Anda di halaman 1dari 6

A. Apakah Teori Itu?

Manusia dalam pencarian kebenaran merupakan suatu proses yang cukup panjang untuk
dipelajari. Manusia mencoba melakukan eksperimen atau penelitian ilmiah dalam mencari
kebenaran atau mencari jawaban, dalam rangka ini para peneliti mengajukan teori-teori yang
dibutuhkan untuk menjelaskan gejala-gejala sosial, moral, politik, hukum, dan lain-lain.

Oleh karena itu, memahami teori hukum yang dikemukakan oleh pakarnya memerhatikan
latar belakang politik dan kondisi masyarakat tempat ahli tersebut lahir. Sehingga peneliti
dalam menggunakan teori tertentu masih relevan. Hal ini sangat penting, dan merupakan
sebuah keharusan bagi peneliti untuk memahami teori dan kedudukannya dalam penelitian.
Dengan menggunakan teori merupakan usaha manusia memahami dunia yang dijabarkan
dalam rumusan pendek, namun seperti halnya ciptaan manusia terbatas oleh ruang dan waktu.
Ketika diterapkan di daerah lain bahkan negara lain dalam kondisi dan zaman yang berbeda
akan memengaruhi kebenarannya. Di sisi lain, objek terbentuk teori pun sudah mengalami
perubahan atau pergeseran karena kepentingan manusia pada saat itu. Ini pada umumnya
teori-teori yang berhubungan dengan masyarakat. Sedikit berbeda dengan teori alam atau
matematika walaupun tidak kekal namun cenderung lebih bertahan cukup lama “Apakah
Teori itu”?. Teori' berasal dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan', yang
pada gilirannya berasal dari kata thea dalam bahasa Yunani yang berarti “cara atau hasil
pandang adalah suatu konstruksi di alam ide imajinatif manusia tentang realitas-realitas yang
ia jumpai dalam pengalaman hidupnya. Beberapa ahli memberikan pengertian tentang teori,
yaitu di antaranya sebagai berikut.

1. Menurut Gorys, teori adalah asas-asas umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah
dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena
yang ada.
2. Menurut Sarantakos, teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui
spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. Fred N. Kerlinger dalam bukunya Foundation of Behavioral
Research teori adalah seperangkat konsep, batasan dan proposisi yang menyajikan
suatu pandangan sistematis tentang fenomena. dengan merinci hubungan
antarvariabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut. Neuman
berpendapat teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang
berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
3. Menurut Kerlinger, Theory is aset of interelated construct or concept, definition, and
proposition that presents a systematic view of phenomena by specifying relations
among yariables with the purpose of explanation and predicting the phenomena.
Maksudnya teori adalah seperangkat konstruk, konsep, definisi, dan proposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik mengenai
suatu fenomena dengan menspesifikkan hubungan antarvariabel dengan tujuan untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena.
4. Menurut J.JJ.H. Bruggink, teori adalah generalisasi atau seri generalisasi di mana kita
mencoba menjelaskan suatu fenomena dengan cara yang sistematis. A theory is a
systematic explanation for the observed facts and laws that relave 16 a particulas
aspeci of Life." Kemudian beberapa ahli hukum memberikan definisi tentang teori
hukum yaitu sebagai berikut. Teori hukum menurut J.J.H. Bruggink adalah
merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dan berkenaan dengan
sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum. Teori hukum
menurut W. Friedman adalah aliran atau mazhab dalam ilmu hukum seperti teori
hukum alam, teori positivisme dan utilitarianisme dan sebagainya.
5. Menurut Soentandyo W, teori berasal dari kata theoria dalam Bahasa Latin yang
berarti “perenungan”, yang pada gilirannya dari kata thea dalam bahasa Yunani yang
berarti “cara atau hasil pandang”, adalah suatu konstruksi di dalam cita atau ide
manusia, yang dibangun untuk menggambarkan secara teflektif fenomena yang
dijumpai di dalam pengalaman. Dari kata dasar thea ini pulalah datang kata modern
“tater” yang berarti pertunjukan atau “tontonan”. Didefinisikan dari rumusan yang
demikian, berbicara tentang “teori” tak pelak lagi orang akan menemukan dua macam
realitas. Yang pertama adalah realitas in abstracto yang ada dalam ide yang imajinatif,
dan yang kedua adalah padanannya yang berupa realitas in concreto yang berada
dalam alam pengalaman yang indrawi.”
6. Menurut B. Arief Sidharta, teori hukum adalah disiplin hukum yang secara kritis
dalam perspektif interdisipliner menganalisis berbagai aspek dari gejala hukum secara
tersendiri dan dalam kaitan dengan keseluruhannya baik dalam konsepsi teoretisnya
maupun dalam pengolahan praktisnya, dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
lebih baik dan penjelasan yang lebih jernih atas bahan-bahan yuridis.?
B. Kegunaan Kerangka Teoretik dalam Penelitian Hukum

Setiap penelitian yang membutuhkan teori yang mendukung atau relevan dengan topik tulisan
yang bersangkutan, serta berkaitan langsung dengan permasalahan. Dengan demikian, teori
bermanfaat untuk mendukung analisis terhadap penelitian. Teori pun memberikan bekal
kepada kita apabila akan mengemulkakar iporesis, Karena Giporesisealam penelitian dapat
digunakan sebagai tolok ukur sekaligus tujuan penelitian dalam bentuk pembuktian
dituangkan dalam simpulan.

Jumlah teori yang digunakan dihindari terlalu sedikit atau terlalu banyak Jika terlalu sedikit
akan mempersempit ruang analisis dan jika terlalu banyak akan mempersulit untuk
menggunakannya atau penelitian kita dianggap suatu kliping atau kumpulan-kumpulan teori.
Oleh karena itu, penentuan teori sesuai dengan kebutuhan menjawab permasalahan.
Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta,
didukung oleh dalil dan proposisi. Secara definitif, teori harus berlandaskan fakta empiris
dan/atau nonempiris karena tujuan utamanya adalah menjelaskan dalam penelitian kualitatif
dan memprediksikan kenyataan atau realitas dalam penelitian kuantitatif. Suatu penelitian
dengan dasar teori yang baik akan membantu mengarahkan si peneliti dalam upaya
menjelaskan fenomena yang diteliti:

Seorang peneliti selain memahami konteks formal dan materiil sebuah teori, juga dituntut
memahami teori itu baik pada konteks sejarah maupun konteks sosial di mana teori itu
dilahirkan. Sehingga apabila teori itu digunakan peneliti akan memahami struktur masing-
masing teori itu, bahkan mampu menyusun sebuah skema perkembangan teori dari masa lalu.

Memberikan argumen teoretis mengenai hubungan antarvariabel yang diteliti. Argumen


teoretis dalam kerangka teoretis merupakan sebuah Upaya untuk memperoleh jawaban atas
rumusan permasalahan. Dalam praktiknya, membuat argumen teoretis memerlukan kajian
teoretis atau hasil-hasil penelitian yang relevan. Hal ini dilakukan sebagai petunjuk atau arah
bagi pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena argumen
teoretis sebagai upaya untuk memperoleh jawaban atas rumusan permasalahan, maka hasil
dari argumen teoretis ini adalah sebuah jawaban sementara atas rumusan permasalahan
penelitian.
Suriasumantri mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah
sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis, Kerangka
pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan,
adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesis tentang
hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Selanjutnya dianelisis secara kritis dan sistematis. sehingga menghasilkan sintesis tentang
hubungan antara variabel penelitian. Sintesis tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Yang harus diketahui oleh seorang peneliti adalah kebenaran teori-teori yang digunakan
hanya bersifat tentative, kebenaran sebenarnya adalah kebenaran simpulan untuk
memperbarui atau menegaskan teori.

Fungsi teori dalam sebuah penelitian menurut Sugiyono adalah

1. teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk
variabel yang akan diteliti,
2. untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, dan
3. memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang hendak
diteliti.

Dengan demikian, dapat disimpulkan kegunaan Kerangka Teori dalam suatu penelitian adalah
sebagai berikut.

1. Membantu dalam membangun kerangka pemikiran bagi penelitian.


2. Membantu menemukan permasalahan penelitian, menemukan hipotesis, menemukan
konsep-konsep, menemukan metodologi, dan menemukan alat-alat analisis data.
3. Membantu menerangkan dan menggeneralisasi.
4. Memberikan landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memaknai data dan fakta.
5. Mendudukkan permasalahan penelitian secara logis dan runtut.
6. Membantu dalam membangun ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian.
7. Memberikan dasar-dasar konseptual dalam merumuskan definisi operasional.
8. Membantu mendudukkan secara tepat dan rasional.
9. Membantu menganalisis, dengan memberikan penilaian terhadap temuan fakta dari
hasil penelitian, dengan demikian apakah sesuai dengan teori atau tidak.
C. Pembagian Teori Hukum dalam Penelitian Hukum

Dalam melakukan suatu penelitian hukum diperlukan penggunaan teori hukum. Karena setiap
penelitian dengan menggunakan teori hukum untuk menganalisis permasalahan yang
diangkat dan membantu dalam menjawab permasalahan. Menurut Soerjono Soekanto,
penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu termasuk penggunaan teori hukum yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya, Kecuali itu, maka juga
diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan, yang timbul di dalam gejala yang
bersangkutan.

Titik tolak teorisasi hukum pada dasarnya merujuk pada satu hal, yaitu hubungan manusia
dan hukum. Semakin landasan suatu teori bergeser ke faktor peraturan, maka hukum
dianggap sebagai unit tertutup yang formal-legalistik. Sebaliknya, semakin bergeser ke
manusia, semakin teori itu terbuka dan menyentuh mosaik kemanusiaan. Tipe yang pertama
melahirkan legalisme, atau analytical jurisprudence. Sementara tipe yang kedua,
menghasilkan antara lain teori tentang nomos dan keadilan, sociological jurisprudence,
critical legal theories, atau hukum responsif dan hukum progresif.

Beberapa teori hukum doktrinal yang dapat digunakan dalam penelitian hukum di antaranya
sebagai berikut.

1. Teori Hukum Doktrinal

a. Teori Command of Sovereign

John Austin dilahirkan pada tahun 1790 di Sufflok, dari keluarga kaum pedagang. Austin
pernah berdinas di tentara, dan ditugaskan di Sisilia dan Malta. Namun ia juga mempelajari
hukum. Pada tahun 1818, ia bekerja sebagai advokat Tapi ia tidak menjalaninya secara serius.
Ia belakangan meninggalkan pekerjaan itu, pindah menjadi seorang ilmuwan hukum. Pada
tahun 1826 hingga 1832, ia bekerja sebagai guru besar bidang jurisprudence di London
University. Sesaat setelah mengundurkan diri sebagai profesor, ia banyak menjabat jabatan-
jabatan penting di lembaga-lembaga kerajaan.
Pada tahun 1826 hingga 1832, John Austin sebagai guru besar bidang jurisprudence di
London University. Sesaat setelah mengundurkan diri sebagai profesor, Austin menjabat
jabatan-jabatan penting di lembaga-lembaga.

Anda mungkin juga menyukai