Anda di halaman 1dari 13

Kumpulan Materi Salindia

FILSAFAT ILMU
Disusun Oleh
Oloan Nasution

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia – Program Pascasarja - Universitas Bung Hatta
Pertemuan ke-9

Mata Kuliah Filsafat Ilmu

TEORI KEBENARAN

Oleh : Oloan Nasution


NPM : 1910018512014
PERSOLAN SEPUTAR KEBENARAN
Apa yang kita maksudkan dengan benar?

Kapan suatu keadaan/pernyataan disebut benar?

Kebenaran pengetahuan ilmiah, apa parameter dan karakternya?!

Bagaimana sumber & metode mendapatkan pengetahuan


berpengaruh terhadap kebenaran ilmu?
Kebenaran Ilmiah
Pada dasarnya, tujuan berfikir ilmiah (penalaran) adalah untuk
mencapai kebenaran.

Namun, ‘kebenaran’ menjadi suatu pembahasan tersendiri di


dalam pengetahuan ilmiah (penalaran)

Kebenaran dari sebuah penalaran atau suatu pengetahuan


termasuk dalam pembahasan kebenaran epistemologis

Setidaknya, ada tiga teori yang berbicara mengenai kebenaran


ilmiah;
Apa
yang
Anda
lihat?
TEORI KOHERENSI
Suatu penyataan dianggap benar secara koherensi, apabila:
 “suatu pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan
pernyataan sebelumnya.” (Sumantri, 2003)
 “suatu proposisi itu cenderung untuk benar, jika ia coherent (saling
berhubungan) dengan proposisi lain yang juga benar” (Bakhtiar, 2009)

Misalnya:
3+4=7 ; 5+2=7 ; 6+1=7
Secara deduktif, karena setiap pernyataan dan kesimpulan yang
ditarik oleh ketiga penyataan diatas adalah konsisten dengan
penyataan dan kesimpulan sebelumnya yang juga telah dianggap
benar  penyataan ini secara koheren adalah benar
TEORI KORESPONDENSI
Kebenaran pengetahuan menurut Teori Korespondensi terjadi, apabila:
 Ada kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud pernyataan
dengan objek yang dituju oleh pernyataan” (Bakhtiar, 2009);
 Materi pengetahuan yang dikandung oleh suatu pernyataan
berkorespondensi dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut”
(sumantri, 2003))

 Menurut teori ini, kebenaran suatu pengetahuan terjadi apabila


antara PERNYATAAN dan KENYATAAN terdapat kesesuaian
 Para ilmuwan seringkali menggunakan teori korespondensi,
terutama dalam penelitian yang berupa logika induktif.
TEORI PRAGMATIS
 Bagi seorang pragmatis, kebenaran suatu pernyataan diukur dari:
“Apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, atau jika
pernyataan (dan konsekuensi darinya) mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia” (Sumantri, 2003).
“Bagi penganut pragmatis, batu ujian kebenaran ialah kegunaan (utility), dapat dikerjakan
(workability), atau pengaruh yang memuaskan (satisfactory consequence)” (Bakhtiar, 2009)

 Misalnya, bagi kaum pragmatis agama itu benar bukan karena ia ada, tetapi karena ia
bermanfaat memberikan petunjuk (guidance) moral, hukum, etis, dll, dalam
kehidupan manusia
 Kriteria Pragmatisme berguna dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dari
perspektif waktu, kegunaan, dan kemanfaatanya.
 Selain ke 3 teori kebenaran, terdapat beragam parameter dalam menentukan
kebenaran. Misalnya kebenaran intuitif, kebenaran performatif, kebenaran semantik,
kebenaran konsensus, dan lain-lain.
Jenis-Jenis Ilmu

Kategori penggolongan jenis ilmu yang banyak dikemukakan oleh para ahli adalah pembedaan
segenap pengetahuan ilmiah dalam dua kelas yang istilahnya saling berlawanan. Pembagian
seperti ini tampak sederhana sehingga mudah dipahami. Menurut Suajiyo (2011:21) Jenis ilmu
berdasarkan katergori di atas adalah sebagai berikut:

1. Ilmu Formal dan Ilmu Nonformal


Suatu ilmu disebut Ilmu formal jika dalam seluruh kegiatannya tidak bermaksud menyelidiki

data-data inderawi yang konkret, misalnya matematika dan filsafat.


Ilmu nonformal adalah ilmu yang dalam seluruh kegiatannya berusaha menyelidiki secara
sistematis data-data inderawi yang konkret.
2. Ilmu Murni dan Ilmu Terapan
Ilmu murni adalah ilmu yang berfokus kepada teori yang ditujukan untuk menemukan
kebenaran teoretis.
Ilmu Terapan adalah ilmu yang mengaplikasikan teori ke dalam praktik dengan tujuan
mencari solusi dari sebuah masalah.
Jenis-Jenis Ilmu

3. Ilmu Nomotetis dan Ilmu Idiografis


Ilmu Nomotetis adalah ilmu yang objek pembahasannya merupakan gejala pengalaman yang dapat
diulangi terus-menerus dan hanya merupakan kasus-kasus yang mempunyai hubungan dengan suatu
hukum alam. Termasuk dalam ilmu ini adalah ilmuilmu alam, yang objek pembahasannya adalah benda
alam atau gejala alam, yang didekati dengan cara menerangkan.
Ilmu Idiografis adalah ilmu yang objek pembahasannya merupakan objek yang bersifat individual, unik,
yang hanya terjadi satu kali dan mencoba mengerti atau memahami objeknya menurut keunikannya itu.
Termasuk dalam ilmu ini adalah ilmuilmu budaya, yang objek pembahasannya adalah produk manusiawi,
yang didekati dengan cara mengerti atau memahami.

4. Ilmu Deduktif dan Ilmu Induktif


Ilmu Deduktif adalah ilmu yang didasarkan atas penalaran deduktif, yaitu proses pemikiran yang
melibatkan akal budi manusia dari pengetahuan tentang hal-hal yang umum dan abstrak, menyimpulkan
hal-hal yang bersifat khusus dan individual.
Ilmu Induktif adalah ilmu yang didasarkan proses pemikiran yang melibatkan akal budi manusia dari
pengetahuan tentang hal-hal yang bersifat khusus dan individual menuju kesimpulan yang bersifat umum
dan abstrak. Ilmu induktif menyelesaian masalah-masalah didasarkan atas pengalaman inderawi
(empiris).
Hakiki dan Deskripsi

 Kebenaran hakiki, adalah kebenaran yang bersumber dari keyakinan (iman) yang
menyatu dengan nurani. Kebenaran hakiki bersifat mutlak dan tidak dibatasi oleh
waktu. Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian
hal lain tidak.
 Kebenaran yang ditemukan dengan metode ilmiah bisa terbantahkan oleh temuan
berikutnya. Kebenaran yang di klaim sebagai kebenaran ideologis pada akhirnya
berbenturan dengan sesama kebenaran ideologis karena perbedaan penafsiran.
 Deskripsi adalah suatu rangkaian penjelasan yang mengungkapkan suatu fenomena
atau realitas tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan,
sikap dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai serta maksud
dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan situasional,  
Kausalis dan Normatif

 Kebenaran kausalis adalah kebenaran yang ditetapkan berdasarkan hubungan sebab akibat.
Untuk delik materil, permasalahan sebab akibat menjadi sangat penting. Jadi ajaran kausalitas
menentukan pertanggungjawaban untuk delik yang dirumuskan secara materil, mengingat
akibat yang ditimbulkan merupakan unsur dari delik itu sendiri.
 Kebenaran normatif adalah kebenaran yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai (norma) yang
sudah disepakati. Dalam teori normatif, nilai adalah apa yang mengandung kebaikan intrinsik
yang digunakan sebagai standard penilaian. Karena itu, nilai normatif selalu dipandang baik
dan benar untuk mengikat kebebasan manusia. Manusia wajib mematuhi norma-norma yang
ia anut. Pada nilai normatif, manusia menaruh komitmen dan ketertarikan psikhis untuk
mematuhinya. Nilai normatif bersifat subyektif karena ketertarikan seseorang pada suatu
norma tidak dapat dikritik (misalnya: mengapa seseorang mimilih suatu ideologi atau agama
tertentu). Nialai-normatif juga dapat bersifat transenden bila berasal dari luar diri manusia
(ahistoris), karena dipandang sakral (suci) sebab memiliki kepastian absolut (Noeng Muhajir,
1989: 3).
KESIMPULAN
Istilah benar dan kebenaran di dalam ilmu pengetahuan ternyata
tidak bermakna tunggal.
Ia sangat berkaitan dengan cara mengukur kebenaran dan alat yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan.
Sehingga karakter kebenaran pengetahuan ilmiah mengikuti alat
(sumber pengetahuan) dan cara mengukur (metode) mendapatkan
suatu pengetahuan ilmiah.
Kebenaran hanya berlaku pada ruang dan waktu tertentu.
meskipun ada kebenaran yg mampu bertahan dlm waktu yg lama.
Hanya ada satu kebenaran mutlak yang berlaku tanpa batas
waktu, yaitu kebenaran hakiki.

Anda mungkin juga menyukai