paradigma naturalistik dikembangkan antara
lain oleh Guba yang pada awalnya memperoleh pendidikan dalam fisika, matematika, dan penelitian
kuantitatif.
Riwayat singkat kedua paradigma tersebut adalah sebagai berikut (Bogdan & Taylor (1975); Crewell

(1994); Maleong (2004)


Paradigma Kuantitatif (Positivisme) berakar pada pandangan teoritis Auguste Comte dan Emile
Durkheim pada abad ke 19 dan awal abad ke 20. Para Positivisme mencari fakta dan penyebab
femomena sosial dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektifitas individu. Durkhiem
menyarakan kepada ahli ilmu pengetahuan sosial untuk mempertimbangkan fakta sosial atau
fenomena sosial sebagai sesuatu yang memberikan pengaruh dari luar atau memaksa pengaruh
tertentu terhadap perilaku manusia. Paradigma kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma tradisional,
positivisme, eksperimental, atau empiris.
Paradigma Kualitatif (alamiah/fenomenologis) bersumber dari pandangan Max Weber yang diteruskan
oleh Irwin Deutcher. Pendekatan ini berawal dari tindakan balasan terhadap tradisi positivisme.
Pendekatan fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun
bertindak orang itu sendiri. Bagi mereka yang penting ialah kenyataan yang terjadi sebagai yang
dibayangkan atau dipikirkan oleh orang itu sendiri. Paradigma kualitatif menyatakan pendekatan
konstruktif atau naturalistis (Lincoln & Guba), pendekatan interpretatif (J. Smith) atau sudut
pandang postpositivist (postmodern)
Masing-masing paradigma tersebut mempunyai seperangkat asumsi yang berbeda (Firestone, 1987; Guba
& Linclon, 1988; McCrakeb, 1988).Hal ini penting untuk diketahui karena akan memberikan arah untuk
merancang (mendesain) penelitian. Tabel 2. Menunjukkan asumsi paradigma kualitatif dan kuantitatif
berdasarkan pendekatan ontologis, epistemologis, aksiologis, retorika dan metodologis (Creswell, 1994)
Kedua paradigma pendekatan penelitian tersebut nampak sekali mempunyai asumsi/aksioma dasar
filosofis dan paradigma berbeda yang menurut Lincoln & Guba (1985) perbedaan tersebut terletak dalam
asumsi/aksioma tentang kenyataan, hubungan pencari tahu dengan tahu (yang diketahui), generalisasi,
kausalitas, dan masalah nilai. Menurut Lincoln & Guba (1985) pandangan positivisme dari sudut
ontologi meyakini bahwa realitas merupakan suatu yang tunggal dan dapat dipecah-pecah untuk
dipelajari/dipahami secara bebas, obyek yang diteliti bisa dieliminasikan dari obyek-obyek lainnya,
sedangkan dalam pandangan fenomenologi kenyataan itu merupakan suatu yang utuh, oleh karena itu
obyek harus dilihat dalam suatu konteks natural tidak dalam bentuk yang terfragmentasi.
Dari sudut epistemologi, positivisme mensyaratkan adanya dualisme antara subyek peneliti dengan obyek
yang ditelitinya, pemilahan ini dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil yang obyektif. Sementara itu
dalam pandangan Fenomenologis subyek dan obyek tidak dapat dipisahkan dan aktif bersama dalam
memahami berbagai gejala. Dari sudut aksiologi, positivisme mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai
agar dicapai obyektivitas konsep dan hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas tempat dan waktu.
Sedangkan dalam pandangan fenomenologi penelitian itu terikat oleh nilai sehinggan hasil suatu
penelitian harus dilihat sesuai konteks.
Agar lebih jelasnya pada Tabel 3 dapat dilihat perbandingan antara paradigma positivisme dan paradigma
alamiah (fenomenologi).
Masalah paradigma kuantitatif dan kualitatif hingga dewasa ini masih terjadi perdebatan,
meskipun banyak ahli pada bidang tertentu memandang hal ini bukan masalah yang bersifat dikotomis
melainkan suatu kontinum. Sekelompok ahli memandang bahwa paradigma (metode) manapun yang akan
digunakan sebenarnya sangat tergantung pada masalahnya. Bila masalah itu memerlukan jawaban
kualitatif maka paradigma yang harus dipilih adalah kualitatif. Sementara jika masalah itu bersifat
kuantitatif maka paradigma yang dipilih adalah harus kuantitatif. Sementara sekelompok
ahli mengatakan bahwa kedua paradigma tersebut saling menunjang, dengan suatu harapan bahwa

dengan cara begitulah penelitian akan dapat menyajikan hasil yang mantap dan jitu.
Menurut Creswell (1994), untuk menggunakan kedua paradigma secara baik dan akurat dibutuhkan lebih
banyak halaman yang dapat ditelorir editor jurnal. Hal ini dapat menyebabkan disertasi melewati batas
normal ukuran dan skala. Menggunakan kedua paradigma dalam satu penelitian akan mahal, memakan
waktu dan panjang (Locke, Spirduso, & Silverman, 1987 dalam Creswell, 1994:7). Oleh karena itu
peneliti harus memilih paradigma kualitatif atau kuantitatif dalam suatu penelitian (paradigma tunggal).
Memilih salah satu paradigma penelitian (paradigma tunggal) bukan berarti paradigma lainnya dianggap
tidak baik. Tidak ada satu paradigma yang sanggup mengungguli paradigma lainnya, mengingat pilihan
paradigma merupakan cara pandang seseorang (peneliti) terhadap suatu realitas yang tergantung pada
keadaan tertentu. Misalnya dalam bidang ilmu eksak, biasanya paradigma kuantitatif (postivisme) yang
banyak digunakan, sedangkan dibidang sosial, paradigma kualitatif (fenomenologis) yang mendapat
tempat yang mapan (Salim, 2001). Masalahnya adalah bagaimana peneliti harus memilih salah satu
paradigma dalam penelitian?
Tabel 4. menyajikan kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih salah satu paradigma (metode)
dalam penelitian.

Tabel 2
Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Asumsi
Asumsi Ontologi

Pertanyaan
Apakah sifat dari
realita ?

Kuantitatif
Realita adalah
obyektif dan tunggal,
terpisah dari peneliti

Asumsi
Epistemologi

Apakah hubungan
peneliti dan yang
diteliti ?
Apakah peran nilai?

Peneliti independen
dari yang diteliti (jadi
ada dualisme)
Bebas nilai dan tidak
bias

Asumsi Asiologi

Kualitatif
Realita adalah
subyektif dan
banyak/ganda
berdasarkan sudut
pandang partisipan
dalam suatu penelitian
Peneliti berinteraksi
dengan yang diteliti
Peneliti berinteraksi
dengan yang diteliti

Asumsi Retorik

Asumsi Metodologi
dikembangkan
untuk

Apakah bahasa
penelitian ?

Apakah proses
penelitiannya ?

Formal
berdasarkan
separangkat
definisi

Tidak formal

Nada impersonal
menggunakan
kata-kata/istilahistilah kuantitatif
yang telah baku

Keputusankeputusan
berlangsung terus
menerus
menggunakan
kata-kata istilahistilah kualitatif
yang telah baku

Proses deduktif
(sebab akibat).

Proses induktif.

Desain yang
statis, kategorikategori yang
telah
dikelompokkan
sebelum
penelitian.

Faktor
pembentuknya
berlangsung timbal
balik dan
berkelanjutan.

Desain dan
kategori-kategori
yang muncul dan
diindentifikasi
selama proses
penelitian.

Bebas konteks

Terikat dengan
konteks.

Generalisasi
menuntun ke
prediksi,
penjelasan dan
pemahaman.

Pola-pola, teoriteori melalui


melalui
ketersahihan
pemahaman.

Akurat dan
terandalkan serta
keterandalan
(validitas dan
realibilitas)

Akurat dan
terandalkan
melalui
verifikasi/pembukt
ian

Sumber: Menurut Firestone (1987); Guba & Lincoln (1988) dan McCracken (1988), dalam Creswell,

1994:4-5

Table 3

Perbedaan Aksioma Paradigma Positivisme dan Alamiah


Paradigma
No

Paradigma
Alamiah/Kualitatif

Aksioma Tentang
Positivisme
Kenyataan adalah tunggal,
nyata dan fragmentaris

Hakikat kenyatan

Hubungan pencari
tahu dan yang tahu

Kemungkinan
Generalisasi

Kemungkinan
hubungan sebab
akibat

Terdapat penyebab
sebenarnya yang secara
temporer terhadap, atau
secara simultan terhadap
akibatnya

Kenyataan adalah
ganda,dibentuk, dan merupakan keutuhan
Pencari tahu dengan yang tahu
aktif bersama, jadi tidak dapat
dipisahkan
Hanya waktu dan konteks yang
mengikat hipotesis kerja
(pernyataan idiografis) yang
dimungkinkan
Setiap keutuhan berada dalam
keadaan mempe-ngaruhi
secara bersama-sama sehingga
sukar mem-bedakan mana
sebab dan mana akibat

Peranan nilai

Inkuirinya bebas nilai

Inkuirinya terikat nilai

Pencari tahu dengan yang


tahu adalah bebas, jadi ada
dualisme
Generalisasi atas dasar bebaswaktu dan bebas-konteks
(pernyataan nomotetik)

Sumber: Moleong, 2004:31

kembali

Table 4
Alasan-Alasan Untuk Memilih Paradigma
Kriteria
Pandangan peneliti

Latihan dan pengalaman


peneliti

Paradigma Kuantitatif
Peneliti cocok dengan asumsiasumsi ontologi,
epistemologi, axiologi, retorik
dan metodologi paradigma
kuantitatif
Keahlian penulisan teknis;
keahlian statistik komputer;

Paradigma Kualitatif
Peneliti cocok dengan asumsiasumsi ontologi,
epistemologi, axiologi, retorik
dan metodologi paradigma
kualitatif
Keahlian penulisan essay;
keahlian analisa komputer;

Sisi psikologis peneliti

Sifat masalah

Pembaca penelitian (editor


jurnal dan pembaca, komite
wisuda)

penguasan kepustakaan.
Kecocokan dengan aturanaturan dan panduan-panduan
untuk melakukan penelitian;
toleransi yang rendah
terhadap ketidakpastian dan
waktu yang singkat.
Pernah diteliti oleh penelitian
lain sehingga banyak acuan
kepustakaan, variabel
diketahui, teori-teori tersedia.
Individu-indvidu yang
terbiasa dengan atau
mendukung penelitian
kuantitatif

penguasan kepustakaan.
Senang tanpa peraturan dan
prosedur khusus melakukan
penelitian; toleransi
kerancuan tinggi; waktu untuk
penelitian lama.
Penelitian pendalaman,
variabel tak diketahui,
konteks penting mungkin
kurang dasar teori untuk
penelitian
Individu-indvidu yang
terbiasa dengan atau
mendukung penelitian
kualitatif

Sumber: Creswell, 1994:8-9

kembali

Anda mungkin juga menyukai