Anda di halaman 1dari 25

METODOLOGI

PENELITIAN
HUKUM
(Filsafat, Teori dan Praktik)

Prof. Dr.Suteki, S.H.,M.Hum.


Galang Taufani,S.H., M.H.

RAJAWALI PERS
Divisi Buku Perguruan Tinggi
PT RajaGrafindo Persada
DEPOK
Kemudian leberapa ahli hukunm
Iukum yaitu scbapai
adalah
berikut leot
meupakann kescluuban
nenberi
hukumkannenurut
definisi tentang teori
berkenaa dengan sistem koseptual pemyataal
yang saling LH Bruygink
atuan
hukunberkaitan
Iukumleoril alutan dan
mazhab dalam ilnu hukuni hukummenuut
sepeti
W. dan
Iiedman
adalah putusan-
aliran atau
dan utlitarianisne dan sebagainya. teoi bukum alam, teori
Menuut Soentandyo W, teoi
beasal dari
positivisme
Latin yang beati kata theoria dalan babasa
dalam bahasa Yunani yang
"peremgan", yang pada gilirannya lari kata thea
c
suatu konstruksi di dalam cita
berati
"cara atau hasil
menggambarkan secara atau ide manusia, yangpandang", adalah
teflekif Senomena yany dibangun untuk
pengalamarn. Dari kata dasar thea ini
pulalah datang dijumpai
kata
di dalam
yang berarti prtunjukan atau
"lontoban". modern"tater"
yang demikian,
menemukan dua
berbicara tentang "tcori" Didefinisikan rumusan
tak pelak
dari
lagi orang akan
macam rcalitas. Yang pertama
yang ada dalam ide adalah
yang imajinatií, dan yang kedua realitas in abstracto
yang3berupa realitasin concreto yang adalah padanannya
indrawi.? berada dalam alam pengalarman yang
Menurut B. Arief Sidharta, teori hukum adalah
kritis dalam perspektif disiplin hukum yang secara
interdisipliner
gejalahukum secara tersendiri dan dalammenganalisis berbagai aspek dari
baik dalam konsepsi teoretisnya kaitan dengan kescluruhannya
dengan tujuan memperoleh pemahamanmaupun dalam pengolahan praktisnya,
yang lebih baik dan penjelasan
yang lebih jernih atas bahan-bahan yuridis."

B. Kegunaan Kerangka Teoretik dalam Penelitian Hukum


Setiap penelitian yang membutuhkan teoriyang mendukung atau
relevan
Gengan topik tulisan yang bersangkutan, serta berkaitan langsung dengan
permasalahan. Dengan demikian, teori bermanfaat untuk mendukung analisis
terhadap penelitian. Teori pun memberikan bekal kepada kita apabila akan
mengemukakan hipotesis. Karena hipotesis dalam penelitian dapat digunakan
"JJ.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum (Bandung: Citra Aditya, 1999), hlm. 160.
'Soetapdya Wignyosoebroto, Hukum, Metode, dan Dinamika Masalahnya (Jakarta:
Elsam-Huma, 2002), hlm. 184-185.
"Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur llmu Hukum, Sebuah Penelitian tentang
Pondasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan llmu Hukum Sebugai Landasan Pengembungun llmu Hukum
Nasional Indonesia (Bandung: Mandar Maju, 1999), hlm. 120-122.

Bab 5| Urgensi Teoridalam PenelitianHukurn 83


sebagai tolok ukur sckaligus tujuan penelitian dalam bentuk
dituangkan dalam simpulan.
Jumlahteori yang digunakan dihindariterlalu sedikit atau
Jika terlalu sedikit akan mempersempit ruang analisis dan jika
pterlaleumbbanyakukian
akan mempersulit untuk menggunakannya atau penelitian kita terlalu banyak
kliping atau kumpulan-kumpulan teori. Oleh karena itu,
sesuai dengan kebutuhan menjawab permasalahan.
dianggapuan suatteoiu
penent
Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu
merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi karena
Secara definitif, teori harus berlandaskan fakta empiris
fenomena yangteori
diteliti. Teori selalu berdasarkan fakta, didukung oleh dalil
dan
proposirsiis.
dan/atau
karena tujuan utamanya adalah menjelaskan dalam penelitian nonempi
memprediksikan kenyataan atau realitas dalam penelitian kualitatif dan
penelitian dengan dasar teori yang baik akan membantukuantitatif. S
peneliti dalam upaya menjelaskan fenomena yang diteliti. mengarahkan
Seorang peneliti selain memahami konteks formal dan
teori, juga dituntut memahami teori itu baik pada materil sebuvak
konteks sosial di mana teori itu dilahirkan. konteks sejarah maupun
peneliti akan memahami struktur Sehingga apabila teori itu digunakan
menyusun sebuah skema perkembangan masing-masing teori itu, bahkan mamDu
teori dari masa lalu.
Memberikan argumen teoretis mengenai hubungan
diteliti. Argumen teoretisdalam kerangka teoretis antarvariabel yang
untuk memperoleh jawabarn atas rumusan merupakan sebuah upaya
membuat argumen teoretis memerlukan pernmasalahan.
kajian
Dalam praktiknya,
penelitian yang relevan. Hal ini teoretis atau hasil-hasil
dilakukan sebagai petunjuk atau arah bagi
pelaksanaan penelitian. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, oleh karena
argumen teoretis sebagai upaya untuk
permasalahan, maka hasil dari argumenmemperoleh jawaban atas rumusn
teoretis ini adalah sebuah jawabal
sementara atas rumusan permasalahan
penelitian.
Suriasumantri mengemukakan bahwa seorang peneliti harus
teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun menguasu
membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran kerangka pemikiran ya
penjelasan
sementara terhadap gejala yang menjadi objek merupakan
agar suatu kerangka
pemikiran permasalahan. Kriterlaalur-alur
bisa nmeyakinkan ua
pemikiran yang logis dalam ilmuwan, membuahkan
adalah
membangun
kesimpulan yang berupa hipotesis. suatu berpikir yang
Jadi kerangka merupakan sintesis
tentang hubungan antara variabel
telah dideskripsikan. yang disusun dari berbagai teori yan8
Selanjutnya dianalisis secara kritis dan siste
84
Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
Praktik)
variabel penelitian.
sehingga menghasilkan sintesis tentang hubungan antara digunakan untuk
Sintesis tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
merumuskan hipotesis."
Yang harus diketahui oleh seorang peneliti adalah kebenaran teori
adalah
teori vang digunakan hanya bersifat tentative, kebenaran sebenarnya
kebenaran simpulan untuk memperbarui ataumenegaskan teori.
Fungsi teori dalan1 sebuah penelitian menurut Sugiyono adalah
ieori digunakan untuk memperjelas dan menmpertajam ruang lingkup,
atau konstruk variabel yang akan diteliti;
untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian; dan
memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang
hendak diteliti. l0

Dengan demikian, dapat disimpulkan kegunaan Kerangka Teori dalam


suatu penelitian adalah sebagai berikut.
1. Membantudalam membangun kerangka pemikiran bagi penelitian.
Membantu menemukan permasalahan penelitian, menemukan hipotesis,
menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi, dan menemukan
alat-alat analisis data.
3. Membantu menerangkan dan menggeneralisasi.
4. Memberikan landasan yang kuat dalam menjelaskan dan memaknai data
dan fakta.
5. Mendudukkan permasalahan penelitian secara logis dan runtut.
6. Membantu dalam membangun ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian.
Memberikan dasar-dasar konseptual dalam merumuskan definisi
operasional.
8. Membantumendudukkan secara tepat dan rasional.
9. Membantu menganalisis, dengan memberikan penilaian terhadap temuan
fakta dari hasil penelitian, dengan demikian apakah sesuai dengan teori
atau tidak.

"Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2009).


him. 92.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 20 10), hlm. 57.

Bab 5| Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 85


C. Pembagian Teori Hukum dalam Penelitian Hukum
Dalan melakukan suatu penelitian hukum diperlukan
pengguhaan
hukum. Karena setiap penclitian dengan menggunakan teori
hukum
menganalisis permasalahan yang diangkat dan membantu dalam
teori
untuk
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan menjaSuatu wab
permasalahan. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan
tertentu termasuk penggunaan teori hukum yang bertujuan untuk pemikiran
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan
mempel aja
menganalisisnya.
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan merndalamterhadap ri
tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas fakta hukum
yang timbul didalam gejala yang bersarngkutan. permasalahos
Titik tolak teorisasi hukum pada dasarnya merujuk pada satu hal,
hubungan manusia dan hukum. Semakin landasan suatu teori bergeservaitua
faktor peraturan, maka hukum dianggap sebagai unit
tertutup yang formal.
legalistik. Sebaliknya, semakin bergeser ke manusia, semakin
dan menyentuh mosaik kemanusiaan. Tipe yang teori itu terbuka
pertama melahirkan legalisme
atau analytical jurisprudence. Sementara tipe yang
lain teori tentang nomos dan keadilan, sociologicalkedua, menghasilkan antara
theories, atau hukum responsif dan hukum progresif."1 jurisprudence, critical legal
Beberapa teori hukum doktrinal yang dapat digunakan dalam penelitian
hukum di antaranya sebagai berikut.
1. Teori Hukum Doktrinal
a. TeoriCommand of Sovereign
John Austin dilahirkan pada tahun 1790 di Sufflok, dari
pedagang. Austin pernah berdinas di tentara, dan ditugaskankeluarga kaum
di Sisilia dan
Malta. Namun ia juga mempelajari hukum. Pada tahun 1818, ia
advokat Tapi ia tidak menjalaninya secara serius. la bekerja sebagai
pekerjaan itu, pindah menjadi seorang ilmuwan hukum. belakangan meninggalkan
Pada tahun 1826
hingga 1832, ia bekerja sebagai guru besar bidang
University. Sesaat setelah mengundurkan diri sebagai jurisprudence di London
menjabat jabatan-jabatan penting di profesor, ia banyak
lembaga-lembaga kerajaan.
Pada tahun 1826 hingga 1832, John
Austin sebagai gurubesar bie
jurisprudence di London University. Sesaat setelah
profesor, Austin menjabat jabatan-jabatan mengundurkan diri sebag
lembaga-lembaga
penting di
Bernard L. Tanya, Yoan N. Simanjuntak, Markus Y. Hage, Teori Hukum, Strategi Tertib
Manusia Lintas Ruang dan Generasi (Jakarta: Genta
Publishing, 2013), hlm. v.
86 Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan
Praktik)
kerajaan. Misal pernah bekerja di Criminal Law Commission dan Royal
Commisioner unuk Malta
Pemikiran pokok tentang hukum John Austin dituangkan terutama dalam
karvanya berjudul The Ivince of }uisprudence Determined. Dalam
rumusan tentang hukum, Austin menggantikan "cita-citatentangkeadilan memberikan
of justicc) dengan "perin1ah yang berdaulat" (comend of (idea
diiclaskan olch Austin "sitif law... is the set by sovereign sovereign) sebagaimana
person, or a sovereign
body of person, to members of independent political society wherein
is sOverengn pr suprene" 13
that person or bady
Menurut Austin, filsafat hukum memiliki dua tugas penting,
Kegagalan
membedakan keduanya, akan menimbulkan kekaburan baik intelektual
maupun moral.
1) Yurisprudensi analitis (analytical jurisprudence), melakukan analisis tentang
konsep dasar dalanm hukum dan struktur hukum
bagaimana adanya.
Pertanyaan tentang apa itu hukum, tanggung jawab hukum, hak dan
kewajiban hukum.
2) Yurisprudensi normatif (normative jurisprudence) berusaha mengevaluasi
atau mengkritik hukum dengan berangkat dari konsep hukum
seharusnya. Pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukansebagaimana
antara lain
mengapa hukum disebut hukum, mengapa kita wajib menaati hukum,
manakah basis validitas hukum, dan sebagainya. Dengan demikian,
dimensi yang kedua ini berurusan dengan dimensi ideal dari hukum,l4
Kedua perbedaan di atas dapat dijelaskan melalui bagan berikut. l5

l"Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manulung, Pengantar Ke Filsafat Hukum


Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 64.
'Dalarn Anthon F. Susanto, Jmu Hukum Non Sistematik (Pondasi Filsafat Pengembangan
lmuHukum Indonesia) (Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm. 85.
Andre Ata Ujan, Filsafat Hukum (Membangun Hukum Membela Keadilan) (Yogyakarta:
Kanisius, 2009), hlm. 67.
1Suri Ratnapala, Jurisprudence (Cambridge: Cambridge Univiversity Press, 2009),
him. 5.

Bab 5 | Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 87


turisprudence

Analytical Normative Juris


Jurisprudence prudence (Morat
(Concept of low) dimension of the
Law)

General Analitical Particular Analytical


Jurisprudence Jurisprudence (Basic
(Concept of Law) Concept of Law)

Dengan bagan dan penjelasan di atas John Austin menerangkan


memisahkan antara hukum dan moral. Karena menurut Austin, ilmu hukur
analitis memerhatikan fakta-fakta mendasar darihukum, asal-uSulnva
keberadaannya dan konsep latar belakangnya harus dibedakan dengan ilm
hukum normatif yang mempertanyakan moral. Oleh karena itu hukum
dipisahkan moral, keadilan dan juga tidak didasarkan baik dan buruk, tetapi
didasarkan pada seseorang yang memegang kekuasaan. Ilmu hukum hanya
membahas hukum positif saja.
Hukum sebagai perintah, menurut Austin, memuat dua elemen dasar.
Pertama, hukum sebagai perintah mengandung pentingnya keinginan, yakni
keinginan dari seorang penguasa bahwa seseorang harus melakukan atau
menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu. Tentu saja, tidak semua
keinginan mempunyai kekuatan sebagai hukum. Kalau saya ingin makan,
misalnya, keinginan seperti ini pasti bukan hukum sifatnya. Karena itu.
keinginan dalam arti hukum memiliki kekhususan, yakni bahwa "pihak
yang terkena hukum harus menanggung akibat yang tidak menyenangkan
atau membahayakan dari yang lain apabila gagal memenuhi hukum yang
berlaku." Dengan demikian, hukum dalam arti perintah yang mengungkapkan
keinginan penguasa pada dasarnya memuat ancaman hukuman bagi siapa
pun yang berada di bawah hukum yang berlaku. Karena itu elemen hukum
yang kedua ialah bahwa hukum memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang tidak menyenangkan atau bahkan membahayakan subjek yarg
melanggarnya. Individu yang terkena perintah dengan sendirinya terika
wajib berada di bawah keharusan untuk melakukan apa yang diperintahk

88 Metodologi Peneltian Hukum (safat, leori dan Prakik)


Kegagalan mememuhi tuntutanpeintah akan berakibat bahwa subjek yang
erkenapeintah mendaat sanksi hukun.
Maka hukum menuut Anstin tedapat )sut-unsut, yaki (1) adarnya
scOans Pcnguasa (oeghnty). 0) perintah (command), (3) kcwajiban
taat (sanction).
menaatNa (duey), (4) sanksi bagi meeka yang tidak
Berdasarkan penjelasan di atas daat disinpulkan bahwa intiajaran Austin
dapatdisinpolkan schagai berikut.
) Huknm adalah perintah dari yang berdaulat (command of the sovereign).
) lmuHukum meupakan hukm positj!.
3) konscp tenmang kedaulatan ncgara (doctrine of sovereinty) mewarnai hampir
schuruh ajaran Austin.
4) Pemisahan hukun dengan moral, keadilan, baik dan buruk.
b. Teori Hukum Murni
Teori hukum murni merupakan suatu pemberontakan yang ditujukan
terhadap ilmu hukum ideologis, yakni yang hanya mengembangkan hukum
ituscbagai alat pemerintahan dalam negara-negara totaliter. Teori ini lazim
dikaitkan pada Mazhab Wina tokohnya yaitu Hans Kelsen." Bukunya yang
terkenal berjudul "Reine Rechslehre" (ajaran hukum murni).
Menurut Hans Kelsen hukum penerapan hanya dengan pendekatan
normatif-yuridis, bersih dari anasir nonyuridis seperti politis, sosiologis,
historis dan etika. Yang mana peraturan tidak berbicara adil atau tidak namun
hukum adalah hukum positif yang tertulis.
Oleh karena itu, dibenarkan jika Hans Kelsen merupakan kaum neokantian
karena ia menggunakan pemikiran Kant tentang pemisahan bentuk (formal)
dan isi (materil). BagiKelsen hukum berurusan dengan bentuk (formal) bukan
isi (materiil). Dengan demikian keadilan berada di luar hukum, walaupun
terdapat hukum yang tidak adil, selama itu sudah menjadi hukum positif,
maka anasir non-yuridis dikesampingkan.
Oleh karena itupada dasarnya pemikiran Hans Kelsen tidak jauh berbeda
dengan pemikiran John Austin. Asal usul Mazhab Wina berbeda dengan
Uulitarianisme. Mazhab Wina mengetengahkan dalam teori hukum pencarian
pengetahuan yang murni(tidak mengenal kompromi)yakni pengetahuan yang
bebas dari naluri, kekerasan, dan keinginan. Hans Kelsen dan pengikutnya

Tbid, him. 71.


Hukum
Satjipto Rahardjo, Hukum dan llmuHukum yang Mandul, dalam Permasaahan
Indonesia (Bandung: Alumni, I983), hlm. 242.
Bab 5 | Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 89
Praktik) dan leorn(tilsafat, Hukum Peneiitiarn Metodolog
1oh3Limited. Sons Stevens&(London: Edition Third Theory, Fried1mann, 13 him
Legal W
245 hlm *tbid.
kan superior, inferior. adalah dibuat yang norma
adalah lain yang norma perbuatan menentukan vang
Norma spesial. yangkonteks subordinasi
dalam hubungan
dan super
dapattersebut lain yang norma dengan
disebut
kret. paling yang norma kepada sampai saturendahyang norma antaraHubungan
an lebih yang norma dalam
akan tinggi paling yang selanjutnya
norma maka inferior
rior bersifat hubungan
yang Melalui rendah. dan
dian norma-norma lebih yang norma oleh disusul
yang daripuncak sebagaiGrundnormmenemnpatkan
elsen theory, Stufen atau norma hierarki tentang teorinya Dalam
ata." yang hukum dengan mungkin yang hubungan
kum apa ialah positif
dari khas yang hukum sistem dam hukum teori antaraHubungan
khusus. 6)
nata, cara
caradengan mengubah isi
tentang
tata teori suatu formal, adalah hukum
norma-norma kerja daya dengan hubungannya Teori 5)
norma-norma hukum.
ada tidak tentang teori sebagai adalah hukum
alam. ilmu bukannormatif,pengetahuan Teori 4)
seharusnya. ilmu adalah Hukum
yang hukum mengenai 3)
ku. yang hukum mengenaipengetahuan
ilm u bukan
kesatuan. menjadi adalah hukum Teori
kemajemukan kekacauan
dan mengurangi 2)
pengetahuan
ntuk adalah
ilmu setiap seperti hukunn, teori Tuuan 1)
gairan adalah maknanya Indonesia bahasa ditejemahkan
dalan henkut.
dariesensialdasar-dasarmengungkapkan, vang Aelsen Priedmann
an pada dilihat dapat dari Dandangan W
rdanya
ah, apahukum menerima Kelsen Hans reduksionis
hanya lain katadengan lain, lain dan etka
i dari politik, ilmu oledicemai
h Ioleh tidak Vang
kidoktengembangAn
anrsosiologi. merupakan kelsen Hans oleh Munt Hukum
tyaaanalnngg ists Dengan mengenai
nilai.
H politis atau fvn
etisndaat
suatumungkin, semua dat has
secksak dilakukan
gan "suatu sebagaidiumuskan
aaalrnaumsdehukumnanalisis daat Aelsen Hans
berbedahakikatnva hukumpada lain ihak
teori di
dan mal mun
darilmiah
n tidaktersebut l anusa krsaatan
yangkeadilan citaintuisi seperti hukum Hatealisme atas
tiapmeniak
hukun
Hans Kelsen mengemukakan teorinva norma
lenjang hukum itu
(Stufenbau des Rechts). Hans mengenai norma
kelsen berendapat bahwa noma sUSunan, di
berjenjang-jenjang dan berlapis lapis dalam suatu hieratki tata
mana suatu noma vang lebih rendalh berlakun, bersunber, dan beerdasarpacda
norma yang lebih onggi, noma vang lebih inggi berlaku, bersunber
berdasat padanornma vang lelbih tinggi lagi,demikian seterusnya sarmpai padd
nomavang tiiak dapat ditelusui lebih lanut dan besifat hipotesis dan fiktil.
vaitu norma dasat (Gundnom)
Hukum mengatur hal penciptaannva sendiri, sejauh suatu noma hukum
menentukan cara di mana noma lain dibuat dan juga sampai batas tertentu,
si norma (erscbut. Norma hukun1 itu salh
karena dibuat dengan cara yang
ditentukan oleh norma-noma hukum yang lain, yang kedua merupakan
alasan validitas dari aturan scbelumnva. Hubungan antara regulasi
norma
dalam penciptaan norma lain dan norma lainnya ini merupakan hubungan
super darn sub ordinasi, yang menunjukkan kedudukan dari tokoh pembentuk.
Norma-norma yang menentukan penciptaan norma lain adalah superior,
sedangkan norma dibuat sesuai dengan peraturan ini adalah norma yang
lebih rendah. Tatanan hukum, khususnya tatanan hukum yang merupakan
personifikas1 negara, itu bukan suatu sistem norma terkoordinasi satu sama
lain. berdiri, berbicara, berdampingan pada tingkat yang sama, tetapi hierarki
dalam berbagai tingkatan norma. Kesatuan norma-norma didasari oleh fakta
bahwa penciptaan suatu norma - yang lebih rendah - ditentukan oleh yang
lebih tinggi-penciptaan yang norma yang lebih tinggi itu, penciptaannya
ditentukan oleh norma yang lebih tinggi lagi, sampai ditentukan pada norma
vang tertinggi, norma dasar yang menjadi alasan tertinggi validitas tatanan
hukum secara keseluruhan,merupakan suatu kesatuan 21
C. Teori "Hukum Adalah Sistem Peraturan"
Kritik yang cukup penting diberikan oleh H.L.A Hart terhadap pemikiran
Austin. Hart mencatat tiga kelemahan pokok dari teori perintah Austin. Semua
kesulitan dalam teori Austin, menurut Hart,terletak pada pandangan Austin
yang melihat hukum sebagai emanasi atau jelmaan diri dari penguasa absolut.
Kritik
Pertama, hukum harus memiliki keberlangsungan hukum, tidak boleh
tergantung seluruhnya pada person tertentu. Kedua, hukum seharusnya berlaku
HART
bagi segenap anggota masyarakat termasuk penguasa. Dengan menjadikan thd
Penerbit J Ast
2OMaria Farida Indrati Soeprapto, limu Perundang-undangan (Yogyakarta:
Kanisius, 1998), hlm. 25.
hlm.
2Hans Kelsen, General Theory of Lawand State (Harvard University Press, 1949),
XIV.

Bab 5 Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 91


Kritihukumsehagljelmaan keinginan penguasa, tidak jclas apakah pengia
yang belaku Teori kedaulatarn Austin:
pada hukum
sendiri nduk penguasa untuktunduk padahukuml
Hat sendiri
membukakrMungkinan bagi
Krtiga, AUstin gagal membedakan dengan tepat konsep
thd erada di bawah kewajiban" dan "berada di bawah paksaan" Menurut Han
Austiy
bhratatr
dan dipaksa (being ohliged,I ataui being forcat
runduk pada kewajibarn (unde aduty) yangberbeda.7
engikutikemauan adalah duahal
ini Hart
kritikpada
daritidak membangun teoinya dengan merujuk
Bertolak
validitas hukum individu atau kclompkindividu yang berdata
melainkan pada sistem, Hukum tidak bergantung pada orang, tetapi pa
sistem (lembaga peraturan).
Setelah menunjukkan beberapa kelemaharn pandangan Austin, Han
kemudian mengajukan pendapatnya sendiri mengenai hukum. Hukum
menurutnya dapat dipahami melalui dua tipe aturan, yakni aturan prirrie
sckunder. la menegaskan bahwa dalam kombinasi dua tipe aturan
aturan apa yang dengan keliru diklaim Austin ditemukan dalarm gagasan
danterletak
ini
ditopang sanksisebagai kunciilmu yurisprudensi,2
perintah yang
hukum yang primer dar
Bagi Hart pembedaannya mengenai peraturan
seperti yang diungkapkan dalam wacana di atas, adalah untuk memil
secondary masyarakat yang sifatnya tertul
peraturan dasar bagi kelangsungan kehiduparn
memperinci peraturan yang ada dalar
dan peraturan yang bertugas untuk peraturan secondary adalah sebaz
primary. Menurut Hart halyang terpenting dari
recognition (pengakuan terhadap peraturan). Ini memberikan validitas
rule of memberi legitimasi hukum paa
atas hukum berupa dokumen hukum, atau
pengadilan.
oleh aturan prime
Menurut Hart suatu komunitas yang hanya diatur
belaka memiliki tiga kelemahan yaitu sebagai berikut.
1) Ketidakpastian (uncertainty). Masyarakat tidak
memiliki pegangan yan,
pasti untuk membedakan aturan-aturan hukum dengan aturan lainnya
Kelemahan akar
seperti aturan moralitas, kebiasaan atau agama.
sekurnde
ketidakpastian ini dapat diatasioleh salah satu jenis dari aturan
yakni pengakuan dariperaturan (rule of recognition). Aturan pengak
berlaku&
ini memungkinkan orang mengenali aturan primer yang inilahyat
dalam komunitasnya. Dengan kata lain, aturan pengakuan
menentukan validitas hukum yang berlaku dalam sebuah masyaa
Book Society2
HLA Hart, The Conept of Law (London: The English Language
Oxtord University Prebb, 1972), hlm. 18-25. Press
University
HLA Hart, The Concept of Law, edisi kedua (Oxford: Oxford
1994), hlm 81

92 Melodologi Peneian Hukun (ilsatat, Ieorn dan Prakik)


Adapun the rule of recognitionitu senditi adalah praktik-praktik sosial yang
dianggap otoitatif sepetisidang anggota dewan, putusanpresiden atau
praktik pengadilan di masa lalu.
2) Aturan-aturan tersebut bersifat statis (static) sebab masyarakat tidak
memiliki cara untuk menyesuaikan aturan dengan kondisi yang terus
berubah, baik melaluiproses penglhapusan aturan-aturan lama maupun
dengan cara memperkenalkan aturan-aturan yang baru. Terhadap
kelemahan ini aturan perubahan memberikan wewenang terhadap
anggota dewan atau pejabat lain untuk mengajukan peraturan baru atau
menghapus peraturan lama.
3) Administrasi dari aturan-aturan tidak efisien (inefficient) karena tidak
ada lembaga yang secara khusus diberi kekuasaan untuk menetapkan
hukuman ketika terjadi pelanggaran hukum. Terhadap kelemahan ini
aturan-aturan pemutusan (rule of adjudication) menetapkan siapa pihak
(orang) yang berwenang untuk memberi putusan. Aturan-aturan
pemutusan ini juga menentukan standar dari keputusan yang memadai
bagi pelanggaran yang terjadi.24
2. Teori Hukum Nondoktrinal
Dikalangan internal penstudi hukum terdapat dua kelompok besar
(dualisme) yang saling menentang. Pada satu pihak ada kalangan yang ingin
menjadikan penelitian hukum sebagai penelitian murni yang lepas dari
pengaruh cabang ilmu lainnya (monodisipliner). Kalangan ini mendorong
penggunaan metode-metode sains dalam penelitian hukum agar meningkatkan
kadar keilmiahan ilmu hukum. Meski demikian, bagi kalangan ini ilmu
hukum bukanlah sains, tetapi dikategorikan sebagai bagian dari humaniora
(humanities) yang normatif.25
Pendapat Scholten itu berawal dari kritiknya terhadap aliran pemikiran
Kelsenian, yang memperlakukan hukum seperti benda-benda alam. Hukum
diperlakukan sebagai benda terberi yang diisolasi dari konteks-konteks
kemasyarakatan dan historikal (Scholten, 2005 cet. ke-2).
Berbagai teori dalam ilmu sosiologi hukum mengajarkan bahwa antara
perubahan hukum (sebagai sistem) di satu pihak dan perubahan masyarakat
(sebagai subsistem) di lain pihak, selalu berjalan seiring, tidak boleh ada
ketimpangan di antara keduanya. Akan terjadi kekacauan jika terdapat gap di

4HLA. Hart, lbid., hlm.. 92-97.


7'Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20 (Bandung:
Penerbit Alumni, 1984), hlm. 94.
Bab 5 Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 93
antara kedua faktor tersebut, kekacauan mana dengan berbagaicost dan
akan mencari suatu keseinnbangan baru dalam masyarakat,26
risiko
Minimnya mata kuliah yang nmenyajikan relasi antara hukum d
atau sosiolegal serta mata kuliah1yyang mengajarkan berbagai alirandan
hukumimenjadi kendala tersendiri dalam melakukan studi
dengan dalmaamsyakajrakiaant
metode penelitian berperspektif sOsiolegal. Oleh karena itu,
penelitian sosiolegal idealnya seiring dengan perubahan kurikulum me ngguna
pengembangan k a n ,
tinggi hukum yang menguatkan keberadaan mata kuliah hukum dan
(sosiolegal). Sehingga pendidikan tinggi hukum tidak hanya permasgyuraraukatan
memberikan pemahaman normatif kepada mahasiswa, melainkan
lulusan yang peka terhadap permasalahan manusia dan
kemanusiaan 27
bemenyirorieanpkantasi
Terdapat tiga bidang disiplin ilmu yang sering
kesalahpahaman, yaitustudi Sosio-Legal, Sosiologi Hukum, disamakan karens
Jurisprudence.Dalam hal ini studi Sosio-Legal sebaiknya tidak dan Sociological
dengan SosiologiHukum yang berkembang di
banyak
dicampuradukkan
negara di Eropa Barat
atau aliran pemikiran Law and Societydi
ikatan disipliner dengan ilmu-ilmu sosial.Amerika yang lebih kuat mengadoDsi
Sosiologi Hukum yang benih intelektualnyaStudi Sosio-Legal berbeda dengan
arus utama, dan bertujuan untuk dapat terutama berasal dari sosiologi
dari sistem hukum. Hal itu mengkonstruksi
dilakukan oleh para sosiologpemahaman teoretik
hukum
menempatkan hukum dalam kerangka struktur sosial yang luas.28dengan cara
Beberapa teori hukum nondoktrinal yang dapat
penelitian hukum di antaranya sebagai berikut. digunakan dalam
a. Teori Law as a Tool
Social
Engineering
Dalam
keseimbanganmemformulasikan
yang harmonis, beragam
Pound kepentingan menjadi sebuah
Engineering yang memperkenalkan konsep Social
dari keseluruhan diakui oleh para pemikir hukum lainnya sebagai ide sentral
pemikiran Pound mengenai hukum.
Engineering, Pound mengibaratkan seorang ahli Melalui Konsep Social
insinyur. Ketika seorang insinyur akan hukum seperti seorang
misalnya, maka pertama-tama ia akan membangun sebuah jembatan
mengumpulkan membuat perencanaan dan
akan membuat materil-materiil yang diperlukan. Selanjutnya sangkemudian
z6Munir
penyesuaian-penyesuain dengan mempertimbangkan faktansinyu
Fuady, Teori-teori dalam
Media, 2013), hlm, 94. Sosiologi Hukum, Cet. II Jakarta: Kencana Prenada
27Satjipto Rahardjo,
Publishing, 2009),W. hlm. 66.Pendidikan Hukum Sebagai Pendidikan
Adriaan Bedner, Kajian Manusia (Yogyakarta: oe
94
Sosio-Legal (Denpasar: Pustaka Larasan, 2012), hlm. 4.
Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat,
Teori dan Praktik)
dilapangan. Begitu pula seorang ahli hukum menurut Pound harus mampu
membuat penyesuaian penyesuaian dalam mengambil putusan sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat.
Pemikiran hukum Pound digolongkan kepada aliran socological jurisprudene
dimaksudkan jugasehagai respons terhadap positivisme hukum dan metode
metode Common Law yang domain pada awal hingga akhir abad ke-20, yang
dinilai tidak responsif terhadap perubahan sosialdan tidak mampumengakomodir
kebutuhan-kebutuhan masyarakat akibat dari booming ekonomi masyarakat."
Law as a tool of social engineering dapat pula diartikan sebagai sarana yang
ditujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat, sesuaidengan tujuan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.}" Dalam hal ini dengan adanya
fungsi hukum sebagai sarana untuk mengubah perilaku warga masyarakat,
menunjukkan bahwa hukum sebagai agent of change yang merupakan pelopor
vang mendapatkan kepercayaan masyarakat. Pelopor memengaruhi masyarakat
dengan sistem yang direncanakan terlebih dahulu.
Fungsi utama hukum adalah untuk melindungi kepentingan yang ada
dalam masyarakat. Menurut Roscoe Pound ada tiga kepentingan yang harus
dilindungi oleh hukum, yaitu public interest; individual interest; dan interest of
personality. Rincian dari setiap kepentingan tersebut bukan merupakan daftar
yang mutlak tetapi berubah-ubah sesuai perkembangan masyarakat. Jadi,
sangat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi masyarakat. Apabila kepentingan
kepentingan tersebut disusun sebagai susunan yang tidak berubah-ubah,
maka susunan tersebut bukan lagi sebagai social engineering tetapi merupakan
pernyataan politik (manifesto politik).12
Roscoe Pound merupakan salah satu ahli hukum yang beraliran sociological
jurisprudence, memberikan perhatiannya pada "Kenyataan Hukum" daripada
kedudukan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Kenyataan hukum pada
dasarnya adalah kemauan publik tidak sekadar law in books. Sociological
jurisprudence menunjukkan keseimbangan antara hukum tertulis sebagai
kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum (positivism
law) dan living law sebagai wujud pentingnya peranan masyarakat dalam
pembentukan hukum serta terciptanya tujuan hukum.
Suri Ratnapala, Jurisprudence (Cambridge: Cambridge University Press, 2009),
him. 208.
OMarett Leiboff &Bartos Brozek, Methods of Legal Reasoning (Netherlands: Springer,
2006), hlm. 212.
SSoerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2009),
hlm. 135.
3Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2007),hlm. 66.
Bab 5| Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 95
Dengan demikian, para penegak hukum dipengaruhi oleh
komponen di luar hukun dalam mewujudkan tugas
memberikan puusan hukunm yang adil dapat digunakan
mengembangkan dan perubahan masyarakat dalam
utama
kompone
h

sebagai hsuakruamna haru


Dengan konsep social engineering, alhli hukum dan pembangunan.
hakim
Unuy
bersikap kaku (rigid) dalam memahami hukum dan
mengakomodi r harus tdak
perubahan vang terjadi di masyarakat sehingga hukum dapat perubahan
masyarmenacikatptakandan
kebahagiaan dalanm memenuhi kepentingan dan aspirasi
mengecilkan friksi sosial. Kemudian Pound mengartikan
kepent
(decire)ingan
sebagai tuntutan (claim), kebutuhan (want) dan kehendak
serta (interest)
seorang ahli harapan
(expenctation) dari masyarakat. Dengan konsep tersebut
atau hakim harus mampu menyeimbangkan konflik dan benturan
h uku m
di masvarakat menjadi sebuah keseimbangan kebahagiaan (a
Kehidupan hukum sebagai kontrol sosial terletak padahappy kepbalenprakttainnce)gani.k»
pelaksanaan atau peneraparn hukumtersebut. Tugas hakim dalam
hukum tidak melulu dipahami sebagai upaya social control yang
formal dalam menyelesaikan konflik, tetapi sekaligus mendisain bersifa
menerapkan
hukum itu sebagai upaya social engineering. Tugas yudisial hakim penerapan
dipahami sekadar sebagai penerap undang-undang terhadap peristiwatiddak
konlagi
(berupa berbagai kasus dan konflik) atau sebagai sekadar corong
undang-Pa
undang (bonchade la loi) tetapijuga sebagai penggerak social engineering,
penyelenggara hukum harus memerhatikan aspek fungsional dari huu
vakni untuk mencapai perubahan, dengan melakukan perubahan hukum
selalu dengan menggunakan segala macam teknik penafsiran (teori huum
fungsional).
b. Teori Living Law
MenurutErlich dalam bukunya yang berjudul Grundlegung der Sociolagial
Rechts (1913), mengatakan bahwa masyarakat adalah ide umum yang dapat
digunakan untuk menandakan semua hubungan sosial, yakni keluarga, desa,
lembaga-lembaga sosial negara, bangsa sistem ekonomi maupun sistem hukum
dan sebagainya. Erlich memandang semua hukum sebagai hukum sosial, tetapi
dalam artibahwa semua hubungan hukum ditandai oleh faktor-faktor sosial
ekonomis. Sistem ekonomis yang digunakan dalam produksi, distribusi an
konsumsi bersifat menentukan bagi pembentukan hukum."

s"Roscoe Pound, Contempory Juristic Theory (Pamona College, 1940), hlm. o 2001)
Kanisius,
s*Theo Huijbers, Filsafat Hukum Alam Lintasan Sejarah (Yogyakarta:
him. 213.

96 MetodologiPenelitian Hukumn (Filsafat, Teori dan Praktik)


Menurut Erlich munuinva hukum sebagai suatu proses naturalisme
helaka. Semua gejala dunia termasuk hukum didekati seperti benda benda
am dan hubungan antara gejala gejala itu dianggap bersifat alaniah juga
Dengan demikian, hukum merupakan kenyataan saja, dengan kata lain bahwa
norma-norma hukum berasal dari kenvataan dalam masyarakat. Dengan
demikian Erich menvimpulkan bahwa hukum yang baik adalah hukum
dasa pmtenukannva berasal atau sesuai dengan kenyataan hukum
masvaakat i

tugen Ehrlich mengemukakan teori "hukum yang hidup dalam


masvarakat atau "living Law Theor", Dengan kata lain
I) bukum itu tergantung dari fakta-fakta sosialdan tidak tergantung pada
kewenangan negara (otoritas negara);
2) sumber nyata (real) dari hukum itu bukan dari Undang-Undang (UU)
atau yang diperoleh dari kasus-kasus, tetapi sumber hukum itu adalah
dari kegiatan-kegiatan masyarakat itu;
masyarakat;
3) tugas hakim mengintegrasikan hukum dari UU dan dari
itu sendiri
4) pusat dari hukum ituterletak dalam kehidupan masyarakat
dan diminimalkan dari legislatif.
C. Teori Organ
sebagai kontribusi Jerman
Teori organ masyarakat sering digambarkan
beberapa eksponen utamanya
untuk pemikiran politik dan hukum. Tetapi tentang "kontrak sosial" mulai
Rousseau
adalah orang Prancis. Pandangan mengembangkan konsepsi dalam
konsepsi organ masyarakat. Hauriou telah
lembaga, dengan cara yang membuatnya mendapatkan pujian
teorinya tentang Modern,"
seorang ahli hukum Sosialis Nasional Jernman
sebagai
dampak sosiologis dan politis, yang
Teori Hauriou yang, di dalamnya teori Gierke dan Duguit, luas tiga
dalam hubungannya dengan
terbaikdihargai serta kesimpulan mereka, Pusat putaran
keyakinan mereka
ini berbeda dalam unsurpenting, yaitu
konsepsi lembaga. la memiliki tiga diwujudkandan bertalanseca
perusahaan yang
1) ide suatuusaha atau
yuridis dalam lingkungansosial; terorganisi, yang enbeikan
ini, kekuatan yang
2) untuk realisasi ide
organ;

"1bid. 195),
"Lili Rasjididan Ira Rasjidi, Op. Ci.
Edition(Londo): StevensR SopsLited,
Theory. Third
W. Iiedmann,Leyul
hlm, 183.
ukum 97
leoridalan venelitban
Bab 5| Urgensi
3)
antara anggota kelompok sosial tertarik dalam
realisasi
manifestasi dari persckutuan tinbul yang diarahkan oleh
oleh aturan prosedur." organ dangagadsan,
Hauriou mendekati pemasalahan lenibaga sebagai
iatur
ia seorang
melihat di dalanmnya sintesis subjektif akan realitas objcktif:
dia tidak hanva analisis fakta sosial, tetapi juga
rupanya dan
lembaga, individu berkomunikasi melalui tindakan gabungan. embagasOasin.olog
lkebebas
untuk terlibat diri yang dalam kesalahan karena membuat
kehendak
lebih dari penciptaan intelcktual itu adalah perwujudan dari
iga unsur vang merupakan csensi dari sebuah institusi, l
t
hasil
e
in mbaga
dakan. yangDar
membungkuk kelompok yang terorganisir realisasi umum
Realitas objektif dari lembaga ini, yang mengarahkan karena tujuan. personifikas1
kesinambungan meskipun tidak berkesinambungan dari idekehendak memberikan
vang pergi ke penmbentukannya, adalah
juga sumber kepribadian hukum.9 satu-satunya realitas sosial. tuters.
juan
d. Teori Keadilan
1) Keadilan Menurut Plato
Plato adalah seorang pemikir idealis
kekuatan di luar kemampuan manusia abstrak yang mengakui kekuatan.
dalam filsafatnya. Demikian pula sehingga pemikiran irasional masuk
Plato berpendapat bahwa halnya dengan permasalahan keadilan,
Sumber ketidakadilan adalahkeadilan adalah di luar kemampuan
adanya manusia biasa.
perubahan
memiliki elemen-elemen prinsipal yang harus dalam masyarakat. Masyarakat
a) pemilahan
kelas-kelas yang tegas;
dipertahankan, yaitu
oleh para penggembala dan misalnya kelas penguasa yang diisi
dengan domba manusia; anjing penjaga harus dipisahkan secara tegas
b) identifikasi takdir negara dengan takdir kelas
khusus terhadap kelas ini dan penguasanya, perhatian
persatuannya,
kelas ini, dan aturan-aturan yang persatuannya;
rigid
dan
bagi pemeliharaankepatuhan pada
pengawasan yang ketat serta dan pendidikan
kepentingan anggotanya. kolektivisasi kepentingan
Dari
diturunkan,elemen-elemen
misalnya berikutprinsipal
ini.
ini,
elemen-elemen lainnya dapat
slbid.
391bid

98
Metodologi Penelitian Hukun (Filsafat, Teoridan
Praktik)
a) Kelas penguasa punya monopoliterhadap semun hal seperti keuntungan
dan latihan milite, dan hak memiliki senjata dan menerima semua
bentuk pendidikan, tetapi kelas penguasa ini tidak diperkenankan
berpartisipasi dalam aktivitas perekonomian, terutama dalam usaha
mencari penghasilan.
b) Harus ada sensor terhadap semua aktivitas intelektual kelas penguasa,
dan propaganda terus-menerus yang bertujuan untuk menyeragamkan
pikiran-pikiran mereka. Senua inovasidalam pendidikan, peraturan, dan
agama harus dicegah atau ditekan.
Negara harus bersifat mandiri(self-sufficient). Negara harus bertujuan pada
autarkiekonomi. jika tidak demikian, para penguasaakan bergantung pada
para pedagang, atau justrupara penguasa itu sendiri menjadi pedagang.
Alternatif pertama melemahkan kekuasaan mereka, sedangkan alternative
kedua akan melemahkan persatuan kelas penguasa dan stabilitas
negaranya, +0
Untuk mewujudkan keadilan masyarakat harus dikembalikan pada
struktur aslinya, domba menjadi domba, penggembala menjadi penggembala.
Tugas ini adalah tugas negara untuk menghentikan perubahan. Dengan
demikian keadilan bukan mengenai hubungan antara individu melainkan
hubungan individu dan negara. Bagaimana individu melayani negara.
Keadilan juga dipahami secara metafisis keberadaannya sebagai kualitas
atau fungsi makhluk super manusia, yang sifatnya tidak dapat diamati oleh
manusia. Konsekuensinya ialah, bahwa realisasi keadilan digeser ke dunia lain,
di luar pengalaman manusia; dan akal manusia yang esensial bagi keadilan
tunduk pada cara-cara Tuhan yang tidak dapat diubah atau keputusan
keputusan Tuhan yang tidak dapat diduga.1
2) Keadilan Menurut Aristoteles
Merosotnya demokrasi Athena, dalam Perang Peloponesus dan
sesudahnya, menjadi bahan perenungan tentang keadilan yang mendominasi
filsafat hukum Plato dan Aristoteles. Keduanya mencurahkan sebagian besar
dari karya mereka untuk memberi definisi yang konkret mengenai keadilan
dan hubungan antara keadilan dan hukum positif. Plato berusaha untuk
mendapatkan konsepnya mengenai keadilan dari ilham, sementara Aristoteles

0Karl R. Popper, Masyarakat Terbuka dan Musuh-musuhnya, (The Open Society and Its
Enemy), diterjemahkan oleh: Uzair Fauzan. Cetakan I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),
him. 110.
4W. Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, (Legal Theori), Susunan I, diterjemahkan
oleh Mohamad Arifin.Cetakan kedua (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1993),hlm. 117.

Bab 5 Urgensi Teoridalam Penelitian Hukum 99


mengembangkannya dari analisis ilmiah atas prinsip prinsip tasional
latar belakang model-model masvarakat politik dan undang.
telah ada.!? undangdengan
yang
Dokrin-doktrin Aristoteles tidak hanya meletakkan dasar-dasar bagi teon
hukum, tetapiijuga kepadafilsatat barat pada umumnya. Kontribusi
bagi tilsafat hukumadalah formulasinya terhadap permasalahan keadilan
Yang
Aristoteles
membedakan antara keadilan "distributive" dengan kecadilan "korektir ,
"remedial" yang merupakan dasar bagi semua pembahasan teoritis
pokok persoalan. Keadilan distributive mengacu kepada penmbagian barang ds terhadap
jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat.
dan perlakuan yang sama terhadap kesederajatan dihadapan hukum (oqualiny
before the law).*3
Dalam EthicaNiconzachea, misalnya, Aristoteles melihat keadilan antara
pihak-pihak yang bersengketa merupakan prasyarat dasar tata kehidupan yang
baik dalam polis. Dalanm rangka itu, ia membedakan tiga macam keadilan:
distributif, pemulihan, dan komutatif. Terutama prinsip 'keadilan komutati
mengatur urusan transaksiantara pihak-pihak yang terlibat dalam pertukaran
atau perdagangan. Misalnya: Pertama, harus ada kesetaraan perbandingan
antara barang yang dipertukarkan, dan kedua, harus terjadi kesalingan; semua
barang yang dipertukarkan harus sebanding. Untuk tujuan itulah uang
digunakan, dan dalam arti tertentumenjadi perantara. Jumlah sepatu yang
ditukarkan dengan sebuah rumah (atau dengan sejumlah makanan) dengn
demikian harus setara dengan rasio seorang pembangun rumah terhadap
seorang pembuat sepatu."
Aristoteles menerangkan keadilan dengan ungkapan "justice consists in
treating equls equaly and unequals unequally, in proportion to their inequaliy
Untuk hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, dan yang tidak sama juga
diperlakukan tidak sama, secara proporsional."5
3) Keadilan Menurut John Ravwls
John Rawls menyatakan bahwa keadilan pada dasarnya merupakant
prinsip dari kebijakan rasional yang diaplikasikan untuk konsepsi jumlah dar
kesejahteraan seluruh kelompok dalam masyarakat.Untuk mencapai keacilan
tersebut, maka rasional jika seseorang nemaksakan pemenuhan keinginanyad
E. Sumaryono, Etika dan Hukum: RelevansiTeori Hukum Kodrat Thomas Aquitah
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm.7.
4-lbid. hlm. 10.
"Aristoteles. Nicomachean Ethics. In S. G. Medena &W. Samuels (eds), The Hste"
of EconomicThought: AReader (London: Routledge, 2003), hlm. 14.
0. Notohamidjojo, Masalah Keadilan (Semarang: TirtaAmerta, 1971), hlm. /

100 Metodologi Penelitian Hukum (Fiisafat, Teori dan Praktik)


sesuai dengan prinsip kegunaan, karena dilakukan untuk memperbesar 46

keuntungan bersih dari kepuasan yang diperoleh oleh anggota masyarakatnya.


Kesamaan dapat meletakkan prinsip-prinsip keadilan, karena pada
dasarnva hukumn harus menjadi penuntun agar orang dapat mengambil posisi
vang adildengan tetap memerhatikan kepentingan individunya, dan bertindak
proposional sesuai dengan haknya serta tidak nelangar hukum yang berlaku.
Dengan demikian, keadilan sangat berkaitan dengan hak dan kewajiban para
nihak dalam melaksanakan kesepakatan perjanjian sebagai bentuk tanggung
jawabnya,
Terdapat dua tujuan dari teori keadilan yang dikemukakan oleh John
Rawls. yaitu sebagai berikut.
Teori ini mau mengartikulasikan sederet prinsip-prinsip umumkeadilan
vang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang
sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus kita.
Yang dia maksudkan dengan "keputusan moral" adalah sederet
evaluasi
moral yang telah kita buat dan sekiranya menyebabkan tindakan sosial
kita. Keputusan moral yang sungguh
dipertimbangkan menunjuk pada
evaluasi moral yang kita buat secara refleksif.
b) Rawls mau mengembangkan suatu teori
atas teori utilitarianisme. Rawls
keadilan sosial yang lebih unggul
memaksudkannya "rata-rata" (average
utilitarianisme). Maksudnya adalah bahwa institusi sosial dikatakan
jikadiabdikan untuk memaksimalisasi adil
keuntungan dan
utilitarianisme rata-rata memuat pandangan bahwakegunaan. Sedang
institusi sosial
dikatakan adil jika hanya diabdikan untuk
rata-rata per kapita. Untuk kedua versimemaksimilasi keuntungan
utilitarianisme tersebut
"keuntungan" didefinisikan sebagai kepuasan atau keuntungan yang
terjadi melaluipilihan-pilihan. Rawls mengatakan bahwa dasar kebenaran
teorinya membuat pandangannya lebih unggul dibanding kedua versi
utilitarianisme tersebut. Prinsip-prinsip keadilan yang ia kemukakan lebih
unggul dalam menjelaskan keputusan moral etis atas keadilan
sosial.48
Dua prinsip keadilan John Rawls di bawah ini
problem utama keadilan yaitu: Pertama, Prinsip merupakan solusi bagi
kebebasan yang sama sebesar
besarnya (principle of greatest equal liberty). Prinsip ini mencakup

*john Rawis, ATheory of Justice


University Press, (Massachusetts: The Belknap Press of Harvard
47 1bid. p. 21. 1971), hlm. 103.
"John Rawls, A Theory of Justice (London: Oxford
University, 1973), hlm. 50 - 57.
Bab 5 | Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum
101
a) kebebasan untuk berperan serta dalarn ketidupar pritik (hat
hak mencalonkan diri dalan pernilihan):
b) kebebsan berbcara (terrmasuk ketetasan pers).
c) kebebasan berkevakinan (tetrmasuk kevakinan ber22ma).
d) kebebasan menjadidiri sendiri (person):
e) hak untuk mempertahankan milik pribadi.
Prinsip keduarya ini terdiri dari dua bagian. yaitu prinsip
(the difference principle) dan prinsip persama2n yang adil 2tas
(the principle of fair equality of opprturity). Inti prinsip pertama aialzh ta
perbedaan sosial dan ekonomis harus diatur agzr memberikan maízz
paling besar bagi mereka yang paling kurang beruntung Istilah perea
sosio-ekonomis dalam prinsip perbedzan menuju padz keticaksarma2n a
prospek seorang untuk mendapatkan unsur pokok kesejahtera2n. penda
dan otoritas. Sedang istilah yang paling kurang beruntung (paing ikrg
diuntungkan) menunjuk pada mereka yang paling kurang mempurzi pe
untuk mencapaiprospek kesejahteraan, pendapatan dan otoitas.
e. Teori Sistem Hukum
Menurut Lawrence Friedman, unsur-unsur sistem hukum itu tet
dari struktur hukum (legal structure), substansi hukum (legal subste) a
budaya hukum (legal culture).53 Unsur-unsur tersebut satu sama lain memt
hubungan saling memengaruhi. Substansi hukum adalah norm2 (arurz
hasil dari produk hukum, struktur hukum diciptakan oleh sistem hus
yang mungkin untuk memberikan pelavanan dan penegakan hukum, budzrz
hukum adalah perilaku, pendapat dan nilai-nilai yang berkaitan dengan huku
(positif/negatif ).
1) Substansi Hukum
Substansi hukum menurut Friedman,"Another aspet of the legal gsm
is its substance. By this is meant the actual
rules. norm, and behavioral pattes
of people inside the system ...the stress here is on
living law, not just ruls
law books". (Aspek lain dari sistem hukum
adalah
dimaksud dengan substansi adalah aturan, norma, dansubstansinya.
pola
Yans
manusia yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi hukumperilaku nyat
peraturan perundang-undangan yang berlaku vang memiliki menvangkut
kekuata
49|bid. him. 10.
s9Lawrence M. Friedman, American Law (London: WW Noton &
hlm. 6. Companv, 1*
102 Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Prakhk)
yang imengikat dan menjadi pedoman bagi aparat penegak hukurm).
Adapun substansi hukum merupakan kumpulan nilaiasas, lan norma hukum
vang ada. Inilah yang lazin dikenal law in the books clalam suatu sistem hukum.
Penjelasan Fricdnan terbadap substansi hukum adalah sebagai berikut.
"By this is meant the actual rules, norms, and behaviour patterns of people inside
the system. This is. first of all, "the law" inthe popular sense of the term the fact
that the spced limit is fifty-five miles an hour, that burglars can be sent to prison,
that y law'a pickle maker has to list his ingredients on the label of the jar".
(Substansi berartiproduk hukum yang dihasilkan oleh badan yang berada
dalam sistem hukum,mencakup hukum yang hidup (living law), bukan
hanya aturan yang ada dalam kitab undang-undang (law books). ldealnya
tatanan hukum nasional mengarah pada penciptaan sebuah tatanan
hukum nasional yang bisa menjamin penyelenggaraan negara dan
relasi antara warga negara dan pemerintah secara baik. Tujuan politik
hukum yaitu menciptakan sebuah sistem hukum nasional yang rasional,
transparan, demokratis, otonom dan responsif terhadap perkembangan
aspirasi dan ekspektasi masyarakat, bukan sebuah sistem hukum yang
bersifat menindas, ortodoks dan reduksionistik).
2) Struktur Hukum
Struktur Hukum/Pranata Hukum: Dalam teori Lawrence Meir Friedman
hal ini disebut sebagai sistem struktural yang menentukan bisa atau
tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik. Substansi hukum meliputi
perangkat perundang-undangan dan budaya hukum merupakan hukum
yang hidup (living law) yang dianut dalam suatu masyarakat tentang
struktur hukum Friedman menjelaskan:
"To begin with, the legalsytem has the structure ofa legal system consist of elements
of this kind: the number and size of courts; their jurisdiction ...Structure also means
how the legislature is organized... whatprocedures the police department follow,
and so on. Structure, in way, is a kind of crosss section of the legal system...a kind
ofstillphotograph, with freezes the action" 52
(Struktur dari sistem hukum terdiri atas unsur berikut ini, jumlah dan
ukuran pengadilan, yurisdiksinya (termasuk jenis kasus yang berwenang
mereka periksa),dan tata cara naik banding dari pengadilan ke pengadilan
lainnya. Struktur juga berarti bagaimana badan legislatif ditata, apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh presiden, prosedur ada yang diikuti
oleh kepolisian dan sebagainya. Jadi struktur (legal struktur) terdiri dari
5Jbid.
52jbid. 5-6.

Bab 5 | Urgensi Teoridalam Penelitian Hukum 103


untuk
lembaga hukumyang ada dimaksudkan menjalankan
3)
hukum vang ada).
Budava Hukum
perangkan
Mengenai kultur hukum sebagai komponen ketiga dari sistem hu
dijelaskansebagai berikut:
people's attitudes toward lawand legalsystem? Their beliefs, values,
hukum,
ideas,
expoctations.. The legal culture, in other words, is the climate of social and
and social force which determines howlaw is used, avoided, or abused, thoWiugthhout
legal culture,the legal systemt inert? a deadfish lyingin abasket, not aliving fish
SWimming in its sea" 53
(sikap masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum? Keyakinan
nilai-nilai, ide-ide, dan harapan... budaya hukum, dengan kaata lain, meradaleka,ah
iklim pemikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan
hukum digunakan, dihindari,atau disalahgunakan. Tanpa budaya huku bagaimana
sistem hukum lembam? ikan mati tergeletak dalam keranjang, bue
hidup ikan berenang di lautan).
Maksudnya seperti budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran
hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan
tercipta budaya hukum yang baik dan dapat mengubah pola pikir masyarakat
mengenai hukum selama ini. Secara sederhana, tingkat kepatuhan yang
merupakan budaya masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu
indikator berfungsinya hukum.
Selain teori sistem hukum yang dikemukakan oleh Lawrence M.
Friedman, kita juga dapat menggunakan teori sistem yang dikemukakan
oleh Niklas Luhmann dalam bukunya Law as a Social System. Dalam teorinya
hukum dikatakan bukan hanya selbagai sistem yang terbuka, tetapihukum
adalah sistem tertutup dan terbuka yang memiliki aspek autopoietic dalan!
bekerjanya hukum di dalam masyarakat. Dari sinilah dikenal bahwa hukum
itu sebagai sistem autopoietic. Teori sistem tersebut dapat digabung dengan
teorisistem yang lain misalnya teorisistem Talcott Parsons dan Bredemeier
untuk membahas suatu problem tertentu misalnya tentang bekerjanya nu
dipengadilan. Sebagai sebuah sistem yang lebih luas dan hidup, masyarakai
terdiri atas berbagai subsistem yakni subsistem budaya, Sosial, politik
dan ekonomi. Dalam Teori Sibernetika Talcott Parsons disebutkan bahwa
fungsi primer subsistem sosial dalam masyarakat yang lebih luas adalah
melakukan integrasi berbagai plural bahkan
kepentingan
yang beragam,
Nortonand
53Lawrence
M. Friedman, American Law: An Introduction (New York: W.W.
Co., 1984), him.6.

104 Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik)


berseberagan sehingga sering kali membentuk friksi dalaninteraksi
Dalamsistem sosial yarng luas, hukum berada dalam area subsistem
saling
sOsial.
sehingga
S0Sial|
fungsi utama hukum juga sebagai mekanisme pengintegras.
raktik,penegakan hukum, pengadilan di Indonesia menjalankan fungsi
Dalam
integrasiyang
iwakili oleh hakim, sehingga hakim memikul tanggung )jawab
menghadirkan keadilan (bringing justice to the people) dan kebenaran
yntuk the truth) dalatm rangka menciptakan integrasi sosial bukan
(sarhingfor
sehaliknya menciptakan disintegrasi sosial.
Harry C. Bredemeier yang mengadopsi teori Sibernetika Talcott Parsons
menempatkan,subsistemsosial sebagai posisi sentral dalam penggunaan hukum
sebagaiimeekanisme
pengintegrasi. Dalam dunia hukum, hakim dipercaya sebagai
mengintegrasikan berbagai macam kepentingan, perbedaan
sosok yang mampu melalui
danfriksi-friksinya konversi yang dibekali dengan input berupa fungs1
dari subsistern
adaptifsistem dari subsistem ekonomi, fungsi mengejar tujuan Setelah
alitik dan fungsi mempertahankan pola dari subsistem budaya. hakim
melakukan proses konversidi lembaga pengadilan, putusan yang
dihasilkan
keadilan.
iharapkan memenuhiunsur-unsur efisiensi, legitimasi dan
Pada sistem hukum Common Law, hakim dapat menciptakan hukum,
hukum baru, yang dikenal dengan prinsip "Judge Made Law", sehingga hakim
henar-benar bersifat independen, tidak terbelenggu dengan peraturan
perundang-undangan belaka (la bouche de la loi) dan bebas untuk memerhatikan
atau tidak terhadap faktor-faktor yang mengarah kepadanya. Dalam proses
pengadilan
mengadili suatu perkara, taktor-faktor yang berada di luar
termasuk kelompok-kelompok penekan (pressure groups) misalnya Pers, LSM
dan lainnya, dapat ditempatkan dalam kedudukan sebagai sahabat pengadilan
(Amicus Curiae). Untuk apa pengadilan punya sahabat? Fungsi utama
diminta/
sahabat pengadilan adalah memberikan masukan-masukan baik
itu tidak
tidak dalam rangka memutuskan suatu perkara, namun masukan
bersifat mendikte melainkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan karena
putusan terakhir tetap berada pada otoritas hakim-hakim dalam pengadilan
itu. Meminjam istilah Niklas Luhmann maka sistem pengadilan tersebut
sebenarnya bersifat autopietic.
Sebagai sistem autopoietic, pengadilan memiliki beberapa karakter, yaitu.
) pengadilan menghasilkan elemen-elemen dasar yang menyusun sistem
itu sendiri (self-producing):
"Diadopsi dari teori sistem yang dikemukakan oleh Niklas Luhman dalam Goerge
Lzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Penerjemah Alimandan (Jakarta:
Kencana, 2005). hlm. 244-245.

Bab 5 | Urgensi Teori dalam Penelitian Hukum 105


2) pengadilan
mengorganisasikan diri (self-organizing)
yaitu dengan cara mengorganisasikan batas- dalam dua
3)
mengorganisasikan struktur internalnya sendiri; -batasnya
pengadilan menentukan referensi sendiri(self-referential) sendiri cardana,
untuk menghargai dirinya
sebagai
sendiri. Pengadilan memiliki cara
didasarkan pada kultur tersendiri yang raujukyaanng
4) mencerminkan kerj
pengadilan merupakan sistem tertutup, yang karakteristik
hubungan langsung antantara pengadilan dengan berarti bahwa idak coradags,
kelompok-kelompok lingkungannya,
penekan (pressure groups), misalnya LSM, termasuk
lembaga-lembaga lain baik lembaga Pers dan
Swasta.
kenegaraan/pemerintah m:aupun

Anda mungkin juga menyukai