Anda di halaman 1dari 21

BAB II

APAKAH ITU LOGIKA?


2.1. Pengertian Logika
a) Logika dibentuk dari kata logikos. Kata bendanya logos yang
berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal, kata,
bahasa. kata berarti mengenai sesuatu yang diutarakan,
berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa.
b) Logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai
ilmu logika disebut logike episteme (Y), dalam bahasa Latin
disebut logica scientia berarti ilmu logika.
c) Ada juga yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu dalam
bidang filsafat yang membahas prinsip-prinsip dan hukum-
hukum penalaran yang tepat. Logika adalah ilmu pengetahuan,
sekaligus juga merupakan ketrampilan untuk berpikir lurus, tepat
dan teratur. Logika adalah teknik atau metode untuk meneliti
ketepatan berpikir. Logika adalah ilmu yang mempersoalkan
prinsip-prinsip dan aturan peranalaran yang sahih (valid).
d) Logika adalah studi tentang metode dan prinsip-prinsip yang
dipergunakan untuk membedakan penalaran lurus dari penalaran
yang tidak lurus. Meskipun demikian, lurusnya atau validitasnya
suatu penalaran belum dapat diidentikkan dengan kebenaran. Logika
semata-mata hanya berkaitan dengan kepentingan logis (hubungan
konvensional) yang ada di antara premis-premis dan dan
kesimpulannya.
e) Logika juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan
berpikir lurus. Dengan demikian, pertama-tama logika berhubungan
dengan kegiatan berpikir, namun bukan sekadar berpikir sebagaimana
merupakan kodrat rasional manusia sendiri, melainkan berpikir yang
lurus. Yang dimaksudkan di sini adalah bahwa logika membahas jalan
pikiran atas dasar patokan atau hukum-hukum pemikiran sehingga
dapat menghindarkan kita dari kesalahan dan sesat pikir. Logika
disebu ilmu pengetahuan karena merupakan kumpulan pengetahuan
yang tersusun secara sistematik dan berdasarkan hukum-hukum
atau asas-asas yang harus ditaati supaya orang dapat berpikir dengan
tepat, tertatur dan lurus.
f) Sebuah penalaran baru dapat disebut valid jika
kesimpulan yang ditarik benar-benar diturunkan
dari premis-premis. Yang dimaksudkan dengan
premis adalah data, bukti atau dasar pemikiran
yang menjadi terbentuknya kesimpulan.
Kesimpulan adalah pernyataan yang dihasilkan
sesuai dengan premis-premis yang tersedia dan
berhubungan secara logis dengan pernyataan
tersebut. Karena itu, logika memusatkan
perhatiannya pada bentuk-bentuk penalaran,
validitas penalaran, tanpa memandang apakah
premis yang ada sesuai dengan fakta dalam
hidup dan pengalaman sehari-hari atau tidak.
Contoh:
Mahasiswa STKIP Ruteng suka berdiskusi.
Berdiskusi adalah sebuah kegiatan ilmiah.
Jadi, mahasiswa STKIP suka kegiatan ilmiah.
Penalaran seperti dalam contoh di atas adalah benar
dan valid sebab premis-premis dan kesimpulannya
berkorespondensi sesuai dengan aturan yang
berlaku. Suatu penalaran disebut benar jika penalaran
tersebut menunjukkan korespondensi antara
pernyataan dan faktanya. Yang dimaksudkan dengan
fakta adalah sesuatu yang secara aktual ada dan
terjadi.
Contoh lain:
Ayam suka bernyanyi.
Bernyanyi itu menghibur hati.
Jadi, ayam suka menghibur hati.
Pada contoh di atas penalarannya valid, tetapi
kesimpulannya salah. Penalaran tersebut valid
sebab kesimpulannya diturunkan dari premis-premis
yang tersedia. Namun, kesimpulannya salah sebab
baik premis maupun kesimpulannya tidak sesuai
dengan faktanya. Kekeliruan pemikiran ini terletak
dalam ketiadaan korespondensi antara pernyataan
dan faktanya.
Contoh lain:
Semua anjing mempunyai ekor.
Semua kucing mempunyai ekor.
Jadi, anjng dan kucing tidak ada bedanya.
Pada contoh ini, antara premis dan kesimpulannya tidak ada
hubungan konsekuensional. Kesimpulan yang terbentuk justru
menyinggung tentang fakta yang lain, yaitu tentang perbedaan
antara dua hal. Dengan demikian, premis tidak menentukan
kesimpulan.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan bahwa logika terutama
berhubungan dengan validitas atau lurusnya penalaran. Namun
selama sasaran logika adalah pembuktian kebenaran, baik dari segi
bentuk (validitas) maupun materinya (kebenaran), maka sebuah
argumen atau penalaran baru disebut logis jika aargumen atau
penalaran itu valid sekaligus benar, tidak dapat hanya valid saja.
2.2. Macam-macam Logika
2.2.1. Logika Kodratiah
Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara yang
spontan. Tetapi dalam hal-hal yang sulit baik akal budinya maupun seluruh diri
manusia dapat nyatanya dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan
kecendrungan-kecendrungan yang subjektif. Selain itu, baik manusia sendiri
maupun perkembangan pengetahuannya sangat terbatas. Hal-hal ini
menyebabkan bahwa kesesatan tidak dapat dihindarkan. Namun dalam diri
manusia sendiri juga terasa adanya kebutuhan untuk menghindari kesesatan
itu. Untuk menghindari kesesatan itu diperlukan suatu ilmu khusus yang
merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran.
 
1.2.2. Logika Ilmiah
Logika ilmiah membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus,
mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan logika ini dapatlah
akal budi bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman.
Dengan demikian kesesatan juga dapat dihindarkan atau paling tidak dikurangi.
2.3. Unsur-unsur Logika
2.3.1. Term
Term adalah gagasan atau sejumlah gagasan, terdiri
dari term subjek (S), term predikat (P), dan term
antara (M).
 
2.3.2. Proposisi
Proposisi disebut juga putusan, keputusan, judgement,
pernyataan, kalimat logika. Proposisi adalah kegiatan
atau perbuatan manusia di mana ia mengiakan atau
mengingkari sesuatu tentang sesuatu. Proposisi
menunjuk pada tegasnya pernyataan atau
penyangkalan hubungan antara dua buah pengertian.
2.3.3. Penarikan Kesimpulan
Ada dua macam penarikan kesimpulan atau
penalaran: penyimpulan langsung dan tidak langsung.
1. Penyimpulan langsung
 Penyimpulan langsung adalah bentuk paling
sederhana dari berpikir. Misalnya ketika kita
melihat semua orang memakai rok di dalam
sebuah kelas, kita menyimpulkan bahwa semuanya
perempuan.
 Penyimpulan langsung dapat dilakukan dengan
mengobservasi dan menganalisis berbagai ide.
2 Penyimpulan tidak langsung
Tidak semua hubungan antar ide dapat dipastikan melalui
analisis langsung. Bilamana demikian, pikiran perlu
membandingkan dua ide tersebut dengan ide ketiga.
Apabila kedua ide terdahulu berkesesuaian dengan ide ketiga
maka kedua ide tersebut dapat dikatakan identik. Misalnya A=B
dan C=B maka A=C
Penyimpulan tidak langsung adalah bentuk penyimpulan yang
dimediasi oleh sebauah ide ketiga.
Jenis-jenis penyimpulan tidak langsung: deduksi dan induksi.
 Deduksi yaitu penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal yang
bersifat umum atau universal kepada hal-hal yang bersifat
khusus atau konkret.
 Induksi yaitu penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal-hal
yang khusus atau konret (singular atau partikular) kepada
pengertian yang bersifat umum atau universal.
 Ada dua macam induksi
1. Induksi Sempurna: jika putusan umum itu
merupakan perjumlahan dari putusan khusus.
 Misalnya, dari masing-masing mahasiswa pada
suatu fakultas, diketahui bahwa ia warga negara
indonesia. Maka dapa diadakan putusan umum:
semua mahasiswa fakultas itu warga negara
indonesia.
 Induksi seringkali digunakan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Induksi digunakan untuk
merumuskan hukum-hukum dalam ilmu yang
berlaku umum. Ini umumnya digunakan dalam
ilmu alam.
2. Induksi tidak sempurna
Jika demi induksi ada putusan umum yang bukan merupakan
perjumlahan, melainkan seakan-akan loncatan dari yang khusus
kepada yang umum.
Ada dua macam induksi tidak sempurna
1. Induksi dalam ilmu alam
a) Dalam ilmu alam, putusan yang dicapai melalui induksi tidak
sempurna itu berlaku umum, mutlak, tidak ada kecualinya.
Misalnya, hukum air mengenai pembekuannya tidak menginzinkan
pengecualian.
b) Hukum alam itu berlaku umum dan pasti. Hukum alam disebut
hukum umum mutlak.
c) Berapa kalikah manusia harus mempunyai pengalaman, sampai ia
berani dan berhak mengambil keputusan umum itu? Ini bergantung
dari kecerdasan dari orang yang mengamati gejala.
d) newton, misalnya setelah melihat apel jatuh lalu merumuskan
hukum gravitasi.
2. Induksi dalam ilmu sosial
Jika ilmu mempunyai objek yang terjadinya kaarena
pengaruh manusia yang dapat ikut menentukan
kejadian-kejadian.
Manusia mempunyai kemampuan memilih,
mempunyai kemampuan bertindak atau tidak
bertindak.
Keumuman yang dihasilkan oleh ilmu sosial tidak
bersifat mutlak.
Dalam ilmu alam tidak ada hukum kekecualian,
sedangkan dalam ilmu sosial berlaku hukum
kekecualian.
2. Deduksi
Jalan pikiran dari putusan umum kepada putusan
khusus.
Kalau sudah diketahui bahwa putusan umum yang
menjadi titik tolak jalan pikiran itu benar, sehingga
berlaku bagi semua dan tiap-tiap individu, yang
dapat dimasukkan ke dalam wilayah putusan umum
itu, maka putusan khusus yang merupakan
kesimpulannya itu akan muncul dengan sendirinya,
dan benar pula.
Konklusi hanya merupakan penegasan saja dari
yang telah tersimpulkan pada putusan umum itu.
Beberapa prinsip penting dalam berpikir yang
harus diperhatikan:
1. asas persamaan (principium identitatis.
 Asas ini mengatakan bahwa sesuatu hanya
sama dengan dirinya sendiri.
 Formulanya adalah X adalah X
 Prinsipium identitatis hampir sama dengan
prinsip individuationis.
 Tiap sesuatu yang sama dengan sesuatu yang
lain tidak mungkin identik. Tiap-tiap hal
merupakan individu. Tidak ada dua manusia
yang persis sama.
2. Asas pertentangan (principium contradictory atau
contradictionis).
 Asas ini mengatakan bahwa tidak boleh menyamakan dua hal
yang bertentangan. Misalnya penjahat sebagai orang yang suka
menolong. Atau bujangan sebagai laki-laki yang sudah menikah.
 Pengakuan dan pengingkaran dalam suatu pendapat tidak
mungkin kedua-duanya benar.
 Pendapat yang dinyatakan secara positif disebut pengakuan
atau afirmasi. Misalnya si A adalah si A. Tidak mungkin si A
sekaligus bukan si A.
 Pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan
pengkuannya.
 Pengakuan dan pengingkaran dalam suatu pendapat tidak
mungkin kedua-duanya tidak benar.
3. Asas menolak kemungkinan ketiga (the law of
excluded middle).
 Asas ini menyatakan bila ada dua hal yang
bertentangan, maka tidak mungkin keduanya dapat
salah atau tidak mungkin keduanya dapat benar.
Pengakuan dan pengingkaran itu pertentangan
mutlak.
Tidak ada kemungkinan ketiga.
4. Principium rationis sufficientis
Tiap kejadian mempunyai alasan yang cukup
Hukum ini melengkapi principium identitatis. Bahwa sesuatu
hal yang merupakan indivividu sama dengan dirinya sendiri
dan hanya dengan dirinya sendiri. A adalah A.
Jika individu berubah A jadi B, maka B adalah B.
Hukum alasan cukup ini mengatakan bahwa berubahnya A
menjadi B harus mempunyai alasan yang cukup.
Logika tidak harus sibuk dengan menjawab pertanyaan
tentang apa itu sebab, tetapi bahwa kalau ada sesuatu
sekarang berada dalam keadaan tertentu, itu menuntut
alasan yang cukup dan alasan itu mendahului yang ada
sekarang.
Karena itu tiap kejadian mempunyai alasan yang cukup.
2.4 Objek Logika
 objek material logika atau lapangan
penyelidikan logika adalah manusia yang
berpikir. Manusia disoroti dari segi
kemampuan akal budinya.
 objek formal logika adalah teknik
berpikir, bagaimana manusia manusia
berpikir secara semestinya.
2.5. Pentingnya Belajar Logika
Setiap orang yang mempelajari logika diharapkan dapat
berpikir lebih nalar, kritis, tepat, runtun atau konsisten dan
benar. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan:
1) Studi logika mendidik kita untuk berpikir kritis.
2) Logika memungkinkan kita melaksanakan disiplin
intelektual diperlukan dalam menyimpulkan atau menarik
kesimpulan.
3) Logika membantu kita menginterpretasikan fakta dan
pendapat orang lain secara memadai.
4) Logika melatih kita tentang teknik-teknik menetapkan
asumsi dan implikasi.
5) Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran
yang keliru dan tidak jelas.
6) Logika memancing pemikiran ilmiah dan reflektif.

Anda mungkin juga menyukai