Anda di halaman 1dari 18

Philosopical Thinking

(Logika Berfikir Dasar)


Oleh: Sarjuni, S.Ag., M.Hum.

Staf Pengajar Fakultas Agama Islam (FAI) Unissula Semarang


Jl. Raya Kaligawe KM.4 Semarang
Telp. 08156663173 Email: Arjun -Phil @ plasa.com.

1
Berfikir Ilmiah
 Berpikir dalam kerangka ontologis, epistemologis dan
aksiologis.
 Berpikir rasional dan logis
 Rasional: sesuatu yang sesuai dengan hukum
alam, yang tidak rasional tidak sesuai dengan
hukum alam. Kebenaran akal diukur dengan
hukum alam.
 Logis (masuk akal): Sesuai dengan hukum-
hukum berpikir. Ada logis rasional dan logis
supra rasional.
Contoh:
Logis-Rasional : Tubuh kita jika terkena api
terasa panas, karena secara hukum alam api
memiliki sifat panas (membakar).

Logis-Suprarasional: Nabi Ibrahim AS dibakar


api tidak panas (terbakar). Karena Allah sebagai
pembuat api menghendaki api menjadi tidak
panas.
Hubungan Logis dan Rasional

 Yang logis ialah yang masuk akal.


 Yang logis mencakup yang rasional dan supra-
rasional.
 Yang logis ialah yang masuk akal sekalipun tidak
sesuai dengan hukum alam.
 Logis boleh dipakai dalam pengertian rasional
maupun supra-rasional.
Logika
 Pengertian: Cabang filsafat yang membicarakan prinsip-
prinsip berfikir yang logis /true (benar) dan valid
(tepat/sah)
 Yang dikaji: bagaimana manusia mengambil sebuah
penyimpulan yang sah dan valid berdasarkan kaidah
berfikir logis dan runtut (Adjat Sakri, 1996:1).
 Logika: pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika
 Dalam logika manusia bernalar. Penalaran
(reasoning) ialah proses pengambilan simpulan
(conclucsioan, inference) dari bahan bukti atau
petunjuk (evidence) (Moeliono, 1996).
 Logika akan membimbing manusia untuk
berpikir secara benar dan lepas dari berbagai
prasangka dan emosi serta keyakinan seseorang,
sehingga hasilnya bersifat objektif.
Macam-Macam Logika
 Logika formal (sering disebut logika saja): Logika yang
memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk
(form) berpikir. Logikanya untuk memperoleh
pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya
harus sah/valid.
 Logika Material: Mengkaji isi kesimpulan.
 Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang
benar (true) dan tepat (valid). Benar (true), berkaitan
dengan bentuk, Tepat (valid)berhubungan dengan isi
kesimpulan.
 Bila isinya tepat, pasti bentuknya benar, belum tentu
sebaliknya.
Contoh:
 Deduksi ini bentunya tepat dan isinya benar:
Setiap manusia akan mati.
Muhammad adalah manusia.
Muhammad akan mati.

 Deduksi ini bentunya tepat dan isinya tidak benar:


Manusia adalah sejenis hewan.
Kuda adalah sejenis hewan.
Jadi, manusia sama dengan kuda.
Prinsip-prinsip Berfikir Logis
1. Principum identitatis (law of identity): hukum
kesamaan): suatu hal hanya sama dengan
halnya itu sendiri.
2. Principum contradictionis (law of contradiction)
hukum kontradiksi): Sesuatu tidak dapat
merupakan hal itu dan bukan hal itu pada
waktu yang bersamaan.
3. Principum exclusi tertii (law excluden middle):
hukum penyisihan jalan tengah (tidak ada
kemungkinan ketiga)
Prinsip-prinsip Berfikir Logis
4. Principum rationis sufficientis (hukum alasan
mencukupi)
5. Principum exemplaris (kaidah pemberian
contoh yang relevan)
6. Principum causality (hukum sebab akibat)
Aristoteles Tentang Causa
1. Causa`Materialis (sebab bahan)
2. Causa formalis (sebab bentuk, rancang
bangun)
3. Causa finalis (sebab tujuan)
4. Causa efisien (sebab yang menjalankan
kejadian/akibat)
Logika dalam Kegiatan Ilmiah
 Dalam kegiatan ilmiah ditekankan pada poses penalaran
deduktif dan induktif.
 Deduktif: berfungsi untuk membangun prediksi-
prediksi dan mengkomunikasikan hasil-hasil kajian
ilmiah dengan cermat dan benar.
 Proses deduksi berlangsung melalui tiga tahap:
1. Generalisasi sebagai pangkal bertolak,
2. Penerapan generalisasi pada kejadian tertentu; dan
3. Simpulan deduktif yang berlaku diturunkan dari
pangkal pikirannya.
 Penemu Penalaran Deduktif: Aristoteles
Silogisme
 Dalam logika penalaran deduktif dikenal dengan
silogisme .
 Silogisme sering diartikan sebagai penarikan simpulan
secara tidak langsung dengan menggunakan premis
sebagai bentuk penalaran formal.
 Contoh:
I. Semua peneliti adalah orang jujur
II. Semua dosen adalah peneliti
III. Semua dosen adalah orang jujur
Premis-Premis dalam Silogisme
1. Premis Mayor :pernyataan yang menjadi dasar argumentasi. Ia
mengandung term mayor dan dianggap benar bagi anggota kelas
tertentu: Premis Mayor dapat diperoleh antara lain melalui
generalisasi induktif, tata nilai budaya atau adat, agama,
kepercayaan, keyakinan, telaah studi, politik dan akal sehat.
2. Premis Minor: adalah premis yang mengandung term minor,
merupakan proposisi yang mengidentifikasikan sebuah fenomena
khusus bagi anggota kelas.
3. Konkluksi: adalah proposisi yang menyakan apa yang benar
tentang seluruh kelas, juga akan benar atau berlaku bagi anggota
tertentu.
Penalaran Metodologis
 Berfikir metodologis :logico-hyphotetico-verificatif:
yaitu suatu proses yang sistematis sejak
merumuskan masalah sampai dengan tahap
penyimpulan.
 Metode ilmiah (scientific method) merupakan
prosedur yang mencakup berbagai tindakan,
pola kerja, cara teknis dan tata langkah untuk
memperoleh penemuan baru.
Penalaran Induktif
 Induktif: bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus
untuk menentukan hukum yang umum,penentuan
kaidah umum berdasarkan hal-hal yang khusus.
 Melalui penalaran induktif dapat ditemukan informasi
baru.
 Dalam penalaran induktif dilakukan dengan observasi
dan eksperimen, perumusan hipotesis, verifikatif,
penyusunan teori atau hukum ilmiah sebagai abstraksi
intelektual dengan menggabungkan rasio dan empiris.
 Penemu Penalaran Deduktif: Francis Bacon
TEORI-TEORI KEBENARAN
 Teori Korespondensi: that is is true that p if and only if p
atau to say of what it is that it is or of what is not that it is not,
is true (Kattsof, 1986) = kesesuaian antara pernyataan dan
kenyataan
 Teori Koherensi : propisisi dinyatakan benar bila
mempunyai hubungan dengan proposisi sebelumnya
yang juga benar.
 Teori Pragmatis: a true ideas is one which fulfills its function,
which works, a false ideas is one das not . Proposisi benar bila
mempunyai konsekuensi praktis yang berguna secara
inheren dari pernyataan itu sendiri.
Selesai........
Semoga Bermanfaat

Wassalamu,alaikum wr. wb.

Anda mungkin juga menyukai