NPM : 1710631190130
Kelas : 2 D ( Ilmu Komunikasi )
MK : Dasar – Dasar Logika
Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi dari tiga
pertanyaan yang membentuk argumen di atas adalah benar (sesuai dengan
kenyataan) dengan demikian argumen tersebut memiliki kebenaran isi.
d. Logika Deduktif dan Induktif
Logika Deduktif, adalah suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses
berpikir yang sebaliknya dari logika induktif. Dalam proses berpikir ini dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan simpula deduktif biasanya mempergunakan pola pikir
silogismus(Fuad Ihsan:2015:124). Contoh silogismus :
- Semua logam jika dipanaskan akan memuai (premis mayor)
- Besi termasuk logam (premis minor)
- Maka jika besi dipanaskan akan memuai (konklusi)
Kunci untuk mengerti argumen di atas adalah istilah “Logam” pada
pernyataan pertama dan pernyataan kedua. Artinya kalau diketahu bahwa
“Semua logam jika dipanaskan akan memuai” dan “Besi termasuk logam
maka konsekuensi logisnya adalah “Maka jika besi dipanaskan akan
memuai”. Kesimpulan bahwa “Besi dipanaskan akan memuai” merupakan
hasil analisa dari dua pernyataan alasan (“Semua logam jika dipanaskan
akan memuai”). Silogismus menjadi cara untuk menyelidiki identitas atau
diversitas dua konsep objektif dengan memperbandingkannya dengan
konsep ketiga secara berurutan.
Logika Induktif, adalah suatu cara penarikan simpulan pada suatu proses
berpikir dengan menyimpulkan suatu yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual. Suatu penalaran dengan logika induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-penyataan yang mempunyai
ruang lingkup yang khas dan terbatas sebagai argumentasi dan kemudian
diahkiri dengan pernyataan umum(Fuad Ihsan:2015:123). Penalaran induktif adalah
proses penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua/banyak)
atas dasar pengetahuan tentang kasus-kasus individual (khusus). Penalaran
induktif berkaitan erat dengan pengamatan inderawi (observasi) atas kasus-
kasus sejenis lalu disusunlah pernyataan-pernyataan yang sejenis pula
sebagai dasar untuk menarik kesimpulan yang berlaku umum. Misalnya
observasi terhadap 10 batang logam yang dipanasi berturut-turut dengan
hasil “sama” yakni memuai. Pengamatan itu secara formal dapat disusun
sebagai suatu bentuk penalaran formal sebagai berikut:
Logam 1 dipanasi dan memuai.
Logam 2 dipanasi dan memuai.
Logam 3 …
Logam 10 dipanasi dan memuai.
Jadi, semua logam dipanasi dan memuai.
Dari contoh di atas terlihat bahwa kesimpulan dalam penalaran induktif
merupakan generalisasi sehingga kesimpulan itu pasti lebih luas dari premis
atau titik pangkal pemikiran. Dengan demikian selalu ada bahaya bahwa
orang menarik kesimpulan umum dari alasan yang tidak mencukupi, atau
menganggap sudah pasti sesuatu yang belum pasti. Generalisasi tergesa-
gesa dapat menjerumuskan kita sehingga kita menarik kesimpulan umum
tentang sesuatu yang sebenarnya tidak berlaku umum. Untuk itu perlu
dipelajari secara ilmiah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dari jumlah
kejadian yang kecil atau sedikit – sebagai sample kita dapat menarik
kesimpulan yang berlaku umum tanpa melanggar kebenaran.
Deduksi Induksi
Proses pemikiran yang di dalamnya
akal kita bertolak dari pengetahuan Proses pemikiran yang di
tentang beberapa dalamnya akal kita bertolak dari
kejadian/peristiwa/hal yang lebih pengetahuan yang lebih “umum”
konkret atau “khusus” lalu untuk menyimpulkan hal yang
menyimpulkan hal yang lebih lebih “khusus”.
“umum”.
Kesimpulan dalam penalaran
Kesimpulan dalam penalaran
deduktif bersifat analitis karena itu
induktif bersifat generalisasi,
pasti seratus persen kalau
sintesis karena itu tidak menjamin
argumentasinya sahih dari sudut
kepastian mutlak.
logika formal.
Penalaran induktif tidak bersifat Penalaran deduktif bersifat sahih
sahih/tidak sahih melainkan apakah kalau kesimpulan relevan pada
satu penalaran induktif lebih
probabel (tergantung sampel yang
dijadikan alasan penyimpulan) dari
yang lain. Tinggi rendahnya kadar alasan/premis atau tidak sahih
kebolehjadian dalam kesimpulan kalau kesimpulan tidak relevan
bergantung pada alasan. Kalau pada proses.
alasan cukup, kesimpulan benar,
kalau alasan tidak cukup
kesimpulan mungkin benar.
Penalarn induktif tidak bisa siap Penalaran deduktif adalah dasar
dipakai untuk membenarkan untuk membangun dan menilai
induksi. prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan Logika
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan(Mundiri:2016:17). Jadi dalam
menjalankan kehidupan logika itu hal yang sangat penting, menunjukan apa
itu kebenaran yang lurus, menghindari dari pikiran – pikiran yang
menyesatkan tentunya dengan tidak mengesampingkan nurani. Mendidik
manusia bersikap objetif tegas dan berani, menuntun untuk berpikir benar,
jauh dari prasangka emosi dan keyakinan seseorang. Merupakan suatu sikap
yang dibutuhkan dalam suasan dan tempat. Dengan logika juga, dapat
mengantarkan kita kepada siapa Dzat Yang Maha Kuasa yang berhak
disembah dan diyakini.
Daftar Pustaka