KESEHATAN MASYARAKAT
M U
I L
KA RAN IAH
Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional
I
G LA ILM untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu
O
L NA IR pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
PE RFIK pengetahuan ke dalam tindakan.
BE Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal. Logika secara luas
dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk
berpikir secara valid
Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau
logika formal.
Sedangkan dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-
kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem
penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan
mengenai logika itu sendiri.
2.Logika Deduktif dan Induktif
Penalaran Deduktif
Penalaran Induktif
Penyimpulan Secara Kausal
Analogi
Macam-macam penalaran
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu
Semua buku besar dan
penalaran yang membicarakan cara-cara untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan tebal adalah mahal
pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di (premis mayor)
antara suatu kelompok barang. Buku 3 adalah besar dan
tebal (premis minor)
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
Jadi, buku 3 adalah mahal
mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogisme.
Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (konklusi/kesimpulan)
(premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan
sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan fakta lain bahwa
silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri
dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contohnya
penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme
2.Penalaran induktif
Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang
membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari
pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari
pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya
bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan
yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu:
3. Penyimpulan secara kausal
Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari
hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat
kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: “Apakah yang
menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu
wabah penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya
wabah tipus?
4. Analogi
Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan Contoh analogi lain
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. yakni:
Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan Ibnu mahasiswa FKM
susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat adalah anak sholeh dan
mengatakan sebagai berikut. rajin.
Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga Rizki adalah mahasiswa
merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat FKM adalah anak sholeh
erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang dan rajin.
pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri Muhammad mahasiswa
atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit
FKM.
menunjukkan bahwa ada yang membuatnya.
Jadi, Muhammad
Dengan demikian, secara analogi adanya dunia juga menunjukkan
mahasiswa FKM adalah
adanya pembuatannya, karena dunia kita ini juga sangat rumit
anak sholeh dan rajin.
susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat
satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari
memperbandingkan jam dengan dunia, dan dari persamaan-
persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang
lain.
Pengertian Berfikir Ilmiah
Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah Berpikir ilmiah adalah berpikir
mencatat planet Mars. pengamatan-pengamatan yang yang logis dan empiris. Logis
banyak jumlahnya tentang posisi adalah masuk akal, dan empiris
Catatan-catatan ini memberitahukan kepadanya adalah dibahas secara mendalam
tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai berdasarkan fakta yang dapat
waktu selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dipertanggungjawabkan. (Hillway,
dengan matahari pada suatu waktu tertentu. Masalah 1956) selain itu menggunakan akal
yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari budi untuk mempertimbangkan,
matahari yang manakah yang harus ditempuh Mars agar memutuskan, dan
berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa mengembangkan.
pada waktu-waktu yang setepatnya.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara
garis besar ada dua macam, yaitu Metode analitiko sintesa dan
metode non deduksi.
Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode
sintesis
Metode analisis yaitu cara penanganan Metode sintesis yaitu cara penanganan
terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
dengan jalan memilah-milahkan pengertian menggabungkan pengertian yang satu dengan
yang satu dengan pengertian yang lainnya. pengertian yang lainnya sehingga
Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru.
istilah “keberanian”. Dari segi ekstensi, dia Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu
mengungkapkan makna kata ini berdasarkan adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi,
bagaimana kata ini digunakan, dan hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas,
mengetahui sejauh mana kata “keberanian” metode, dan produk.
menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita
menggunakan metode analisis, dalam babak
terakhir kita memperoleh pengetahuan
analitis.
Metode non deduksi
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode
induksi dan metode deduksi.
Metode induksi, yaitu suatu cara yang Metode deduksi, yaitu suatu cara
dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan yang dipakai untuk mendapatkan
ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak
atas hal-hal atau masalah yang bersifat dari pengamatan atas hal-hal atau
khusus, kemudian menarik kesimpulan yang masalah yang bersifat umum, kemudian
bersifat umum. menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Contohnya: Umpamanya kita mempunyai Contohnya: setiap manusia yang ada
fakta bahwa kambing mempunyai mata, didunia pasti suatu ketika pasti akan
gajah mempunyai mata, demikian juga mati, si Ahmad adalah manusia; atas
dengan singa, kucing, dan berbagai binatang dasar ketentuan yang bersifat umum tadi
lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita karena Ahmad adalah manusia maka
dapat menarik kesimpulan yang bersifat suatu ketika ia akan mati juga.
umum yakni semua binatang mempunyai
mata.
PENUTUP
bahwa dalam mempelajari suatu nilai kebenaran, manusia dituntut untuk bisa
memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu
memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah
menempatkan penalaran.
Penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan
inilah yang disebut dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara
umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu
kesimpulan yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Metode ilmiah
berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu
proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah dan juga
membuktikan tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu dengan metode
deduksi dan induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan
metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo Drs., Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Adib Mohamad, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2004.
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-d
an.html
,