DASAR-DASAR PENGETAHUAN
Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang Dibina oleh Dr. Nurrizati, M.Hum.
LAPORAN BACAAN
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia. Suatu hal yang
menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta
kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Karena itu pengetahuan menuntut adanya
subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang
merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Burhanuddin
1) Pengetahuan biasa (common sense) yaitu pengetahuan biasa, atau dapat kita
memiliki sesuatau karena menerima secara baik. Orang menyebut sesuatu itu
merah karen memang merah, orang menyebut benda itu panas karena memang
2) Pengetahuan Ilmu (science) yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan
5) 4. Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang hanya didapat dari Tuhan lewat
para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh
para pemeluk agama. Jadi perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah jika
1. Penalaran
berpikir dan bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan
diri pada penalaran. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar
kebenaran, maka proses berpikir harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penalaran
juga dapat diartikan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
Dalam hal ini maka kita dapat mengatakan bahwa tiap bentuk penalaran
peanalaran merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis disini
harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu, atau dengan
logika tertentu
diri kepada sesuatu analisis dan kerangka berpikir. Analisis dan kerangka
berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang
bersangkutan.
a. Perasaan
penalaran. Contohnya intuisi yang merupakan suatu kegiatan berpikir yang non
analitik (tidak mendasarkan diri pada suatu pola berpikir tertentu). Berpikir intuitif
memegang peranan yang penting dalam masyarakat yang berpikiran non analitik,
b. Wahyu
yang percaya dan ada yang tidak. Dengan wahyu kita mendapatkan keyakinan
masing.
2. Logika
Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang berhubungan dengan
kata “logos”, yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan fikiran itu. Secara
etimologi, logika adalah bidang penyelidikan yang membahas fikiran, yang dinyatakan
dalam bahasa. Menurut Anne, logika merupakan pengkajian berpikir shahih. Logika
merupakan pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus, tepat dan sistematis,
yang kemudian dinyatakan lewat bahasa lisan atau tulisan. Secara luas dapat dikatakan
bahwa logika adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip-prinsip dan norma-
norma penyimpulan yang sah. Logika dibagi dalam dua cabang pokok, yakni logika
Logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menggunakan pola berpikir silogismus yang disusun oleh dua pernyataan dan satu
kesimpulan. Dalam silogisme dibedakan adanya dua premis, yaitu premis mayor dan
premis minor serta adanya kesimpulan yang merupakan pengetahuan yang didapat dari
deduktif. Akan tetapi, kesimpulan tidak selalu benar walaupun premisnya benar,
sehingga penarikanya tidak sah. Ketepatan kesimpulan tergantung tiga hal yakni
kesimpulan. Apabila ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi, maka penarikan kesimpulan
dapat dikatan tidak sah. Ilmu yang disusun secara deduktif contohnya adalah
matematika.
Logika Induktif yaitu enarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum
dari kasus yang bersifat individual. Misalnya, kambing mempunyai mata, gajah
mempunyai mata, singa mempunyai mata dan hewan lain juga mempunyai mata. Dari
Kesimpulan yang bersifat umum ini mempunyai dua keuntungan yaitu, bersifat
ekonomis dan dapat diproses lebih lanjut dengan menggunakan pemikiran induktif dan
deduktif.
Terdapat tiga prinsip dalam logika yaitu prinsip identitas, prinsip kontradiksi,
Fakta atau kenyataan dapat dimengerti secara beragam, tergantung pada sudut
nyata bila ada korespondensi antara yang satu dengan lainnya dalam hidup seharihari.
ide dengan fenomena, dan kedua menjurus ke arah koherensi moralitas yaitu kesesuaian
antara fenomena dengan sistem nilai. Rasionalisme menganggap suatu sebagai nyata,
berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan
obyektif. Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan yang
berbeda.
a. Kebenaran Epistimologis
benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan apa yang
b. Kebenaran Ontologis
Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek.
dalam tutur kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa.
a. Teori Koherensi
b. Teori Korespondensi
c. Teori Pragmatis
Artinya, suatu parnyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan melainkan mempunyai
pada logika. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dilakukan dua cara yaitu:
didapatkan dari sumber lain yaitu intuisi dan wahyu. Ada tiga paham tentang cara
memandang kebenaran yaitu teori koherensi, teori korespondensi dan teori pragmatis.
KEPUSTAKAAN
Suria Sumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Noor Syam, Mohammad. 1986. Filsafat kependidikan dan Dasar Filsafat
Kepandidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.