Anda di halaman 1dari 14

Tentang Hakikat Ilmu

Homo sapiens, makhluk yang berpikir. Setiap saat dari hidupnya, sejenak dia lahir sampai
masuk liang lahat, dia ta pernah berhenti berpikir. Hampir tak ada masalah yang menyangkut peri
kehidupan yang terlepas dari jangkauan pikirannya, dari soal paling remeh sampai soal paling
asasi. Berpikir itulah yang mencirikan hakikat manusia dank arena berpikirlah dia menjadi
manusia.
Pengetahuan yang merupakan produk kegiatan berpikir manusia merupakan obor dan
semen peradaban di mana manusia menemukan dirinya menghayati hidup dengan lebih
sempurna. Berbagai masalah memasuki pikiran manusia dalam menghadapi kenyataan hidup
sehari-hari dan beragam buah pemikiran telah dihasilkan sebagai bagian dari sejarah
kebudayaannya.meskipun kelihatannya tampak beberapa banyak dan beraneka ragamnya buah
pemikiran itu namun pada hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan
didasarkan pada tiga masalah pokok yakni : Apakah yang ingin kita ketahui? Bagaimana cara
kita memperoleh pengetahuan? Dan apakah nila pengetahuan tersebut bagi kita.
Kunci pembukaan itu adalah bagaimana mereka

menjawab ketiga masalah pokok

tersebut yang merupakan titik-tolak dalam pengembangan pemikiran selanjutnya.


Tak ada suatu suatu pernyataan yang bagaimana pun sederhananya yang kita terima
begitu saja tanpa pengkajian yang saksama. Falsafah menanyakan segala sesuatu dari kegiatan
berpikir kita dari awal sampai akhir seperti dinyatakan olleh Socrates, bahwa tugas falsafah yang
sebenarnya bukan menjawab pertanyaan kita namun mempersoalkan jawaban yang diberikan.
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau, dengan kata lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Istilah yang kita pakai
untuk menunjukan sifat kejadian yang terjangkau fitrah pengalaman manusia disebut empiris.
Fakta empiris adalah fakta yang dapat dialami langsung oleh manusia dengan mempergunakan
panca indera manusia dan peralatan yang dikembangkan sebagai pembantu pancaindera tersebut
membentuk apa yang dikenal dengan dunia empiris.
Ilmu mempunyai tiga asumsi mengenai obyek empiris. Asumsi pertama menganggap
obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk,

struktur, sifat, dan sebagainya. Klasifikasi merupakan pendekatan keilmuan yang pertama
terhadap obyek-obyek yang ditelaahnya. Taxonomi merupakan cabang keilmuan yang mulamula berkembang. Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku
suatu obyek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak mungkin dilakukan bila obyek
selalu berubah-ubah setiap waktu. Asumsi yang ketiga yaitu Determinisme. Determinisme
merupakan asumsi ilmu yang menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang
bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urut-urutan
kejadian yang sama. Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y, melainkan
mengatakan bahwa X mempunyai peluang yang besar untuk mengakibatkan terjadinya Y.
Determinisme dalam pengertian ilmu berkonotasi dengan sifat peluang (probabilistik). Statistika
merupakan metode yang menyatakan hubungan probabilistik antara gejala-gejala dalam
penelaahan keilmuan.
Dasar Epistemologi Ilmu
Epistemologi atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang
terlibat dalam usaha memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapat
melalui metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu (science) dengan pengetahuan
(knowledge) yang lain. Ilmu lebih bersifat kegiatan bukan produk. Kegiatan keilmuan bersifat
dinamis. Hakekat keilmuan ditentukan oleh cara berpikir yang dilakukan menurut persyaratan
keilmuan. Ilmu bersifat terbuka, demokratis, dan menjunjung kebenaran di atas segala galanya.
Metode Keilmuan
Ilmu merupakan gabungan cara-cara manusia sebelumnya dalam mencari pengetahuan. Pada
dasarnya ditinjau dari cara berpikir manusia terdapat dua pola pikir dalam memperoleh
pengetahuan yaitu :
1. Pola pikir rasional
Faham rasionalisme menganggap ide tentang kebenaran yang menjadi dasar pengetahuan
diperoleh lewat berpikir secara rasional. Ide tentang kebenaran sudah diketahui oleh pikiran
manusia yang tidak dipelajari lewat pengalaman indrawi. Sistem pengetahuan dibangun secara

koheren di atas landasan landasan yang sudah pasti. Jadi dalam pengertian inilah maka pikiran
itu menalar. Kaum rasionalis berdalil pikiran dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus
ada, harus benar, dan nyata. Prinsip dianggap sebagai sesuatu a-priori atau pengalaman dan
karena prinsip itu tidak dikembangkan dari pengalaman bahkan sebaliknya, pengalaman hanya
dapat di mengerti bila ditinjau dari prinsip tersebut.
Menurut Plato, manusia tidak mempelajari apapun. Ia hanya teringat apa yang dia ketahui.
Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah dalam pikiran manusia.
pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa kesadaran
terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam pikiran. Manusia dapat mengetahui
bentuk-bentuk keindahan, kebenaran, keadilan lewat proses intuisi rasional.
Salah satu contoh bentuk pemikiran rasional dapat ditemukan dalam ilmu Geometri. Contohnya,
sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat antara dua titik. Aksioma dasar tersebut
dideduksikan ke sebuah sistem yang terdiri dari subaksioma-aksioma. Hasilnya adalah sebuah
jaringan pernyataan yang formal dan konsisten secara logis tersusun dalam batas-batas yang
telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.
Rene Descartes mengajukan argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional pengetahuan.
Descartes mendasarkan keyakinannya pada sebuah landasan yang mempunyai kepastian yang
mutlak. Dia menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indera tetapi karena
indera itu bisa menyesatkan maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keinderaan
tidak dapat diandalkan. Dia hanya akan menerima sesuatu jika pengetahuan tentang sesuatu itu
tidak dapat diragukan lagi. Satu-satunya hal yang tak dapat dia ragukan adalah eksistensi dirinya
sendiri. Batu karang kepastian Descartes ini diekspresikan dalam bahasa Latin cogito, ergo sum
(saya berpikir, karena itu saya ada).
Descartes menalar bahwa semua kebenaran dapat kita kenal karena kejelasan dan ketegasan yang
timbul dalam pikiran kita. Apapun yang dapat digambarkan secara jelas dan tegas adalah benar.
falsafah rasional mempercayai bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah diturunkan
dari

dunia

pengalaman

melainkan

dari

dunia

pikiran.

Kaum

rasionalis

kemudian

mempertahankan pendapat bahwa dunia yang kita ketahui dengan metode intuisi rasional adalah

dunia yang nyata. Kebenaran atau kesalahan terletak dalam idea bukan pada benda-benda
tersebut.
Beberapa kritik yang ditujukan kepada kaum rasionalis yaitu :
1. Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba.
Eksistensi tentang idea yang sudah pasti maupun bersifat bawaan itu sendiri belum dapat
dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama. Tiap orang
cenderung percaya pada kebenaran yang pasti menurut mereka sendiri. Plato, St.
Agustine, dan Descartes masing-masing mengembangkan teori-teori rasional sendiri yang
masing-masing berbeda.
2. Banyak diantara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan
kesukaran kesukaran besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah
kehidupan yang praktis. Kritikus yang terdidik biasanya mengeluh bahwa kaum
rasionalis memperlakukan idea atau konsep seakan-akan mereka adalah benda yang
obyektif.
3. Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia
selama ini.
2. Pola Pikir Empiris
Berdasarkan beberapa kelemahan yang ditemukan pada pola pikir yang pertama maka muncullah
suatu pola berpikir yang sama sekali berlawanan yang dikenal dengan nama empirisme. Kaum
empiris menganjurkan agar manusia kembali ke alam untuk mendapatkan pengetahuan. Menurut
mereka, pengetahuan tidak ada secara apriori di benak manusia, melainkan harus diperoleh dari
pengalaman indrawi. Terdapat dua aspek dari teori empiris. Aspek pertama adalah perbedaan
antara yang mengetahui dan yang diketahui. Yang mengetahui adalah subyek dan benda yang
diketahui adalah obyek. Terdapat alam nyata yang terdiri dari fakta atau obyek yang dapat
ditangkap oleh seseorang. Aspek yang kedua, kebenaran atau pengujian kebenaran dari fakta atau
obyek didasarkan kepada pengalaman manusia.
Aspek lain dari empirisme yaitu prinsip keteraturan. Pengetahuan tentang alam didasarkan pada
persepsi mengenai cara yang teratur tentang tingkah laku. Disamping berpegang pada
keteraturan, kaum empiris mempergunakan prinsip keserupaan. Keserupaan berarti bahwa

terdapat gejala-gejala yang berdasarkan pengalaman adalah identik atau sama, maka kita
mempunyai cukup jaminan untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum tentang itu. Secara
khusus, kaum empiris mendasarkan teori pengetahuannya, kepada pengalaman yang ditangkap
oleh pancaindera manusia. Locke memandang pikiran sebagai suatu alat yang menerima dan
menyimpan sensasi pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil dari kegiatan keilmuan (pikiran)
yang mengkombinasikan sensasi-sensasi pokok. Kaum empiris radikal atau sensasionalis
berkeras pada pendapat bahwa semua pengetahuan dapat disederhanakan menjadi pengalaman
indera. Apa yang tidak dapat tersusun oleh pengalaman indera bukanlah pengetahuan yang benar.
Kaum empiris modern akan mengemukakan pengetahuan adalah hasil dari proses neuro-kimiawi
yang rumit, di mana obyek luar merangsang satu organ pancaindera atau lebih, dan rangsangan
ini menyebabkan perubahan material atau elektris di dalam organ badani yang disebut otak.
Seperti halnya kaum rasionalisme, kaum empirisme juga menuai kritik terhadap tiga hal yaitu :
1. Konsep pengalaman yang menjadi dasar pemikiran empiris. Pengalaman dapat berarti
rangsangan pancaindera, sebuah sensasi ditambah dengan penilaian. Jika dianalisis secara
netral maka pengalaman merupakan pengertian yang terlalu samar dijadikan dasar bagi
sebuah teori pengetahuan yang sistematis.
2. Teori yang sangat menitikberatkan pada persepsi pancaindera melupakan kenyataan bahwa
pancaindera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna. Empirisme tidak mempunyai
perlengkapan untuk membedakan antara khayalan dan fakta.
3. Empirisme tidak memberikan kepastian. Apa yang disebut pengetahuan yang mungkin,
dalam pengertian di atas, sebenarnya merupakan pengetahuan yang seluruhnya
diragukan. Pendekatan empiris gagal untuk memecahkan masalah pokok dalam
menemukan pengetahuan yang benar.
Pendekatan rasional empiris membentuk dua kutub yang bertentangan. Seiring dengan waktu,
lambat laun kedua pihak ini menyadari kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Timbullah
gagasan untuk menggabungkan kedua pendekatan ini untuk menyusun metode yang lebih dapat
diandalkan dalam menemukan pengetahuan yang benar. Gabungan antara pendekatan rasional
dan empiris dinamakan metode keilmuan. Pada awalnya ilmu dianggap sebagai metode induktifempiris dalam memperoleh pengetahuan. Para ilmuwan mengumpulkan fakta-fakta tertentu,
melakukan pengamatan, dan mempergunakan data inderawi. Walaupun begitu, analisis

mendalam terhadap metode keilmuan akan menyingkapkan kenyataan, bahwa apa yang
dilakukan oleh ilmuwan dalam usahanya mencari pengetahuan lebih tepat digambarkan sebagai
suatu kombinasi antara prosedur empiris dan rasional.
Pendekatan rasional dalam menyusun teori harus dilengkapi dengan pendekatan empiris menguji
kebenaran teori yang diajukan. Secara sederhana, metode keilmuan adalah satu cara dalam
memperoleh pengetahuan. Proses metode ilmiah merupakan suatu rangkaian tertentu untuk
mendapatkan jawaban yang tertentu dari pernyataan yang tertentu pula. Kerangka dasar prosedur
ini dapat diuraikan dalam enam langkah sebagai berikut :
a. Sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah.
Manusia menemukan beberapa kesulitan dalam menghadapi dunia ini dalam rangka
memecahkan kesulitan tersebut secara berakal, maka pemikiran akan mulai terbentuk.
Manusia menciptakan masalah dan mengajukan sesuatu yang menurut pikirannya adalah
pernyataan yang dapat dijawab. Masalah harus didefinisikan secara jelas sehingga jalan
untuk mengetahui fakta apa yang harus dikumpulkan juga jelas. Metode keilmuan pada
tahap permulaan ini menekankan kepada pernyataan yang jelas dan tepat dari sebuah
masalah. Suatu kumpulan obyek dan kejadian yang dapat diamati secara empiris
didukung oleh metode keilmuan dengan argumentasi bahwa penalaran itulah yang
membangun struktur dan mengarahkan penyelidikan.
b. Pengamatan dan pengumpulan data.
Kegiatan keilmuan cenderung diarahkan pada pengumpulan data. Pengamatan yang
diteliti yang dimungkinkan oleh terdapatnya berbagai alat, yang dibuat manusia dengan
penuh akal, memberikan dukungan yang dramatis terhadap konsep deduktif. Tumpuan
terhadap persepsi indera secara lansung atau tidak langsung, dan keharusan untuk
melakukan pengamatan secara teliti, seakan menyita perhatian kita terhadap segi empiris
dari penyelidikan keilmuan tersebut.
c. Penyusunan dan klasifikasi data
Tahap metode keilmuan ini menekankan kepada penyusunan fakta dalam kelompokkelompok, jenis-jenis, dan kelas-kelas. Dalam semua cabang ilmu, usaha untuk
mengidentifikasikan, menganalisis, membandingkan, dan membedakan fakta-fakta yang
relevan tergantung kepada adanya sistem klasifikasi yang disebut taksonomi. Deskripsi

dan klasifikasi memang merupakan suatu hal yang pokok dalam ilmu, tetapi adalah
menyesatkan bila mengacaukan deskripsi dan penyusunan ini dengan seluruh kegiatan
yang merupakan metode keilmuan.
d. Perumusan Hipotesis
Hipotesis berperan dalam hal bagaimana suatu benda bisa dijelaskan tergantung kepada
hubungan konseptual yang dipakai menyorot benda tersebut, Hipotesis adalah pernyataan
sementara tentang hubungan antara benda-benda. Dalam konsep mengenai hipotesis yang
peranannya sangat menentukan dalam metode keilmuan, ditemukan baik unsur empiris
maupun unsur rasional. Pertama-tama harus terdapat data empiris dalam bentuk fakta
yang dapat diamati dan diukur. Di samping itu, harus terdapat pula konsep yang bersifat
kategoris, yaitu memisahkan macam-macam data logis, dan kemudian menyusunnya
sedemikian rupa sehingga kemungkinan hubungan-hubungannya dapat dijajagi.
e. Deduksi dari Hipotesis
Hipotesis menyusun pernyataan logis yang menjadi dasar untuk penarikan kesimpulan
atau deduksi mengenai hubungan antara benda-benda tertentu yang sedang diselidiki.
Penalaran deduktif, yang sedemikian penting dalam tahap hipotesis ini, ditunjukkan oleh
fakta bahwa kebanyakan apa yang kita kenal sebagai pengetahuan keilmuan adalah lebih
bersifat teoritis daripada empiris, dan bahwa ramalan tergantung kepada bentuk logika
silogistik.
f. Test pengujian dan kebenaran (Verifikasi Hipotesis)
Pengujian kebenaran dalam ilmu berarti mengetes alternative-alternatif hipotesis dengan
pengamatan kenyataan sebenarnya atau lewat percobaan.
Secara singkat metode keilmuan adalah sebuah teori pengetahuan yang dipergunakan
manusia dalam memberikan jawaban tertentu terhadap suatu pernyataan. Lewat
pengorganisasian yang sistematis dan pengujian pengamatan, manusia telah mampu
mengumpulkan pengetahhuan secara kumulatif.
Kelebihan ilmu terletak pada pengetahuan yang tersusun secara logis dan sistematis serta
teruji kebenarannnya. Metode keilmuan memiliki beberapa kelemahan diantarany,
1. Metode keilmuan membatasi secara begitu saja mengenai apa yang dapat diketahui
manusia, yang hanya berkisar pada benda-benda yang dapat dipelajari dengan alat
dan teknik keilmuan.

2. Ilmu memperkenankan tafsiran yang banyak terhadap suatu benda atau kejadian.
3. Illmu menggambarkan hakekat mekanistis seperti bagaimana benda-benda
berhubungan satu sama lain secara sebab akibat namun ilmu tidak mengemukakan
apakah hakekat benda itu, apalagi mengapa benda itu seperti itu.
Terdapat kontroversi yang berlarut-larut mengenai perbedaan-perbedaan antara ilmu-ilmu
sosial dan ilmu-ilmu alam terutama mengenai metode yang dipakainya. Metode yang
dipergunakan dalam kedua bidang keilmuan tersebut adalah metode keilmuan yang sama.
Walaupun begitu memang terdapat perbedaan-perbedaan yang bersifat teknis dalam
kedua bidang keilmuan itu bila ditinjau dari hakekat obyek yang diselidikinya.
Perbedaan-perbedaan in ini menyebabkan ciri-ciri spesifik dari kedua bidang keilmuan
tersebut yang disebabkan pengembangan teknik-teknik penyelidikan yang berbeda dalam
menerapkan metode keilmuan tersebut.
Dasar Axiologi Ilmu
Ilmu telah banyak bermanfaat dalam memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan
berbagai wajah kehidupan yang duka. Akan tetapi aplikasi ilmu juga dapat berdampak buruk
dalam kehidupan manusia. Contohnya, usaha memerangi kuman yang membunuh manusia
sekaligus menghasilkan senjata kuman yang dipakai sebagai alat untuk membunuh manusia pula.
Ilmu bersifat netral. Penggunaan ilmu terletak pada orang yang menggunakan kekuasaan ilmu
tersebut. Netralitas ilmu hanya terletak pada dasar epistemologisnya saja. Sedangkan secaha
ontologism dan axiologis ilmuwan harus mampu menilai antara yang baik dan yang buruk.
Kekuasaan ilmu yang besar mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang
kuat.

Pikiran yang Tertundukkan


Dibandingkan dengan makluk lain manusia adalah makhluk yang mengalami perubahan yang
paling cepat. Sebagai contoh, tumbuhan mencari makan, tumbuh dan berkambang dengan
melakukan hal yang hampir sama dengan yang dilakukannya sejak ribuan tahun lalu yaitu
dengan fotosintesis, semut melakukan cara yang sama mambuat rumah dan mencari makan
sejak ribuan tahun lalu, namun berbeda dengan manusia, dengan pikiran yang terus mencari

cara-cara baru dalam mempermudah hidupnya manusia berkembang menjadi semakin maju,
keadaan tidak bisa membandung pikiran manusia untuk selalu berkembang.
Sebelum manusia terdahulu mengenal berbagai perkakas seperti sekarang manusia berfikir untuk
melindungi dirinya dengan sesuatu yang tajam, maka dia menemukan batu yang kemudian
diasah, dan dijadikan alat untuk melakukan berbagai kegiatan, salah satunya berburu, sehingga
manusia bertahan hidup dengan cara itu. Lalu dengan kondisi cuaca yang dingin pikiran manusia
bergerak mencari sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh, lalu ditemukanlah api, hingga pada
saat kemudian manusia mencoba mengamati tumbuhan-tumbuhan yang ada disekitarnya dan
mencoba untuk memakannya, hasilnya kemudian manusia menemukan cara untuk bercocok
tanam.
Otak manusia berkerja seperti denyut jantung yang tak berhenti bekerja siang dan malam, sejak
kecil hingga tua renta, dalam jaringan besar yang hanya seberat satu setengah kilogram tersebut,
manusia menyimpan ber bilyun-bilyun materi ingatan, kebiasann, kemampuan, keinginan,
harapan, dan ketakutan. Di dalamnya terdapat pola, suara, perhitungan, dan berbagai dorongan,
bahkan sebuah memori yang terjadi 30 tahun lalu masih tersimpan dalam otak manusia, namun
sampai sekarang manusia belum bisa memanfaatkan 100 persen kemampuan otak yang di miliki
secara optimal.
Seperti dijelaskan oleh Benjamin Samuel Bloom yang kemudian disempurnakan oleh Krathwoll,
bahwa Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang dilakukan oleh manusia agar mampu
mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Tahapan tersebut terdiri atas enam level, terdiri atas
enam level,yaitu: (a) Mengingat, (b) Memahami, (c) Menerapkan, (d) Menganalisis, (e)
Mengevaluasi, dan (f) Menciptakan. . Semakin tinggi levelnya maka pemikiran manusia akan
semakin maju. Selama ribuan tahun menusia mengalami enam proses tahapan tersebut sehingga
semakin lama pemikiran manusia menjadi semakin maju
Pikiranpikiran manusia inilah yang selalu gelisah untuk mencari hal-hal yang bisa membuat
hidupnya lebih baik dan lebih mudah sampai kemudian terciptalah peradaban-peradaban yang
megah, dan kebudayaan yang sangat maju seperti pada masa-masa kejayaan Yunani dan
Romawi, namun untuk sampai kesana manusia melewati proses yang berjalan lambat dan

penerimaan penuh kesabaran. Manusia berhenti untuk hidup berpindah-pindah kemudian


menetap, lading-ladang diolah dan membuat berbagai aturan dalam masyarakat social mereka,
mereka mengamati astronomi dan menjadikan kehidupan religus, hukum dibuat dan secara
lambat laun manusia berubah menjadi lebih beradab.
Dalam perkembangan sejarah kebudayaan manusia, ada beberapa masa yang dialami oleh
manusia, mulai dari zaman yang maju hingga zaman kegelapan. Dari sekian banyak peradaban
manusia, peradaban bangsa Yunani pada masa 1000 SM lalu kemudian peradaban bangsa
Romawi dianggap menjadi salah satu yang termaju. Dalam masa tersebut pikiran manusia sudah
melesat jauh dari yang awal hanya mencari solusi untuk kemudahan hidupnya yang masih
berupa hal-hal konkret, namun pada masa ini manusia mulai berfilsafat untuk mencari cara
berfikir untuk mengubah cara hidup menjadi lebih baik.
Orang Yunani percaya bahwa semua kemajuan dan peradaban manusia haruslah didasarkan pada
kebahagiaan hidup yang memeperkaya khasanah pemikiran manusia. Bangsa-bangsa lain
berpendapat bahwa peradaban mereka adalah semata-mata bagi Tuhan, atau bagi raja-raja yang
mulia, atau kekuasaan, kekayaan dan kesenangan. Bahkan dewasa ini masih banyak bangsa yang
berpandangan bahwa setiap orang mendapat makanan dan pakaian yang berlimpah, mempunyai
mobil dan beberapa peralaan modern maka kehidupannya telah sempurna. Namun, memang
dalam sejarah, bangsa Yunani juga melakukan kehidupan yang menyenangkan dengan anggur,
wanita dan segala hedonitas. Namun jauh dalam lubuk hatinya mereka menyadari bahwa ada hal
yang lebih baik dari pada semua tujuan madani tersebut, dan mereka mulai menggali dan terus
mempertahankan tujuan tersebut.
Untuk tetap mempertahankan tujuan tersebut, dari bangsa Yunani banyak terlahir filsuf-filsuf,
pemikir-pemikir, dan para penyair, mereka menulis buku, berceramah untuk menyampaikan
pemikiran memperkaya khasanah pemikiran manusia, mereka diantaranya adalah, Homerus,
Aeschylus, Aristophanes, Thucydides, Plato, Aristoteles, dan masih banyak lagi, mereka inilah
yang kemudian disebut sebagai para penyembuh jiwa. Pemikiran mereka sampai saat ini masih
bisa dilihat dan masih digunakan, Perimbangan kekuatan konstitusi Amerikka pun dirumuskan

oleh orang Yunani, orang Yunani pulalah yang pertama kali merumuskan mengenai cita-cita yang
mulia mengenai hakekat persaudaraan manusia.
Murid pertama dari bangsa Yunani adalah bangsa Romawi, Yunani mengajari bangsa Romawi
yang masih kaku, tidak punya kefalsafahan berfikir, dan hasilnya, dengan bangsa Romawi yang
sudah mendapatkan kemampuan berfikir ala Yunani mereka mencangkokkannya dengan
kebudayaan itali, yang kemudian membentuk kebudayaan gabungan yaitu kebudayaan Romawi
Yunani (Greco-Roman). Efesien, produktif cerdas, bercitarasa, bersusastra, namun buruk dalam
pemerintahan-pemerintahan. singkatnya kebudayaan tersebut menjadi kebudayaan maju.
sekolah-sekolah banyak, buku-buku bertebaran di Eropa, dan banyak orang menguasai ilmu
membaca dan menulis.
Namun kebudayaan yang sedemikian megah tersebut runtuh, runtuhnya kebudayaan Yunani
Romawi dimulai dari wilayah barat yaitu daerah Romawi namun untuk daerah timur masih
bertahan untuk ribuan tahun selanjutnya untuk menahan gempuran kemerosotan kebudayaan
yang terjadi, jika disuruh untuk menjelaskan penyebab perbedaan tersebut, sesungguhnya orang
daerah barat lebih suka akan kekayaan dan kenikmatan , sedangkan orang di wilayah timur lebih
suka untuk berfikir. Maka dimulailah masa gelap di daratan Eropa, dari sebuah peradaban
megah dengan pikiran yang luas menjadi zaman kegelapan dimana banyak penjarahan,
kekerasan, tingkat kriminalitas, dan sedikit sekali buku-buku sisa peradaban yang masih ada, hal
ini sampai pada kemudian sedikit sekali orang yang masih bisa membaca dan menulis.
Kemudian pikiran manusia kembali menemukan jalannya, dari sekian banyak manusia yang
terjun dalam sistem feodal, masih ada beberapa filsuf yang kemudian menyendiri mengajarkaan
kembali pemikiran-pemikiran besar dari filsuf masa lalu untuk membawa peradaban manusia
kembali pada kemajuan, pada titik ini nenek moyang kita kembali mendaki lagi dari kegelapan
dan dalam waktu lama dan dalam kesabaran mereka mengembalikan jiwa peradaban pada
manusia, dan pada 1450 eropa kembali dalam pemikiran utuh dunia grecco-roman. Dari kisah
tersebut cukup membuktikan bahwa pikiran manusia tidak dapat di tundukan dalam berbagai
situasi, kegelisahan mengenai suatu kondisi selalu membawa pikiran manusia untuk terus
mencari dan berkembang untuk menemukan jalan yang lebih baik bagi kehidupan manusia.

Kembalinya peradaban di Eropa pada masa lalau tidak terlepas dari peran para pemikir yang ada
pada waktu itu, alangkah indahnya sebuah masa kelam yang penuh pertumpahan darah disulap
menjadi peradaban maju dengan mengedepankan khasanah pemikiran. Para pemikir-pemikir
besar yang dikenal pada waktu sekarang adalah orang-orang yang tidak dianggap pada masa
lalunya, sebut saja Gregor Mendel, seorang rahib yang dengan sabar di kebunnya, sampai ia
menemukan hukum dasar keturunan, Sir Isaac Newton, dengan gravitasinya adalah seorang anak
petani Lincolnshire yang tidak cemerlang sama sekali saat kecil seperti ahli matematika lainnya,
baru setelah masuk di Cambridge, ia menemukan kejeniusannya, kemudian seorang anak lelaki
bisa bernama Loenardo Da Vinci yang magang dalam seni lukis seperti halnya ribuan anak
sebelum dan sesudahnya, akhirnya menjadi pemikir terkemuka. Socrates adalah seorang tukang
baru disebuah kota yang penuh dengan pemborong. Namun tingkat imajinasi dan kegelisahan
akan sesuatu telah membawa pemikir-pemikir hebat itu menemukan jalan kearah keagungan
dengan hasil pemikiran mereka. Ini merupakan bukti bahwa pikiran manusia benar-benar tidak
tertundukan dalam kondisi apapun.
Pertanyaan selanjutnya, setelah semua kembali ke peradaban, lalu bagaimana jika peradaban
yang sekarang juga jatuh kembali ke masa gelapan. Seorang manusia kini menggunakan hampir
seluruh ototnya dalam masa dewasa. Namun dia meninggalkan dua pertiga dari kemampuan
otaknya. Secara keseluruhan perkembangan dua bilyun pemikiran di bumi ini dihambat oleh tiga
hal; 1. Kemiskinan, 2, Kesalahan, 3. Hambatan yang disengaja.
Kemiskinan menjadi musuh terbesar manusia, sebab kemiskinan sangat berpengaruh pada
kehidupan social di masyarakat. Pendidikan memerlukan biaya, sehingga kemiskinan menjadi
jalan masuknya kebodohan untuk manusi, namun demikian kemiskinan bukanlah suatu rintangan
untuk nmelaksanakan pendidikan dengan catatan, orang mau bersungguh-sungguh belajar dan
bersedia untuk untuk berkorban. Hal ini sudah di buaktikan oleh pemikir-pemikir hebatdari masa
lalu yang dijelaskan di awal tadi, bahwakn beberapa Negara yang tidak bisa dibilang kaya kini
menyadi penyokong dari univeristas-universitas besar, katakanlah Finlandia, yang merupakan
Negara termiskin di eropa, namun memiliki sekolah-sekolah yang sangat baik, bahkan sebagaian

besar warganya lebih berpendidikan daripada Negara lain. Skotlandia tidak pernah jadi Negara
kaya, namun Negara tersebut menunjang empat universitas sejak Zaman Renaissance.
Terdapat tiga kesalahan yang menyebabkan lemahnya pendidikan di masa kini, kesalahan
pertama adalah gagarasan yang keliru bahwa sekolah diadakan terutama untuk melatih anak lakilaki dan anak perempuan bergaul. berintegrasi dengan kelaompoknya, melengkapi mereka
dengan ketrampilan kehidupan social,mampu menyesuaikan diri dalam keluarga dan
masyarakat, sesungguhnya semua itu hanya sebagaiana dari tujuan kegiatan pendidikan. Tujuan
lain yang sama pentingnya, atau mungkin lebih penting adalah melatih pemikiran individu
seintensif mungkin, dan mendorongnya kearah pemikiran yang beranekaragam. Kesalahan kedua
yaitu terletak pada kepercayaan bahwa proses pendidikan terhenti sama sekali setelah
kedewasaan dimulai.
Banyak sekali lulusan yang masih muda meninggalkan pemikiran yang di dapatnya sewaktu
melakukan kegiatan pendidikan. Seperti halnya seorang yang bermain music namun tidak pernah
mengikuti pagelaran music, atau memainkan satu nada pun. Kesalahan ketiga terletak pada suatu
gambaran yang salah bahwa proses belajar dan mengajar haruslah memperlihatkan hasil yang
segera yang mambawa keuntungan dan membawa kita kearah keberhasilan. Walaupun memang
benar bahwa pendidikan dimaksudkan untuk perkembangan kepribadian secara menyeluruh.
Namun tidak mungkin bahkan tidak dikehendaki bahwa kebanyakan dari materi pokok
pendidikan akan menyebabkan dia menjadi kaya.
Hambatan yang disengaja adalah sebuah upaya secara sadar dari mereka yang berupaya untuk
memusnahkan sekumpulan pengetahuan tersentu, atau membatasi dengan sengaja, sehingga
pengetahuan tersebut menjadi sangat rahasia. Penyebabnya adalah raasa takut bahwa
pengetahuan tersebut membahayakan bagi golongan, kelompok, atau organisasi tertentu.
Keadaan pernah di alami oleh beberapa pemikir hebat dari masa lalu, seperti saat Galileo
mengemukaan pengetahuan baru mengenai gerak tata tatasurya yang mematahkan teori dari
Copernicus. Ia lalu di ancam, dipenjara dan disiksa untuk menarik lagi pernyataanya.

Walaupun begitu, andaikan hal ini benar-benar terjadi, tenaga pemikiran manusia yang tak
tercapai akan tetap menemukan jalan keluar terlepas dari kesenangan yang tersedia atau
kekacauan yang melanda. Masih akan tetap terdapat para penemu, peneliti dan pemikir,
meskipun untuk beberapa abad mereka akan tampak eksentrik seperti orangorang suci yang
jarang terdapat. Pada akhirnnya kelaliman juga akan gagal. Tidaklah mungkin untuk menurunkan
harkat kemanusiaan umat, beberapa akan terlewat dan mereka akan berfikir, lebih mudah
menghancurkan umat manusia secara fisik, dengan senjata biologis maupun nuklir, dari pada
menghancurkan manusia secara mental. Selama manusia menetap di planet ini, tirani dan
kekejaman apapun akan dihadapi, manusia tetap dan harus tetap berfikir. Karena disebabkan
perjalanan pikiran inilah Tidak sempurna, namun menakjubkan yang membawa menusia
keluar dari kebiadaban menuju peradaban.

Anda mungkin juga menyukai