Anda di halaman 1dari 103

Materi Ilmu Mantiq

1.Menjelaskan ilmu mantiq

Definisi Ilmu Mantiq.

Berikut ini beberapa definisi Ilmu Mantiq :

1. Merupakan ilmu yang memuat aturan dan undang-undang yang harus diperhatikan dan
dijaga, dan jika tidak dipelihara maka seseorang akan salah dalam berfikir
2. Ilmu yang mempelari tentang ketentuan-ketentuan yang dijadikan petunjuk bagi
seseorang dalam berfikir, sehingga dia jauh dari kemungkinan salah dalam berfikir
3. Ilmu tentang hukum yang berfungsi sebagai pemelihara jalan fikiran dan menjaganya
dari setiap kekeliruan

Dari beberapa definisi ini, bisa dimpulkan bahwa Definisi Ilmu Mantiq adalah "Ilmu yang
mempelajari rambu-rambu dan sistem berfikir seseorang dengan benar.

Sekilas Sejarah Ilmu Mantiq

Ilmu Mantiq berasal dari Yunani, dan para filosof yunani yang dianggap orang pertama
kali sebagai pencetus Ilmu ini, dia adalah Socrates, yang selanjutnya dilanjutkan oleh Plato dan
akhirnya disempurnakan oleh Aristoteles [382-322 SM].Pada perkembangan selanjutnya
Aristoteles dipandang memiliki peran yang beras terhadap Ilmu Mantiq ini, sebab dia berhasil
menawarkan Ilmu Mantiq yang lebih sistematis dan teratur.Beberapa catatan pribadinya
diabadikan dalam bsebuah buku yang dikenal dengan Organon, hal ini dilakukan oleh murid-
murid Aristoteles, antara lain Theoprastes [371-287 SM], dan Parphyrius [306-233 SM],
sekaligus melengkapi karya-karya gurunya, dan melengkapinya sengan pasal Eisagoge, yang
kemduian dikelan dengan Klasifikasi [al-Kulliyat al-Khamsah].Pada masa muridnya
[Parphyrius], Ilmu Mantiq memiliki masa kegemilang dan memiliki ceteral-centeral diskusi di
beberapa kota besar di yunani, yakni Athena, Anatolia, Roma dan Alexandaria.Perkembangan
Ilmu Mantiq yang cukup pesat tersebut, ternyata membuat The Grear Constantine geram,
Kaisar Imperium Romma tersebut memutuskan untuk mengadakan sebuah sidang gereja seluruh
Dunia di Nicea. [Gelaran tersebut di kenal dengan Konsili Nichea].Pada masa inilah Ilmu Mantiq
mengalami kemunduran dan nyaris mandeg, dan secara umum juga dialami oleh ilmu
pengetahuan lainnya. Hingga akhisnya masa ini dikenal dengan masa kegelapan.

2. Menjelaskan Objek material logika

Secara etimologi Logika berasal dari Bahasa Yunani Logos yang berarti “kata” atau “pikiran
yang benar” (Hasbullah Bakry : 1981, 15). Disisi lain mengatakan, Logika berasal dari bahasa Latin yakni
kata Logos yang berarti “perkataan” atau “sabda” (K. Prent C.M, J. Adisubrata, dan W.J.S
Poerwadarminta: 1969, hlm. 501). Menurut Poedjawijatana, logika adalah “filsafat berpikir”. Yang
berpikir itu manusia dan berpikir itu merupakan tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai tujuan, yaitu
untuk tahu (Poedjawijatana, 1992: 9). Menurut K. Bertens dalam Suraijaya mengatakan bahwa Logika
adalah ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita (Suraijaya, 2005: 23). Dalam buku Logic and
Language of Education, Logika disebut sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode
berpikir (GeorgeF. Kneller: 1996, hlm. 13). Sedangkan dalam bahasa Arab , Logika disebut Ilmu Mantiq
dari kata dasar Nataqa yang berarti berbicara atau berucap (Ahmad Warson Munawwir, AlMunawwir:
1984, hlm. 1531, Al-Ma’luf,1986, hlm. 816). Menurut Ibnu Khaldun, bahwa Ilmu Mantiq (logika)
merupakan undang-undang yang dapat dipergunakan untuk mengetahui pernyataan yang benar dari
pernyataan yang salah (Ibnu Khaldun: 2000, hlm. 474). Prof. Thaib Thohir A. Mu’in mendefinisikan Ilmu
Mantiq sebagai ilmu yang dipergunakan untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam
memperoleh suatu kebenaran (Thaib Thahir A. Mu’in: 1966, hlm. 16). Tidak ketinggalan Irving M. Copi
juga mendefinisikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum- hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah Logika merupakan bagian
dari filsafat yang memperbicangkan hakikat ketepatan, cara meyusun pikiran yang dapat menggambarkan
ketepatan pengetahuan. Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang dipikirkan tetapi
membatasai diri pada ketetapan susunan berpikir menyangkut pengetahuan. Jadi, Logika
mempersyaratkan kebenaran, bukan wacana kebenarannya. Dan bidang perhatian dan tugas logika
adalah menyelidiki penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran
yang tidak tepat. Demikian bahwa Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan pada
berpikir atau bernalar dengan teliti dan teratur dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh suatu
kebenaran serta membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang salah. Bisa juga Logika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara berpikir serta mengatur penelitian hukum-hukum
akal manusia yang mana hasilnya dapat menyampaikan pikiran atau pikiran mencapai kebenaran serta
mengetahui mana yang salah.

Objek Kajian Logika Dalam pembahasan sebelumnya logika memperbicangkan hakikat dan
menyelidiki penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang
tidak tepat. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta
bertujuan mendapatkan kebenaram, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Setiap
ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek. Sebelum mengetahui lebih lanjut objek kajian logika alangkah
baiknya mengetahui maksud dari objek itu sendiri. Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan atau
sasaran dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Dilihat dari segi objeknya, objek logika ada dua
yaitu objek material (Mantiq Al-Maddi) dan objek formal (Mantiq As-Suwari). Objek material adalah
suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan, yang diselidiki, dipandang,
atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada
bahan dari penelitian atau pementukan pengetahuan itu, atau dari sudut pandang apa objek materia itu
disoroti (Surajiyo, 1005: 11). Oleh karena yang berpikir itu manusia, maka yang menjadi objek atau
lapangan penyelidikan logika secara materia (sebagai sasaran umum) ialah manusia itu sendiri. Tetapi
manusia ini disoroti dari sudut tertentu (secara khusus) sebagai objek forma, ialah budinya
(Poedjawijatana, 1992: 14). Cara pemikiran dalam objek-objek logika secara radikal dibagi menjadi dua.
Cara pertama disebut berpikir deduktif (umum ke khusus) dipergunakan dalam Logika Forma yang
mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan
mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus dan patokan – patokan yang benar. Cara kedua, berpikir
induktif (khusus ke umum) dipergunakan dalam Logika Materia, yang mempelajari dasar-dasar
persusaian pikiran dengan kenyataan. Logika Materia menilai hasil pekerjaan Logika Forma dan menguji
benar tidaknya dengan kenyataan empiris. Secara garis besar, objek bahasan - bahasan logika (mabahis
ilm al-mantiq), dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu bahasan ‘kata-kata’ (al-alfadh), bahasan
proposisi (al-qadliyah) dan bahasan pemikiran atau penalaran (al-istidlal). Sesuai dengan objek bahasan
logika, pertama-tama yang harus dipelajari adalah bahasan kata-kata, kemudian bahasan proposisi dan
diakhiri bahasan penalaran. Karena tidak mungkin seseorang dapat melakukan penalaran atau berpikir
tanpa mengetahui proposisi suatu kegiatan berpikir, begitu juga tidak mungkin mengetahui proposisi
berpikir tanpa mengetahui kata-kata yang sesuai. Tujuan yang paling utama dari pelajaran ilmu mantiq
(logika) adalah tentang alistidlal (penalaran), tetapi sesungguhnya penalaran itu tersusun dari beberapa
kata-kata.

Pembagian Logika Dalam jenisnya, logika terbagi menjadi dua macam, yaitu logika formal dan
logika material. 1. Logika Formal, logika yang mempelajari azas-azas, aturan-aturan atau hokum-hukum
berpikir yang harus ditaati agar orang dapar berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. 2. Logika
Material, logika yang mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan
mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya (Hasbulllah Bakry, 1970: 17). b.
Logika dilihat dari metodenya. 1. Logika Tradisional (al-mantiq al-qadim), logika Aristoteles yang
bersifat deduktif, artinya berpikir dari keputusan yang bersifat umum untuk mendapatkan kesimpulan
yang bersifat khusus. Menurut Yuyun S. Suriasumantri, logika deduktif adalah cara berpikir dimana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, penarikan ini dinamakan
Silogismus. 2. Logika Modern (al-mantiq al-hadis), logika yangbersifat induksi, artinya berpikir dari
berangkat dari peristiwa yang bersifat khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Menurut Yuyun S. Suriasumantri, logika induksi adalah cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual (khusus).Logika dilihat dari
kualitasnya, 1. Logika Naturalis (al-mantiq al-fitri), logika yang berdasarkan kemampuan akal pikiran
bawaan manusia sejak lahir. Akal manusia yang normal dapat berkerja secara spontan sesuai dengan
hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang, ia pasti dapat membedakan
sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu lain, dan bahwa dua kenyataan yang bertentangan tidaklah
sama. Kemampuan berlogika naturalis pad tiap-tiap orang berbeda-beda tergantung dari tingkatan
pengetahuannya. 2. Logika Artifisialis atau Ilmiah (al-mantiq al-shuri), logika yang bertugas
membantu al-mantiq al-fitri dan mengatasi kenyataan yang tidak dapat ditanggulangi al-mantiq al-fitri
guna menyusun hokum, patokan dan rumus berpikir lurus. Logika ini memperluas, memperhalus,
mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan
aman. Logika ini yang menjadi pembahasan logika sekarang ini (Mundiri, 1993:13-14).Sejarah Logika
Menurut sejarah, dasar-dasar ilmu mantik (logika) sudah dipelajari semenjak zaman Luqman Hakim atau
zaman Nabi Daud As. Dari Luqman hakim turun kepada filosof Benduples, kemudian turun kepada
filosof Sabqarates dan Baqrates, lalu turun kepada Aflathun, dan akhirnya sampai kepada filosof
Aristoteles yang dikenal sebagai bapak logika. Logika merupakan cabang dari llmu filsafat, maka sejarah
lahirnya logika tidak bisa lepas dari bagaimana filsafat itu muncul. Filsafat pertama kali muncul di
yunani, yaitu pada abad ke 6 SM. Pada waktu itu orang -orang Yunani mulai kritis terhadap alam sekitar
dan mulai memikirkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Merekalah orang-orang yang berusaha keras
menganalisis dan menyusun kaidah-kaidah berpikir agar terhindar dari kesalahan dalam membuat
kesimpulan.

Sejarah singkat logika dari masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya. a. Dunia
Yunani Tua Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium (±340-265) disebutkan bahwa yang
pertama kali menggunakan istilah logika adalah tokoh Stoa. Meskipun demikian, akar logika sudah
terdapat dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea. Mereka telah melihat masalah identitas dan
perlawanan asas dalam realitas. Tetapi kaum Sofislah yang menjadikan pikiran manusia sebagai titik
pemikiran secara eksplisit. Sokrates (470-399) dengan metodenya ironi dan maieutika, de facto
mengembangkan metode induktif. Dalam metode ini dikumpulkan contoh dan peristiwa konkret untuk
kemudian dicari ciri umumnnya. Plato mengumumkan metode Sokrates tersebut menjadi teori ide, yaitu
teori Dinge an sich. Menurut Plato, ide adalah bentuk mulyajadi atau model yang bersifat umum dan
sempurna yang disebut prototypa, sedangkan benda individual duniawi hanya merupakan bentuk tiruan
yang tidak sempurna, yang disebut ectypa. Gagasan plato ini banyak memberikan dasar pada logika,
terutama pada masalah ideogenesis dan masalah penggunaan bahasa dalam pemikiran. Akan tetapi logika
yang ilmiah sesungguhnya baru terwujud berkat karya Aristoteles (384-322). Ia-lah Ahli pikir yang
mempelopori perkembangan logika sejak awal lahirnya. Ia menghimpun dasar -dasar ilmu mantiq agar
tidak punah sebab sulitnya ilmu ini. Maka dari itu ia dipandang sebagai peletak ilmu mantiq (logika)
dalam sejarah. Karya Aristoteles tentang logika, kemudian diberi nama To Organon oleh muridnya yang
bernama Andronikos dan Rhodos. Karya Aristoteles mencakup: Kategoria (mengenai logika istilah dan
predikasi), Peri Hermeneis (tentang logika proposisi), Analytica Protera ( tentang silogisme dan
pemikiran), Analytica Hystera (tentang pembuktian), Topica ( tentang metode berdebat), Peri
Sophistkoon Elechoon ( tentang kesalahan berpikir). Pola ini hingga kini masih digunakan oleh
kebanyakan penulis jika berbicara tentang logika. Setelah masa Aristoteles, logika diteruskan oleh
muridnya, yaitu Theopratus dan Porphyrius. Keduanya berperan penting dalam kemajuan logika.
Theopratus memimpin aliran peripatetic (warisan gurunya). Ia menyumbangkan pemikiran tentang
pengertian yang mungkin dan sifat asasi dari setiap kesimpulan (harus mengikuti pangkal terlemah dalam
berpikir). Maksud dari pengertian yang mungkin adalah pengertian yang tidak mengandung kontradiksi
atau pertentangan dalam dirinya. Sedangkan Porphyrtius adalah ahli pikir dari Iskandariyah yang amat
terkenal dalam bidang logika. Ia telah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam logika,
yaitu eisagogy. Eisagogy membahas tentang lingkungan zat dan sifat di dalam alam yang sering disebut
klasifikasi. b. Dunia Abad Pertengahan Pada mulanya, yaitu pada tahun 1141, pembahasan logika hanya
berkisar pada karya Aristoteles yang berjudul Kategoria dan Peri Hermeneias. Karya Aristoteles tersebut
bersama Eisagogen karya Porphyrius biasa disebut logika lama. Baru sesudah tahun 1141, keempat karya
Aritoteles lainnya dikenal lebih luas oleh masyarakat. Keempat karya tersebut disebut dengan logika baru.
Logika lama dan logika baru kemudian disebut sebagai logika antik. Di dalam logika ini ditunjuk
pentingnya pendalaman tentang suposis, untuk menerangkan kesesatan logis, dan tekanan terletak pada
ciri-ciri term sebagai simbol tata bahasa dari konsep -konsep. Pada abad XIII-XV berkembanglah logika
modern. Tokohnya adalah Petrus Hispanus, Roger Bacon, W. Ockham, dan Raymond Lullus yang
menemukan metode logika baru yang disebut Ars Magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan
tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi. Abad pertengahan mencatat bebagai
pemikiran yang sangat penting bagi perkembangan logika. Karya Boethius yang orisinil di bidang
silogisme hipotesis berpengaruh bagi perkembangan teori konsekuensi yang merupakan salah satu hasil
terpenting dari logika. Munculnya teori suposisi, adanya diskusi tentang universalia, munculnya logika
hubungan, penyempurnaan teori silogisme, penggarapan logika modal, dan yang lainnya penyempurnaan
teknis. c. Dunia Modern Logika Aristoteles, selain mengalami perkembangan yang murni, juga
dilanjutkan oleh sebagian pemikir, tetapi dengan penekanan-penekanan yang berbeda. Meskipun
mengikuti tradisi Aristoteles, Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632- 1704) doktrin-
doktrinnya dalam logika sangat dikuasai oleh paham nominalisme. Pemikiran dipandang sebagai suatu
proses manipulasi tanda -tanda verbal dan mirip operasi-operasi dalam matematika. Kedua tokoh ini
memberikan interpretasi tentang kedudukan bahasa di dalam pengalaman. Diantara tokoh lain yang
berperan dalam perkembangan logika pada era ini adalah Francis Bacon (London, 1620) dengan karyanya
Novum Organum yang membahas tentang logika fisika induktif murni, Rene Decartes (1637) dengan
karyanya Discours de la Methode yang membahas tentang logika matematika deduktif murni, Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716) dengan rencana calculus universalnya yang mendasari munculnya logika
simbolis, John Stuart Mill (1806 -1873) dengan karyanya System of Logic yang membahas tentang logika
induktif dan Henry Newman (1870) dengan karyanya Essay i Aid of a Grammar of Assent yang
meganalisis fenomenologis yang tajam tentang pikiran manusia. Selama abad ke-20, banyak karya dalam
bidang logika memfokuskan perhatian pada formalitas sistem logika dan pada pertanyaan tentang
kekomplitan dan konsistensi sistem-sistem tersebut. Suatu teori yang terkenal, yang dikemukakan oleh
Kurt Goedel (1906-1978), menyatakan bahwa dalam sistem formal apa pun yang memadai bagi sejumlah
teori terdapat suuatu formula yang tidak dapat ditentukan, yaitu semacam formula, bukan formula itu
bukan juga negasinya yang dapat di asalkan dari aksiomaaksioma dari sistem itu. Perkembangan -
perkembangan lain mencakup logika multi nilai dan formalisasi logika modal. Yang paling mutakhir,
logika berandil besar bagi teknologi dengan menyediakan fondasi konseptual bagi sirkuit elektronik
komputerkomputer digital.

Perkembangan Logika dalam Islam Logika mulai berkembang dalam dunia islam sejak adanya
kegiatan penerjemahan buku-buku oleh para ilmuan Islam. Pada saat itu upaya untuk mengembangkan
logika terlihat dari upaya beberapa penerjemah yang menyalin bukubuku karya Aristoteles kedalam
bahasa arab. Diantara tokoh yang berperan adalah Johana bin Pafk yang menyalin buku Aristoteles
menjadi Manqulatul Assyarat li Aristu, Ibn Sikkit Jakub Al-Nahwi yang memberi komentar dan
tambahan dalam bukunya Ishlah Fil Mantiq, Jakub bin Ishaq Al-Kindi menyalin bagian-bagian logika
Aristoteles dan memberi komentar satu persatu.[ Al-Farabi juga telah melakukan penerjemahan secara
menyeluruh karya Aristoteles. Ia menguasai bahasa Yunani tua (Greek), sehingga mampu mengulas dan
mengomentari karya Aristoteles. Oleh karena itu ia disebut sebagai guru kedua Aristoteles. Ahli pikir
muslim yang juga ikut mengembangkan logika adalah Abu Abdillah alKhawarizmi, yang telah
menciptakan aljabar serta buku Mafaatihul Ulum fil Mantiqi yang berisi komentar tentang logika. Ibnu
Sina juga membahas tentang logika sebagaimana terdapat pada salah satu bagian bukunya yaitu As-Syifa.
Ia juga membahas secara spesifik tentang logika pada bukunya yang berjudul Isyarat Wal Tanbibat fil-
Mantiqi. Pada abad ke-14 muncul reaksi terhadap ilmu logika orang yang belajar logika dianggap terlalu
memuja akal dalam mencari kebenaran. Ahmad Ibnu Taimiah menentang logika melalui karyanya yang
berjudul Fasbibtu ahlil-Iman fil-roddi ‘ala Mantiqi Yunani (ketangkasan pendukung keimanan menangkis
logika Yunani). Adapun Sa’aduddin Al-Taftazani (1322-1389M) mengharamkan bagi orang yang
mempelajari logika. Setelah runtuhnya kejayaan Islam di Andalusia pada pertengahan abad ke-15,
perkembangan logika semakin meredup. Hingga abad ke-20 hanya beberapa tokoh saja yang mahir dalam
logika,seperti Ibnu Khaldun, Al-Duwani, dan Al-Akhdari. Diantara karya logika yang banyak dipakai
sebagai pelajaran dasar logika di dunia Islam, termasuk Indonesia adalah karya Al-Akhdari, yaitu Sullam
Al-Munauraqi fil Mantiqi. Namun demikian jiwa semangat untuk mempelajari logika mulai bangkit lagi
pada abad ke-20 dengan munculnya gerakan pembaharuan Islam di Mesir yang dipelopori oleh
Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh. Hukum Mempelajari Logika Ulama’ berselisih
pendapat tentang hukum mempelajari logika ada beberapa pendapat, yaitu: 1. Melarang (Haram)
mempelajari logika. Yang mengatakan demikian adalah Imam anNawawi dan Imam Ibn al-Shalah. 2.
Memperbolehkan (jawaz) mempelajari logika. Ada sekelompok ulama’ yang berpendapat demikian,
diantaranya Imam Al-Ghazali sambil mengatakan bahwa orang yang tidak mengerti logika, maka ilmunya
kurang kuat terutama ketika dibutuhkan, karrena tidak adanya kaidah-kaidah yang memperkuatkannya.
Pendapat yang masyhur dan shahih adalah merinci (tafshil), artinya bila orang yang menyibukkan diri
mempelajari logika adalah pandai dan cerdas, serta mengerti kitab Al-Qur’an dan Sunna, maka bagi dia
diperbolehkan, tetapi bila tidak demikian, maka dia tidak boleh 3. Fardhu Kifayah mempelajari logika.
Pendapat demikian dikemukakan oleh Imam AlSanusi dalam Al-Mukhtasar, logika (ilmu mantiq) yang
murni tidak ada perselisihan tentang bolehnya mempelajari logika, bahkan tidak jauh dari kebenaran lagi
pula mempelajari logika termasuk fardhu kifayah, artinya bila dalam suatu daerah sudah ada seorang yang
belajar, maka hukumnya mereka telah gugur kewajibannya, tetapi bila tidak ada seseorangpun yang
mengerti logika, maka seluruh penduduk di daerah itu dosa semua. Manfaat Mempelajari Logika
Banyak sekali kegunaan dan kentungan yang kita peroleh jika kita mempelajari logika, diantara manfaat
itu ialah : 1. Membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan. 2. Mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani; suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. 3. Melatih kekuatan akal pikiran dan perkembangannya
dengan latihan dan selalu membahas dengan metode-metode berpikir. 4. Dapat meletakkan sesuatu tepat
pada tempatnya dan melaksanakan pekerjaan tepat pada waktunya

3. Menjelaskan Konsep ilmu dan dilalah

Ilmu adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan.Sedangkan
menurut pakar mantiq ilmu adalah mengerti dengan yakin atau mendekati yakin/zhan mengenai sesuatu
yang belum diketahui, baik paham itu sesuai dengan realita atau tidak. 1Menurut Prof. KH. M

1
TaibAbdMu’in, ilmu adalah mengenal sesuatu yang belum dikenal. 2 Sedangkan Muhammad Nur Al-
Ibrahin mengemukakan pengertian ilmu menurut ahli mantiq adalah pencapaian objek yang belum
diketahui dengan cara meyakini atau menduga yang keadaannya bisa cocok dengan kenyataan atau
sebaliknya.
Ilmu ada dua macam yaitu tasawur dan tashdiq.

Tasawur adalah hasil yang diusahakan oleh akal pikiran, yang dengan akal pikiran itu dapat diperoleh
atau diketahui hakikat-hakikat yang tunggal atau mufrad.Tasawur juga dapat diartikan hakikat-hakikat
objek tunggal dengan tidak menyertakan penetapan sesuatu kepadanya atau meniadakan penetapan
darinya.
Contoh: Pemahaman terhadap kata Ahmad saja, atau kata pelajaran saja atau makna
kata mahasiswa saja.

Tashdiq mengetahui hubungan antara kedua mufrad (tasawur) atau memberi atas suatu hakikat dengan
menetapkan sesuatu padanya atau membandingkan kedua tasawur agar memberi hukum atas keduanya
dengan jelas sesuai atau bertentangan. Tashdiq dapat juga diartikan hubungan yang sempurna antara dua
objek tunggal atau menghukumi hakikat objek tahu dengan menetapkan sesuatu kepadanya atau
meniadakan penetapan darinya.
Contoh: Mengerti makna Ahmad adalah mahasiswa, Ahmad adalah pelajar. Predikat mahasiswa atau
pelajar ditetapkan kepada Ahmad; Ahmad menerima penetapan itu.

Dua ilmutadi (tasawurdantashdiq) dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Badihi (mudah dimengerti)Yang dimaksud dengan Badihi adalah pemahaman tentang sesuatu
yang tidak memerlukan pikiran atau penalaran, seperti mengetahui diri merasa lapar karena
terlambat lapar; mengetahui diri merasa dingin karena tidak memakai jaket.
2. Nadhari (yang membutuhkan pemikiran)Yang dimaksud dengan Nadhari adalah pemahaman
atau ilmu yang memerlukan pemiiran, penalaran, atau pembahasan, seperti ilmu tentang
matematika, gas bumi, kimia, teknologi, dan lain-lain.

Pengertian dilalah
Dilalah adalah petunjuk atau yang menunjukkan.Dalam ilmu matiq dilalah adalah suatu pemahaman yang
di hasilkan dari sesuatu yang lain.seperti contoh tadi yang telah di sebutkan adanya asap di balik
bukitataupun di dalam hutan,menujukkan bahwa di sana adanya kebakaran ataupun api yang menyala,
Dilalah di bagi menjdi beberapa bagian Dilalah lafdziyah Dilalah yang berarti petunjuk berupa lafadz ,
hal ini pun di bagi menjadi beberapa bagian
a. dilalah lafdziyah aqliyah
Dilalah yang di bentuk oleh akal seperti contoh adanya suara di balik pintu,berarti menunjuk adanya
orang di balik pintu, karna mustahil jika ada suara orng tampa adanya orang tersebut,hal ini di tetapkan
oleh akal bahwa memng di balik pintu itu ada orang karna di tunjukannya ada suara

b. Dilalah Lafdziyah Thabi’iyah,


2
yakni dilalah bentuk lafadz yang dibentuk/terbentuk secara alami.Seperti suara menangis, menunjukkan
orang yang sedih, karena secara alami/thabi’i mustahil orang menangis bila tidak sedih.ketawa terbahak-
bahak menjadi dilalah bagi gembira.
c. Dilalah Lafdziyah Wadh’idiyah,
yakni dilalah bentuk lafadz yang dibentuk atau dibuat oleh manusia, seperti manusia sebagai hewan yang
berpikir. Karena mustahil lafadz – lafadz tersebut terbentuk dengan sendirnya, kalau bukan dibuat oleh
manusia.petunjuk lafazh (kata) kepada makna (benda) yang disepakati:
orang sunda, misalnya sepakat menetapkan kata cau menjadi dilalah bagi pisang ,orang jawa sepakat
menetapkan kata gedang menjaji dilalah bagi pisang
orang inggris sepakat menetapkan kata banana menjadi dilalah bagi pisang.
Kemudian dilalah Ghair Lafdziyah Merupakan dilalah atau petunjuk yang tidak berbentuk kata lafadz
atau suara. Macamnya sebagai berikut:
a.Dialalah Ghairu Lafdziyah Aqliyah,
yakni dilalah yang bukan lafadz dibentuk atau terbentuk oleh akal, seperti adanya perubahan itu karena
alam itu baru (dengan dalil adanya perubahan itu sendiri karana alam itu berubag, sedangkan tiap yang
berubah itu baru), maksudnya yang menentukan yang demikian itu adalah akal, tetapi tidak dalam
bentuk lafadz.
b.Dialalah Ghairu Lafdziyah Thabi’iyah,
yakni dilalah yang bukan lafadz dibentuk/terbentuk secara thabi’i, seperti merahnya wajah
menunjukkan seseorang sedang marah. Maksudnya yang menentukan demikian bukan akal tetapi
tabi’at memang demikian, dan ia bukan berbentuk lafadz.
c. Dialalah Ghairu Lafdziyah Wadh’idiyah,
yakni dilalah yang bukan lafadz yang terbentuk atau dibentuk oleh manusia, merahnya lampu di pos
polisi, menunjukkan dilarang lewat. Maksudnya yang menentukan demikian bukanlah akal dan bukan
tabi’at manusia, tapi ciptaan sekolompok manusia, karenanya beda wilayah atau negara, bisa berlainan
atau tidak sama.

Adapun dilalah lafadziyah dari sisi kandungan maknanya, terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Mutabiqiyah yakni dilalah/petunjuk suatu lafadz yang menunjukkan kepada satu makna yang
lengkap, seperti kata rumah hal ini meliputi bagian – bagiannya, termasuk dinding, atap, pintu, dll
2. Tadhamumiyah yakni dilalah yang menunjukkan terkadang keseluruhan dan terkadang sebagiannya,
seperti kata rumah terkadang yang ditunjukkan seluruhnya dan terkadang sebagiannya. Seperti orang
berkata: saya sedang memperbaiki rumah, disini kata rumah bisa berarti dinding saja/atap saja.
3. Iltizamiyah yakni dilalah atau lafadz yang menunjukkan keluarnya makna suatu lafadz dari maknanya
yang asli, namun terikat dengan kandungan lafadz, seperti kata daging babi, dimana tetap/telah tercakup
makna lemak, daging, tulang, dsb.

4. Menjelaskan Kata dan makna serta ta’rif


PENGERTIAN TA’RIF
Definisi secara etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Ta’rif disebut juga al qaul al-
syarih (ungkapan yang menjelaskan). Dengan demikian, ta’rif menyangkut adanya sesuatu yang
dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya. Al-Jurzani menjelaskan
pengertian ta’rif sebagai berikut:
‫ِعَباَر ٌة َع ْن ِذ ْك ِر َشْيٍئ َتْس َتْلِز ُم َم ْع ِرَفَتُه َم ْع ِر َفَة َشْيٍئ آَخ َر‬
“Ta’rif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan mengetahuinya akan
melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Takrif juga disebut al-had, yaitu
‫َقْو ٌل َداٌّل َع َلى َم ا ِهَيِة الَّشْيِئ‬
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.” Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir
merupakan upaya memahami maknanya dalam membentuk sebuah keputusan dan argumentasi
ilmiah yang menjadi pokok bahasan mantiq dan dalam praktiknya mesti menguasai bahan
pembentukan ta’rif, yaitu kulliyah al-Khams.Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq),
ta’rif atau definisi adalah teknik menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk diperoleh suatu
pemahaman secara jelas dan terang, baik dengan menggunakan tulisan maupun lisan, dan dalam
ilmu mantiq dikenal dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia, ta’rif tersebut dapat
diungkapkan dengan perbatasan dan definisi.
PEMBAGIAN TA’RIF
Ta’rif di bagi menjadi 3 macam , yaitu :

1. Had ( Definisi Esensial )Had secara etimologi artinya mencegah. Karena Ta’rif
model Had mencegah masuknya selain perkara yangdita’rif-i.

Ta’rif Had ada 2 macam :

A. Had Tam ( sempurna ) , adalah medefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis qarib dan fashl
qarib, karena apabila jenis qorib di akhirkan dari fasl qarib, maka tergolong had naqis ( tidak sempurna ).
Contoh :Manusia adalah hewan yang berfikir , ( jenis qarib dan fashl qarib )

B. Had naqis (tidak sempurna), adalah mendefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis
ba’id dan fashl qaribatau hanya jenis qarib.disebut dengan naqis karena ada sebagian perkara yang keluar
dari had, dimana had ini dianggap merupakan salah satu cacat dalam sebuah had.
Contoh penggunaan fashl qarib saja : Manusia adalah sesuatu yang berfikir ( fashl qarib )

Contoh fashl qarib bersamaan dengan jenis ba’id ;Manusia adalah materi yang berfikir (jenis ba’id dan
fashl qarib )
dua ta’rif tersebut secara substansi bersifat umum, karena mencakup dzat malaikat , namun dalam hal ini
malaikat bukanlah golongan manusia. Sehingga ta’rif di atas tidak mampu mencegah keluarnya dzat
malaikat.Termasuk had naqis adalah definisi menggunakan fashl ba’id bersama fashl qarib.
Contoh :Manusia adalah materi yang berfikir (jenis ba’id dan fashl qarib )
2. Rasm ( Definisi aksidental )

Rasm secara etimologis memiliki arti bekas atau pengaruh ( atsar).Karna dalam ta’rif model rasm,
terdapat khas yan merupakan petunjuk dan hakikat.Ta’rif rasm ada dua macam :
A. Rasm Tam ( sempurna )
Adalah mendefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis qarib dan khas yang bersifat
umum ( syamilah) dan melekat (lazimah). Dalam hal ini di syaratkan jenis qarib didahulukan dari khas.
Karena apabilajenis qorib diakhirkan dari jenis khas, maka tergolong rasm naqish (tidak sempurna).
Contoh :Manusia adalah hewan yang bisa tertawa (jenis qarib dan khas )

B. Rasm naqis ( tidak sempurna )Adalah mendefinisikan sesuatu menggunakan khas saja,
atau khas bersama dengan jenis ba’id.
Contoh penggunaan khas saja : Manusia adalah sesuatu yang bisa tertawa ( khas )
Contoh penggunaan khas bersama jenis ba’id :Manusia adalah materi yang bisa tertawa ( jenis ba’id
dan khas )
C. LAFDZI ( DEFINISI NOMINALIS )
Adalah mendefinisikan sebuah lafadz menggunakan lafadz lain yang semakna dan menurut
pendengar(sami’) dianggap lebih dikenal (masyhur) atau suatu (mu’arraf yang di definisikan ) dengan
menggunakan katamurradif ( sinonim ) yang lebih jelas dari mu’arraf.

Contoh :1. Menjelaskan pengertian rumah dengan kata griya


2. Menjelaskan pengertian lautan dengan kata Bahtera
3. Menjelaskan pengertian patug dengan kata arca. Dlsb

Catatan : ta’rif yang menggunakan fashl atau khash saja, tanpa di sertai lafadz lain adalah menurut
pendapat ulama yang memperbolehkan pendefisian sesuatu menggunakan lafadz mufrod (kata tunggal).
Versi lain, sebagaimana imam Az-Zarkasyi, mengatakan bahwa mendefinisikan sesuatu dengan lafadz
menurut tidak di perbolehkan
SYARAT – SYARAT TA’RIF
Berikur merupakan syarat-syarat ta’rif:
1.Ta’rif harus jami’-mani’ (istilah lain untuk itu ialah muththarid-mun’akis) maksudnya ta’rif tidak boleh
lebih umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.
Contoh ta’rifkan lebih umum:Manusia adalah hewan.
Contoh ta’rif lebih khusus:Manusia adalah hewan yang bisa membaca dan menulis.
Contoh ta’rif yang sesuai:Manusia adalah hewan yang berfikir dan/berkata-kata

2.Ta’rif harus lebih jelas dari yang dita’rifkan. Jadi, ta’rif tidak boleh sama samarnya atau lebih samar
dari yang dita’rifkan.
Contoh:Buah kelapa adalah buah sebesar kepala bulat, berbungkus kulit keras, berjuntai di pohonnya dan
berisi santan yang bisa dijadikan minyak untuk menggoreng pisang.
3. Ta’rif harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Jadi, tidaklah benar ta’rif. Seperti contoh:
Rokok adalah asap yang mengepul dari mulut ke udara dan berbau memabukkan.
4. Ta’rif tidak boleh berputar-putar (daur)
Contoh:Ilmu adalah pengetahuan di dalam otak.Manusia adalah orang dan orang adalah manusia.
Karena sifatnya yang berputar-putar, maka ta’rif-ta’rif tersebut tidak benar.
5.Ta’rif tidak boleh memakai kata-kata majaz (kiasan atau metaforik)
Contoh:Pahlawan adalah singa yang gugur.Ilmu adalah laut yang nenulihkan kehausan
6.Ta’rif tidak boleh menggunakan kata-kata musytarak (mempunyai lebih dari satu arti)
Contoh: Arloji adalah pukul yang dipakai ditangan

5. Menjelaskan Korelasi logika

Logika dan psikologi


Hubungan logika dengan Psikologi berfungsi memikirkan segala sesuatu tentang jiwa
manusia.Maka fungsi logika adalah untuk membahas proses yang berfikir dengan kejiwaan manusia.
Dalam psikolog membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di
dalam jiwa. Dengan demikian, psikolog memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir.
Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana seharusnya). Untuk
dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita lebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia
berfikir. Disinilah letak antara psikologi dan logika. Hubungan antara logika dan ilmu psikologi ini
mempelajari tentang :
a.Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berpikir.
b.Psikologi memberikan gambaran bagaimana manusia berpikir.
c.Sementara logika adalah cabang filsafat yang bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana
seharusnya).
Logika dan bahasa
Bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk kita mengungkapkan pikiran kita guna memperoleh
pengetahuan yang benar. Sedangkan logika dalam bahasa adalah alat berpikir yang apabila dikuasai dan
digunakan dengan tepat, maka akan dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika
dengan tepat. Ada pun fungsi bahasa sebagai berikut :
a. Untuk menyatakan ekpresi diri maksudnya : agar menarik perhatian orang lain terhadap kita, keinginan
untuk membebaskan diri kita dan semua tekanan emosi.
b. Untuk alat komunikasi maksudnya: komunikasi tidak akan diterima bila ekpresi diri kita tidak
diterima / difahami orang lain sempurna.
c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social maksudnya : bahasa memungkinkan
integrasi/pembauran yang sempurna bagi individu dengan masyarakat dan bila ingin hidup tenteram dan
harmonis dengan masyarakat harus menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Logika, Agama dan Ilmu Agama
Agama bukan dengan logika, agama mesti dibangun di atas dalil. Dalam meyakini suatu akidah
dalam Islam mesti dengan dalil. Dalam menetapkan suatu amalan dan hukum pun dengan dalil. Kalau
seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah sepatu (khuf) lebih pantas diusap daripada
bagian atasnya. Namun ternyata praktek Rasul shallallahu alaihi wa sallam yang diusap adalah bagian
atasnya. Kalau logika bertentangan dengan dalil, maka dalil tetap harus dimenangkan atau didahulukan.
Dari Ali radhiyallahu anhu, ia berkata,
‫ َيْمَس ُح َع َلى َظاِهِر ُخ َّفْيِه‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َلْو َك اَن الِّديُن ِبالَّر ْأِى َلَك اَن َأْس َفُل اْلُخ ِّف َأْو َلى ِباْلَم ْس ِح ِم ْن َأْعَالُه َو َقْد َر َأْيُت َر ُسوَل ِهَّللا‬
“Seandainya agama dengan logika, maka tentu bagian bawah khuf (sepatu) lebih pantas untuk diusap
daripada atasnya. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengusap bagian
atas khufnya (sepatunya). (HR. Abu Daud no. 162. Ibnu Hajar mengatakan dalam Bulughul Marom bahwa
sanad hadits ini hasan. Syaikh Al Albani menshahihkan hadits ini).
Kata Ash Shonani rahimahullah, Tentu saja secara logika yang lebih pantas diusap adalah bagian
bawah sepatu daripada atasnya karena bagian bawahlah yang langsung bersentuhan dengan tanah. Namun
kenyataan yang dipraktekkan Rasul shallallahu alaihi wa sallam tidaklah demikian. Lihat Subulus Salam,
1: 239.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah berkata, Agama bukanlah dengan logika.
Agama bukan didasari pertama kali dengan logika. Bahkan sebenarnya dalil yang mantap dibangun di atas
otak yang cemerlang. Jika tidak, maka perlu dipahami bahwa dalil shahih sama sekali tidak bertentangan
dengan logika yang smart (cemerlang). Karena dalam Al Quran pun disebutkan,
‫َأَفاَل َتْع ِقُلوان‬
“Tidakkah kalian mau menggunakan akal kalian.” (QS. Al Baqarah: 44). Yang menyelisihi tuntunan
syari’at, itulah yang menyelisihi logika yang sehat. Makanya sampai ‘Ali mengatakan, seandainya agama
dibangun di atas logika, maka tentu bagian bawah sepatu lebih pantas diusap. Namun agama tidak
dibangun di atas logika-logikaan. Oleh karenanya, siapa saja yang membangun agamanya di atas logika
piciknya pasti akan membuat kerusakan daripada mendatangkan kebaikan. Mereka belum tahu bahwa
akhirnya hanya kerusakan yang timbul.
Hubungan Logika dengan Metafisika
Hubungan logika dengan metafisika adalah logika berfungsi untuk menyelidiki hal-hal yang ada dan
mungkin ada dengan metafisika.Maka logika memiliki fungsi untuk menyelidiki tentang pengertian
kebenaran yang ada dibalik alam semesta.Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat
realitas.Hakikat realitas dapat dicari dan ditemukan dibalik sesuatu yang tampak atau nyata.Oleh sebab itu,
metafisika selalu mencari kebenaran atau hakikat realitas dibalik yang tampak atau nyata.Sikap seperti itu
adalah kritis,yaitu suatu sikap ingin tahu dan membuktikan tentang sesuatu yang dianggap benar dan sudah
ada.Teori dalam metafisika bahwa kenyataan kebenaran atau hakikat realitas adalah bukan yang
nampak,tetapi apa yang berada dibalik yang tampak.Dalil-dalil hukum bagi metafisika bukan apa yang
telah dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang berada dibalik rumusan Dengan
demikian,bagi logika metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukum-hukum nya.Semakin erat
hubungan logika dengan metafisika, kebenaran logis makin dipertanggungjawabkan.Oleh karena itu,
kebenaran logis mendekat pada kebenaran realitas.Semakin mampu berpikir logis,orang tidak mudah
tertipu dengan kebenaran yang tampak.
Materi Filsafat Ilmu
1.Pengertian Filsafat
Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari kata Arab yang berhubungan rapat
dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari kata Yunani. Kata filsafat dalam bahasa Yunani adalah
philoshophia. Kata philoshophia dalam bahasa Yunani merupakan kata majemuk yang terdiri dari atas
philo dan shopia: philo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai
yang diinginkan itu dan kata Sophia yang berarti kebijaksanaan,kearifan atau pengetahuan.
Jadi,philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran, dalam hal ini kebenaran ilmu
pengetahuan. Berdasarkan asal katanya, filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada
kebijakan..Secara umum dapat kita ketahui bahwa ,Filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memahami
hakikat segala sesuatu dalam alam atau hakikat dari realitas yang ada dengan menggunakan akal serta
nurani.Jadi, Filsafat ilmu adalah filsafat yang mengkaji seluk beluk dan tatacara memperoleh suatu
pengetahuan, sumber-sumber pengetahuan, metode dan pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan
pengetahuan logis maupun rasional. Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang
mencari hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman
manusia dan merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai
bidang kehidupan manusia. Jawaban tersebut merupakan suatu hasil pemikiran yang mendasar dan
digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan aspek kehidupan manusia,
termasuk aspek pendidikan.

Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli

1. W.J.S Poerwadarminta
Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas
hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengetahui kebenaran dan
arti "adanya" sesuatu.

2. Bertrand Russel
Filsafat adalah tidak lebih dari suatu usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terakhir, tidak secara
dangkal atau dogmatis seperti yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan bahkan dalam ilmu
pengetahuan.Akan tetapi, secara kritis dalam arti kata: setelah segala sesuatunya diselidiki problema-
problema apa yang dapat ditimbulkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang demikian itu, dan setelah kita
menjadi sadar dari segala kekaburan dan kebingungan, yang menjadi dasar bagi pengertian kita sehari-
hari.

3. Immanuel Kant (1724-1804)


Sementara itu Immanuel Kant merumuskan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok
pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan yaitu:

 Apa yang dapat kita ketahui? Metafisika


 Apa yang seharusnya dilakukan? Etika
 Sampai dimanakah harapan kita? Agama
 Apa hakikat manusia? Antropologi
Pada prinsipnya, konsep filsafat menempatkan sesuatu kebenaran berdasarkan kemampuan nalar
manusia, yang merupakan tolok ukur suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya Kita tentu
menyadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari sering kali manusia mengalami hal-hal yang kurang
dipahami sehingga menimbulkan pertanyaan dalam dirinya dan menggugah rasa ingin tahunya.Bahkan
banyak peristiwa yang terjadi dalam alam ini yang sangat menakjubkan, yang menimbulkan kekaguman,
bahkan yang menakutkan. Bintang-bintang yang berkedip-kedip di malam hari, lautan biru yang
senantiasa bergerak, bahkan gempa bumi. Kalau 3kita ingat peristiwa Tsunami di Aceh dan di beberapa
tempat yang menghancurkan bangunan-bangunan yang memakan banyak korban adalah beberapa contoh
peristiwa alam yang dahsyat. Tentu saja peristiwa ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah yang
sebenarnya terjadi dan apakah yang menjadi asal dari segala yang ada dalam alam ini. Hal ini pulalah
yang menjadi pertanyaan dan pemikiran bagi beberapa orang pada masa sekitar 600200 tahun Sebelum
Masehi (SM) di Yunani.
Filsafat sangat berperan penting dalam dunia pendidikan karena Filsafat merupakan ibunya ilmu
pengetahuan. Ilmu Alam, Ilmu Sosial dan Humaniora, Ketiganya bersumber dari filsafat. Banyak
kalangan terutama mahasiswa menganggap bahwa belajar filsafat sangat menjenuhkan. Padahal jika
ditelisik lebih jauh, belajar filsafat berarti belajar hakikat kehidupan sepenuhnya, dan belajar Filsafat
sangat penting bagi para calon guru yang akan berkecimpung di dunia pendidikan karena pada dasarnya
belajar filsafat berarti belajar mengenai asal usul ilmu pengetahuan.Sebagai tambahan pengetahuan
berikut ini penulis akan membahas mengenai tiga orang filsuf besar yang sampai saat ini terkenal dengan
karya-karyanya.
Tiga Filsuf Besar
Tiga orang yang dianggap sebagai tiga filsuf besar pada masanya, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles.

2.Pengertian Ilmu
Pengertian secara bahasa, hakikat adalah inti sari atau dasar, kenyataan yang sebenarnya
(sesungguhnya).Kemudian, selanjutnya pengertian ilmu Kata ‘ilm berasal dari bahasa Arab yang berarti
“pengetahuan” dan merupakan lawan kata dari jahl yang berarti “ketidaktahuan atau kebodohan”. Kata
ilmu biasanya disepadankan dengan kata Arab lainnya, yaitu ma’rifah (pengetahuan), fiqh (pemahaman),
hikmah (kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan
sebagai pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode
tertentu yang dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini digunakan dalam arti
proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan, Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang
sesuatu. Dalam istilah inggris, ilmu diartikan sebagai science yang mempunyai arti “the study of the
structure and behaviour of the physical and natural world and society, aspecially through observation and
experiment” (studi struktur dan perilaku dari dunia fisik dan alam dan masyarakat, terutama melalui
pengamatan dan percobaan). Ilmu dan pengetahuan itu berbeda. Jika ilmu adalah pengetahuan tentang
sesuatu bidang tertentu yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat
dipergunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, sedangkan
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui.
Jadi ilmu sifatnya lebih luas dan mempunyai fondasi yang kuat dalam segala aspeknya. Lebih lanjut
Koento Wibisono, mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu
suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan tentang apakah “ada”
(being, sein, het zijn) itu. Inilah awal mula sehingga seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-
spiritualistis, materialistis, agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan
dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil dalam upaya menuju
3
sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang
akan dipergunakan dalam seseorang mengembangkan ilmu. Jika dirangkaikan, maka pengertian hakekat
ilmu adalah dasar dari segala pengetahun. Artinya hakekat ilmu adalah jawaban atas pertanyaan tentang
apakah ilmu tersebut, materi kajian ilmu, bagaimanakah mencari ilmu, dan apa nilai guna ilmu. Beberapa
kajian pertanyaan tersebut merupakan dasar filosofis tentang ilmu yang nantikan akan didiskusikan secara
ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Dalam konsep filsafat, ilmu mempunyai diskursus tersendiri yang
membedakan ilmu dengan yang lainnya, baik dari segi ontologinya, epistomologinya, dan aksiologinya.
Hubungan antara Ilmu dan Filsafat
Lebih lanjut Nuchelmans mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad
ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah
dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen, yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu
merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang
dianut. Menurut Koento Wibisono, filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi
dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur.
Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing
mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau
pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya
“Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul
menurut Koento Wibisono, adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu
yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan
atau praktis.
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya
ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah
ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi- spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa
yang dikemukakan oleh Van Peursen, bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang
jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat
ditentukan. Mohammad Hatta menyatakan bahwa ilmu pengetahuan itu lahir karena manusia dihadapkan
pada dua masalah yaitu alam luar (kosmos) dan sikap hidup (etik). Sedangkan John Ziman dalam
tulisannya menyatakan bahwa ilmu pengetahuan seperti agama, hukum, filsafat dan sebagainya, dalam
bentuk yang kurang lebih terpadu, terdiri dari rangkaian-rangkaian ide-ide. Dalam bahasa teknisnya, ilmu
pengetahuan adalah informasi. Ia tidak berhubungan secara langsung dengan tubuh. Banyak ilmuwan
yang memberikan definisi tentang ilmu pengetahuan, tetapi definisi yang paling banyak digemari oleh
banyak filosof adalah bahwa ilmu pengetahuan akan menunjukkan pada kebenaran melalui kesimpulan
logis yang berasal dari pengalaman empiris.. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang
lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon menyebut filsafat sebagai ibu
agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono menyatakan
bahwa pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, sehinga lahirlah filsafat
ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat
menempatkan objek sasarannya, yaitu Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama
diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi,
epistemologi dan aksiologi.
3.Dasar-Dasar Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui dan disadari oleh seseorang.
Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip, dan prosedur yang
secara probabilitas bayesian adalah benar atau berguna.Dalam pengertian lain, pengetahuan
adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia dari pengamatan akal. Pengetahuan
muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah ditemui. Dasar-dasar pengetahuan diawali oleh pengalaman, ingatan,
kesakitan, minat, rasa ingin tahu, penalaran, logika, bahasa, dan kebutuhan hidup manusia.
Pengalaman merumakan sumber pengetahuan paling utama seseorang.
Kemampuan bernalar manusia membuatnya mampu mengembangkan pengetahuan yang
merupakan kekuasaan-kekuasaannya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia karena
dua hal yaitu :1.Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang meletarbelakangi informasi tersebut.2.Kemampuan berfikir menurut suatu alur
kerangka berfikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti itu disebut penalaran. Dua hal
utama inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang
bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Tidak semua pengetahuan berasal dari
proses penalaran, sebab berpikirpun tidak semuanya berdasarkan penalaran.
HAKEKAT PENALARAN
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sebuah kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan
bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan
bukan dengan perasaan, meskipun seperti yang dikatakan Pascal bahwa hati pun mempunyai
logika tersendiri. Jadi penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran (pengetahuan). Ciri-ciri penalaran ;
Berpikir:Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa
yang disebut benar bagi setiap orang itu berbeda-beda sehingga kegiatan proses berpikir untuk
menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Oleh sebab itu, cara berpikir
mempunyai kriteria kebenaran yang digunakan sebagai landasan untuk menemukan kebenaran.
Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing. Penalaran sebagai suatu kegiatan berpikir
mempunyai ciri-ciri:

1.Adanya suatu pola berpikir yang secara luas bisa disebut logika. Artinya setiap penalaran
merupakan proses berpikir yang logis menurut pola tertentu yang tidak akan menimbulkan
kekacauan karena tidak konsistennya penggunaan pola berpikir.

2.Bersifat analitik dari proses berpikir. Penalaran merupakan kegiatan berpikir analitik yang
menggunakan logika ilmiah yang merupakan kegiatan berpikir berdasarkan langkah-lanhkah
tertentu. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Akan
tetapi, tidak semua kegiatan berpikir menggunakan langkah-langkah tertentu dan bersifat logis
dan analistis.

LOGIKA:Logika diturunkan dari kata “logie” bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata “logos”,
yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan fikiran itu. Secara etimologi, logika adalah bidang
penyelidikan yang membahas fikiran, yang dinyatakan dalam bahasa.Menurut Anne, logika merupakan
pengkajian berpikir shahih. Logika merupakan pertimbangan akal pikiran supaya berpikir secara lurus,
tepat dan sistematis, yang kemudian dinyatakan lewat bahasa lisan atau tulisan.Secara luas dapat
dikatakan bahwa logika adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip-prinsip dan norma-norma
penyimpulan yang sah. Logika dibagi atas 2 yaitu :

1. Logika Deduktif:Logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum
menjadi khusus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan secara deduktif, menggunakan pola
berpikir silogismus yang disusun oleh dua pernyataan dan satu kesimpulan. Dalam silogisme dibedakan
adanya dua premis, yaitu premis mayor dan premis minor serta adanya kesimpulan yang merupakan
pengetahuan yang didapat dari kedua premis tersebut.

Contoh: Semua manusia bernafas (Premis Mayor).Budi adalah seorang manusia (Premis
Minor).Jadi Budi bernafas (Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan di atas, merupakan penarikan yang sah menurut logika deduktif. Akan
tetapi, kesimpulan tidak selalu benar walaupun premisnya benar, sehingga penarikanya tidak sah.
Ketepatan kesimpulan tergantung tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis
minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Apabila ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi,
maka penarikan kesimpulan dapat dikatan tidak sah. Ilmu yang disusun secara deduktif
contohnya adalah matematika.

2. Logika Induktif

Penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat individual.
Misalnya, kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata dan
hewan lain juga mempunyai mata. Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa semua
hewan mempunyai mata. Kesimpulan yang bersifat umum ini mempunyai dua keuntungan yaitu,
bersifat ekonomis dan dapat diproses lebih lanjut dengan menggunakan pemikiran induktif dan
deduktif.

Prinsip-prinsip dasar dalam logika

Aristoteles merumuskan tiga buah prinsip atau hukum dalam logika, yakni:

1. Prinsip Identitas,
2. Prinsip Kontradiksi, dan
3. Prinsip Penyisihan jalan tengah.

SUMBER PENGETAHUAN

Pengetahuan merupakan kegiatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang
timbul dari indera kita, ingatan atau angan-angan kita. Ada beberapa sumber untuk mendapatkan
pengetahuan, antara lain:

Akal atau rasio:Aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran akal atau ide disebut
rasionalisme. Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun
pengetahuannya. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide
dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Jadi ide kaum rasionalis bersifat apriori dan
pengalaman didapatkan dari penalaran rasional. Masalah yang timbul dari berpikir seperti ini
adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorang
jelas dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi karena premis-premis yang hanya bersumber pada
penalaran rasional dan tidak memperdulikan pengalaman.

Pengalaman:Aliran pemikiran yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan


disebut empirisme. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat
dari penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman yang konkret. Masalah utama
yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris adalah bahwa pengetahuan yang
dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan mengenai
fakta atau kaitannya antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem
pengetahuan yang sistematis. Pengalaman dalam empirisme yang dimaksud ialah pengalaman
inderawi. Pengetahuan inderawi ini bersifat parsial karena indera yang satu berbeda dengan
indera yang lainnya. Jadi pengetahuan inderawi berdasar pada perbedaan indera dan terbatas
pada sensibilitas indera tertentu.

Intuisi:Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu.
Intuisi besifat personal dan tidak dapat diramalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan
sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang
dikemukakan. Kegiatan intuitif dan analitik dapat bekerjasama dalam menemukan suatu
kebenaran.

Wahyu:Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.


Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang diutus-Nya sepanjang zaman. Agama
merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman,
namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang
penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Singkatnya, agama dimulai dari rasa
percaya, dan lewat pengkajian selanjutnya kepercayaan itu meningkat atau menurun. Sedangkan
pengetahuan muncul dari rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, bisa
diyakinkan atau tetap pada pendirian semula.

KRITERIA KEBENARAN

Pengertian Kebenaran:Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.


Kebenaran menurut setiap individu relatif berbeda-beda, sehingga setiap jenis pengetahuan
mempunyai kriteria kebenaran yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh watak pengetahuan
yang berbeda.

Jenis-jenis Kebenaran

Ada tiga jenis kebenaran, yakni:

Kebenaran Epistimologis:Kebenaran epistimologis disebut juga kebenaran logis. Kebenaran epistimologis


merupakan kebenaran yang berhubungan dengan pengetahuan manusia. Sebuah pengetahuan disebut
benar dan kapan pengetahuan disebut benar apabila apa yang terdapat dalam pikiran subjek sesuai dengan
apa yang ada dalam objek.
Kebenaran Ontologis:Kebenaran ontologis berkaitan dengan sifat dasar atau kodrat dari obyek.
Kebenaran ontologis merupakan kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu
yang ada.
Kebenaran Semantik:Kebenaran semantik merupakan kebenaran yang terdapat dan melekat dalam tutur
kata dan bahasa. Kebenaran ini berkaitan dengan pemakaian bahasa. Bahasa merupakan ungkapan dari
kebenaran.

Teori Kebenaran

Ada tiga macam teori kebenaran, yakni:

Teori Koherensi:Menurut teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Matematika
adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren.

Teori Korespondensi:Berdasarkan teori korespondensi, pernyataan dianggap benar jika materi


pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju
oleh pertanyaan tersebut.

Teori Pragmatis:Berdasarkan teori pragmatis, pernyataan dianggap benar diukur dengan kriteria apakah
pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu parnyataan adalah benar,
jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan
teori dalam penentuan kriteria kebenaran.

4.Ontologi:Hakikat apa yang dikaji


Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Istilah ontologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu onta berarti “yang berada”, dan logos berarti ilmu pengetahuan atau
ajaran. Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno.
Dalam ranah ontologi, cakupannya terdiri dari bagaimana kita menerangkan menerangkan hakikat dari
sesuatu. Dalam artian, istilah ontologi ilmu bisa dikatakan sebagai “apanya ilmu” yang mengadung
pengertian tentang hakekat dasar apa yang dimaksud ilmu itu sendiri. Ontologi berkaitan dengan bidang
kajian dalam ilmu atau materi yang dikaji oleh ilmu. Esensinya, ilmu membahas tentang pengalaman
manusia, benda, kejadian, situasi, proses, dan fakta yang bisa dijangkau oleh pengalaman manusia dengan
menggunakan panca indera. Obyek cakupan ontologi adalah yang ada; yaitu ada umum, ada individu, ada
yang terbatas, tak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika, kehidupan
setelah kematian, keberadaan adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai sang pencipta dan sang pengatur, itu
semua merupakan obyek kajian ontologi. Maka dalam hal ini, obyek kajian dalam ontologi ilmu adalah
berkaitan dengan apa saja yang dikajia dalam ilmu, dilihat dari segi identifikasi pengertian ontologi di
atas. Pengalaman manusia yang disebutkan berupa benda, kejadian, proses, dan fakta yang bisa dijangkau
oleh pengalaman manusia. Pengalaman manusia tersebit disebut empiri, sifatnya disebut empiris. Fakta
empiris adalah fakta yang bisa dialami oleh manusia dengan menggunakan panca indera. Ilmu membatasi
diri obyek penelaahan pada fakta yang bersifat empiris. Dari kajian ontologi ilmu ini, untuk memperoleh
keilmuan, ilmu menyusun beberapa asumsi yang melandasi pengetahuan yang hendak ditelaah/dipelajari.
Kalsifikasi tersebut berbunyi bahwa kesimpulan pengetahuan bisa berbeda hasilnya pada suatu obyek
telaah yang sama, jika asumsinya berbeda. Jadi aspek ontologi ilmu berangkat dari asumsi pemahaman itu
sendiri.
5.Epistemologi:Cara mendapatkan pengetahuan dengan benar
Landasan Epsitimologi Ilmu Epistimologi sering disebut juga sebagai teori pengetahuan (theory of
knowledge). Secara etimologi, istilah epistimologi berasal dari kata Yunani: episteme, yang artinya
pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teori. Istilah-istilah lain yang setara dengan epistemologi
adalah:
a. Kriteriologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan ukuran benar atau tidaknya pengetahuan.
b. Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai pengetahuan secara kritis c. Gnosiologi, yaitu
perbincangan mengenai pengetahuan yang bersifat ilahiyah (gnosis).
d. Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya, sedangkan logika formal lebih menekankan
pada segi bentuknya.
Jadi epistimologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode, dan syahnya (validitasnya) pengetahuan. Objek material epistemologi adalah
pengetahuan, objek formalnya adalah hakikat pengetahuan.
Sedangkan objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
secara umum. Dalam hal ini nampak perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan
lebih bersifat umum dan didasarkan atas pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri: sistematis, metode ilmiah tertentu, serta diuji
kebenarannya.
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu? Bagaimana
cara memperoleh kebenaran? dan apa fungsi ilmu pengetahuan itu bagi manusia?. Epistemologi bisa
mempertimbangkan dimensi sosial-histori pengetahuan di dalam dua cara: pertama, sebagai kesulitan di
dalam membuktikan bahwa kita mencapai kebenaran objektif; kedua, sebagai sumbangan terhadap
pemahaman arti dari objektivitas.Bagi epistemologi, pertanyaan pertamalah yang menjadi perhatian
khusus. Ilmu dalam menggali sebuah pengetahuan harus berdasarkan pada metode keilmuan , oleh karena
itu ilmu tidak hanya dipahami sebagai sesuatu yang statis melainkan sebagai proses yang dinamis.
Hakekat ilmu ditentukan oleh proses berfikir yang dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu.
Metode keilmuan berkembang dari dua sisi cara, yaitu rasionalisme dan empirisme. Cara rasionalisme
didasarkan bahwa pengetahuan didapatkan dari pernyataan terdahulu yang dianggap benar yang
bergantung pada ide-ide yang rasional, cara ini bersifat subyektif karena kebenaran rasional seseorang
tentang fakta tertentu belum tentu benar dimata orang lain. Hal ini bergantung pada sis pandang masing-
masing subyek terhadap kebenaran yang ditelaah. Cara kedua adalah dari sudut pandang empirisme yang
menggali pengetahuan keilmuan dengan pengujian melalui pengalaman yang didasarkan pada fakta atau
obyek yang ditelaah. Suatu fakta atau obyek tertentu disebut obyektif jika menjadi sama setelah melalui
pengujian dari orang lain. Dikatakan obyektif karena kebergantungannya kepada obyek yang ditelaah.
Kebenaran dalam ilmu terbatas benar dari sudut pengujian empiris. Kebenaran keilmuan disebut sah
apabila telah diuji secara empiris berdasarkan fakta-fakta. Oleh karena fakta-fakta yang bisa berupa
keberwujudan benda, keadaan, dan kejadian itu selalu berubah, maka kebenaran keilmuan bisa berubah
dan bersirkulasi. Kebenaran rasional dijadikan dasar sebagai pembuatan hipotesis terhadap sesuatu, dan
hipotesis menjadi benar apabila apabila diuji secara empiris berdasarkan fakta-fakta yang dikaji di
lapangan. Hasil dari pengujian hipotesis ini menjadi pengetahuan baru sebagai khasanah bagi
pengetahuan selanjutnya. Pada saatnya pengetahuan baru tersebut mejadikan ide dalam pembuatan
hipotesis baru. Begilah siklus dari sebuah epistimologi dalam ilmu pengetahuan.
6.Metode Ilmiah Ilmu
Kata metode berasal dari dialektika Yunani, “methodos” berarti jalan, cara, arah. Metode dapat pula
diartikan uraian ilmiah penelitian atau metode ilmiah. Dengan demikian metode dapat pula diartikan cara
bertindak menurut aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas dapat terlaksana dan terarah untuk
mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Kemudian istilah ilmiah berasal dari kata dasar ilmu. Sifat ilmu
adalah ilmiah. Ilmu dikaji berangkat dari ragu-ragu menuju ke percaya. Metode yang dimaksud disini
adalah suatu cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar. Metode merupakan cara-cara
penyelidikan yang bersifat keilmuan yang sering disebut dengan metode ilmiah (scientific methods).
Metode ini perlu agar tujuan keilmuan yang berupa kebenaran objektif dapat dibuktikan. Dengan metode
ilmiah kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yang menjadi lebih khusus dan
terbatas studinya. Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Metode ilmiah
merupakan penggabungan kajian teoritis dan kajian empiris. Kajian teoritis memberikan dasar dan/ atau
kerangak berfikir sehingga menghasilkan hipotesa, sementara kajian empiris merupakan pengujian
hiptesis melalui penggalian fakta-fakta di lapangan sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan. Ketika
menggunakan kajian teoritis, logika yang digunakan adalah logika deduktif dengan kriteria kebenaran
koherensi, senjata yang digunakan dalam metode ini adalah logika matematik; teori yang ada sebelumnya
sebagai suatu pernyataan yang dianggap benar kemudian dideduksi menjadi pernyataan-pernyataan yang
lebih kecil yang dikaitkan antar hubungannya, sehingga menghasilkan premis-premis minor yang juga
benar. Sedangkan kajian empiris berusaha mengumpulkan fakta-fakta di lapangan kemudian
diakumulasikan untuk mendasari kesimpulan, senjata yang digunakan dalam mengkajinya adalah logika
statistika. Logika statistika bermanfaat untuk menemukan kecenderungan umum berdasarkan akumulasi
fakta-fakta yang ada di lapangan, sehingga dalam kajian empiris ini menggunakan logika berfikir induktif
dengan kriteria kebenaran korespondensi. Kajian keilmuan yang merupakan paduan kegiatan teoritis dan
empiris sebagai suatu siklus
Proses Kegiatan Ilmiah Metode ilmiah merupakan proses logiko-dedukto-hipotetiko-verifikatif. Proses ini
merupakan perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi- induksi. Proses bersinambungan ini
memerikan gambaran bahwa ketika manusia menghadapi suatu masalah, maka metode ilmiah yang
digunakan terjadi kesenjangan apa yang diharapkan dengan sesuatu yang bersifat realitas, dari sinilah
terjadilah sebuah masalah, sehingga seseorang tersebut berfikir secara deduktif dan kemudian
menghasilkan sebuah hipotesis.
Penyusunan Kerangka Berfikir Khasanah Ilmu Pengetahuan Hipotesis yang muncul ini kemudian
berusaha diverifikasi dan diuji secara empirik di lapangan. Adapun langkah-langkah metode ilmiah ini
adalah:
(1) perumusan masalah,
(2) menyusun kerangka berfikir,
(3) merumuskan hipotesis,
(4) pengujian hipotesis,
(5) penarikan kesimpulan.
Dari sinilah sebenarnya bahwa metodologi penelitian itu berangkat dan mengikuti langkah-langkah
metode ilmiah. Penelitian merupakan kegiatan keilmuan dalam memperoleh pengetahuan ilmiah.
Langkah- langkah penelitian yang apda hakekatnya mencakup apa yang diteliti (ontologi), bagaimana
penelitian dilakukan (epistiomologi), dan untuk apa penelitian digunakan (aksiologi) merupakan kajian
filosofis metodologi penelitian.
Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat
keilmuan, sehingga bisa disebut sebagai pengetahuan ilmiah. Hasil dari kajian ilmiah tersebut
menemukan teori, teori terdahulu bisa diverifikasi dengan fakta-fakta baru yang hasilnya bisa menerima
atau menolak teori yang telah ada. Hasil kajian baru menjadi kekayaan khazanah teori baru, begitu
seterusnya sehingga terus menerus teori-teori berkembangan dengan pesatnya melalui pengkajian
keilmuan dengan menerapkan metode ilmiah. Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang
bersifat korektif yang memungkinkan upaya keilmuan menemukan kesalahan yang mungkin
diperbuatnya. Oleh karena itu, pengetahuan ilmiah merupakan sebuah proses siklus yang selalu berputar
dan memiliki sinergitas antar hubungannya. Syarat untuk mengetahuai struktur pengetahuan ilmiah
adalah perlu dipahami beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan pengetahuan keilmuan. Konsep
dasar yang berkaitan tersebut akan dipaparkan dalam bentuk pemilahan yang menjadi kesatuan sebagai
berikut:
1. Teori merupakan suatu hubungan antar konsep yang terpadu dalam suatu sistem yang bermakna, antar
konsep bisa saling berhubungan, tetapi kalau tidak menjadi satu rangkaian kesatuan makna, maka bukan
disebut sebagai teori. Teori merupakan pengatahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu
faktor tertentu dari sebuah disiplin ilmu.
2. Konsep merupakan hakekat suatu hal (benda, peristiwa, sarwa, istilah, dan lain-lain) yang merupakan
paduan kontruk yang membentuk suatu arti yang utuh. Sehingga terlihat jelas sebuah bangunan
keilmuannya, yang kadang disebut sebagai bangunan konsep.
3. Konstruk adalah gambaran dari sosok/ bangun yang menjelaskan wujud dan/ atau kandungan makna
keilmuan.
konsep juga terdiri atas hukum-hukum. Hukum adalah suatu pernyataan yang menjelaskan hubungan
sebab akibat antar dua variabel. Hubungan demikian biasa disebut sebagai hubungan kausalitas.
Hubungan kausalitas ini membuat kita bisa meramalkan akibat tertentu dari suatu sebab tertentu. Makin
tinggi tingkat keumuman sebuah konsep, maka makin teoritis kandungan konsep itu.
4. Penjelasan ilmiah juga didasarkan pada prinsip-prinsip.
Prinsip adalah pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala dan mendasari
berprosesnya gejala itu. Dari paparan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa struktur
pengetahuan ilmiah dapat diketahui dengan cara memahami konsep dasar ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan pada dasarnya terdiri dari teori yang menjelaskan sesuatu menajdi satu kesatuan rangkaian
yang bermakna, sehingga nantinya akan terbentuk sebuah paduan bangunan konsep yang membentuk
suatu arti utuh, apa dan bagaimana bentuk dari konstruk tersebut akan memberikan gambaran wujud dari
sebuah pengetahuan ilmiah, sehingga akan terlihat jelas bagaimana hubungan kusalitas yang terjadi antar
sebab-akibat yang memunculkan sebuah hukum- hukum yang bisa menjelaskan hal tersebut. Hasil dari
proses tersebut terbentuklah sebuah prinsip dasar pondasi keilmuan yang bisa mendasari proses dari
terbentuknya sebuan pengetahuan. Pengetahuan ilmiah dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian.
Dalam penelitian disebutkan beberapa pengetahuan yang harus dikuasai pengertiannya yang biasa
mendasari dalam menerapkan metode ilmiah. Dalam penelitian keilmuan, ada dua pendekatan besar yang
biasa digunakan sebagai acuan, yaitu pendekatan positivis dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan
positivis berusaha meneliti fakta-fakta di lapangan sebagai pembenar dan penyalah teori-teori yang telah
ada sebelumnya., sehingga ditemukan pengetahuan ilmiah baru atau memperkaya pembuktian teori
sebelumnya yang telah ada.
8.Bahasa
Bahasa dan filsafat berjalan berpapasan mengikuti arus sesuai dengan peralihan dari siang ke petang, dari
hari kemarin ke hari esok. Sesorang akan mampu berfilsafat jika bahasa itu ada, begitu juga dengan
adanya bahasa, seseorang itu akan berbahasa sesuai dengan hasil penalaran, proses kerja otak dan
menghasilkan pengetahuan yang diolah melalui filsafat. Jadi, bahasa dan filsafat merupakan dua sejoli
yang tidak terpisahkan. Mereka bagaikan dua sisi mata uang yang senantiasa bersatu.Bahasa merupakan
alat komunikasi kadang sulit dipahami. Karena maksud komunikator kadang tidak seirama dengan
penerima. Untuk mengetahuinya perlu adanya analitik secara mendalam dalam memahami maksud dari
bahasa yang disampaikan.Hadirnya filsafat dalam bahasa merupakan solusi cara memahami sebuah
bahasa. Dengan berfilsafat akan mampu berpikir secara bijaksana dalam mengetahui hakikat bahasa itu
sendiri.
Bahasa terus berkembang disebabkan oleh pengalaman dan pengetahuan serta pemikiran manusia.Karena
pada dasarnya bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan masyarakat yang mempergunakannya seperti,para
ilmuwan ,pendidik,ahli politik dan lain-lain.Adanya bahasa ini memungkinkan kita untuk memikirkan
sesuatu dalam benak kita,meskipun objek yang sedang kita pikirkan tersebut tidak berada di dekaat
kita.Manusia dengan kemampuannya berbahasa memunginkan untuk memikirkan sesuatu masalah secara
terus-menerus.Jadi,dengan bahasa mungkin saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga
mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada ornang lain.Namun bukan itu saja,dengan
bahasa kitapun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita.Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan
hatinyapun sangat senang,dia mulai membuka suara.Dengan adanya bahasa,maka manusia hidup dalam
dunia yakni,dunia pengalaman yang nyata dan dunia symbolic yang dinyatakan dengan bahasa.Berbeda
dengan binatang maka manusia mencoba mengatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi
kepada manusia simbolik.

Kekurangan Bahasa
Sebagai sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa kekurangan.Kekurangan ini pada
hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana
komunikasi emotif,afektif dan simbolik.Dalam komunikasi ilmiah kita ingin mempergunakan aspek
simbolik saja dari ketiga fungsi tersebut tadi dimana kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa
kaitan emotif dan afektif.Dalam kenyataan hal ini tidak mungkin karena bahasa verbal mau tidak mau
tetap mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif,afektif dan simbolik tadi.Inilah salah satu
kekurangan bahasa sebagai saran komunikasi ilmiah yang dikatakan oleh Kemeny,yang mempunyai
kecendrungan emosional.Bahasa ilmiah pada hakikatnya haruslah bersifat obyektif tanpa mengandung
emosi dan sikap,atau dengan perkataan lain,bahasa ilmiah haruslah bersifat antiseptic dan
reproduktif.Kekurangan yang kedua terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh
kata-kata yang membangun bahasa.Jika kita ingin mengetahui arti dari istilah ilmu umpamanya,yang
menjadi pokok pembicaraan kita selama ini,maka sukar sekali bagi kita untuk mendefenisikan ilmu
tersebut dengan sejelas da seeksak mungkin,bagaimanapun hal itu kita coba
Kelemahan yang lain dari bahasa adalah konotasi yang bersifat emosianal seperti yang telah kita
bicarkan bagian terdahulu.Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh dari para ahli
filsafat modern.Kekacauan dalam filsafat menurut Witt genstein,disebabkan karena kebanyakkan d ari
pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk mmenguasai logika
bahasa.Pengkajian filsafat termasuk kedalam pengkajian hakikat ilmu,pada dasarnya merupakan analisis
logico -linguislik,bagi aliran filsafat tertentu seperti filsafat analitik.Bahasa bukan saja merupakan alat
bagi berfilsafat dan berfikir,namun juga merupakan bahan dasar dan dalam hal tersebut merupakan hasil
akhir dari filsafat.

Materi Psikologi Perkembangan Remaja dan Dewasa


1.Perkembangan Fisik Dan Kognitif Pada Masa Dewasa Awal
Masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun. Saat perubahan-perubahan
fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 1996). Masa
dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-
harapan sosial baru. Orang dewasa awal diharapkan memainkan peran baru, seperti suami/istri, orang tua
, dan pencari nafkah, keinginan-keinginan baru, mengembangkan sikap-sikap baru dan nilai-nilai baru
sesuai tugas baru (Hurlock, 1996). Sedangkan menurut Mappiare (1983:15) orang dewasa awal
merupakan transisi baik secara fisik, intelektual, peran sosial dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif.
Dewasa awal merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Peralihan dari
ketergangungan kemasa mandiri baik dari ekonomi, kebebasan menentukan diri, dan pandangan masa
depan lebih realistis. Secara hukum seseorang dapat dikatakan sebagai orang dewasa awal saat
menginjak usia 21 tahun sampai berusia 21 tahun. lain pula yang kikatakan oleh Santrock (2011) bahwa
Masa dewasa awal adalah istilah yang kini digunakan untuk menunjuk masa transisi dari remaja menuju
dewasa. Rentang usia ini berkisar antara 18 tahun hingga 25 tahun, masa ini ditandai oleh kegiatan
bersufat eksperimen dan eksplorasi. Transisi dari masa remaja menuju masa dewasa diwarnai dengan
peruhan yang berkesinambungan.
Masa dewasa awal adalah masa pencarian, penemuan, pemantapan dan masa reproduktif, yaitu
suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada ola
hidup yang baru. Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya
tentu makin bertambah besar. Dimana sudah mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap orang
lainn terutama dari orang tua, baik secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis. Mereka akan lebih
mengupayakan untuk menjadi orang yang lebih mandiri lagi, segala upaya akan dilakuan agar tidak
bergantung lagi kepada orang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Erkson (dalam Monks, Knoers &
Haditono, 2001) bahwa tahap dewasa awal yaitu antara usia 20 tahun samapi 30 tahun. Pada tahap ini
manusia mulai menerima dan memikul tanggung jawab yang lebih berat, pada tahap ini pula hubungan
intim mulai berlaku dan berkembang. Individu yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia
20-40 tahun, mereka memiliki peran dan tanggung jawab yang tentu saja semakin besar. Individu tidak
harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun fisiologis pada orang tuanya (Dariyo, 2003).

Secara fisik, seorang dewasa awal menunjukkan penampilan yang sempurna dalam arti bahwa
pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki
daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegitan tampak inisiatif,
kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Berdasarkan pendapat para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa
dewasa awal adalah masa dimana individu siap berperan dan bertanggung jawab serta menerima
kedudukan dalam masyarakat, masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan sosial masyarakat dan
menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Perkembangan Fisik:Perkembangan dan Performa Fisik
Puncak performa fisik diraih sebelum kita berusia 30 tahun, seringkali antara usia 19 hingga 26 tahun. Di
masa dewasa awal, kita tidak hanya meraih puncak performa fisik, di masa ini performa fisik kita juga
mulai menurun, kesehatan dan kekuatan otot biasanya mulai memperlihatkan tanda-tanda penurunan di
usia sekitar30.
Kesehatan
Sebuah studi longitudinal mengungkapkan bahwa sebagian besar kebiasan yang merugikan kesehatan
yang terbentuk pada masa remaja semakin melekat pada masa beranjak dewasa. Kurang gerak, diet,
obesitas, penyalahgunaan zat terlarang, perawatan kesehatan reproduksi, dan akses perawatan kesehatan
semakin memburuk pada masa beranjak dewasa.Ketika beranjak dewasa dan masa dewasa awal, beberapa
individu berhenti memikirkan bagaimana gaya hidup akan mempengaruhi kesehatan mereka nantinya
ketika dewasa, contohnya, pola makan tidak teratur, makan berlebihan, kebiasaan merokok, minum
alkohol, tidak berolahraga, dan kurang tidur àgaya hidup semacam ini terkait dengan kesehatan yang
buruk, mempengaruhi kepuasan hidup.
Pola Makan dan Berat Tubuh
Obesitasas berkaitan dengan meningkatnya risiko terserang penyakit hipertensi, diabetes, dan penyakit
kardiovaskular. Berat badan berlebih atau obesitas juga berhubungan dengan masalah kesehatan mental,
studi terbaru mengungkapkan bahwa wanita yang kelebihan berat badan lebih besar kemungkinannya
untuk menderita depresi dibanding wanita dengan berat badan normal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi obesitas di antaranya adalah hereditas, leptin, setpoint dan
metabolisme, faktor-faktor lingkungan, dan gender.
Olah Raga secara Teratur
Para peneliti telah menemukan bahwa olahraga tidak hanya berguna untuk menjaga kesehatan fisik
namun juga kesehatan mental, olahraga dapat memperbaiki konsep-diri serta mengurangi kecemasan dan
depresi.
Penyalahgunaan Obat
Pada remaja, mahasiswa, dan orang dewasa pria lebih besar kemungkinannya menggunakan obat-obatan
dibandingkan wanita. Mabuk-mabukan di antara mahasiswa masih menjadi perhatian utama dan dapat
menyebabkan mahasiswa bolos kuliah, bermasalah dengan polisi, dan melakukan hubungan seks tanpa
pelindung.Alkoholisme: suatu gangguan konsumsi minuman berkadar alkohol yang bersifat jangka-
panjang, berulang, tidak terkontrol, kompulsif, dan berlebihan sedemikian rupa, sehingga mengganggu
kesehatan dan relasi sosial peminumnya.
Seksualitas
Aktivitas Seksual ketika Beranjak DewasaMasa beranjak dewasa adalah kerangka waktu di mana
kebanyakan individu aktif secara seksual dan belum menikah.
Orientasi dan Perilaku Seksual
Hingga akhir abad ke sembilan belas, secara umum diyakini bahwa manusia mungkin saja heteroseksual
atau homoseksual, para ahli lebih beranggapan bahwa orientasi seksual merupakan sesuatu yang bersifat
kontinum dari relasi yang esklusif antara pria-wanita hingga relasi eksklusif di antara sesama jenis.
Orientasi seksual individu (homoseksual, heteroseksual, atau biseksual), paling dipengaruhi oleh
kombinasi antara faktor genetik, hormonal, kognitif, dan lingkungan.Sebagian besar ahli berpendapat
bahwa tidak ada satu pun faktor tunggal yang bertanggung jawab terhadap orientasi seksual tertentu,
masing-masing faktor memilki kontribusi dalam derajat yang berbeda-beda.Menurut psikolog Laura
Brown (Santrock, 2011), lesbian dan gay mengalami dirinya sebagai minoritas di dalam budaya
mayoritas, kemudian mereka mengembangkan identitas bikultural, menciptakan cara baru untuk
mendefinisikan diri mereka sendiri, mereka akan mencapai adaptasi paling baik jika mereka tidak perlu
mendefinisikan dirinya dalam polaritas, menyeimbangkan tuntutan dari dua budaya.
Infeksi yang Ditularkan secara Seksual
Infeksi yang ditularkan secara seksual, penyakit yang terutama ditularkan melalui seks (hubungan intim
maupun genital oral dan seks anal-genital). Infeksi yang ditularkan secara seksual, yang paling banyak
menyita perhatian beberapa dekade terakhir ini adalah infesi HIV yang bisa mengarah pada
AIDS.Perilaku Kekerasan Seksual dan Pelecehan SeksualPerkosaan: sebuah bentuk kekerasan seksual
yang dilakukan terhadap seseorang tanpa izin mereka.Date rape atau acquaintance rape: aktivitas seksual
yang bersifat memaksa, di mana korbannya adalah orang yang setidak-tidaknya sudah dikenal.Pelecehan
seksual terjadi ketika seseorang menggunakan kekuasaannya atas individu lain secara seksual dan
menghasilkan dampak psikologis yang serius pada korbannya.Pelecehan seksual dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, mulai dari perkataan berkootasi seksual dan kontak fisik (menepuk atau menyentuh
tubuh seseorang) hingga mengajak berbuat cabul yang terang-terangan dan serangan seksual.
Perkembangan Kognitif
Tahap-Tahap Kognitif
Pandangan Piaget
Menurut Piaget, berpikir formal operasional, yang dimulai dari usia 11-15 tahun, adalah tahap kognitif
yang terakhir. Meskipun jika dilihat dari segi kuantitas jumlah pengetahuan orang dewasa lebih besar
dibandingkan remaja, secara kualitatif tahap perkembangan kognitif orang dewasa tidak berbeda dari
remaja.Piaget juga berpendapat bahwa penambahan pengetahuan pada orang dewasa secara khusus terjadi
dalam bidang-bidang tertentu. Beberapa ahli perkembangan berpendapat bahwa banyak individu yang
baru akan mengkonsolidasikan pemikiran operasional formalnya ketika memasuki masa dewasa, di masa
remaja mereka memang mulai mampu menyusun rencana dan hipotesis, namun di masa dewasa
muda,mereka menjadi lebih sistematis dan terampil.
Berpikir Realistis dan Pragmatis
Menurut para ahli perkembangan, ketika seorang individu pada masa dewasa awal mulai memasuki dunia
kerja, cara berpikir mereka pun berubah, mereka mulai menghadapi paksaan realitas yang disebabkan
oleh pekerjaan, idealisme mereka menurun.Perspektif lain mengatakan, orang dewasa cenderung tidak
mencapai cara berpikir ilmiah yang terdapat pada tahap operasional formal. Di sisi lain, penggunaan
intelektual mereka melampaui remaja, di masa dewasa awal, individu seringkali beralih dari memperoleh
pengetahuan menjadi mengaplikasikan pengetahuan ketika individu berusaha meraih karier jangka
panjang dan berusaha meraih sukses dalam pekerjaannya.
Pemikiran Reflektif dan Relativistik
Menurut William Perry (Santrock, 2011), remaja seringkali memandang dunia dalam polaritas,
benar/salah, baik/buruk dll, pada masa beranjak dewasa, secara bertahap mereka mulai meninggalkan tipe
pemikiran yang absolut ini, mereka mulai menyadari berbagai pendapat dan perspektif orang lain.
Pemikiran absolut, dualistik remaja merupakan awal dari pemikiran reflektif, relativistik orang
dewasa.Pemikiran reflektif adalah indikator yang penting dalam perubahan kognitif pada orang dewasa
muda.Gisela Laobouvie-Vief (Santrock, 2011) menyatakan bahwa meningkatnya kompleksitas budaya di
abad terakhir telah menimbulkan kebutuhan yang lebih besar untuk berpikir secara lebih kompleks dan
reflektif agar dapat mempertimbangkan hakikat pengetahuan dan tantangan yang berubah.Aspek penting
perkembangan kognitif pada individu yang beranjak dewasa, menentukan pandangan khususnya
mengenai dunia, mengenali bahwa pandangan dunia bersifat subjektif, dan memahami perlunya
mengetahui berbagai pandangan dunia yang berbeda-beda. Level pendidikan yang dicapai individu yang
beranjak dewasa secara khusus mempengaruhi bagaimana mereka akan memaksimalkan potensi berpikir
mereka.

Tahap Postformal
Sejumlah ahli mengusulkan adanya tahap kognitif kelima pemikiran postformal. Pemikiran postformal
melibatkan pemahaman bahwa jawaban yang benar terhadap sebuah persoalan menuntut pemikiran
reflektif dan dapat bervariasi dari situasi yang satu ke situasi yang lain; serta bahwa pencarian kebenaran
seringkali merupakan proses yang berlangsung terus menerus dan tidak pernah selesai, mereka dapat
memahami bahwa solusi terbaik yang diterapkan di pekerjaan tidak selalu juga merupakan solusi terbaik
di rumah.Pemikiran postformal juga mencakup keyakinan solusi terhadap permasalahan harus bersifat
realistis serta bahwa faktor emosi dan subjektif dapat mempengaruhi pemikiran, mereka cenderung
berpikir lebih jernih ketika sedang berada dalam kondisi tenang dibandingkan jika sedang berada dalam
kondisi marah. Para peneliti menemukan bahwa orang dewasa muda cenderung lebih menggunakan
pemikiran posformal ini dibandingkan remaja, namun gagasan ini masih bersifat kontroversial.
Kreativitas
Puncak kreativitas di raih di masa dewasa, seringkali di usia empat puluhan, setelah itu menurun.
Meskipun demikian, terdapat variasi ekstensif individu untuk hasil kreatif rentang hidup seseorang.
Perkiraan mengenai mundurnya daya kreativitas seirig dengan bertambahnya usia, perlu disertai degan
pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan aspek-aspek yang bersangkutan.
Karir dan Pekerjaan
Perubahan PerkembanganMenjelang awal dan pertengahan usia dua puluhan, banyak individu sudah
menyelesaikan pendidikan mereka dan mulai bekerja penuh waktu. Sejak usia pertengahan dua puluh
hingga akhir masa dewasa awal, individu sering mencari kestabilan untuk karier awal mereka di bidang
tertentu, bekerja keras untuk meningkatkan karier dan memperbaiki keadaan finansial mereka.
Phylis Moen (Santrock, 2011) menjelaskan tenang mitos karier keyakinan kultural yang tertanam dalam
kerja keras untuk saat-saat yang panjang selama masa dewasa akan menciptakan jalur status, kemanan
dan kebahagiaan, banyak individu mempunyai konsep ideal tentang jalur karier untuk mencapai mimpi
eskalasi mobilitas sosial melalui tangga pekerjaan.
Menemukan Jalan dan Tujuan Hidup
William Damon (Santrok, 2011) berpendapat bahwa, terlalu banyak bermain-main di masa remaja dan
tidak punya tujuan yang jelas semasa kuliah dan sekolah, membuat mereka berisiko tidak menemukan
potensi diri dan tidak menemukan tujuan hidup yang bisa memberi mereka energi.Kebanyakan guru dan
orangtua mengkomunikasikan pentingnya tujuan seperti belajar kelas danmendapatkan nilai bagus, tapi
jarang mendiskusikan tentang ke mana arah tujuan semacam itu, terlalu sering siswa hanya berfokus pada
tujuan jangka pendek dan tidak menggali gambaran besar dan jangka panjang tentang apa yang ingin
mereka lakukan dalam hidup.
Pengaruh Kerja
Pekerjaan mendefinisikan seseorang secara mendasar, sangat mempengaruhi kondisi fiansial, kondisi
rumah, cara meluangkan waktu, lokasi rumah, sahaba-sahabat, dan kesehatan Beberapa orang
memperoleh identitasnya melalui pekerjaan. Pekerjaan juga menciptakan sebuah struktur dan ritme dalam
hidup yang seringkali hilang jika individu tidak bekerja selama periode waktu tertentu.Ada banyak
individu yang mengalami stres emosi dan rendah diri karena tidak mampu bekerja. Bekerja sambil kuliah
dapat memberikan efek positif sekaligus negatif. Pengangguran mengakibatkan stres, terlepas dari apakah
kehilangan pekerjaan itu bersifat sementara, cyclical, atau permanen.Para peneliti telah menemukan
bahwa pengangguran berkaitan dengan masalah-masalah fisik, masalah-masalah mental, kesulitan
perkawinan, dan pembunuhan. Stres yang muncul juga tidak hanya disebabkan oleh kehilangan
penghasilan dan kesulitan finansial namun karena kehilangan harga diri.
2.Perkembangan Psikososial pada masa dewasa awal
Sosioemosi orang dewasa merupakan integrasi yang adaptif dari pengalaman emosiaonal kedalam
kehidupan sehari-hari yang memuaskan, serta relasi yang berhasil dengan orang lain.Orang dewasa awal
harus menghadapi pilihan dan tantangan dalam menjalankan gaya hidup yang sesuai dengan emosional
dan prediksi atau ekspetasinya sendiri.
Perkembangan kepribadian menurut Erikson ada 4 pandangan
1.Model Normatif,
 Menggambarkan perkembangan seseorang berkaitan dengan usia yang berlansung
 Lazim terjadi pada setiap orang
 Biasanya diikuti dengan krisis emosional yang berbentuk perkembangan selanjutnya.
 Contoh perkembangan dari remaja kedewasa yang memiliki urutan dan tahapan-tahapan
2. Model waktu peristiwa,
 Pada model perkembangan ini usia tidak terlalu mempengaruhi perkembangan seseorang
 Waktu dan peristiwa baik yang terduga atau tidak terduga lebih dapat memberikan pengaruh
kepribadian dan emosi seseorang
 Misal seseorang yang sebelumnya pemalas, dimasukan kesekolah dengan anak-anak yang rajin,
maka dia juga akan terbawa rajin
3. Model trait

Ada beberapa jenis perkembangan emosional dan tingkah laku yang berhenti pada usia dewasa awal atau
malahan ada yang berlanjut.
 Neorotisism, yang merujuk ketidak stabilan emosional. Yang biasanya perkembangannya menurun
diusia dewasa. Contoh emosi : kecemasan,depresi, rasa bermusuhan, kerentanan, kesadaran diri,
keimpulsifan
 Extraversion, aspeknya yaitu : pencarian kegairahan, keasertifan, kehangatan, emosi positif, dan
kemudahan bergaul. Biasanya perkembangan ini juga menurun diusia dewasa.
 Openness, memiliki semangat mencoba berbagai hal baru dan dan menerima berbagai ide baru.
Aspeknya : fantasi, estetika, perasaan, tindakan, ide, nilai.perkembangan ini juga semakin menurun
saat seseorang mulai dewasa.
 Agreeableness, aspeknya yaitu : altuisme, kapatuhan, simpati, kelugasan, rasa percaya diri,
kerendahan hati. Semakin dewasa orang beberapa aspek ini juga akan semakin berkembang pada
dirinya.
 Consecientiousness, aspeknya yaitu; upaya meraih prestasi, pertimbangan, kompetensi, disiplin diri,
rasa kewajiban, keteraturan. Hal ini juga akan terus berlanjut pada usia dewasa
4. Model tipologis
 Ego Resiliency, orang-orang yang memiliki beradaptasi yang baik,percaya diri, mandiri,
mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan jelas, penuh perhatian, dan suka membantu.
 Kontrol Berlebihan, adalah mereka yang cenderung pemalu, pendiam, pencemas dan bergantung
pada orang lain. Mereka cenderung menarik diri dari permasalahan dan menyembunyikan pikirannya.
 Kekurangan Kontrol, mereka yang memiliki sifat aktif, berenergi, impulsif, keras kepala, dan mudah
terganggu.
Emosi dan tingkah laku seseorang saat dewasa juga dipengaruhi bagaimana meeka pada masa kanak-
kanak, yaitu bagaimana tempramen dan kelekatan mereka sadari kecil juga sangan memperngaruhi diri
saat dewasa.
1. Tempramen
 Tempramen yang mudah dan tempramen yang sulit.
Mereka yang memiliki tempramen mudah pada usia 3-5 tahun cenderung lebih mudah menyesuaikan diri
diusia dewasa awal.
Begitupun dengan anak yang memiliki tempramen sulit pada usia 3-5 tahun. Mereka juga akan
mengalami kesulitan pada usia dewasa awal.
 Kekangan
Individu yang memiliku tempramen terkekang dimasa kanak-kanak, ketika dewasa kurang cenderung
kurang bersikap asertif atau memperoleh dukungan sosial dan cenderung terlambat memasuki dunia
kerja dibandingkan orang dewasa lainnya.
 Kemampuan mengendalikan emosi
Ketika kanak-kanak usia 3 tahun yang memiliki kontrol emosi yang baik dan tabah ketika menghadapi
stres, mereka cenderung mampu mengatasi emosinya secara efektif ketika deawasa.

2. Kelekatan
 Gaya kelekatan yang aman
Orang dewaasa dengan kelekatan yang aman memiliki pandangan yang positif terhadap relasi, mudah
dekat dengan orang lain dan tidak terlalu stress tentang relasi romantis
 Gaya kelekatan yang menghindar

Individu yang menghindar merasa ragu-ragu terlibat dalam relasi romantis dan sering mengambil jarak
dari pasangan mereka dalam relasi.
 Gaya kelekatan yang cemas

Individu ini menurut kedekatan, kurang bisa mempercayai orang lain, dan lebih emosional, pencemburu,
serta posesif.

Ketertarikan, cinta, dan Relasi yang Akrab

Ketertarikan
1. Keterbiasaan dan Kesamaan.
Keterbiasaan adalah kondisi yang diperlukan agar relasi yang akrab dapat berkembang. Dalam banyak
kasus kawan dan kekasih adalah orang yang telah saling mengenal sejak lama, mereka mungkin
tumbuh bersama, pergi sekolah bersama atau kekampus bersama
Mengapa orang cenderung tertarik dengan orang lain yang memiliki sikap, nilai, dan gaya hidup yang
sama jawaban nya adalah validasi konsensual. Karna kita cenderung menccari pengakuan dari orang
lain. Alasan lainnya karna menghindar dari sesuatu yang tidak diketahui.
2. Ketertarikan Fisik
Pentingnya kesamaan juga berlaku dalam hal fisik. Kita biasanya mencari seseorang yang sesuai
dengan level kita dalam ketertarikan terhadap ketertarikan fisik maupun atribut sosial. Walaupun
sebagian orang memiliki karakteristik fisik, namun pada akhirnya standar itupun akan berubah seiring
dengan waktu didalam budaya itu sendiri.
Keintiman
Perkembangan dimasa awal seringkali melibatkan upaya menyeimbangkan keintiman dan
komitmen disatu sisi, serta kemandirian dan kebebasan disisi lain. Diwaktu yang bersamaan individu
dewasa awal dihadapkan dengan meningkatkan kemandirian dari orang tua, mengembangan relasi yang
intim dengan pasangan, dan membangun komitmen dalam persahabatan. Mereka juga dituntut untuk lebih
mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Hal ini tidak hanya terjadi pada dewasa awal tetapi juga
terjadi sepanjang masa dewasa.
Persahabatan
Penelitian makin banyak menemukan hasil yang menunjukan bahwa persahabatan memainkan
peran dalam perkembangan hidup seseorang. Perbedaan gender dalam persahabatan, wanita
cenderung lebih suka mendengarkan apa yang dikatakan seorang teman dan bersimpati karna bicara
merupakan hal yang penting dalam relasi mereka. Pria cenderung tidak suka menceritakan kelemahannya,
pria juga menginginkan solusi yang praktis terhadap permasalahan yang mereka hadapi dibanding
simpati.
Persahabatan antara pria dan wanita, persahabatan antar gender dapat menimbulkan masalah
dan keuntungan. Keuntungannya adalah memberikan lebih banyak kesempatan untuk mempelajari
berbagai perasaan dan minat umum serta karakteristik yang dimiliki bersama. Persahabatan antar gender
dapat menimbulkan makasalah karna terdapat perbedaan ekspetasi dan terdapatnya ketidak jelasan
hubungan dengan batasan-batasan seksual karna dapat menimbulkan ketegangan dan kebingungan.
Bentuk-bentuk Cinta
1. Cinta Romantis
Adalah cinta yang bergairah atau eros, cinta romantis punya komponen seksual dan
gairah yang kuat dan sering mendominasi di priode awal.
2. Cinta Efektif
Adalah cinta karena ada kedekatan, cinta ini terjdi ketika seseorang meinginginkan
seseorang berada didekatnya dan memiliki efeksi mendakan dan perhatian terhadap orang itu.
3. Cinta yang Sempurna
Cinta yang sempurna adalah cinta yang melibatkan komponen gairah, keintiman, dan komitmen
sekaligus.
Kegagalan Dalam Cinta
Kegagalan dalam cinta dapat menimbulkan perasaan yang teragis. Cinta yang tak terbalaskan
dapat mengakibatkan depresi, obsesif, disfungsi seksual, ketidak mampuan berkerja secara efektif,
kesulitan menjalin hubungan baru, dan menghukum diri sendiri. Hal ini disebabkan karna adanya emosi
yang menggelora terhadap pasangan dan cinta tersebut.

Gaya Hidup Orang Dewasa


Orang Dewasa Yang Hidup Sendiri:Keuntungan dari hidup sendiri adalah memiliki waktu untuk
membuat keputusan mengenai perjalanan hidup, memiliki waktu untuk mengembangan sumber daya
pribadi untuk memenuhi tujuan-tujuannya, memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan,
mengerjakan minatnya, memiliki peluang untuk menjelajahi hal baru, serta memiliki privasi.Masalah
umum pada orang dewasa lajang biasanya mencangkup relasi yang akrab dengan orang dewasa lainnya,
menghadapi kesepian, mengalami stess yang ekstrem dibandingkan orang yang menikah.
Kohabitasi Pada Orang Dewasa
Kehabilitas mengacu pada gaya hidup bersama dan melakukan hubungan seksual meskipun tidak
menikah. Sejumlah pasaangan memandang kohabitasi bukan sebagai pendahulu pernikahan tetapi sebagai
gaya hidup. Pasangan seperti ini tidak ingin menginginkan aspek resmi dalam pernikahan. Menurut survei
kebiasaan hidup bersama ini cenderung tidak berlansung lama. Tentu saja lebih mudah memutuskan
hubungan kohibitasi dibandingkan hubungan pernikahan.
Orang Dewasa Yang Menikah
1. Kecenderungan Pernikahan
Akhir-akhir ini, angka pernikahan dinegara-negara maju cenderung menurun. Kini lebih
banyak orang dewasa yang masih tetap hidup sendiri. Pada zaman dahulu pernikahan dianggap
sebagai akhir dari perkembangan orang dewasa.
2. Perbandingan Antarbudaya
Aspek-aspek pernikahan berbeda-beda disetiap budaya. Sebagai contoh diChina
mengontrol pertumbuhan populasi, uu tahun 1981 menetapkan usia minimum pernikahan 22
tahun untuk pria, dan 20 tahun untuk wanita.Dibanayak budaya agama juga memainkan peran
penting dalam memilih pasangan pernikahan. Dalam islam menekankan kehormatan pria dan
kesucian wanita.
3. Pendidikan Pernikahan

Banyan orang yang beranjak dewasa awal yang mengikuti pendidikan pernikahan yang
memberikan informasi mengenai relasi. Menurut survei pendidikan pernikahan dapat
meningkatkan kepuasan pernikahan dan komitmen terhadap pasangan, menurunkan konflik
dalam hubungan, serta memperkecil angka perceraian.
4. Keuntungan Dari Pernikahan yang Baik
Individu yang memiliki pernikahan yang baik, cenderung lebih bahagia, hidup lebih lama, lebih
sehat dibandingkan individu yang bercerai atau tidak memiliki pernikahan yang baik.
Orang Dewasa Yang Bercerai
Angka perceraian semangkin meningkat terjadi diseluruh sosial-ekonimi. Menikah diusia muda,
tingkat pendidikan yang rendah, tingkat penghasilan yang rendah, tidak memiliki afiliasi religius,
memiliki ortu yang bercerai, dan memiliki bayi sebelum menikah, merupakan salah satu penyebab
perceraian. Karakteristik pasangan juga bisa menjadi alasan pasangan bercerai, contohnya alkholisme,
masalah psikologis, kekerasan rumah tangga, dll.Akan tetapi jika perceraian memang akan terjadi,
biasanya ia akan terjadi diusia awal pernikahan. Pasangan juga menghadapi tantangan setelah bercera,
baik pria maupun wanita yang bercerai mengeluh mengalami depresi, merasa kesepian, susah memulai
hubungan baru. Terlepas dari semua stress dan tantangan yang dihadapi, banyak orang dapat mengatasi
stress dengan efektif
Orang Dewasa Yang Menikah Kembali
Orang dewasa yang menikah kembali biasanya memutuskan lebih cepat untuk melakukan pernikahan
dengan rata-rata 50% mereka menikah kembali setelah 3 tahun perceraian. Dalam hal ini pria lebih cepat
menikah lagi dibandingkan wanita. Pria yang berpenghasilan tinggin lebih cepat menikah kembali
dibandingkan pria yang berpenghasilan rendah.Mengapa orang dewasa yang menikah kembali sulit untuk
mempertahankan pernikahan nya yang baru? Alasannya karna pernikahan tidak didasari oleh cinta,
namun alasan finansial, memperolah bantuan dalam mengasuh anak, dan mengurangi kesepian. Mereka
juga membawa pola negatif yang sebelemnya dari pernikahan pertama.
Gay dan Lesbian Dewasa
Pasangan lesbian dan gay lebih fleksibel dalam menentukan peran gender dibandingkan pasangan
heteroseksual. Dikota-kota besar homoseksual dan biseksual telah lazim adanya. Sekitah 5% pria dan 4%
wanita mengaku memiliki pengalaman homo dan lesbi semasa usia dewasa awal mereka yang tejadi di
Amerika.Namun dalam islam kelainan seks ini sangat diharamkan

Pernikahan Dan Keluarga.

1. Melestarikan Pernikahan
Prinsip yang menentukan pernikhan itu akan lestari atau tudak yaitu :
 Membuat peta cinta , individu yang berhasil dalam pernikahannya memiliki padangan
personal dan peta mendetail mengenai dunia dan kehidupan satu sama lain.
 Memelihara kasih sayang dan kekaguman pada pasangan
 Mengarahkan diri pada pasangan, bukan berpaling darinya
 Membiarkan pasangan mempengaruhi anda
 Memecahkan konflik yang ada bersama
 Menciptakan kesempatan untuk berbagi rasa.

2. Menjadi Orang Tua

Bagi orang dewasa memiliki anak dan menjadi orang tua merupakan sesuatu yang
direncanakan dengan baik, dikoordinasikan dengan berbagai peran lain didalam kehidupan dan
situasi ekonomi. Banyak pasangan yang menunja memiliki anak untuk menetapkan tujuan yang
hendak mereka raih dalam hidup. Adapun yang memiliki anak dan menjadi orang tua harus
mampu membagi tugas dalam mengasuh anak.
3. Mengatasi perceraian
Pada umumnya orang yang telah bercerai mengalami banyak perubahan pada . ada 6
jalur yang umumnya dilalui pria dan wanita setelah bercerai.
 Mereka yang mengalami peningkatan dalam didirinya sendiri
 Mereka yang baik-baik saja mampu mengatasi perceraian
 Pencari pasangan yang baru untuk melupakan mantan pasangan
 Mereka yang bebas banyak memiliki waktu di bar atau tempat-tempat sejenis lainnya
 Mereka yang penyendiri dan menutup diri dari hubungan yang baru
 Mereka yang kalah, masalah yang dihadapi sebelum bercerai semakin membesar setelah
bercerai.

Gender dan Perkembangan Diri


1. Gender dan komunikasi
Permasalahan komunikasi antara pria dan wanita sebagian disebabkan oleh perbedaan
cara komunikasi yang mereka pilih. Wanita cenderung lebih suka menggunakan gaya bicara
rapport talk merupakan cara bicara untuk menjalin hubungan dan bernegosiasi. Sedangkan pria
lebih cenderung menggunakan gaya bicara repport talk adalah percakapan yang disusun untuk
memberikan informasi.
Perbedaan gaya ini lah yang menyebabkan wanita sering merasa pembicaraannya tidak
didengarkan lagi oleh suaminya dan hal ini lah salah satu alasan perceraian.

2. Perkembangan Wanita
Beberapa ahli menyatakan bahwa wanita lebih berorientasi pada relasi dibandingkan pria dan
bahwa interaksi diantara mereka difokuskan pada pengembangan orang lain. Kritikan
menyatakan bahwa kini lebih banyak variasi gaya relasi pada pria dan wanita. Banyak ahli
berkesimpulan bahwa wanita perlu mempertahankan kompetensi dan minat mereka setra koneksi
emosi positif dengan pria lain.

3. Perkembangan pria
Pria sering kali diharapankan memiliki sifat yang dominan, kuat, agresi, dan seharusnya
mengontrol wanita. Menurut sebagian budaya tradisional mengenai maskulin pria sejati
memandang wanita dari segi tubuhnya bukan dari segi akal dan perasaannya. Pria seringkali tidak
menempatkan wanita sejajar dengan pria. Dengan adanya pandangan tradisional mengenai peran
pria mendorong pria untuk meremehkan wanita.
3.Perkembangan Fisik dan Kognitif pada masa dewasa tengah(madya)
Masa dewasa menengah merupakan sebuah periode perkembangan yang unik, di mana pertumbuhan
dan kehilangan saling mengimbangi. Karena jumlah orang dewasa yang sehat meningkat, maka usia
paruh baya juga berlangsung lama. Dewasa menengah yang menyatakan periode usia antara 55 hingga 65
tahun sebagai paruh baya akhir (late middle life) (Deeg, 2005). Dibandingkan dengan paruh baya lebih
awal, paruh baya akhir cenderung diwarnai oleh “kematian orang tua, anak terakhir meninggalkan rumah
orang tua, menjadi kakek-nenek, mempersiapkan diri untuk pensiun. Banyak orang dalam rentang usia ini
dihadapkan pada masalah kesehatan untuk pertama kalinya.” (Deeg,2003, p.211). Meskipun secara
keseluruhan yang diperoleh maupun yang hilang dapat mengimbangi, bagi banyak individu segi
kehilangan mulai lebih besar dari segi pemerolehan ( Baltes, LindenBerger, & Staudinger)
Perubahan Fisik Pada Masa Dewasa Tengah
Biasanya tanda-tanda penuaan akan terlihat pertama kali di usia empat puluhan atau lima puluhan:
1.Kulit
Memasuki usia dewasa tengah kulit mulai berkerut dan mengendur karena kehilangan lemak dan kolagen
yang terletak dibawah jaringan kulit (Farage & kawan-kawanm 2009). Pigmentasi yang terjadi di daerah
kecil tertentu di kulit menghasilkan bercak penuaan, khususnya didaerah yang rawan terkena sinar
matahari seperti tangan atau wajah.
2.Rambut
Rambut menjadi lebih tipis dan bewarna keabu-abuan, dimana hal ini berkaitan dengan menurunnya laju
pergantian dan produksi melanin. Kuku jari tangan dan jari kaki bergerigi, menjadi lebih tebal, dan lebih
rapuh.
3.Tinggi dan Berat Tubuh
Di usia paruh baya, tinggi tubuh individu dapat mengalami penyusutan sementara berat tubuh bertambah.
Rata-rata, antara usia 30 hingga 50 tahun, tinggi tubuh pria menyusut sebesar ½ inci, dan ¾ inci dari usia
50 hingga 70 tahun (Hoyer & Roodin, 2009). Menyusutnya tinggi tubuh wanita dapat mencapai 2 inci
dari usia 25 – 75 tahun. Perlu diketahui bahwa mengenai berkurangnya tinggi tubuh yang disebabkan oleh
proses penuaan ini, ada banyak variasi antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Individu
kehilangan tinggi badan pada usia paruh baya dan banyak menambah berat badan(Landsberg dkk., 2013).
Kelebihan berat badan dapat membahayakan kesehatan di usia paruh baya. Kegemukan meningkatkan
peluang individu untuk menderita sejumlah penyakit,seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan
pencernaan
Sebuah studi berskala-besar menemukan bahwa obesitas di usia paruh baya meningkatkan resiko
meninggal lebih cepat ( Adams & kawan kawan, 2006). Meskipun telah digarisbawahi risiko kesehatan
individu yang kelebihan berat badan atau mengidap obesitas di masa dewasa menengah, kehilangan berat
badan yang parah juga menibulkan risiko dalam kasus penyakit akut.
4. Kekuatan, Sendi, dan Tulang
Sebagaimana kekuatan fisik maksimum sering sering sekali dicapai pada usia 20 tahunnan. Istilah
sarcopenia merujuk ada kehilangan massa otot dan kekuatana. Terkait usia, kehilangan massa otot dalam
mencapai 1 hingga 2 persen pertahun setelah usia 50 tahun (Marcell, 2003). Kehilangan kekuatan secara
khusus terjadi di bagian punggung dan kaki. Latihan dapat mengurangi penurunan yang terjadi di
scorpenia. Fungsi puncak sendi biasanya terjadi saat usia dua puluhan. Bantalan yang diperlukan untuk
pergerakan tulang ( seperti otot dan ikatan tulang) menjadi kurang efesien di usia paruh baya, waktu
dimana sendi kaku dan lebih sulit digerakkan. Kepadatan tulang terjadi diakhir usia tiga puluhan; setelah
itu kepadatan tulang menurun secara progresif. Angka kehilangan tulang mulai lambat, namun meningkat
pada usia lima puluhan (Ryan & Elahi, 2007). Diakhir masa hidup paruh baya, tulang lebih mudah patah
dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat pulih.
5. Penglihatan, pendengaran dan ketajaman akomodasi mata
Kemampuan memfokuskan dan mempertahankan sebuah bayangan pada retina mengalami penurunan
antara usia 40 hingga 59 tahun. Individu di usia paruh baya mulai mengalami kesulitan memandang objek
– objek dalam jarak dekat. Suplai darah kemata juga berkurang, biasanya hal ini tidak terjadi sebelum
individu mencapai usia lima puluhan atau enam puluhan. Berkurangnya suplai darah menurunkan medan
penglihatan dan dapat meningkatkan titik buta mata. Usia 60 tahun, retina menerima hanya sepertiga
cahaya dari yang diterimanya pada usia 20 tahun, biasanya karena pengecilan ukuran pupil (Scialfa &
Kline, 2007). Pada usia 40, pendengaran juga mulai menurun. Asesmen auditori mengindikasikan bahwa
kehilangan pendengaran 50% terjadi pada individu berusia 50 tahun keatas. Pertama kali biasanya
menyangkut sensitivitas terhadap nada tinggi, untuk mendengar suara bernadan rendah agaknya tidak
dapat menurun di usia paruh baya. Dibandingkan wanita, pria biasanya lebih cepat mengalami penurunan
sensitivitas terhadap nada tinggi.
6. Sistem Kardiovaskular
Usia paruh baya adalah suatu masa dimana tekanan darah tinggi dan kolestrol sering kali mengejutkan
orang dewasa. Level kolestrol di dalam darah meningkat selama usia dewasa dan usia paruh baya , mulai
terkumpul di dinding arteri yang mengakibatkan resiko terkena penyakit kardiovaskular. Tipe kolestrol di
dalam darah memiliki dua bentuk : LDL dan HDL. LDL ialah kolestrol yang jahat, jika LDL tinggi ia
dapat menempel pada lapisan pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan pengerasan pembulluh darah.
HDL sering disebut kolestrol baik. HDL yang tinggi dapat menurunkan risiko penyakit
kardiovaskular.Olahraga kontrol berat tubuh, dan diet yang kaya akan buah-buahan, sayur-sayuran dan
gandum, seringkal dapat membantu mengatasi berbagai masalah kardiovaskular di usia paruh baya.
7. Paru-Paru
Di usia paruh baya, kapasitas paru – paru mengalami perubahan kecil. Sekitar usia 55 tahun, protein di
jaringan paru – paru menjadi kurang elastis. Perubahan ini di kombinasikan meningkatnya kekakuan
dinding dada, mengurangi kapasitas mengangkut oksigen dari udara yang di hirup ke darah dalam urat –
urat darah halus.
8. Tidur
Di usia paruh baya, efek dalam tidur menjadi lebih bermasalah. Jumlah total tidur biasanya sama dimasa
dewasa awal. Jumlah waktu yang digunakan untuk bangun di tempat tidur menjadi meningkat di usia
paruh baya, dan hal ini dapat menimbulkan perasaan kurang istirahat di pagi hari.Masalah tidur lebih
banyak dialami individu yang menggunakan obat – obatan yang di sertai dengan resep dokter ataupun
tanpa resep dokter, kegemukan, memiliki penyakit kardiovaskular atau depresi.
8. Seksualitas
Bagi wanita , memasuki masa paruh baya berarti akan mengalami monopause. Pada umumnya, , di akhir
usia 40-an atau awal 50-an tahun, periode menstruasi wanita akan sepenuhnya berhenti. Bersamaan
dengan monopause, produksi estrogen dari ovarium menurun drastis. Penurunan estrogen dapat
menimbulkan gejala yang tidak mengenakkan seperti hot flashes (kulit tiba-tib memerah dan merasakan
peningkatan suhu tubuh, mual,kelelahan, dan detak jantung yang lebih cepat. Monopause tidak
menyebabkan masalah psikologis atau fisik yang serius bagi sebagian besar wanita (Henderson,
2011;Judd,Hickey, &Bryant,2011).Bagi pria , proses penuaan pada masa dewasa madya terlihat lebih
kabur kabur. Tidak terdapat tanda-tanda fisik dari pertumbuhan usia yang mirip dengan berakhirnya
menstruasi pada wanita, sehingga tidak monopause bagi pria. Pria tetap subur dan tetap dapat memiliki
anak hingga masa dewasa akhir. Meskipun demikian, produksi sperma berkurang.
9. Sistem Tubuh
Bagi pria dan wanita,berbagai sistem tubuh akan menunjukkan efek terpakai dan rusak ketika tubuh
menjadi tidak lagi mampu memperbaiki kerusakan dan memperbaharui dirinya (Parr,Coffey, &
Hawley,2013). Kekuatan fisik menurun kecepatan motorik melambat, serta tulang menjadi lebih rapuh
(terutama pada wanita). Hampir seluruh sistem tubuh berubah seiring dengan penuaan yang terjadi.

Kesehatan dan Penyakit


Di masa dewasa menengah,frekwensi individu yang mengalami kecelakaan berkurang dan individu tidak
lagi terlalu mudah terserang salesmadan alergi seperti ketika kanak-kanak,remaja,atau dewasa.Banyak
individu yang melalui masa dewasa menengah tanpa terkena penyakit atau masalah kesehatan yang
menetap lebih banyak dialami oleh banyak individu yang berada dimasa ini.
Penyakit Kronis
Ditandai oleh berawalnya penyakit yang lambat dan berlangsung lama.penyakit kronis jarang dialami
oleh indifidu dimasa dewasa awal ,meskipun demikian peyakit kronis akn lebih banyak dialami oleh
individu di masa dewasa menenggah dan dimasa akhir menjadi hal yang umum secara
keseluruhan ,artritis adalah penyakit kronis terbesar yany dialami usia paruh baya ,diikiti
hipertensi .dibandingkan Wanita ,pria yang mengami penyakit kronis yang fatal (seperti peyakit
jantung ,kanker,dan stroke)lebih banyak di bandingkan Wanita ,sedangkan Wanita lebih bayak
mengalami penyakit yang tidak fatal ( seperti artritis ,varicose veins ,dan bursitis )
Sistem kekebalan tubuh dan stres
Sitem kekebalan tubuh dapat maenjaga Kesehatan kita dengan cara mengenali dan menghancur kan
materi -materi asing seperti bakteri ,virus dan tumor .fungsi system kekebalan tubuh akan menurun
seiring dengan bertambah nya usia (lustgante ,2009)system kebalan tubuh mengandung miliyaran
seldarah putih yang terletak dalam sistem sirkulasi dan jumlah sel darah putih dan efektivitas nya untuk
mengancur kan virus atau bakteri asing berkaitan dengan level stres ketika seseorang berada dalam
kondisi srtes virus atau bakteri cendrung memperbanyak diri dan manyebabkan penyakit .
Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Tengah

1. Intelegensi
Pada masa dewasa menegah berfokus pada konsep-konsep mengenai fluid intelligence dan
crystallized intelligence, Studi Longitudional Seatlle, dan Efek Cohort.
a) Fluid Intelligence dan Crystalized Intelligance Menurut John Horn di usia paruh baya ada sejumlah
kemampuan yang meningkat (Horn & Donaldson, 1980). Horn menyatakan bahwa crystallized
intelligence, akumulasi dari informasi dan ketrampilan verbal terus meningkat di masa dewassa
menengah, sementara fluid intelligance, kemampuan seseorang untuk melakukan penalaran secara
abstrak, mulai menurun di masa dewasa menengah
b) Studi Longitudional Seattle Fokus utama dari Studi Longitudional Seattle adalah perubahan dan
stabilitas inteligensi individu. Kemampuan mental utama yang dites adalah sebaagai berikut 
Pebendaharaan Kata (kemampuan untuk memahami ide-ide yang diekspresikan secara verbal).  Memori
Verbal ( kemampuan untuk melakukan enconding dan mengingat unit bahasa yang bermakna, seperti
daftar kata-kata)
 Angka (kemampuan untuk melakukan perhitungan matematis sederhana seperti menambah, mengurangi
dan mengalikan)
 Orientasi spasial ( kemampuan untuk memvisiualisasikan dan melakukan rotasi stimuli secara mental
dalam ruang dua atau tiga dimensi)
 Penalaran induktif ( kemampuan untuk mengenali dan memahami sejumlah pola dan relasi yang
terdapat di sebuah masalah serta menggunakan pemahaman ini untuk memecahkan contoh-contoh
masalah) Dalam penelitian, fungsi tertinggi untuk empat dari enam kemampuan intelektual itu terjadi di
masa dewasa menengah (Willis & Schale,1999). Baik pada wanita maupun pria, performa puncak di
bidang perbendaharaan kata, memori verbal, penalaran induktif dan orientasi spasial dicapai usia paruh
baya. Hanya dua dari enam kemampuan-kemampuan numerik dan kecepatan perseptual- yang
memperlihatkan kemunduran yang paling awal. Dalam analisis yang lebih jauh, Schaiem (2007), baru-
baru ini meneliti perbedaan generasi pada orang tua dan anak-anak mereka dalam kerangka waktu
selama dari tujuh tahun dari usia 60 hingga 67 tahun. Orang tua dinilai ketika mereka mencapai usia 60
hingga 67 tahun, kemudian anak-anak mereka juga dinilai ketika mencapai usia 60 hingga 67 tahun.
Tingkat keberfungsian kognitif yang lebih tinggi untuk generasi kedua terjadi pada penalaran
induktif, memori verbal, dan orientasi spasial, sementara generasi pertama mendapatkan skor lebih tinggi
pada kemampuan numerik. Jadi, generasi orang tua menunjukkan kestabilan atau peningkatan yang kecil
pada fungsi kognitif dalam kisaran usia yang sama. Hasil dari studi Schaie yang sudah dijelaskan sejauh
ini berfokus pada stabilitas atau perubahan kognitif rata-rata pada semua partisipan selama masa dewasa
menegah. Beberapa peneliti tidak setuju dengan Schaie bahwa masa dewasa menegah merupakan masa
ketika level keberfungsian di sejumlah area kognitif tetap atau bahkan meningkat (Finch,2009). Sebagai
contoh, Timothy Salthouse (2009) baru-baru ini menyimpulkan bahwa penelitian cross-sectional tentang
penuaan dan fungsi kognitif seharusnya tidak boleh dihentikan dan bahwa penelitian ini menunjukkan
penalaran, memori, visualisasi spasial, dan kecepatan pemrosesan mulai menurun di masa dewasa awal
dan menunjukkan penurunan lebih jauh lagi pada usia 50-an . Salthouse (2009) juga setuju bahwa fungsi
kognitif meliputi pengetahuan yang diakumulasi , seperti pembendaharaan kata dan dan informasi, tidak
menunjukkan penurunan yang terkait dengan usia muda dan meningkat setidaknya sampai usia 60 tahun.
Salthouse (2009) beragumen bahwa level keberfungsian kognitif yang lebih rendah di masa dewasa awal
dan menengah kemungkinan disebabkan oleh penurunan neurobiologis terkait usia.
2. Pemrosesan Informasi
Beberapa perubahan pemrosesan-informasi yang terjadi di masa dewasa menengah adalah kecepatann
dalam pemrosesan-informasi, memori, keahlian, dan keterampilan pemecahan masalah-masalah yang
bersifat praktis.
a) Kecepatan dalam Pemrosesan Informasi
Kecepatan perseptual mulai menurun dimasa dewasa awal dan penurunan ini terus berlanjut hingga masa
dewasa menengah. Cara umum untuk menilai kecepatan informasi adalah melalui tugas kecepatan reaksi,
dimana individu hanya cukup menekan tombol segera setelah mereka menangkap cahaya. Setelah cahaya
muncul, orang dewasa paruh baya lebih lambat menekan tombol dibandingkan orang dewasa muda.
Meskipun demikian, ingatlah bahwa penurunan ini tidak bersifat dramatis- sebagian besar hanya berbeda
sebesar 1 detik. Minat yanga ada kini memfokuskan pada kemungkinan yang menyebabkan meurunnya
kecepatan dan pemrosesan informasi pada orang dewasa (Salthouse, 2009). Penyebabnya mungkin bisa
disebabkan karena analisis yang berbeda, seperti kognitif (“memperhatikan tujuan, peralihan antartugas,
mempertahankan representasi internal dan distraksi”), neuroanatomi (“perubahan di area otak tertentu ,
seperti korteks prefrontal”) dan neurokimia (“Perubahan dalam sistem neutransmitor”) seperti dopamin.
b) Memori
Dalam Studi Longitudional Seattle milik Schaie (1994,1996), memori verbal mencapai puncaknya di
usia 50-an. Meskipun demikian, beberapa studi lain menemukan bahwa memori verbal terlihat menurun
di usia paruh baya, khusunya jika dinilai dengan menggunakan pendekatan cross sectional (Salthouse,
2009). Meskipun masih terdapat sejumlah kontroversi mengenai apakah memori menurun di masa dewasa
menegah, sebagian besar ahli membenarkan turunnya memori di usia dewasa menengah (Hoyer &
Roodin, 2009; Salthouse, 2009). Meskipun demikian, beberapa ahli berpendapat bahwa temuan ini
disebabkan peneliti membandingkan memori individu yang berusia 20-an dengan yang berusia 60-an
(Schale, 2000).Dalam pandangan ini, dimasa awal usia paruh baya penurunan memori hanya sedikit atau
tidak sama sekali tidak terjadi; penurunan memori baru pada masa pertengahan usia paruh baya atau masa
dewasa akhir. Pakar usia lanjut dan kognisi Dennise Park (2001), menyatakan sejak akhir usia paruh
bayu, seseorang membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari informasi baru. Menurunnya
kecepatan dalam mempelajari informasi baru berkaitan dengan perubahan di dalam working memory .
Dalam pandangan ini, di usia paruh bay, kapasitas working memory jumlah informasiyang dapat
dikeluarkan dan dihgunakan kembali dengan segara menjadi lebih terbatas. Bayangkan situasi ini dengan
sebuah meja yang penuh sesak dengan berbagai barang yang berantakan. Akibatnya, memori jangka
panjang menjadi kurang dapat dipercaya, lebih banyak waktu yang dimasukkan informasi baru ke dalam
penyimpanan jangka panjang dan lebih banyak waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan informasi
yang tersimpan. Park menyimpulkan bahwa penyebab kemunduran memori di akhir usia paruh baya
adalah banyaknya informasi yang semakin lama semakin menumpuk dalam perjalanan waktu semakin
semasa dewasa. Penurunan memori cenderung lebih sering terjadi jika individu tidak menggunakan
strategi memori yang efektif, seperti penyusunan dan pembayangan (Sugar,2007). Dengan penyusunan
daftar nimor telepon sebagai wakil dari objek-objek tertentu seperti rumah, ada banyak orang yang dapat
meningkatkan memorinya di masa dewasa menengah.

c) Keahlian
Karena membutuhkan waktu lama untuk mencapainya, maka keahlian di bidang tertentu lebih
banyak tampil di masa dewasa menengah dibandingkan dimasa dewwasa awal. Mengembangkan keahlian
dan menjadi “ahli” di suatu bidang biasanya merupakan hasil dari pengalaman, belajar, dan usaha selama
bertahun-tahun. Perbedaan strategi yang digunakan oleh ahli dan orang baru adalah mencakup hal-hal
berikut ini :
 Dalam menyelesaikan massalah dibidangnya, ahli lebih banyak mndasarkan pada akumulasi
pengalaman kita.
 Dalam memecahkan masalah dibidangnya, ahli sering memproses informasi secara otomatis dan
menganalisis secara lebih efektif dibandingkan orang baru.
 Ahli memiliki strategi yang lebih baikdan singkat dibandingkan dengan orang baru
 Ahli lebih kreatif dan fleksibel dibandingkan orang baru.

d) Kemampuan pemecahan masalah praktis


Pemecahan masalah praktis dan kemampuan memecahkan masalah praktis akan meningkat di usia
40-an dan 50-an ketika pengalaman praktis individu telah terhimpun. Sejak Denney melakukan
penelitian, muncul penelitian-penelitian lain mengenai pemecahan masalah sehari-hari dan efektivitas
pengambilan keputusan di usia dewasa (Margarett& Deshpande-Kamat,2009). Hasil meta-analisis
terhadap studi-studi ini mengindasikan bahwa pemecahan masalah sehari-hari dan efektivitas dalam
pengambilan keputusan tetap stabil dimasa dewasa awal dan masa dewasa menengah, kemudian menurun
di masa dewasa akhir (Thornton & Dumke, 2005)
e) Karier,pekerjaan dan waktu luang
Pekerjaan diusia paruh baya dimana sebagian besar individu melakukan refleksi,penilaian dan evaluasi
terhadap pekerjaannnya saat ini.Dan hal yang terpenting adalah pilihan setiap individu apakah seseorang
itu melakukan pekerjaan yang mereka inginkan atau mencari pekerjaan yang lain.Pada masa dewasa
tengah individu dihadapkan berbagai macam tantangan seperti globalisasi dalam dinia
kerja,perkembangan teknologi informasi yang cepat,pengecilan ukuran organisasi,pensiunan diniserta
perawatan kesehatan.Kita tidak hanya perlu belajar dan bekerja dengan baik,namun kita juga perlu
belajar menikmati waktu luang.Secara khusus,waktu luang meruapakan hal yang paling penting bagi
individu paruh baya karena dimasa ini terjadi perubahan fisik dan individu juga perlu mempersiapkan
diri agar dapat menjadi pensiunan yang aktif
f) Agama dan makna hidup
Agama merupakan dimensi yang penting bagi kita.Wanita menunjukkan minat terhadap agama yang
lebih kuat dibandingkan pria.Meskipun demikina kita juga perlu memperhatian segala hal dalam aspek
agama serta dikaitkan dengan kehidupan kita.Dalam beberapa kasus,agama dapat memiliki kaitan
negative dengan kesehatan fisik.Agama biasanya memperlihatkan hubungan positif .Agama dapat
memainkan peranan penting bagi individu untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

4.Perkembangan Psikososial pada masa dewasa tengah


Dalam istilah psikososial, masa dewasa tengah pernah di anggap sebagai masa yang relatif
menetap. Freud (1906/1942) memandang tidak ada gunanya psikoterapi bagi orang-orang yang berusia
50 tahun keatas karena ia meyakini kepribadian telah terbentuk secara permanen pada usia tersebut.Para
ahli teori humanistic seperti Maslow dan Rogers memandang masa paruh baya sebagai sebuah
kesempatan untuk perubahan positif. Carl Jung memandang bahwa laki-laki dan perempuan pada masa
paruh baya mengungkapkan aspek kepribadian yang sebelumnya di tekan. Dua tugas penting adalah
menyerahkan citra masa muda dan mengakui kefanaan. Sementara menurut Erikson dewasa tengah
berada pada tahapan psikososial ketujuh yaitu generativity versus stagnation. Generativity dapat
diungkapkan melalui pengasuhan dan menjadi kakek-nenek,mengajar atau menjadi mentor.
Berbagai persoalan dan tema psikososial yang penting selama masa dewasa tengah berkaitan
dengan kehadiran krisis paruh baya,perkembangan identitas,dan kesejahteraan social.penelitian tidak
mendukung krisi paruh baya normative. Lebih akurat untuk mengacu pada sebuah transisi yang sering
kali melibatkan pengkajian ulang masa paruh baya,yang mungkin menjadi titik balik psikologis. Psikologi
naratif menggambarkan perkembangan identitas sebagai proses mengkonstruksi kisah hidup yang telah
berkesinambungan. Penelitian yang terbatas pada kesejahteraan social menyatakan bahwa kesejahteraan
social cenderung tinggi pada masa paruh baya,tetapi sangat rendah di antara kaum minoritas yang
substansial.
Perubahan dan kontinuitas pada masa paruh baya harus dilihat dari perspektif tentang kehidupan
secara menyeluruh. Karier paruh baya dari Albright didasarkan pada pengalaman masa kecilnya dan
pergulatan masa mudanya. Hal ini agak sedikit berbeda dengan hasil wawancara diatas dimana
didapatkan informasi bahwa subjek sama sekali belum mengetahui dan membayangkan pekerjaan yang
sedang dia geluti saat ini sebelumnya.Jalur hidup individu berpapasan dan bertabrakan dengan jalur
anggota keluarga, teman, rekanan dan orang asing. Hal inilah yang kemudian membuatnya memutuskan
untuk membuat prioritas akan apa yang harus dia perhatikan terlebih dahulu dari keluarga, pekerjaan,
maupun lingkungan sosialnya.
Perubahan pada Masa Paruh Baya: Pendekatan Teoretis Klasik
Kepribadian telah terbentuk secara permanen di usia ini. Costa & McCrae yang model traitnya
menggambarkan usia paruh baya sebagai waktu stabilitas esensial dalam kepribadian. Teoretisi humanis
seperti Abraham Maslow dan Carl Rogers memandang usia paruh baya sebagai peluang bagi perubahan
positif. Dalam wawancara dikatakan bahwa subjek pada masa mudanya sering menghabiskan waktu
dengan teman-temannya, namun disaat sekarang ia lebih senang menghabiskan waktu dengan keluarga.
Selain itu dalam dunia pekerjaan, sebisa mungkin subjek mengarahkan diri ke hal-hal yang positif. Selain
itu menurut maslow, aktualisasi diri hanya dapat muncul seiring dengan kematangan dimana menurut
subjek perubahan yang diakibatkan oleh usia yang semakin meningkat merupakan kodrat
manusia.Sedangkan Rogers mengatakan bahwa fungsi penuh manusia mensyaratkan proses konstan
seumur hidup untuk mengharmoniskan diri dengan pengalaman. Hal ini berkaitan dengan pengalaman
subjek dimana ia menjadikan pengalaman sebagai pelajaran supaya kedepannya ia lebih baik lagi Para
periset mempelajari tiga tipe perubahan psikososial: perubahan yang terkait dengan kebutuhan
maturasional/pematangan atau tugas yang akan dialami semua manusia pada masa tersebut, perubahan
terkait dengan peran yang didukung secara kultural atau peristiwa sejarah yang mempengaruhi pupulasi
tertentu, dan perubahan yang berkaitan dengan pengalaman tidak biasa atau timing yang tidak biasa
dalam peristiwa hidup. Teori klasik yang membahas ketiga tipe model ini adalah model tahapan normatif
dan model timing of event.

Model Tahapan Normatif


Carl G. Jung: Individuasi dan Transendensi
Individuasi adalah istilah Jung bagi kemunculan jati diri melalui penyeimbangan atau integrasi
bagian-bagian kepribadian yang berlawanan. Misalnya pada waktu muda dulu subjek suka bersenang-
senang dengan teman-temannya, pada saat sekarang subjek lebih senang berkumpul berkumpul dengan
keluarga Sedangkan yang berkaitan dengan transendensi adalah orang menggeser keasyikan mereka
kepada batin dan spiritual dimana subjek dalam mendidik anak juga punya harapan anak-anaknya bisa
menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan harapannya itu berkaitan dengan spiritual.
Erik Erikson: Generativitas vs. Stagnasi
Tahap perkembangan psikososial dimana orang dewasa mengembangkan perhatian berkaitan dengan
membentuk, membimbing, dan memengaruhi generasi berikutnya. Hal ini ditunjukkan oleh subjek dalam
mendidik dan membimbing kedua anaknya dan dalam dunia kerja dimana ada komunikasi dengan
bawahan yang lebih muda dalam melaksanakan pekerjaan mereka.Apabila seseorang tidak mampu
melaksanakan tugas generativitas ini dengan baik maka ia akan mengalami stagnasi dimana ia akan
merasakan perasaan tidak aktif
Warisan Jung dan Erikson: Vaillant dan Levinson
Vaillant melaporkan diferensiasi gender pada masa paruh baya dan kecenderungan pria untuk menjadi
penayom dan lebih ekspresi. Demikian pula, pria dalam penelitian Levinson kurang terobsesi dengan
prestasi dan mereka menunjukkan generativitas dengan menjadi pembimbing bagi pria yang lebih muda.
Keduanya berkaitan dengan generativitas dimana subjek dalam dunia pekerjaan berusaha untuk
membangun relasi yang baik dengan orang-orang muda yan usianya lebih dibawah dia dan berusaha
untuk mengambil hal yang positif dari relasi mereka terutama pada pekerjaan. Namun disini subjek pun
masih sangat memperhatikan tentang prestasi kerjanya.
Bernice Naugarten mencatat kecenderungan adanya interiority dimana seseorang menunjukkan perhatian
terhadap kehidupan batin introversi dan introspeksi yang bisa muncul pada masa paruh baya. Dalam hal
ini, subjek mengatakan pada saat hasil pekerjaannya kurng bagus ia mencari tahu penyebab lalu mencari
solusi untuk menanganinya

Model Timing of Event: Jam Sosial


Usia pertengahan sering kali menimbulkan restrukturisasi peran sosial: anak yang pergi, menjadi
kakek/nenek, mengubah pekerjaan atau karier, dan akhirnya pensiun. Dalam kaitannya dengan
wawancara kami ini, subjek mengalami timing of event ini pada saat anak sulungnya meninggalkan
rumah jadi perannya yang selama ini langsung meberi perhatian dan didikan pad anaknya berubah dan
mereka hanya berkomunikasi dengan menggunakan handphone. Sebagian masih membesarkan anak
sedangkan yang lain mendefinisi ulang peran mereka sebagai orang tua terhadap anak remaja atau
pemuda dan sering kali sebagai pengasuh orang tua yang sudah manula. Disni, subjek menunjukkan
bahwa perannya terhadap anak remaja semakin meningkat dimana yang awalnya merka belum
memikirkan kehidupan remaja, sekarang jadi memikirkan hal itu salah satu contohnya yaitu menjauhkan
anak dari pergaulan zaman sekarang.
Diri pada Masa Paruh Baya: Isu dan Tema
 Apakah ada krisis paruh baya?
Krisis patuh baya adalah periode yang biasanya menekan, yang diakibatkan oleh perenungan dan
pengevaluasian kembali kehidupan seseorang. krisis paruh baya dikonseptualisasikan sebagai krisis
identitas, yang disebut dengan istilah puber kedua .Peninjauan kembali masa paruh baya Disini seseorang
yang sudah memasuki masa paruh baya melakukan pengujian introspektif yang kerap terjadi pada masa
paruh baya, mengarah kembali pada penilaian kembali dan perevisian nilai dan prioritas. Peninjauan ini
bisa menimbulkan penyesalan atas kegagalannya menggapai impian, atau menimbulkan kesadaran yang
lebih tajam akan jam sosial, makin dekatnya batas waktu perkembangan, atau terbatasnya waktu untuk
memiliki anak dan menemukan pasangan ntim yang baru.Disini subjek meninjau kembali bahwa salah
satu hal yang pernah membuat dia merasa terjatuh adalah pada saat pekerjaannya tidak memberikan hasil
yang memuaskan. Selain itu ia merasa bahwa diusia sekarang kesehatannya menjadi rentan sehingga ia
membutuhkan kegiatan fisik untuk tetap menjaga kebugarannya.Orang-orang yang memiliki kelenturan
ego dimana mereka mampu beradaptasi lebih fleksibel terhadap sumber potensi stres berkecenderungan
lebih besar melewati paruh baya dengan sukses. Pada saat subjek mengalami stres ia mampu menangani
hal tersebut dan menyelesaikannya dengan baik di masa mendatang dengan mempertimbangkan
konsekuensinya

 Perkembangan Identitas

Identitas dapat mengandung beberapa kemungkinan diri termasuk impian seseorang dan hal yang
dihindari. Disini subjek mengatakan bahwa hal yang paling dia impikan adalah keluarga yang selalu
harmonis dan anak-anak yang patuh dan hal yang paling dihindari adalah segala hal-hal yang buruk.Gaya
identitas adalah karakteristik cara berkonfrontasi, menginterpretasi, dan merespons pengalaman. Gaya
identitas yang paling sehat adalah gaya identitas berimbang dimana identitas mereka fleksibel ketika
dibutuhkan .
Generativitas, Identitas, dan Usia
Identitas seseorang yang menginjak usia paruh baya sebagai orang tua terkadang menuntut mereka untuk
memiliki sifat generativitas dimana mereka membimbing, membantu, ataupun mendidik generasi-
generasi dibawahnya. Misalnya mendidik anak-anaknya.
Psikologi Naratif: Indentitas sebagai Kisah Hidup
Orang-orang pada masa paruh baya seringkali membuat konsep akan apa yang ingin mereka lakukan dan
hal ini dimotivasi oleh identitas mereka.. Dan semua yang ia lakukan sudah pasti merupakan dorongan
dari dalam dirinya sendiri dan sesuai dengan apa yang dia inginkan dengan berbagai pertimbangan
tentunya Identitas Gender Pria paruh baya lebih terbuka tentang perasaanya, lebih tertarik kepada relasi
intim, dan lebih mengayomi dibanding pada usia sebelumnya. Menurut Gutmaann, perangender
tradisional dikembangkan untuk meyakinkan keamanan dan kesejahteraan anak yang sedang tumbuh.
Seorang ibu haruslah menjadi seorang pengasuh dan ayah sebagai pencari nafkah. Ketika parenting aktif
maka akan ada kemungkinan pertukaran gender dimana adanya pembalikkan peran gender setelah masa
parenting aktif selesai. Dalam wawancara ini subjek menunjukkan bahwa dalam pengasuhan juga adanya
pertukaran gender dimana ia juga membantu sang istri mengasuh anak-anak pada saat bayi dan sang istri
juga membantu dia dalam hal perekonomian dengan usaha kecil-kecilan
 Kesehatan psikologis dan kesehatan mental positif
Kesehatan mental bukan hanya bersih dari penyakit mental. Kesehatan mental positif mengandung
perasaan akan kenyamanan psikologis yang amat berkaitan dengan perasaan akan keberadaan diri yang
sehat. Perasaan subjektif akan kenyamanan, atau kebahagiaan, merupakan evaluasi seseorang atas
kehidupannya

Perubahan dalam Relasi pada Masa Paruh Baya


Teori Kontak Sosial
Teori ini merujuk pada:
 teori konvoi (persahabatan) sosial yang mengatakan bahwa orang-orang bergerak melalui
kehidupan yang dikelilingi oleh siklus konsentris hubungan intim dengan tingkat kedekatan yang
bervariasi, yang menjadi tempat mereka menggantungkan bantuan, kesejahteraan, dan dukungan sosial.
 Teori selektivitas Sosioemosional yaitu teori yang menyatakan bahwa orang-orang memiliki kontak
sosial berdasarkan perubahan nilai penting relatif interaksisosial yang merupakan sumber informasi,
sebagai bantuan dalam mengembangkan dan mempertahankan konsep diri, dan sebagai sumber
kesejahteraan emosional. Dalam wawancara, subjek mengatakan bahwa apabila disuruh untuk memilih
antara keluarga, pekerjaaan, dan dunia sosial, ia memilih mana yang menjadi prioritas yang ia perhatikan
terlebih dahulu
Relasi Konsensual
Perkawinan, ikatan homoseksual, dan pertemanan biasanya melibatkan dua orang segenerasi dan
melibatkan pilihan mutual.Perkawinan paruh baya pada masa kini amat berbeda dari yang sebelumnya.
Ketika harapan hidup memendek, pasangan yang tetap bersama selama dua puluh lima tahun, atau empat
puluh tahun merupakan sesuatu yang langkah. Pola paling umunya yaitu pernikahan terputus oleh
kematian dan yang ditinggal menikah lagi. Orang-orang memiliki banyak anak dan mengharapkan
mereka tinggal dirumah sampai menikah. Karena itu, kesendirian merupakan ketidakbiasaan bagi suami
sitri paruh baya.
Disini subjek mengatakan bahwa pernikahan mereka sudah berjalan selama 30 tahun dan ia selalu ingin
anak-anaknya tinggal bersama dengan mereka tapi karena keadaan maka ia harus rela melepaskan anak
sulungnya untuk pergi dari rumah.
Perceraian pada masa paruh baya
Perceraian pada masa ini terbilang jarang karena pada saat pasangan tinggal bersama mereka
membangun:
o Marital capital: yaitu keuntungan finansial dan emosional perkawinan yang menjadikannya sulit
dilepaskan begitu saja
o Empty Nest: yaitu fase transisional parentingmengikuti anak terakhir yang meninggalkan rumah orang
tuanya
§ Relasi Gay dan Lesbian
Homoseksualitas juga dapat terjadi di masa paruh baya namun gay dan lesbian yang terjadi di masa ini
dianggap sebagai penyakit mental dan homoseksual cenderug dikucilkan, bukan hanya dari komunitas
tetapi juga dari sesama homoseksual

§ Pertemanan
Menurut Carstensen, jaringan sosial cenderung menjadi lebih kecil dan lebih intim pada masa paruh baya.
Dibandingkan orang yang lebih muda, orang-orang paruh baya hanya memiliki sedikit waktu dan energi
yang bisa diberikan kepada teman karena mereka terlalu sibuk dengan keluarga dan pekerjaan serta
membangun pengaman untuk masa pensiun. Akan tetapi, pertemanan masih terus ada dan merupakan
sumber dukungan emosionaldan kesejahteraan yang kuat. Disini subjek juga menunjukkan hal ini dimana
ia jarang menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
Relasi dengan anak yang sudah Dewasa
Pada saat itu, keluarga bermacam-macam dan kompleks. Perlahan-lahan orang tua berhadapan dengan
peristiwa non-normatif dimana anak-anak tetap tinggal bersama mereka setelah dewasa, anak yang
meninggalkan rumah tetapi kembali lagi. Akan tetapi, satu yang tidak berubah yaitu orang tua bergantung
sepenuhnya pada apa yang akan terjadi pada anak-anak mereka
Ø Anak Remaja: isue bagi orang tua
Biasanya orang dewasa madya menjadi orang tua dari anak-anak remaja. Pada saat menghadapi mereka
sendiri, orang tua harus menghadapi anak remaja mereka yang mengalami perubahan fisik, emosional,
dan sosial. Pada masa ini, pemberontakkan dan penolakan terhadap otoritas orang tua yang ditunujukkan
oleh anak remaja pasti ada, tapi orang tua hrus menerima anak yang sedang dewasa sebagaimana adanya
bukan sebagaimana yang mereka mau. Dimana dalam wawancara ini, subjek memilih untuk mengatasi
anak yang emosinya kurang stabil dengan cara lebih banyak diajak bicara.
Ø Ketik anak meninggalkan rumah: The Empty Nest
Empty nest bukan merupakan sinyal akhir perenthood. Hal tersebut merupakan transisi ke tahap baru
dimana adanya hubungan orang tua dengan anaknya yang sudah dewasa. Empty nestbis menjadi sulit bagi
pasangan yang identitasnya bergantung pada peran parental atau yang sekarang harus menghadapi
masalah perkawinan yang sebelumnya mereka kesampingkan karena dibawah tekanan tanggung jawab
sebagai orang tua. Dalam wawancara kami, subjek awalnya juga merasa berat karena anak yang awalnya
bersama-sama tinggal dengan mereka harus keluar dan berpisah. Hal ini membuat mereka sedih tapi
mereka tetap rela melepaskan anaknya karena mereka juga memikirkan bahwa anak mereka harus
mandiri dan dengan perginya dia dari rumah juga punya maksud yang baik pula bagi hidupnya kelak

Ø Parenting yang berkepanjangan: “Cluttered Nest”


Hal ini berkaitan dengan anak yang yang tetap memilih tinggal bersama orang tua mereka sekalipun
sudah dewasa. Hal yang sama juga berlaku bagi anak yang sudah pernah meninggalkan rumah tapi
kembali lagi kerumah orang tua pada saat mengalami masalah keuangan, perkawinan, atau lain
sebagainya.Subjek mengatakan bahwa anaknya tidak pernah kembali kerumah pada saat mengalami
masalah karena selalu dia bantu dengan memberi perhatian dan membantu mencari jalan keluar
Ikatan Kekeluargaan Lain
a. Hubungan dengan orang tua yang sudah uzur
Pasangan paruh baya hanya memiliki peluang 10% memiliki orang tua yang masih hidup. Pada suatu hari,
orang paruh baya akan melihat bahwa orang tua mereka membutuhkan kasih sayang dari anak-anak
mereka. Disini orng yang memasuki masa dewasa madya akan berusaha atau belajar untuk menerima dan
memenuhi kebutuhan orang tua mereka yang bergantung pada mereka, hal ini biasa disebut dengan filial
maturity.Selain itu ada juga filial crisis dimana orang dewasa menyeimbangkan cinta dan tugas pada
orang tua dengan otonomi dalam hubungan dua arah. Sebagian besar orang patuh baya menerima
kewajiban mereka terhadap orang tua merekaSelain itu, orangparuh baya juga dapat menjadi pengasuh
bagi orang tua mereka yang sudah sepuh. Dalam mengasuh orang tua mereka ini terdapat beberapa
kendala seperti: generasi sandwichyaitu orang dewasa pertengahan didesak oleh kebutuhan yang
bersaing dengan kebutuhan untuk melahirkan anak dan merawat orag tua yang sudah tua. Selain itu ada
juga kelelahan pengasuh dimana kelelahan kondisi fisik, mental, dan penggunaan emosi dalam merawat
orang tua
b. Relasi dengan saudara kandung
Pada usia ini relasi dengan saudara kandung juga masih sangat baik dimana antar saudara masih
berkomunikasi satu sama lain untuk menanyakan kabar atau sekedar berkumpul bersama dan juga
bersama –sama merawat orang tua yang sudah sepuh. Terkadang juga terdapat konflik pada saat merawat
orang tua.
c. Grandparenthood
o Peran kakek dan nenek
Kakek dan nenek juga memiliki peran dalam mengurus dan mendidik anak-anak mereka. Dikarenakan
kesibukan bekerja ataupun ada anak dan pasangannya yang tinggal serumah terkadang meninggakan anak
mereka bersama dengan kakek dan neneknya. Hal ini yang kemudian berpengaruh terhadap peran kakek
dan nenek dalam merawat, mengasuh, serta mendidik cucu-ucuc mereka
o Grandparenting setelah perceraian dan pernikahan kembali
Hal yang dimaksudkan disini adalah ketika terjadi perceraian dan pernikahan kembali yang membuat
kakek atau nenek memperhatikan cucu kandung mereka maupun cucu tiri mereka. Pernikahan kembali
salah satu ataupun kedua orang tua sering membawa pasangan kakek/nenek baru, dan sering kali
kakek/nenek tiri. Kakek/nenek tiri bisa jadi menemukan diri mereka sulit untuk dekat dengan cucu
tiri/baru maupun sebaliknya
o Membesarkan cucu
Banyak kakek/nenek yang menjadi pengasuh tunggal utama untuk para cucu mereka. Dalam negara
berkembang, salah satu alasannya adalah migrasi orang tua dari desa ke perkotaan untuk mencari
pekerjaan. Selain itu, saat mereka bercerai lalu menikah lagi, anak bisa saja mereka titipkan pada orang
tua sehingga membuat orang tua merekalah yang haru menjaga cucu-cucunya.
Materi Pengantar Psikodiagnostik 1

Pengertian psikodiagnostik pertamakali diperkenalkan oleh Rorschach saat ia mencoba untuk


mendiagnosa kelainan jiwa melalui tes proyektif yang dikenal dengan “inkblot Rorschach”. Namun
demikian, pada dasarnya kegiatan pengetesan sudah ada pada tahun 2200 SM. Pada saat itu,
pengetesan dilakukan untuk menyeleksi orang-orang yang akan bekerja di pemerintahan kerajaan
Cina.Pada tahun 1859, Charles Darwin mempublikasikan karyanya yang berjudul “On The Origin of
Species by Means of natural Selection”. Ia berpendapat perubahan yang terjadi pada spesies
merupakan hasil dari seleksi alam, yang mana spesies yang terus hidup adalah spesies yang berhasil
beradaptasi. Selanjutnya Darwin berpendapat bahwa manusia merupakan keturunan dari kera yang
telah berubah secara genetika.Pemaparan Darwin ini, Francis Galton (sepupu Darwin) tertarik untuk
mendalami lebih lanjut mengenai perbedaan individual. Usaha Galton untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai perbedaan individual memililiki kontribusi terhadap perkembangan di bidang pengukuran.
Galton tertarik dalam memisahkan individu berdasarkan potensi yang sudah terberi pada individu
tersebut (bakat/kemampuan).Pada pameran yang diselenggarakan di Inggris tahun 1884, Galton
membuka laboratorium Antropometric yang mana dapat mengukur berbagaimacam variabel pada
individu seperti, tinggi, panjang lengan, berat badan, kekuatan pernapasan, kekuatan meremas,
kecepatan meniup, ingatan terhadap bentuk, kemampuan membedakan warna, dan kesiapan tangan.
Untuk selanjutnya, Galton tertarik mengembangkan minatnya dalam mengukur variabel-variabel
psikologis pada individu.
Penelitian tentang individu juga dilakukan oleh Wilhelm Max Wundt melalui metode eksperimennya
(1832-1920). Wundt dan muridnya mencoba untuk membuat gambaran umum mengenai kemampuan
individu seperti, lamanya reaksi terhadap suatu stimulus, persepsi, dan rentang atensi. Pada
penelitiannya ini, Wundt ingin mencari kesamaan tiap variabel tersebut pada individu. Pada tahun
1890, Cattel yang merupakan murid dari Wundt mempublikasikan pendapatnya mengenai perbedaan
individual dengan judul “mental test”.Memasuki abad 20, Binet dan rekannya Henri, membuat artikel
mengenai “measurement abilities” yang berkaitan dengan memori dan pemahaman sosial. 10 tahun
kemudian Binet dan Simon mempublikasikan karyanya mengenai 30 item yang mengukur inteligensi
yang didisain untuk mengindentifikasi siswa keterbelakangan mental. Setelah publikasi-publikasi ini,
perkembangan metode psikodiagnostik semakin pesat. Pada tahun 1939, David Wechsler
memperkenalkan tes yang didisain untuk mengukur inteligensi orang dewasa. Perkembangan ini tidak
hanya pada tes kemampuan tetapi juga pada tes-tes kepribadian. Awalnya tes-tes kepribadian yang
berkembang berupa self-report yang kemudian berkembang lagi teknik proyektif yang diperkenalkan
oleh Hermann Rorschach.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa istilah psikodiagnostik pertama kali dibawa oleh Rorschach
saat ia mencoba untuk mendiagnosa kelainan jiwa melalui tes proyektif yang dikenal dengan “inkblot
Rorschach”. Ia melakukan eksperimen pada 10 kartu yang diberikan kepada penderita gangguan jiwa
untuk menemukan kelainan psikologis pada penderita gangguan jiwa. Pada saat itu, psikodiagnostik
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kelainan psikologis.Saat ini, pengertian
psikodiagnostik sudah berkembang dari bidang klinis ke bidang lain seperti pendidikan dan organisasi
yang pada akhirnya membuat pemahaman tentang psikodiagnostik menjadi lebih luas.
Psikodiagnostik didefinisikan sebagai metode untuk menegakkan diagnosa psikologis.Jika ditelaah
dari kata, psikodiagnostik berasal dari dua suku kata yaitu psiko dan diagnostik. Artinya, ada
penggabungan antara psikologi dan diagnostik. Psikologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia dan diagnostik memilki arti “mengenal”. Dengan demikian
psikodiagnostik dapat diartikan sebagai bagian dari studi psikologi yang mengenal bagaimana
manusia itu sendiri melalui tingkah lakunya.

Tujuan Psikodiagnostik
Saat ini psikodiagnostik dapat dipahami sebagai metode untuk menegakkan diagnosa psikologis.
Dalam menegakkan diagnosa, artinya terdapat beberapa hal yang akan diketahu dari individu:
1. Kondisi subjek
Kondisi subjek berkaitan keadaan psikologis subjek, misalnya inteligensi, keadaan emosional,
kemampuan menyesuaikan diri, dan sebagainya.
2. Masalah yang terjadi
Masalah yang terjadi berkaitan dengan ketimpangan antara harapan ideal subjek dengan kenyataan
yang ada yang membuat adanya perubahan pada diri subjek. Perubahan ini cenderung kea rah negatif
yang membuat subjek menjadi misalnya tidak berdaya, cemas, atau juga yang membuat lingkungan
dimana subjek berada menjadi terganggu.
3.Penyebab timbulnya masalah
Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi yang menjadi akar
permasalahan terjadi
4.potensi yang dapat “diandalkan” untuk penyelesaian masalah
potensi ini berkaitan dengan sumber-sumber positif baik itu dari diri subjek atau lingkungannya yang
dapat membantu penyelesaian masalah.
Penggunaan Psikodiagnostik

Penggunaan psikodiagnostik saat ini sudah tidak lagi terbatas pada permasalahan gangguan
kejiwaan, melainkan telah berkembang ke berbagai bidang, seperti:
1. Bidang klinis
Misalnya di rumah sakit, pusat kesehatan mental, atau klinik-klinik konsultasi
psikologis.Penggunaan psikodiagnostik pada bidang ini fokus pada usaha mendeteksi
gangguan psikis yang dialami oleh individu (klien).
2. Bidang hukum
Misalnya di Pengadilan, Lembaga Pemasyarakatan, Panti Rehabilitasi (Anak Nakal, Narkoba,
dll).
3. Bidang pendidikan
Misalnya di sekolah, universitas, pusat bimbingan karir, pusat pelatihan. Pada bidang ini,
psikodianostik dapat digunakan sebagai advis untuk pengembangan studi dan kinerja ataupun
untuk seleksi masuk sekolah.
4. Bidang industri dan organisasi
Misalnya pada perusahaan, pemerintahan, ataupun kantor-kantor lain. Pada bidang ini
psikodiagnostik dapat digunakan untuk proses rekrutmen karyawan, promosi jabatan, atau rotasi
pekerjaan. Dapat juga digunakan untuk menganalisa kebutuhan pelatihan.
5. Bidang penelitian
Misalnya untuk kepentingan pengembangan ilmu dan pengembangan teknik serta metode
psikodiagnostik atau untuk kepentingan penelitian lainnya pada lembaga- lembaga penelitian.
PROSES DAN METODE PSIKODIAGNOSTIK
Proses Diagnostik
1) Proses Informal:suatu proses yang sama dengan kegiatan praktis dalam kehidupan sehari-hari bila
kita ingin menilai individu
2) Proses Formal:Usaha yang mencakup segala kegiatan yang sistematis dan terarah dalam proses
assessment dengan kendali yang keta tatas situasi assessmentnya,sehingga memperoleh data individu
yang objektif.
Proses informal:Kesalahan dalam proses informal:Kesalahan dari penilai dan kesalahan dari yang dinilai.
Kesalahan dari penilai:
a. Hearsay(desas desus) tentang orang yang dinilai
b. Hallo effect yaitu kecendrungan untuk menilai seseorang dengan menggeneralisasikan
penilaian(baik positif atau negative)
c. Stereotipe yaitu penilaian yang dipengaruhi oleh pandangan atau keyakina tertentu.Misalnya
ras,etnis,agama,dan prasangka.
d. Leneincy Effect(efek sikap lunak) yaitu sikap lunak dan atau penuh toleransi atas tingkah laku
orang lain(biasanya yg negative)karena ingin disebut ramah atau sopan.
e. Mood(suasana hati) yaitu memberi pengaruh yang besar dalam impresi pertama.
f. Proyeksi yaitu memindahkan hal-hal yang ada dalam diri atau sifat2 diri,seolah-olah sifat itu ada
pada orang lain.
Kesalahan dari yang dinilai
a. Karakteristik orang yang sulit dinilai,misalnya orang yang pandai bermain peran
b. Kecendrungan untuk menampilkan diri/kesan yang sebaik-baiknya
c. Bersikap pura-pura,bermuka dua,curang,menyembunyikan diri yang sebenarnya.
Proses Formal
Pendekatan dalam proses formal
1.Pendekatan klinis
Tujuan utama:memperoleh gambaran kepribadian individu yang menetapkan treatment/terapi yang
paling sesuai untuk inividu.Metode yang digunakan:Metode langsung(kontak langsung dengan
individu yang diperiksa,missal obseervasi dan interview)dan metode tak langsung(tes proyeksi)
2.Pendekatan objektif
Merupakan usaha untuk mengukur kemampuan dan kepribadian individu dengan lebih objektif kea
rah psikometri kemudian statistic dan selanjutnya validitas dan
realibilitas,standardisasi,norma,kriteria.
Metode yang digunakan:Metode langsung(vocational interest),metode tak langsung(MMPI)

Tahapan dan proses pemeriksaan psikologi(groth-Mamat,1984)


1.klarifikasi masalah klien
2.pendayagunaan pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan
3.pengambiilan data
4.interpretasi data
Metode pemeriksaan psikologi
1) Observasi:Suatu aktvitas mengamati tingkah laku individu pada suatu situasi yang diciptakan atau
situasi tes yang sedang berlangsung.melalui beberapa pertanyaan.what,where,how,when
Setting Observasi
a. Field setting/natural setting:situasi alamiah,dilakuakn di tempat individu biasanya berada,tanpa ada
control tertentu terhadap situasi tertentu.contoh pasien di RS,anak2 di kelompok bermain/tk
b. Simulated setting:situasi observasi bila individu mendapat suatu stimulasi/rangsangan untuk tingkah
laku tertentu,missal situasi kerjaatau situasi tes.
c. Laboratory setting:observasi yang dilakukan dalm suatu laboratorium dengan control situasi yang
cukup ketat.contoh:eksperimen albert bandura untuk mengetahui agresi anak2 tk.
Hal yang di observasi:
a. Event sampling/critical incident technique:observasi terhadap aspek tingkah laku tertentu pada saat
tertentu atau tingkah laku tertentu pada periode tertentu.
b. Time sampling:observasi ttg tingkah laku hal yang muncul pada periode tertentu.
Cara observasi:
1.Observasi partisipan:Dilakukan dengan cara observer ada dalam situasi yang sedang
berlangsung,observer ikut serta dalam kegiatan yang diamati ,tidak ada jarak antara observer dengan
gejala yang diobservasi.Tujuannya adalah memperoleh gambaran tingakah laku yang wajar atau dibuat.
2.Observasi non partisipan:Observer tidak ikut serta kegiatan individu yang diobsrvasi,mengamati dari
luar,benar2 berfungsi sebagai penonton,berada diluar situasi dan gejala yang diamati,mencatat tingkah
laku yang diobservasi.
Waktu Observasi
1.immediate recording:pencatatan langsung,segera setelah observasi atau ketika observasi berlangusng
2.retrospective recording:pencatatan dilakukan setelah observasi selesai,kelemahannya adalah faktor lupa.
Kelemahan Observasi
 Hallo effect
 Hawthorne effect
 Refleksi observer
 Pengamatan bersifat selektif
2) Interview
Situasi pertukaran pandangan dan informasi antara 2orang yang bertemu(Sundberg,1977),dimana relasi
antar personal sangat penting menbangun komunikasi verbal dan non verbal,diajuakn pertanyaan2 verbal
dan konversasi dengan tujuan tertentu.
Hal2 yang perlu diperhatikan dalam interview:
 Timing
 Content of interview
 Maner of response:openen response dan closed response
 Feedback :paraphrasing dan perception checking
Interview terbagi dalam 3 jenis menurut tujuannya:
 Personal interview(setting organisasi industry)
 Clinical interview
 Research interview

3) Riwayat hidup(anamnesia):proses perkembangan dalam jangka panjang yang terjadi dalam suatu
kurun waktu seseorang.yang mencakup:
a.Search for theme(menelusuri tema hidup seseorang)
b.Search for etiology(menelusuri sebab akibat terjadinya gangguan psikis)
c.Search for predictors(menelusuri dugaan atau prediksi)
Metode yang digunakan:Metode longitudinal dan metode cross-sectional
Cara yang digunakan:Personal life line dan social re-adjustment rating scale
Teknik pendekatan:
 Analisis latar belakang kehidupan dimana focus pada tahapan2 perkembangan (charlotte Buhler)
 Penggunaan prosedur tes dimana mengidentifikasi tahap perkebangan (Lovinger)
 Pengukuran longitudional perubahan kepribadian(block)
Patokan dalam anamnesia
a. Mengidentifikasi data subjek
b. Alas an subejk untuk menjalani proses pemeriksaan
c. Kondisi subjek saat ini
d. Masalah-masalah yang berkaitan dengan keluarga
e. Hal2 yang berkaitan denga kejadian kelahiran dan perkembangan pada masa bayi
f. Kesehatan subjek
g. Riwayat pedidikan
h. Riwayat pekerjaan
i. Rekresi,minat,hobi
j. Perkembangan kehidupan sosial
k. Kehidupan perkawinan dan keluarga inti.
l. Deskripsi tentang diri sendiri
m. Kejadian yang mengubah jalan hidupnya
n. Kejadian penting lainnya

4) Analisis dokumen pribadi


 Buku harian
 Surat pribadi
 Hasil karya subjek
 Biografi/otobigrafi
Materi Psikologi sosial Qur’ani

1.Defenisi Psikologi Sosial


Psikologi sosial adalah ‘anak’ dari psikologi. Psikologi sendiri mempunyai arti sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang prinsip perilaku manusia. Sedangkan manusia itu tidak bisa hidup
sendirian, karena ia memang pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia itu hidup dalam suatu sistem
sosial. Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sistem sosial disebut sosiologi.Sistem sosial itu
misalnya keluarga, organisasi dan masyarakat. Dalam sistem sosial itu akan terjadi suatu proses sosial
yang kompleks seperti perubahan sosial dan sosialisasi pada anak-anak. Jadi disini nampak bahwa
sebagian area psikologi ternyata tumpang tindih dengan sosiologi.Area yang ‘berbau’ psikologi dan
sosiologi itulah yang dimaksud dengan psikologi sosial. Jadi psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang bagaimana perilaku individu dapat dipengaruhi tetapi juga dapat
mempengaruhi orang dalam situasi-situasi sosial. Ilmu ini sangat memperhatikan interaksi manusia dan
Human relationship dalam dunia sosial. Ilmu ini juga memperhatikan bagaimana pikiran, perasaan, dan
perilaku individu yang mana hal itu erat hubungannya dengan kepercayaan, motif dan perilaku individu
lainnya. Hal itu diekspresikan dalam proses-proses sosial yang kompleks. Pertumbuhan dan
perkembangan psikologi sosial yang berkaitan erat dengan sosiologi, antropologi dan psikologi,
menyebabkan banyak definisi psikologi sosial yang diberikan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sosiologi,
antropologi dan psikologi. Akan tetapi psikologi sosial yang merupakan ilmu pengetahuan sendiri juga
memiliki definisi yang diiberikan oleh ahli psikologi sosial sendiri.
Definisi Psikologi Sosial menurut Para Ahli.
1. Definisi dari Ahli Sosiologi
a. Theodore M. Newcomb (1958)
Social Psychology deal with the Association of Variations in the behavior of on more individual with
variations in the social environment. (Psikologi sosial berhubungan dengan hubungan bermacam-macam
tingkah laku seseorang atau lebih individu dengan bermacam-macam lingkungan sosial).
b. Watson (1966)
Social Psychology is the scientific study of human interaction. (psikologi sosial adalah studi ilmiah
tentang interaksi manusia)
2. Definisi dari Ahli Psikologi
a. Hubert Bonner (1953)
Social Psychology is scientific study of individual behavior. (Psikologi sosial adalah lapangan
pengetahuan tentang tingkah laku individu).
b. David Kretch, et-al (1962)
Social Psychology can defined as the science of interpersonal behavior event (Psikologi sosial dapat
dibatasi dengan ilmu pengetahuan tentang peristiwa tingkah laku antar individu).
3. Definisi dari Ahli Psikologi Sosial
a. Mc. David dan Herani (1968)
Social Psychology is the scientific study of the experience and behavior of individual in relation to other
individuals, group and culture. (Psikologi sosial adalah lapangan studi tentang pengalaman dan tingkah
laku individu dalam hubungannya dengan individu lain, kelompok, dan kebudayaan)
b. Oldentorff (1955)
Social Psychology is the science of individual behavior in relation to social situation. (Psikologi sosial
adalah pengetahuan tentang tingkah laku individu dalam hubungannya dengan situasi sosial).
2.SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI SOSIAL
Sebenarnya disiplin psikologi sosial yang belum tertata secara mapan sebagai ilmu empiris tersendiri
seperti sekarang ini sudah ada sejak zaman Yunani klasik sebagai bagian dari kajian disiplin ilmu filsafat.
Tokoh-tokoh filsafat Yunani klasik yang dapat dikategorikan sebagai pemikir metafisika rasional
psikologi sosial adalah Plato dan Aristoteles.Perkembangan lanjutan psikologi sosial dapat ditemui pada
pemikiran filsuf prancis dan bapak ilmu sosiologi Auguste Comte yang hidup pada abad kesembilan belas
masehi (Cooper, 1996). Selain disebut sebagai pencetus awal lahirnya disiplin ilmu sosiologi, Auguste
Comte juga dapat dipandang sebagai salah satu peletak dasar perkembangan psikologi sosial empiris yang
lahir pada abad kedua puluh Masehi.Sebagai ilmu empiris yang berdiri sendiri, kelahiran psikologi sosial
ditandai dengan dipublikasikannya dua buku psikologi sosial yang bersifat monumental yang diterbitkan
pada sekitar awal abad kedua puluh Masehi. Dua buku tersebut adalah Introduction to Social Psychology
(Pengantar Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar Psikologi William McDougall pada tahun 1908 dan
Social Psychology (Psikologi Sosial) yang ditulis oleh pakar ilmu sosiologi A.Ross pada tahun yang sama
(Stephan & Stephan, 1990).Selain itu pada tahun 1924. Floyed Allport (dalam Baron dan Byrne, 2004)
menulis sebuah buku yang berjudul social Psychology. Buku ini mengemukakan suatu diktum bahwa
perilaku sosial dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kehadiran orang lain dan tindakan-tindakan orang
lain. Dalam buku ini Floyed Allport memberikan deskripsi tentang topik-topik penelitian yang
berhubungan perilaku sosial, yaitu topik konformitas sosial, topik kemampuan individu dalam memahami
emosi orang lain, dan topik pengaruh audience terhadap kinerja penyelesaian tugas.
Segera setelah diterbitkannya buku yang ditulis oleh Floyed Allport ini, perkembangan ilmu
psikologi sosial menjadi lebih pesat. Banyak topik-topik psikologi sosial baru mulai bermunculan dan
selanjutnya dikembangkan pula metode-metode penelitian yang relevan dengan topik-topik itu.
Demikian, sampai pada periode 1930an psikologi sosial menjadi bidang ilmiah baru dalam ilmu psikologi
yang berkembang sangat pesat.Pada saat terjadinya Perang Dunia II banyak para ahli psikologi di
Amerika Serikat dan Eropa, termasuk para ahli psikologi sosial, terlibat dalam pemanfaatan pengetahuan
dan keterampilan psikologi mereka untuk upaya-upaya memenangkan perang. Pemanfaatan pengetahuan
dan keterampilan psikologi untuk upaya-upaya memenangkan perang pada bidang keilmuan dan bidang
aplikasi psikologi sosial terutama terkait dengan perang psikologis dalam bentuk propaganda
perang.Setelah mengalami kemandekan yang cukup signifikan akibat terjadinya Perang Dunia II,
perkembangan psikologi sosial menunjukkan perkembangan lebih lanjut pada periode pertengahan
1940an dan pada periode 1950an. Pada periode ini, perkembangan psikologi sosial ditunjukkan dengan
mulai dilakukan penelitian terhadap pengaruh kelompok pada perilaku individu, hubungan ciri-ciri
kepribadian dan perilaku sosial, dan pengembangan teori disonansi kognitif oleh Leon Festinger pada
tahun 1957.
Setelah masa Perang Dunia II berakhir, seorang pakar psikologi sosial yang jenius, Kurt Lewin,
memelopori pengembangan ilmu psikologi sosial ke arah bidang-bidang yang lebih bersifat terapan
(Hanurawan & Diponegoro, 2005). Pengembangan ilmiah psikologi sosial itu ke dalam bidang-bidang
yang bersifat terapan pada saat ini lazim disebut dengan bidang psikologi sosial terapan (applied social
psychology). Usaha-usaha pengembangan ke arah wilayah terapan itu tidak lepas dari ide yang
dikemukakan oleh Kurt Lewin bahwa pengetahuan ilmiah sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari fungsi
pengetahuan itu untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera . berdasarkan pada ide
Kurt Lewin untuk mengembangkan ilmu psikologi sosial ke arah yang lebih bermanfaat secara langsung
bagi kesejahteraan manusia, maka kemudian didirikan organisasi yang disebut dengan society for the
Psychological Study of Social Issues (Masyarakat untuk Studi Psikologis tentang Isu-isu Sosial) (Sadava,
1997).Pada periode 1960an, para pakar psikologi sosial mulai mengarahkan perhatiannya pada topik
persepsi sosial, agresi, kemenarikan dan cinta, pengambilan keputusan dalam kelompok, dan perilaku
membantu orang lain yang membutuhkan bantuan (pro-social behavior). Pada periode 1970an, para pakar
psikologi sosial mengembangkan topik-topik baru berhubungan dengan perilaku diskriminasi jenis
kelamin, proses atribusi, dan perilaku lingkungan.Pada periode 1990-an, para pakar psikologi sosial mulai
mengembangkan secara lebih nyata aspek terapan teori-teori psikologi sosial, seperti pada bidang
kesehatan, bidang media, proses hukum, dan perilaku organisasi. Pada era ini, banyak pakar psikologi
sosial mulai berekspansi ke wilayah-wilayah profesi yang lain, yaitu dari departemen atau fakultas
psikologi periode ini, seperti juga banyak terjadi dalam perkembangan psikologi wacana kritis. Wacana
kritis ini kemudian memunculkan aliran psikologi sosial yang bersifat kritis (Critical social Psychology).
Psikologi sosial kritis berupaya untuk memahami, menjelaskan, meramalkan dan merekayasa perilaku
manusia dalam konteks sosial berdasarkan tujuan pencapaian perubahan-perubahan sosial dalam
masyarakat. (Hepburn, 2003).
C. TOKOH-TOKOH PSIKOLOGI SOSIAL
Bapak Psikologi Sosial
Sering para mahasiswa bertanya-tanya siapa bapak psikologi sosial itu? Suatu pertanyaan yang wajar-
wajar saja, namun ternyata sulit untuk menjawabnya. Ini dikemukakan oleh Fisher (1982), tentang
sulitnya menentukan siapa Bapak Psikologi Sosial sebenarnya. Ini karena para ahli ilmu pengetahuan
sejati zaman dulu sebenarnya sudah mempelajarinya, meskipun tidak spesifik.
1.Ahli-ahli Perintis Psikologi Sosial/The Forerunners Social Psychology
Ahli-ahli perintis psikologi sosial dipandang sebagai ahli-ahli yang membahas objek studi psikologi sosial
walaupun pembahasan mereka sering dikaitkan dengan ilmu-ilmu sosial lain yang menjadi bidang
keahlian mereka.
Ahli-ahli perintis ini antara lain:
a. Plato, Aristhoteles, Montesquieu
Mereka adalah filsuf-filsuf sosial yang ajaran-ajarannya adalah bidang filsafat. Mereka membahas pula
adanya kebiasaan, pembawaan, insting dan hubungan sosial yang ada dalam kehidupan manusia. Akan
tetapi, mereka blum dapat menerangkan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Dengan kata lain,
mereka gagal mempelajari individu dengan lingkungan sosialnya.
b. Steinbal dan Mozits Lazarus
Mereka adalah ahli-ahli antropologi bengsa jerman dan mereka memusatkan pada group mind and folk
souls (jiwa kelompok dan roh rakyat). Mereka percaya bahwa tiap-tiap individu mempunyai jiwa dan
tiap-tiap kelompok mempunyai jiwa tersendiri. Ternyata masing-masing jiwa tersebut mempunyai
pengaruh terhadap tingkah laku individu. Misal:
1) Jiwa kelompok dapat menimbulkan tingkah-tingkah laku seperti kerja sama, berkorban, membela
individu lain, dan sebagainya.
2) Jiwa individu tercermib pada tingkah laku pendiam, mudah marah, mudah bergaul, dan sebagainya.
Tingkah-tingkah laku yang timbul dari kedua macam tersebut dapat saling mempengaruhi.
Anehnya steinbal dan mozits lazarus tidak menyadari hubungan kejiwaan dengan tingkah laku ini di
mana tingkah-tingkah laku tersebut bersifat sosial.
c. Herbert Spencer
Herbert spencer adalah ahli teori evolusi dari inggris dan ia sangat dipengaruhi oleh teori evolusi
dari Charles Darwin.
Ajarannya konsep kehidupan sosial dimana kehidupan sosial merupakan proses penyesuaian secara terus-
menerus terhadap faktor-faktor eksternal. Misal: alat rumah tangga, bentuk rumah, tata cara pergaulan,
dan sebagainya , adalah hasil penyesuaian terhadap hal-hal yang ada sebelumnya .
Herbert spencer belum dapat menerangkan mengapa proses penyesuaian diri terus berlangsung dalam
kehidupan.
d. Auguste Comte dan Emile Durkheim
Auguste Comte adalah ahli sosiologi yang ajarannya adalah masyarakat dan lembaga sosial dalam
kehidupan manusia. Ia menyadari bahwa jiwa individu dapat dikembangkan melalui masyarakat dan
individu selalu berada dalam tatar sosialnya. Namun ia belum dapat menerangkan hubungan individu
dengan masyarakatnya.
Emile Durkheim menerangkan adanya wakil-wakil bersama (Theory of collective representation). Teori
ini menunjukkan adanya wakil bersama salam pikiran individu dan tercermin dalam tingkah laku.
Misalnya membantu teman, membela nama baik kelompok, dan kerja sama.
D. PERSPEKTIF PSIKOLOGI SOSIAL SECARA UMUM
Dalam psikologi dikupas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan masalah psikologi sosial.
Secara umum, terdapat empat point primer yang menjadi kajian perspektif psikologi sosial. Keempat
perspektif tersebut ialah:
1) Pespektif perilaku
Perspektif ini pada mulanya dikemukakan oleh John B. Watson. Diawal penelitiannya, watson
menyarankan supaya perspektif ini bukan hanya sebuah alternatif untuk pendekatan instinktif. Namun
menjadi sebuah alternatif primer yang terfokus pada masalah pemikiran, penceraha atau juga imajinasi.
Secara umum, dalam perspektif ini kemudian dikembangkan kedalam dua teori turunan. Yang pertama
ialah teori pembelajaran langsung atau social learning theory, serta teori petukaran sosial atau social
exchange theory.Teori pembelajaran sosial dikemukakan oleh Neil Miller serta John Dollard. Menurut
kedua orang tersebut, terjadinya aktivitas peniruan oleh orang lain terjadi bukan sebab faktor biologis.
Namun, dalam proses peniruan tersebut terdapat unsur pembelajaran. Dengan demikian, apabila
seseorang hendak berprilaku sebagaimana orang lain maka harus melalui tahapan belajar dan tak terjadi
begitu saja.
Hal ini dapat dilihat seperti mode pakaian. Suatu tren mode berbusana yang ada ditengah masyarakat,
biasanya muncul sebab adanya faktor orang lain yang sudah menggunakan jenis busana tersebut.
Sehingga hal ini kemudian akan ditiru oleh orang lain jika merasa gaya busana tersebut mampu
meningkatkan penampilan si pemakainya.
Sementara dalam teori pertukaran sosial, lebih melihat bahwa proses interaksi dengan orang lain lebih
dimotivasi adanya imbalan. Teori ini dikemukakan oleh empat ahli yaitu John Thibaut serta Harlod
Kelley nan merupakan pakar psikologi. Dan tifa orang oagi yaitu George Homans, Richard Emerson dan
Petter Blau yang merupakan pakar di bidang sosiologi.
Menurut mereka, seseorang akan beprilaku sebagaiman orang lain apabila dalam proses tersebut terdapat
unsur yang menguntungkan. Dengan demikian, konduite terjadi bukan semata-mata sebab sekedar meniru
namun lebih didasarkan pada terdapatnya perhitungan. Yaitu apabila peniruan tersebut menguntungkan,
mereka akan melakukannya dan apabila tak menguntungkan maka mereka tak akan meneruskan konduite
tersebut.
2) Perspektif Kognitif
Terdapat tiga teori yang menjadi landasan perspektif ini. Ketiga teori ini ialah Teori Medan, Teori
Atribusi dan konsistensi sikap serta teori Kognisi Kontemporer. Teori Medan dikemukakan Kurt Lewin,
yang melakukan kajian masalah konduite sosial dengan menggunakan pendekatan konsep medan atau
ruang kehidupan. Menurut pandangan Lewin, buat apa memahami prilaku seseorang, kita harus
mengkaitkannya dengan konteks lingkungan dimana konduite ekslusif dimunculkan.
Dengan demikian. Teori medan ini menguraikan mengenai situasi yang terdapat disekitar individu akan
mempengaruhi perilakunya. Teori ini hampir menyerupai konsep gestalt, yang melihat bahwa keberadaan
bagian atau unsur akan saling memiliki keterkaitan.
Sementara, teori Atribusi dan Konsistensi sikap dikemukakan oleh Fritz Heider seorang psikolog asal
Jerman. Menurutnya, dengan pengorganisasian sikap. Merupakan sebuah cara buat menghindarkan
terjadinya konflik. Prose pengorganisasian ini dilakukan dalam rangka “ sebab dan akibat ”. sehingga,
kita dapat melakukan penyesuain dengan pemikiran orang-orang yang ada disekitar kita.
Lain lagi dengan teori Kognitif Kontemporer. Teori ini melihat manusia sebagai sebuah objek yang secara
aktif menerima, menggunakan, merekayasa serta memindahkan informasi. Teori ini berupsat tentang
bagaimana cara kita memproses informasi yang berasal dari lingkungan dalam susunan kepribadian kita.
Teori ini meyakini bahwa konduite sosial tak dapat dipahami tanpa adanya informasi mengenai proses
mental yang terpecaya.
3) Pespektif Struktual
Perspektif sosial tersusun dari jalinan interaksi manusia melalui proses yang bersifat stabil.
Struktur yang diterima seseorang, berasal dari struktur yang dibentuk oleh generasi terdahulu melewati
proses sosialisasi. Ada tiga teori yang melandasi perspektif struktual, yaitu Teori Peran, Teori Pernyataan
asa serta teori posmodernisme.Teori peran dikemukakan Robert Linton. Dalam teorinya, Linton
mendeskripsikan mengenai interaksi soaial melalui pengumpamaan seorang aktor yang bermain dalam
film. Sehingga, seseorang akan menjalini kehidupan berdasar sesuatu yang sudah ditetapkan kepadanya.
Contohnya, seorang dokter akan mengobati orang sakit dan polisi akan menagkap penjahat.Sementara
dalam teori pernyataan asa yang disampaikan oleh Joseph Berger dari Universias Stanford, melihat
konduite dari sudut pandang mikro. Dimana dalam teorinya, Berger menyakini bhahwa seorang manusia
akan memiliki asa yang baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain yang didasarkan pada tugas dan
peran yang mereka miliki. Dan asa inilah yang akan mempengaruhi proses hubungan seseorang dalam
sebuah kelompok.Konsep berbeda dikemukakan dalam teori ketiga yaitu posmodernisme. Teori ini
muncul sebagai tanggapan atas global modern. Dalam teori ini dikemukakan bahwa dalam kehidupan
modern, seseorang akan kehilangan sikap individualitasnya . sikap individualitas seseorang akan terganti
adanya kumpulan gambaran dari yang digunakan oleh manusia secara sementara dan buat selanjutnya
ditingggalkan.
Menurut penganut posmodernisme, kondisi ini disebabkan adanya konsep kapitalisme dan rasionalitas.
Keduanya menyebabkan manusia tak memandang krusial lagi makna interaksi pribadi serta lebih
menonjolkan aspek nonpersonal. Lebih jauh dijelaskan dalam posmodernisme, manusia hanya dianggap
sebagai objek yang dapat dinilai secara materi, dimana nilai tersebut ditentukan oleh seberapa besar taraf
laba yang dapat dihasilkan oleh seorang individu.
E. PSIKOLOGI SOSIAL MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
Pembahasan tentang psikologi sosial sudah terpapar rapi pada bab sebelumnya, sekarang akan diuraikan
lebih mendetail perspektif islam yaitu menurut pandangan islam, menurut pandangan islam psikologi
lebih dicerna dengan baik dengan pedoman kitab Allah Al-Qur’an dengan Al-Hadits, kita tahu bahwa
“Psikologi” memiliki arti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dengan lingkungannya sedangkan
“Sosial” dapat diartikan umum, universal atau sebagainya, jadi banyaknya firman Allah tentang Hablu
minannas atau yang lainnya, misalnya Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 36 yaitu kewajiban
terhadap Allah dan sesama manusia.

‫َو اْع ُبُد وا َهَّللا َو اَل ُتْش ِر ُك وا ِبِه َش ْي ًئ اۖ َو ِباْلَو اِلَد ْي ِن ِإْح َس اًن ا َو ِب ِذي اْل ُق ْر َب ٰى َو اْلَي َت اَم ٰى َو اْلَمَس اِكيِن َو اْلَج اِر ِذي اْلُق ْر َب ٰى‬
‫َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب َو الَّصاِحِب ِباْلَج ْن ِب َو اْب ِن الَّس ِبيِل َو َم ا َم َلَكْت َأْي َم اُنُك ْم ۗ ِإَّن َهَّللا اَل ُيِحُّب َم ْن َك اَن ُم ْخ َت ااًل َف ُخ وًر‬
36. sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
Di dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada orang tua, karib kerabat,
anak yatim, orang-orang miskin tetangga terdekat dan tetangga yang jauh, jadi bisa di ambil kesimpulan
dalam firman Allah di atas bahwa tingkat interaksi psikologi sosial sangat teraplikasi dalam surat tersebut
yang adanya saling sikap interaksi baik umum maupun pribadi bahkan sikap saling toleran terhadap
sesama membuktikan bahwa islam dalam kalamnya Al-Qur’an menyuruh manusia melakukan apa yang
ada pada asas-asas psikologi sosial. Selain itu sabda Rasulullah Saw mengenai tentang psikologi sosial
seperti diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu:
“Dari Abu Hurairah r.a, berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Setiap anggota tubuh manusia wajib
disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku adil terhadap dua orang (yang bertikai)
adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik
kendaraannya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan
menuju shalat adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits:Bersyukur kepada Allah Ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota
badan.Allah telah menjadikan sebagai rasa syukur terhadap nikmat-Nya setiap anggota badan untuk
menolong hamba-hamba Allah Ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai
kemaslahatannya.Termasuk sedekah adalah adalah: Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti
orang lain, justru seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.Jasad harus
dikeluarkan zakatnya sebagai harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan perbuatan baik,
bersedekah dan pintu-pintu nya banyak.Anjuran untuk mendamaikan kedua belah pihak, tolong
menolong, mengucapkan kalimat yang baik, berjalan menuju sholat dan menyingkirkan penghalang dari
shalat.Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.Anjuran untuk melakukan keadilan, karena
dengan keadilan lah ditegakkan langit dan bumi.Dari uraian hadist diatas dapat digambarkan tingkat
sosial manusia yang tinggi dan dapat menyempurnakan rasa sosial menjadikan seseorang dipandang baik
karena perbuatan yang ia lakukan terhadap individu yang lainnya yang digambarkan dengan bersedekah.
Untuk menjaga kemuliaan dan kedudukan seseorang manusia sebagai satu kesatuan maka islam
meletakkan kaedah-kaedah yang akan menjaga hakekat kemanusiaan tersebut dalam hubungan antar
individu maupun kelompok,

F. Metode penelitian psikologi sosial dan hubungan psikologi sosial daengan ilmu sosial lainnya
Metode :
 Observasi.
 Korelasional.
 Survey.
 Eksperimen.
Metode Penelitian
4 metode dalam psikologi sosial :

1.Observasi
Observasi Sistematis:mengamati secara hati-hati perilaku yang ada (Baron & byrne, 2003). Akurat dan
teliti.
Obsevari alamiah : mengamati perilaku pada seting alam, tidak ada intervensi dan peneliti.

Peneliti hanya memperhatikan apa yang terjadi dalam berbagai situasi.

1. Peran Observer
 Partisipan
o Observer dalam mempelajari situasi terlibat di dalam aktivitas di
tempat penelitian.
o Keuntungan : observer memperoleh informasi yang utuh dan detail.
o Kelemahan : kesulitan dalam membuat catatan dan ketidaknyamanan
orang yang diobservasi.
 Non-partisipan
o Tidak terlibat langsung dengan aktifitas partisipan.
o Keuntungan : dapat merekam dan membuat catatan dengan baik.
o Kelemahan : tidak dapat pengalaman yang utuh.
2. Kelebihan Observasi
 Mampu merekam semua data yang terjadi pada seting alamiah.
 Data bersifat aktual.
Dapat mempelajari individu yang mempunyai kesulitan verbal dalam
menyampaikan ide.
3. Kelemahan Observasi
 Terbatasnya tempat dan situasi.
 Kesulitan membina rapport dengan individu.
 Tidak mampu mengungkapkan hal-hal yang bersifat personal (emosi, nilai)

Survey/Angket
Sebuah metode penelitian dimana sejumlah besar seseorang untuk menjawab pertanyaan.

Jenis Metode Survey


 Cross section : pada waktu yang cepat
 Longitudinal : pada waktu yang lama
Fungsi dan Tujuan
 Mengetahui pikiran, pendapat, dan perasaan orang.
 Memahami kebutuhan suatu masyarakat.
 Mengetahui tren di masyarakat.
 Indentifikasi karakteristik kelompok.
 Dapat digunakan sebagai evaluasi seleksi/masukan bagi suatu institusi.
Korelasional
 Hubungan
 Menghubungkan dua variable dalam suatu penelitian.
 Bertujuan untuk mengtahui hubungan dua atau lebih variable.
Jenis Korelasional
1. Prediksi
Bertujuan untuk memprediksi suatu variable (outcome).
ciri – ciri :
 Terdiri dari dua atau lebih variable.
 Mengukur pada satu waktu.
 Terdapat minimal dua skor.
 Sebagai satu kelompok.
2. Explanasi (penjelas) :Korelasi yang bertujuan untuk mengetahui sejarah mana hubungan
antar variable.
ciri – ciri :
 Terdiri dari dua atau lebih variable.
 Mengukur pada satu waktu.
 Terdapat minimal dua skor.
 Sebagai satu kelompok.
Kelebihan dan Kelemahan Korelasional
1. Kelebihan : Mengetahui sejauhmana hubungan antarvariabel.
2. Kelemahan : Tidak mengetahui hubungan sebab-akibat.

Eksperimen
Karakteristik Eksperimen
1. Memilih partisipan dan Penugasan random (random assignment)
2. Intervensi /manipualsi terhadap satu/lebih kelompok
3. Outcome diukur diakhir peneltian eksperimen
4. Identifikasi ancaman terhadap validitas
5. Perbandingan Statistikal antar kelompok
Jenis Penelitian Eksperimen

Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan adalah kajian penelitian dalam suatu situasi nyata (Kerlinger, 1990).
Kelebihan dan kelemahan :

1. kelebihan :
 Validitas ekternal tinggi
 Cocok untuk mengkaji proses sosial psikologis yang kompleks
2. kelemahan :
 Sulit melakukan kontrol dan manipulasi
 Validitas internal rendah
 Waktu relatif lama
Eksperimen Laboratorium
Eksperimen laboratorium adalah kajian penelitian di mana semua variabel bebas yang berpengaruh
namun tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki dminimalkan (Kerlinger, 1990).

Kekuatan dan kelemahan :

1. Kekuatan : kontrol sempurna dan hasil lebih akurat, Validitas Internal tinggi.
2. Kelemahan :kurangnya kekuatan variabel bebas dan validitas eksternal rendah.

Metode Pengumpulan Data


 Pelaporan diri. Subjek diminta mengisi angket/kuesioner
 Observasi. Mengamati subjek secara langsung
 Arsip . Datanya berasal dari data yang telah dikumpulkan untuk tujuan lain.
 Internet . Riset dilakukan dengan menggunakan internet.

2.Teori-Teori Psikologi Sosial

1 Teori Psikoanalisa
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para
pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri dilahirkan
di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada
mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga
"psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari
menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah
psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal
adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis" (bahasa
Inggris: analitycal psychology) dan "psikologi individual" (bahasa Inggris: individual psychology) bagi
ajaran masing-masing.
Psikoanalisis memiliki tiga penerapan:

1. Metode penelitian dari pikiran.


2. Suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
3. Metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.
Dalam cakupan yang luas dari psikoanalisis ,setidaknya ada 20 orientasi teoretis yang mendasari
teori tentang pemahaman aktivitas mental manusia dan perkembangan manusia. Berbagai pendekatan
dalam perlakuan yang disebut "psikoanalitis" berbeda-beda sebagaimana berbagai teori yang juga
beragam. Psikoanalisis Freudian, baik teori maupun terapi berdasarkan ide-ide Freud telah menjadi basis
bagi terapi-terapi modern dan menjadi salah satu aliran terbesar dalam psikologi.. Sebagai tambahan,
istilah psikoanalisis juga merujuk pada metode penelitian terhadap perkembangan anak.

Dalam teori psikoanalisa dinyatakan bahwa hampir sebagian besar perilaku dipengaruhi oleh
kekuatan dari unconscious(alam bawah sadar) dan energi fisik yang kita miliki juga banyak digunakan
untuk menemukan ekspresi yang sesuai dalam unconscious.Sigmund Freud membagi kepribadian ke
dalam tiga tingkatan kesadaran:
 Alam sadar (conscious), kita sadar akan segala sesuatu yang ada di sekitar kita, yang dapat kita lihat
dan rasakan. Mencakup semua sensasi dan pengalaman yang kita sadari. Freud menganggap alam sadar
itu aspek yang terbatas karena hanya porsi kecil dari pikiran, sensasi, dan ingatan yang siaga di alam
sadar. Ia menghubungkan pikiran dengan sebuah gunung es dimana alam sadar berada di ujung es yang
terapung.

 Alam pra-sadar (preconscious), bagian dimana kita dapat menjadi sadar jika kita menghadirkannya.
Waktu yang diperlukan untuk membawa informasi ke tahap conscious inilah yang disebut sebagai
preconscious,yang merupakan gudang dari memori, persepsi, dan pikiran kita dimana kita tidak secara
sadar, siaga setiap waktu tetapi kita dapat dengan mudah memanggilnya ke alam kesadaran.

 Alam bawah sadar (unconscious), proses mental yang terjadi tanpa adanya conscious atau mungkin
terjadi dengan adanya pengaruh yang khusus,dan ini merupakan fokus dari teori psikoanalisa. Bagian
yang besar di dasar gunung es yang tidak kelihatan yang merupakan rumah dari insting, pengharapan, dan
hasrat yang mengarahkan perilaku kita dan tempat penyimpanan kekuatan yang tidak dapat kita lihat dan
kita kendalikan.
Teori psikoanalisa lebih terfokus pada unconscious (alam tidak sadar) dikarenakan keinginan–
keinginan yang bersifat merangsang. Gagasan dalam psikoanalisa menyatakan bahwa kita memiliki
tujuan untuk melindungi diri dari keinginan-keinginan yang diasosiasikan dengan pikiran dan
kesenangan, dan kita mencapai tujuan ini dengan menjaga gagasan tersebut di luar kesadaran,
menyimpannya jauh di dalam unconscious dimana unconscious bersifat alogical ( tidak masuk akal ),
mengabaikan ruang dan waktu.
Teori yang menyatakan bahwa sebagian perilaku kita ditentukan oleh pengaruh conscious. Jika
keinginan-keinginan yang kita miliki tidak tersalurkan, maka akan timbul ketidaknyamanan dan rasa
sedih. Dan untuk menghindari itu semua, kita membuang pikiran-pikiran tersebut dari
ketidaksadaran. Beberapa pikiran yang dapat menyebabkan kesedihan akan dibuang dari consciousness
seperti kenangan traumatik, perasaan cemburu, permusuhan atau keinginan untuk melakukan hubungan
seksual dengan orang yang ditakuti, dan keinginan untuk menyakiti seseorang yang dicintai.
Bukti apa yang mendukung bahwa bagian unconscious ada dalam bagian pikiran? Dimulai dari
observasi yang dilakukan Freud, ia menyadari pentingnya unconscious setelah mengobservasi fenomena
hipnotis. Dalam metode hipnotis, mereka menampilkan perilaku di bawah perintah tanpa “diketahui” oleh
conscious. Karena itu, Freud melanjutkan penelitian terapinya. Ia menemukan bahwa memori dan
harapan-harapan terjadi bukan hanya karena merupakan bagian dari consciousness tetapi “dilupakan
dengan sengaja” pada unconscious kita.Segala tingkah laku kita, menurut Freud bersumber pada
dorongan-dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran. Karena itu, Psikologi Freud disebut juga
Psikologi Dalam ( Depth Psychology ). Selain itu, teori Freud disebut juga sebagai Teori Psikodinamik
( Dynamic Psychology ), karena ia menekankan kepada dinamika atau gerak mendorong dari dorongan-
dorongan dalam ketidaksadaran itu ke kesadaran. Perbedaan psikodinamika dari Freud dan Lewin adalah
bahwa Freud lebih mementingkan gerakan dorongan-dorongan dalam diri, sedangkan Lewin lebih
mementingkan gerakan kekuatan-kekuatan di luar diri (objek-objek di lingkungan) yang saling tarik-
menarik karena masing-masing mempunyai nilai positif atau negatif terhadap individu, sekalipun
sebenarnya Lewin mengakui pula adanya dinamika dalam diri individu yang disebabkan kekuatan-
kekuatan dari unsur-unsur yang ada dalam diri individu tersebut (misalnya motivasi).
Struktur Kepribadian menurut Sigmund Freud
Pada tahun 1923, Freud mengembangkan model struktural yang lebih formal bagi psikoanalisa.
Freud memperkenalkan tiga struktur dasar dalam anatomi kepribadian :
1) Id
Merupakan tempat penyimpanan insting dan libido. Id merupakan struktur yang kuat dari kepribadian
karena id menyediakan energi bagi kedua komponen lain. Insting berhubungan langsung dengan
pemenuhan kebutuhan fisik dan berusaha untuk memenuhinya. Id beroperasi dengan prinsip kesenangan
(pleasure principle), fungsi id adalah untuk mencapai kesenangan dan menghindari ketidakpuasan. Id
berjuang untuk mencapai kepuasan yang cepat dan tidak mentoleransi keterlambatan untuk kepuasan
tersebut untuk alasan apapun.Id sangat egois, struktur pencarian kesenangan, primitif, tidak bermoral,
pemaksa, dan terburu-buru.Id tidak memiliki kesiagaan kepada realitas. Cara satu-satunya id untuk
mencoba memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara tindakan refleks dan pengharapan halusinasi atau
pengalaman khayalan yang disebut Freud sebagai primary process thought dimana kenyataan dan
khayalan tidak dapat dibedakan. Aspek dari primary process thought ini terlihat dalam mimpi, dimana
karakteristik dari orang-orang dan objek yang berbeda dikombinasikan, peristiwa terjadi dengan cepat.
Seseorang harus berusaha belajar untuk menunda pemenuhan id untuk menghindari konsekuensi
dari pemenuhan id dengan cara berpikir secara rasional terhadap dunia luar untuk mengembangkan
kekuatan persepsi, pengenalan, penilaian, dan memori yang disebut Freud sebagai secondary process
thought.Penjumlahan karakteristik dari rasionalitas ini akan dimasukkan ke struktur kepribadian Freud
yang kedua yaitu ego.

2) Ego
Ego memiliki kecenderungan untuk siaga akan kenyataan. Ego memiliki kemampuan untuk
mengerti dan memanipulasi lingkungannya dengan cara yang praktis dan menjalankannya dengan prinsip
kenyataan (reality principles).Ego adalah yang paling rasional di antara kepribadian. Tujuannya bukan
untuk mencegah impuls-impuls id tetapi untuk membantu id memgurangi ketegangan yang besar. Oleh
karena ego yang siaga akan relitas, ego memutuskan kapan dan bagaimana insting dari id dapat
dipuaskan. Ia memutuskan perilaku yang cocok dan yang dapat diterima oleh masyarakat, waktu, tempat
dan objek yang dapat memuaskan impuls id. Ego tidak mencegah id untuk dipuaskan. Ego hanya
menunda, mengarahkan dalam kondisi yang diinginkan oleh realitas. Dengan cara ini ego mengontrol
impuls id. Mengontrol dan menunda fungsi dari ego harus sering dilatih secara konstan. Atau impuls id
akan mendominasi dan tidak terkendali oleh ego yang rasional
3) Superego
Prinsip ketiga yaitu superego yang berisi kesatuan dari nilai-nilai moral dan kepercayaan yang
kita dapat semasa kanak-kanak. Ide kita tentang yang mana yang buruk dan yang baik. Sisi moral dari
kepribadian ini biasanya dipelajari sewaktu kita berumur 5-6 tahun. Terdiri dari seperangkat aturan-aturan
yang diturunkan oleh orang tua kita.Melewati hukuman, pujian dan juga contoh, anak-anak belajar
perilaku yang mana yang dianggap baik dan buruk oleh orang tua mereka. Perilaku yang mana yang
dihukum membentuk “conscience”, satu bagian dari superego. Bagian kedua dari superego adalah ego-
ideal , yang memuat tentang perilaku yang baik dan benar dimana anak-anak dipuji.Dengan cara ini anak-
anak belajar seperangkat aturan menghasilkan penerimaan ataupun penolakan dari orang tua mereka.
Seiring berjalannya waktu pengajaran ini akan terinternalisasi, dan hadiah serta hukuman menjadi hukum
bagi dirinya sendiri. Kontrol dari orang tua akan digantikan dengan kontrol dari diri sendiri.
Dari aliran psikologi behavioristik dan humanistik. Freud mengkaji persoalan kepribadian
danagama seseorang dari perspektif psikoanalisa. Menurut Freud, kepribadian manusia dibangun melalui
tiga sistem:id, ego, superego. Ketiga sistem itu, berada dalam tiga struktur kepribadian, yaitu alam sadar,
alam pra-sadar, danalam tak sadar. Menurut Freud, bagian terbesar dari jiwamanusia berada dalam alam
ketidaksadaran, bukan alamsadar. Dan perilaku manusia dikendalikan oleh alam bawahsadar; seperti
insting, hasrat, dan libido. Melalui tesis ini,teori agama diproduksi dan dikembangkan sedemikian rupa.
Agama bagi Freud adalah dorongan libido yangmuncul dari alam ketidaksadaran tersebut. Sebab itu,
Freud punya keyakinan bahwa agama tidak akan dapat mampuberbicara banyak dalam kehidupan, karena
agama adalah sikap kegilaan yang infantil. Freud merekomendasikan agarmanusia meninggalkan agama.
Makalah ini secara detailakan mengkaji teori tersebut serta bagaimana Freudmembangun argumentasinya.
Ayat tentang Psikoanalisis adalah:Surah Ali-Imran(3):39,Surah yusuf(12):53(tentang nafsu)

۞ 53 ‫َو َم ٓا ُاَبِّرُئ َنْفِس ْۚي ِاَّن الَّنْفَس َاَلَّم اَر ٌةۢ ِبالُّس ْۤو ِء ِااَّل َم ا َر ِح َم َر ِّبْۗي ِاَّن َرِّبْي َغُفْو ٌر َّرِح ْيٌم‬.
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.

2 Teori Peran

1. Pengertian Teori Peran

Teori peran adalah perspektif dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian
besar kegiatan sehari-hari menjadi pemeran dalam kategori sosial (misalnya ibu, manajer,
guru). Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma dan perilaku seseorang
untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku
dengan cara yang dapat diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan
posisi sosial dan faktor lainnya. Teater adalah metafora sering digunakan untuk menggambarkan teori
peran.

Konsep Teori Peran


Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh
masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam skenario
itu sudah `tertulis” seorang Presiden harus bagaimana, seorang gubernur harus bagaimana, seorang guru
harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis peran apa yang harus dilakukan
oleh suami, isteri, ayah, ibu, anak, mantu, mertua dan seterusnya. Menurut teori ini, jika seseorang
mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario, maka ia akan dicemooh
oleh penonton dan ditegur sutradara. Dalam era reformasi sekarang ini nampak sekali pemimpin yang
menyalahi scenario sehingga sering didemo public.Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku
kita dalam hubungannya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang
antropolog, telah mengembangkan Teori Peran. Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam
terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan
teori ini, harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai peran tertentu misalnya sebagai dokter,
mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai
dengan peran tersebut. Mengapa seseorang mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi
karena statusnya adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya. Perilaku
ditentukan oleh peran sosial.Kemudian, sosiolog yang bernama Glen Elder (1975) membantu memperluas
penggunaan teori peran. Pendekatannya yang dinamakan “life-course” memaknakan bahwa setiap
masyarakat mempunyai harapan kepada setiap anggotanya untuk mempunyai perilaku tertentu sesuai
dengan kategori-kategori usia yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Contohnya, sebagian besar warga
Amerika Serikat akan menjadi murid sekolah ketika berusia empat atau lima tahun, menjadi peserta
pemilu pada usia delapan belas tahun, bekerja pada usia tujuh belah tahun, mempunyai istri/suami pada
usia dua puluh tujuh, pensiun pada usia enam puluh tahun.
Di Indonesia berbeda, usia sekolah dimulai sejak tujuh tahun, punya pasangan hidup sudah bisa
usia tujuh belas tahun, pensiun usia lima puluh lima tahun. Urutan tadi dinamakan “tahapan usia” (age
grading). Dalam masyarakat kontemporer kehidupan kita dibagi ke dalam masa kanak-kanak, masa
remaja, masa dewasa, dan masa tua, di mana setiap masa mempunyai bermacam-macam pembagian lagi.
1. Ketidakberhasilan Peran
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untuk menjalankan
peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam
menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role
strain.
1. Role Conflict
Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut
membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran (role
conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-
peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama.
Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu pola, seseorang harus melanggar
pola lain. Setidaknya ada dua macam konflik peran. Yakni, konflik antara berbagai peran yang berbeda,
dan konflik dalam satu peran tunggal. Pertama, satu atau lebih peran (apakah itu peran independen atau
bagian-bagian dari seperangkat peran) mungkin menimbulkan kewajiban-kewajiban yang bertentangan
bagi seseorang. Kedua, dalam peran tunggal mungkin ada konflik inheren.

2. Role Strain
Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain.
Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering menuntut adanya
interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Sampai tingkatan tertentu, masing-masing interaksi
ini merumuskan peran yang berbeda, karena membawa harapan-harapan yang berbeda pula. Maka, apa
yang tampak sebagai satu peran tunggal mungkin dalam sejumlah aspek sebenarnya adalah beberapa
peran. Misalnya, status sebagai karyawan bagian pemasaran (sales) eceran di sebuah perusahaan, dalam
arti tertentu sebenarnya membawa beberapa peran: sebagai bawahan (terhadap atasan di perusahaan itu),
sebagai sesama pekerja (terhadap karyawan-karyawan lain di perusahaan itu), dan sebagai penjual
(terhadap konsumen dan masyarakat yang ditawari produk perusahaan tersebut).
2. Stres Peran
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran karena struktur sosial yang
menimbulkan kesukaran, atau tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari :
1. Konflik peran, dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran
yang konflik satu sama yang lain.
2. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku
dan penampilan yang diharapkan.
3. Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap.
Misalnya, seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu
dan profesi.
4. Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa,
perawat, ibu. Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk
menyelesaikannya. (Keliat, 1992)
3.Faktor-faktor Penyesuaian Peran
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan, yaitu :
1. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
5. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran

Ayat tentang teori peran(role theory) yaitu surah Al-Baqarah ayat 233(tentang peran ayah dan
ibu)

‫َو اْلَو اِلٰد ُت ُيْر ِض ْع َن َاْو اَل َد ُهَّن َح ْو َلْيِن َك اِم َلْيِن ِلَم ْن َاَر اَد َاْن ُّيِتَّم الَّر َض اَع َةۗ َو َع َلى اْلَم ْو ُل ْو ِد َل ٗه ِرْز ُقُهَّن َو ِكْس َو ُتُهَّن‬
‫ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف اَل ُتَك َّلُف َنْفٌس ِااَّل ُو ْس َعَهاۚ اَل ُتَض ۤا َّر َو اِلَد ٌةۢ ِبَو َلِد َها َو اَل َم ْو ُلْو ٌد َّلٗه ِبَو َل ِدٖه َو َع َلى اْل َو اِر ِث ِم ْث ُل ٰذ ِل َكۚ َف ِاْن‬
‫َاَر اَدا ِفَص ااًل َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُهَم ا َو َتَش اُو ٍر َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم اۗ َو ِاْن َاَر ْد ُّتْم َاْن َتْسَتْر ِض ُع ْٓو ا َاْو اَل َد ُك ْم َفاَل ُج َن اَح َع َلْيُك ْم ِاَذ ا‬
‫َس َّلْم ُتْم َّم ٓا ٰا َتْيُتْم ِباْلَم ْع ُرْو ِۗف َو اَّتُقوا َهّٰللا َو اْع َلُم ْٓو ا َاَّن َهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َبِص ْيٌر‬

Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara
sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang
tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula
seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula. Apabila keduanya
ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

3.Teori S-R
1.Pengertian Teori S-R(Stimulus-Response)
Stimulus Response Theory atau S-R theory merupakan sebuah teori dimana teori model ini
menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Sebagaimana teori komunikasi menurut
para ahli , teori komunikasi massa , teori efek media massa dan teori agenda setting . Dalam komunikasi
massa berarti stimulus yang diberikan berupa satu pesan, dan tentunya respon yang diberikan oleh
publikpun akan beragam. Hal ini berarti bahwa model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat
non verbal dalam komunikasi verbal , simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan
respon dengan cara tertentu. Pola ini dapat diterima secara negatif atauun positif tergantung bagaimana
respon yang diberikan oleh individu.

Misalnya ketika dalam sebuah komunikasi massa atau link publik mengangkat pesan mengenai seorang
koruptor. Maka respon dari publik dapat menjadi berbagai macam. Ada yang mengecam, kecewa, biasa
saja atau bahkan ada yang sangat marah. Respon ini dipengaruhi oleh faktor kejiwaan atau psikologis
seseorang. Sebab kepribadian juga akan menentukan bagaimana respon atau sikap akan sesuatu. Reaksi-
reaksi inilah yang kemudian akan digologkan kedalam respon positif atau negatif.

Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic
Needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori inipun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni
bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat tehadap komunikan. Artinya media
diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan
tanggapan ( R) yang kuat pula. Dalam hal ini artinya terdapat kesinambungan antara teori respon stimulus
dan komunikasi massa yang efektif.

Teori Stimulus-Respon (teori S-R) digunakan dalam penelitian yang mengasumsikan bahwa
pesan dipersiapkan dan di distribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas, sehingga secara
serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan bukan di tujukan pada per orang
saja. Untuk mendistribusi dan mereproduksi pesan sebanyak mungkin, penggunaan teknologi merupakan
alat untuk memaksimalkan jumlah penerimaan dan respon oleh audience. Teori S-R pada dasarnya
mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat
mengharapkan sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui
penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen, yakni: (1) Pesan (stimulus), (2) Penerima (receiver), (3) Efek
(respons).
Teori S-R disebut juga teori jarum Hipodermiks, yaitu teori yang mempunyai asumsi bahwa
komponen–komponen komunikasi (komunikator-pesan-media) amat perkasa dalam mempengaruhi
komunikasi. Disebut jarum hipodermiks karena isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan ke
dalam pembuluh audien, kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Teori S-R
menggambarkan proses komunikasi secara sederhana yang hanya melibatkan dua komponen, yaitu media
massa dan penerima pesan yaitu khalayak. Media massa mengeluarkan stimulus dan penerima
menanggapinya dengan menunjukkan respon. Sehingga dinamakan teori Stimulus-Respon. Stimulus
Respon Salah satu tujuan komunikasi politik adalah membentuk citra politik yang positif pada khalayak.
Citra itu sendiri terbentuk berdasarkan informasi yang di terima, baik langsung maupun tidak langsung
melalui media, termasuk media sosial dan media massa yang bekerja menyampaikan pesan politik yang
umum dan aktual. Citra merupakan salah satu efek dari komunikasi politik paradigm atau persepsi
mekanistis, yang pada umumnya dipahami sebagai kesan yang melekat dibenak individu atau kelompok.
Meskipun citra itu dapat berbeda dengan realitas yang sesungguhnya atau tidak merefleksikan kenyataan
objektif.
Ayat tentang teori S-R (Proses Belajar) Surah An-Nahl ayat 125:

‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَح َس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه‬
‫َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬

125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah
dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

2.Konsep Teori Stimulus Respon

Dalam teori stimulus respon terdapt unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan. Ketiga unsur tersebut
adalah pesan (stimulus), komunikan (Organism) dan efek (Respon). Masing-masing unsur memiliki
pengertian sebagai berikut :

 Pesan (stimulus, S)

Pesan atau message merupakan elemen penting dalam komunikasi. Sebab pesan merupakan pokok
bahasan yang ingin disampaikan oleh kemunikator kepada komunikan. Dalam komunikasi publik, pesan
bernilai sangat besar. Karena inilah yang menjafi inti dari terjalinnya komunikasi. Tanpa adanya pesan
maka kamunikasi baik antara komunikator dan komunikam tidak akan dapat berjalan.

 Komunikan (Organism, O): perhatian, pengertian, penerimaan

Komunikan merupan elemen yang akan menerima stimulus yang diberikan oleh komunikator. Sikap
komunikan dalam menyikapi stimukus yang diteria akan berbeda-bea. Tergantung kepada masing-masing
pribadi menyikapi bentuk stimulus tersebut. Dalam mempelajari sikap ada tiga variabel yang penting
menunjang proses belajar tersebut yaitu: perhatian, pengertian, penerimaan. Ketiga variabel imi menjadi
penting sebab akan menentukan bagaimana kemudian respon yang akan diberikan oleh komunikan setelah
menerima stimulus.
Sikap yang dimaksud disini adalah kecendrungan bertindakan, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam
menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecendrungan untuk
berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap, dengan demikian pada kenyataan tidak ada istilah sikap
yang berdiri sendiri. Sikap juga bukanlah sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah
seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan.

 Efek (respon, R):perubahan sikap

2.2 Teori Kognitif

Belajar merupakan kegiatan utama seorang manusia. Belajar tidak hanya berpusat di
lingkungan sekolah, namun juga melalui lingkungan sekitar. Proses belajar semacam itu
merupakan bentuk penempaan di ranah kognitif individu. Itulah mengapa, dari yang awalnya
tidak tahu menjadi ahli dan berilmu. Lantas, apa itu kognitif?
1.Pengertian Kognitif
Kognitif adalah semua aktivitas mental yang membuat individu mampu
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sehingga individu tersebut
mendapatkan pengetahuan setelahnya. Kognitif ini erat sekali dengan tingkat kecerdasan
seseorang. Contoh kognitif bisa ditunjukkan ketika seseorang sedang belajar, membangun
sebuah ide, dan memecahkan masalah.
Pengertian Menurut Para Ahli

Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai berikut.


1. Menurut Williams dan Susanto, yaitu cara individu bertingkah laku, bertindak, dan cepat
lambatnya individu saat memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
2. Menurut Neisser, yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan.
3. Menurut Gagne, yaitu proses internal yang terjadi di dalam pusat susunan saraf ketika manusia
sedang berpikir.
4. Menurut Drever, yaitu istilah umum yang melingkupi metode pemahaman, yakni persepsi,
penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna.
5. Menurut Piaget, yaitu bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian di sekitarnya.

2.Fungsi Kognitif
Adanya fungsi kognitif ini membuat seseorang bisa dengan mudah bergaul satu sama lain.Fungsi
kognitif diantara:
1. Perhatian
Perhatian merupakan penyeleksi rangsangan yang nantinya menjadi fokus perhatian dan bisa diabaikan
secara bersamaan. Rangsangan yang dimaksud bisa berupa bau, suara, maupun gambar.
2. Memori atau Daya Ingat
Memori atau daya ingat berkaitan dengan tingkat kefokusan seseorang. Semakin fokus, semakin baik
memori atau daya ingat. Hal ini menunjukkan bagaimana suatu informasi akan ditransfer dan disimpan di
dalam otak.
3. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif merupakan fungsi yang mengarahkan manusia untuk menjadi perencana dan
melaksanakan sesuatu yang telah ia rencanakan. Nah, dari sinilah seseorang terlihat bagaimana cara
menyelesaikan setiap permasalahan.
1. Kemampuan berbahasa

Kemampuan bahasa berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu menyusun kata-kata saat
berkomunikasi dengan orang lain. Setiap orang memiliki kemampuan bahasa yang berbeda-beda,
bergantung dari fungsi kognitifnya.
2. Merasakan dan mengenali

Kehadiran fungsi kognitif membuat seseorang bisa merasakan dan mengenali segala sesuatu di
sekitarnya. Misalnya membedakan antara jeruk dan lemon, semangka dan melon, dan seterusnya.
3.Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang mementingkan proses belajar daripada hasilnya. Teori ini
menyatakan bahwa pada proses belajar, seseorang tidak hanya cenderung pada hubungan antara stimulus
dan respon, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.
Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.
2. Persepsi dan pemahaman dalam mencapai tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang
individu.
3. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah.
4. Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan.
5. Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks.
4.Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah lakulah
seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai,
membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya reaksi. Pendekatan ini memberikan
penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman,
standar moral, dan sebagainya.
5.Perkembangan Kognitif

Setiap anak memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Hal itu karena perkembangan
kognitifnya juga berbeda-beda. Namun demikian, ada hal-hal umum yang bisa dijadikan acuan
perkembangan kognitif pada anak.
Teori Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif anak ke dalam empat tahapan, yaitu sebagai
berikut.
1. Tahap sensorimotor (18-24 bulan)

Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia luar melalui indra
sensorik dan kegiatan motoriknya.
2. Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut. Artinya, anak belum bisa
melogika sesuatu.
3. Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak sudah mulai
berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya.
Selanjutnya tokoh dari teori kognitif adalah Kurt Lewin (1892-1947). Mengembangkan suatu
teori belajar kognitif-field dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi social. Lewin
memandang masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis.
Medan dimana individu bereaksi disebut life space. Life space mencankup perwujudan lingkungan di
mana individu bereaksi, misalnya ; orang – orang yang dijumpainya, objek material yang ia hadapi serta
fungsi kejiwaan yang ia miliki. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan
dalam struktur kognitif. Perubahan sruktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari
stuktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan motivasi internal individu. Lewin
memberikan peranan lebih penting pada motivasi dari reward.
Seiring perkembangan teknologi, teori kognitif ini juga dikorelasikan dengan kecerdasan yang
ada pada teknologi mutahir, khususnya komputer, yang diistilahkan dengan kecerdasan buatan (artificial
intelegence). Kecerdasan ini didefinisikan dengan, sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer
mengerjakan sesuatu yang dapat dikerjakan manusia (Rich, 1991). Tokoh lain mengatakan, Suatu
perilaku sebuah mesin yang jika dikerjakan oleh manusia akan disebut cerdas (Turing, et. al, 1996).
Program komputer untuk permainan catur, yang sekarang dapat mengalahkan banyak manusia adalah
salah satu contoh dari kecerdasan buatan.
Kebanyakan ahli setuju bahwa Kecerdasan Buatan berhubungan dengan 2 ide dasar. Pertama,
menyangkut studi proses berfikir manusia, dan kedua, berhubungan dengan merepresentasikan proses
tersebut melalui mesin (komputer, robot, dll)

Belajar Sebagai Proses Kognitif

Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah
kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan,
menduga dan menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel penghalang pada aspek-aspek
kognisi seseorang (Mulyati, 2005)Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu
belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
bisa diamati.Dari beberapa teori belajar kognitif diatas (khusunya tiga di penjelasan awal) dapat
pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika
diterapkan dalam dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki kesamaan
yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitif, maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika
diaplikasikan dalam proses pendidikan.Sebagai misal, Teori bermakna ausubel dan discovery
Learningnya bruner memiliki sisi pembeda.
Dari sudut pandang Teori belajar bermakna Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika
siswa yang kurang mahir dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena
siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman tentang segala sesuatu. Oleh
karenanya menurut teori belajar Bermakna guru tetap berfungsi sentral sebatas membantu
mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan
koridor pembelajaran yang bermakna.Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa
beberapa teori belajar kognitif diatas, meskipun sama-sama mengedepankan proses berpikir, tidak serta
merta dapat diaplikasikan pada konteks pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan
teori belajar kognitif ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran sekarang maka harus
benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan
pendidikan maupun karakteristik peserta didiknya.

Ayat tentang teori kognitif(aktivitas mental/pikiran) surah Al -maidah ayat 8 :

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّو اِم ْيَن ِهّٰلِل ُش َهَد ۤا َء ِباْلِقْس ِۖط َو اَل َيْج َم َّنُك ْم َشَنٰا ُن َق ْو ٍم َع ٰٓلى َااَّل َتْع ِد ُلْو اۗ ِاْع ِد ُلْو ۗا‬
‫ِر‬
‫ُهَو َاْقَر ُب ِللَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬
Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Dari keempat teori tersebut di dalam Al-Qur’an ,manusia ditentukan oleh interaksi keseimbangan dan
adanya potensi.Psikofisik yang terdiri dari Fisik,Nafsu,Akal,Ruh,Hati.

Ayat tentang Fisik(Q.S At-Tin ayat 4)

‫َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن ِفْٓي َاْح َس ِن َتْقِو ْيٍۖم‬

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,

Ayat tentang Nafsu(Q.S Al-Jatsiyah ayat 23)

‫َاَفَر َء ْيَت َمِن اَّتَخ َذ ِاٰل َهٗه َهٰو ىُه َو َاَض َّلُه ُهّٰللا َع ٰل ى ِع ْلٍم َّو َخ َتَم َع ٰل ى َسْمِع ٖه َو َقْلِبٖه َو َج َعَل َع ٰل ى َبَص ِر ٖه ِغ ٰش َو ًۗة َفَم ْن َّيْهِد ْي ِه‬
‫ِم ْۢن َبْع ِد ِهّٰللاۗ َاَفاَل َتَذَّك ُرْو َن‬

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta
meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapa yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah
(membiarkannya sesat?) Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Ayat tentang akal(Q.S Ali-imran ayat 190-191)


‫) اَّل ِذ يَن َي ْذ ُك ُروَن َهَّللا ِقَياًم ا‬190( ‫ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف الَّلْيِل َو الَّنَهاِر آَل َياٍت ُأِلوِلي اَأْلْلَباِب‬
‫َو ُقُعوًدا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِهْم َو َيَتَفَّك ُروَن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َر َّبَنا َم ا َخ َلْقَت َٰه َذ ا َب اِط اًل ُس ْبَح اَنَك َفِقَن ا َع َذ اَب‬
)191( ‫الَّناِر‬
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia;
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka,"
Ayat tentang ruh(Q.S Al-Isra’ ayat 85)
‫َو َيْس َٔـُلْو َنَك َع ِن الُّر ْو ِۗح ُقِل الُّر ْو ُح ِم ْن َاْم ِر َر ِّبْي َو َم ٓا ُاْو ِتْيُتْم ِّم َن اْلِع ْلِم ِااَّل َقِلْياًل‬

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku,
sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”

Ayat Tentang Hati(Q.S Al-Hajj Ayat 46)

‫َاَفَلْم َيِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفَتُك ْو َن َلُهْم ُقُلْو ٌب َّيْع ِقُلْو َن ِبَهٓا َاْو ٰا َذ اٌن َّيْس َم ُعْو َن ِبَهۚا َفِاَّنَها اَل َتْع َم ى اَاْلْبَص اُر َو ٰل ِكْن َتْع َم ى‬
‫اْلُقُلْو ُب اَّلِتْي ِفى الُّص ُد ْو ِر‬

Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga
mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam
dada.

2.Persepsi Sosial

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses sensori yaitu diterimanya stimulus oleh individu melalui
indra,kemudian stimulus diorganisasikan dan diinterpretasi sehingga individu menyadari dan
mengerti stimulus tersebut.Jadi, kalau persepsi sosial adalah proses yang digunakan untuk
mengetahui dan memahami orang lain dalam konteks sosial.Hubungan interaksi sosial yang
dijadikan kerangka berfikir untuk mempermudah dan mengatur hubungan seseorang dengan
orang lain. Persepsi tidak lain adalah proses pemberian arti terhadap suatu kenyataan melalui alat
indera. Sebenarnya persepsi mulai tumbuh secara perlahan-lahan sejak kecil dan seterusnya
melalui interaksi dengan orang lain. Hal ini berarti persepsi dapat tumbuh dan berkembang,
karena adanya pengaruh interaksi dengan belajar pada orang. Oleh karena itu persepsi seseorang
dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial dan setiap manusia mempunyai persepsi terhadap obyek.
Menurut kamus Psikologi yang dikutip oleh Daligulo (1982: 207) persepsi diartikan sebagai
proses pengamatan seseorang terhadap segala sesuatu di lingkungan dengan menggunakan indra-
indra yang dimilikinya sehingga menjadi sadar segala sesuatu yang ada di lingkungan tersebut.
Konsep persepsi yang dikemukakan Rakhmat (2006: 27) menyatakan bahwa: persepsi
adalah pengalaman tentang objek,peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan
mengumpulkan informasi dan penafsiran pesan. Selanjutnya persepsi merupakan proses
pengorganisasian dan interpretasi seseorang terhadap apa yang diterimanya untuk memberi arti
terhadap lingkunagnnya.Dalam persepsi sosial maka,mengetahui apa yang
dipikirkan,dipercaya,dirasakan,dikehendaki dan membaca apa yang dalam diri orang lain seperti
ekspresi wajah,tekanan suara,kata-kata dll.

Factor-faktor yang mempengaruhi persepsi sosial:

 Pengetahuan
 Pengalaman
 Kepribadian
 Budaya(pola asuh,tradisi)

Persepsi sosial bermuara pada kesan,kalau persepsi saja tidak memberikan kesan.Cara sederhana
menangkap pesan terhadap orang lain:

 Informasi umum(gerder,usia dll)


 Informasi khusus
 Mengelompokkan persepsi dengan menata stimuli
 Durasi (konkrit atau tidak)

Surah tentang persepsi sosial(Al-Mulk ayat 23)

‫ُقْل ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَش َاُك ْم َو َج َعَل َلُك ُم الَّس ْمَع َو اَاْلْبَص اَر َو اَاْلْفِٕـَد َۗة َقِلْياًل َّم ا َتْشُك ُرْو َن‬
Katakanlah, “Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani
bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.”

4.Atribusi Sosial
A. PENGERTIAN ATRIBUSI SOSIAL
Kajian tentang atribusi pada awalnya dilakukan oleh Frizt Heider (1958). Menurut Heider, setiap
individu pada dasarnya adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti
tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai
mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu.
Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat dengan
cara-cara tertentu (Sarwono: 2009). Atribusi mengasumsikan bahwa orang mencoba untuk menentukan
mengapa seseorang melakukan apa yang mereka lakukan, seseorang mencoba memahami mengapa orang
lain melakukan sesuatu yang mungkin satu atau lebih atribusi menyebabkan perilaku tersebut, asumsi-
asumsi ini kemudian dalam aplikasinya menjelaskan berbagai fenomena yang terkait sikap manusia.
Atribusi merupakan proses dilakukan untuk mencari sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa
sebabnya atas perilaku orang lain ataupun diri sendiri. Proses atribusi ini sangat berguna untuk membantu
pemahaman kita terhadap penyebab perilaku dan merupakan mediator penting bagi reaksi kita terhadap
dunia sosial (Sears: 2002). Disebutkan juga atribusi merupakan proses-proses untuk mengidentifikasi
penyebab-penyebab perilaku orang lain dan kemudian diketahui tentang sifat-sifat menetap dan disposisi
mereka (Baron dan Byrne, 2012). Atribusi juga dapat diartikan dengan upaya kita untuk memahami
penyebab dibalik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus juga penyebab perilaku kita sendiri.
Untuk mengetahui tentang orangorang yang ada di sekitar kita dapat melalui beberapa macam cara:
1. Melihat apa yang tampak (fisik) → misalnya cara berpakaian, cara penampilan diri.
2. Menanyakan langsung kepada yang bersangkutan → misalnya tentang pemikiran,tentang motif dari
perilaku yang bersangkutan. Hal ini merupakan sumber yang paling penting.
Menurut Myers (dalam Sarlito, 2012) kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh kecenderungan
manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku orang lain. Dalam
situasi sosial secara manusia berusaha untuk memahami perilaku orang lain, dan kemudian menarik
kesimpulan apa yang mendasari atau melatarbelakangi perilaku tersebut. Dua fokus perhatian di dalam
mencari penyebab suatu kejadian, yakni sesuatu di dalam diri atau sesuatu di luar diri. Penyimpulan
perilaku berdasarkan penyebab dari dalam seperti karena faktor kepribadian adalah bagian dari atribusi
internal (internal attribution). Sedangkan penyimpulan tindakan yang dilakukan oleh seseorang disebut
atribusi eksternal (external attribution).
1. Atribusi internal atau atribusi disposisional → Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah
laku seseorang disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului tingkah laku).
2. Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan → Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa
tingkah laku seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.
Menurut Baron & Byrne (Baron: 2012) mengungkapkan bahwa penentuan apakah perilaku
disebabkan secara internal atau eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini:
1. Kekhususan merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan perilaku. Perilaku yang berbeda
dalam situasi-situasi yang berbeda. Apabila perilaku dianggap biasa maka perilaku tersebut disebabkan
secara internal. Sebaliknya, apabila perilaku dianggap tidak biasa maka perilaku tersebut disebabkan
secara eksternal.
2. Konsensus merujuk pada apakah semua individu yang menghadapi situasi yang serupa merespon
dengan cara yang sama. Apabila konsensus rendah, maka perilaku tersebut disebabkan secara internal.
Sebaliknya, apabila consensus tinggi maka perilaku tersebut disebabkan secara eksternal.
3. Konsistensi merujuk pada apakah individu selalu merespons dalam cara yang sama. Semakin konsisten
perilaku, maka perilaku tersebut disebabkan secara internal. Sebaliknya, semakin tidak konsisten perilaku,
maka perilaku tersebut disebabkan secara eksternal. Dua teori yang paling menonjol dari segi konsep dan
penelitian, yaitu teori inferensi terkait (Correspondence Inference) dari Jones dan Davis (1965) dan teori
kovariasi Kelley (Kelly’s covarioance Theory) yang dirumuskan oleh Harlod Kelley (1972).
B. TEORI ATRIBUSI
Atribusi memiliki beberapa model. Beberapa ahli yang terkenal dengan teori atribusinya antara lain:
1. Psikologi “Naif” dari Heider Minat Psikologi Sosial terhadap proses atribusi diawali dengan teori Fritz
Heider (1958) yang peduli tentang usaha kita untuk memahami arti perilaku orang lain, khususnya
bagaimana kita mengidentifikasi sebab-sebab tindakannya. Heider juga dianggap sebagai bapak Atribusi.
Secara umum, perilaku dapat disebabkan oleh daya-daya personal (personal forces), dan oleh daya-daya
lingkungan (environmental forces) (Sarwono: 2006).
2. Teori Atribusi dari Kelley Teori Harold Kelley merupakan perkembangan dari Heider. Fokus teori ini,
apakah tindakan tertentu disebabkan oleh daya-daya internal atau daya-daya eksternal. Kelley
berpandangan bahwa suatu tindakan merupakan suatu akibat atau efek yang terjadi karena adanya sebab.
Oleh karena itu, Kelley mengajukan suatu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hal-hal yang
menunjuk pada penyebab tindakan, apakah daya internal atau daya eksternal (Sarwono: 2006). ➢
Atribusi Eksternal → Konsistensi tinggi, konsesus tinggi dan kekhususan tinggi ➢ Atribusi Internal →
Konsistensi tinggi, konsensus rendah dan kekhususan rendah ➢ Atribusi Internal-Eksternal →
Konsistensi tinggi, konsensus rendah dan kekhususan tinggi
3. Teori Correspondence Interference (Jones dan Davis) Setiap individu seolah-olah akan membuat
inferensi, seperti inferensi statistik, yaitu mencari pola umum (hukum umum) dengan membuang
informasi yang tidak relevan. Sebutan inferensi koresponden juga disebabkan karena teori ini mencari
korespondensi antara perilaku dengan atribusi disposisional (internal) yang berbeda dengan penyebab-
penyebab atribusi situasional (Baron: 2012). Teori ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu
perilaku itu disebabkan oleh disposisi (karakteristik yang bersifat relatif stabil) pada individu atau tidak.
Hal pertama yang harus diketahui adalah akibat. Dengan mengetahui akibat yang ditimbulkan dari suatu
tindakan yang dilakukan indivdu dapat diketahui intens atau niat individu.
Setelah diketahui niat atau kesengajaan maka diinterferensi apakah perbuatan tersebut diperbuat
karena faktor disposisional atau bukan. Untuk meyakini adanya faktor disposisional, maka harus ada dua
hal yang dipenuhi, yaitu :
a. Noncommon effects (akibat khusus) → Perilaku tersebut bersifat unik pada individu, yaitu diantara
berbagai pilihan yang mungkin dilakukan, individu memilih yang paling unik (Krech: 2002).
b. Social desirebility (kepantasan atau kelayakan sosial) → Seberapa jauh perbuatan mempunyai nilai
sosial yang tinggi. Kalau suatu perbuatan memang diinginkan banyak orang, maka perbuatan tersebut
mempunyai nilai kepantasan sosial yang tinggi (Krech: 2002).
4. Teori Bernard Weiner Weiner (Sears: 2002) menunjuk dua dimensi untuk memahami seseorang dalam
kaitannya dengan suatu kejadian, yaitu:
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
Dimensi-dimensi Atribusi Menurut Weiner:
a. Stabil secara internal: Kemampuan, Intelegensi, Karakteristik-karakteristik fisik.
b. Stabil secara eksternal: Kesulitan tugas, Hambatan lingkungan.
c. Tidak stabil secara internal: Effort, mood, fatique.
d. Tidak stabil secara eksternal: keberuntungan (luck), kebetulan (chance), kesempatan (opportunity).
C. KESALAHAN ATRIBUSI
Bagaimanapun juga, pemberian atribusi bisa salah. Kesalahan itu menurut Baron & Byrne (dalam Baron:
2012) dapat bersumber pada beberapa hal:
1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error) → Ini adalah kecenderungan untuk melebih-
lebihkan pengaruh disposisi pada perilaku orang lain. Manusia cenderung untuk menganggap bahwa
perilaku orang lain disebabkan oleh sikap, kepribadian, perasaan, emosi, kemampuan, kesehatan,
keinginan, niat, kesukaan, dan usaha. Individu kurang memperhatikan situasi dimana perilaku itu timbul.
2. Efek Pelaku-Pengamat → Kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada
orang lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal
3. Pengutamaan diri sendiri → Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan
orang lain.
4. Menyalahkan diri (self blame) → Menyalahkan diri (self blame) adalah kecenderungan seseorang
untuk secara berlebihan menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan.
5. Efek elevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance) → kecenderungan seseorang untuk
menilai lebih positif perilaku orang lain yang menguntungkan dirinya pribadi, dan menilai lebih negatif
perilaku yang merugikan dirinya.
6. Bias egosentrisme → kecenderungan seseorang untuk menilai orang dengan menggunakan diri sendiri
sebagai referensi, atau dengan kata lain beranggapan orang lain juga melakukan hal yang sama.

Materi Biopsikologi

1.Pengertian Biologi dan Hubungan antara biologi dan psikologi

1 Pengertian Psikologi
Pengertian psikologi dalam kehidupan sehari-hari memiliki beragam makna, dengan implikasi
mentalistik, behavioristik atau abnormal. Kebanyakan orang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu
jiwa atau ilmu tentang tingkah laku makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Ada juga
yang membatasi hanya sebatas mempelajari jiwa dan tingkah laku manusia.Secara etimologis, perkataan
psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang artinya “jiwa”, dan logos yang artinya “ilmu atau ilmu
pengetahuan”. Karena itu psikologi secara harfiah sering diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan atau disingkat dengan ilmu jiwa.Namun definisi tersebut
menimbulkan banyak kesulitan, terutama dalam memenuhi syarat ilmu pengetahuan yang harus dapat
dibuktikan secara nyata dan teruji secara empiris bahwa pengertian psikologi sama dengan pengertian
ilmu jiwa. Sementara membuktikan jiwa adalah sesuatu yang nyata adalah tidak mungkin, apalagi untuk
mengukur dan menghitungnya dengan alat-alat yang obyektif.Dan menurut W.A Gerungan, salah satu di
antara para ahli psikologi yang berpendapat bahwa dalam ilmu jiwa dan psikologi terdapat perbedaan,
yaitu sebagai berikut :
a. Ilmu jiwa adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan digunakan secara luas
sedangkan psikologi adalah suatu istilah ilmu pengetahuan, istilah yang scientific.
b. Ilmu jiwa mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa meliputi semua pemikiran,
pengetahuan, tanggapan, tetapi juga khayalan dan spekulasi tentang jiwa, sedangkan psikologi meliputi
ilmu pengetahuan tentang jiwa berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah (Gerungan, 1987:1)
Karena psikologi merupakan ilmu mengenai jiwa, maka kita harus mengetahui arti dari jiwa itu sendiri.
Menurut Ki Hajar Dewantara (psikologi positif)
a. kekuatan yang menyebabkan kehidupan manusia yang dapat berpikir, berperasaan, dan berkehendak
(budi)
b. menyebabkan orang mengerti atau insyaf akan segala gerak jiwanya
Menurut Aristoteles Jiwa adalah unsur kehidupan, karena itu tiap-tiap makhluk hidup mempunyai jiwa.
Dan manusia itu berpusat pada kekuatan dan daya.Untuk itu, kemudian psikologi disebut sebagai ilmu
yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. Dengan pengertian tingkah
laku jelas sudah jauh lebih nyata dibanding pengertian jiwa.

2 Pengertian Biologi
Pengertian biologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk
hidup dan kehidupan. Yang dibahas dalam pengertian biologi tidak lain adalah yang masih berkaitan
dengan makhluk hidup, seperti zat yang membentuk makhluk hidup, zat yang dibutuhkan makhluk hidup,
serta berbagai hal mengenai hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Pada hakekatnya pengertian biologi berdasarkan kata biologi sendiri yang terdiri dari dua kata
yaitu bio yang artinya “makhluk hidup”, dan logi atau logos yang artinya “ilmu atau ilmu pengetahuan”.
Sebenarnya pengertian biologi banyak diberikan oleh para ilmuan tergantung dari ruang lingkup
penelitian yang di lakukan.
Salah satu pengertian biologi atau ilmu hayat adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Biologi membantu
manusia mengenal dirinya sebagai organisme, mengenal lingkungannya dan hubungan antara organisme
dengan lingkungannya. Tujuan mempelajari ilmu biologi antara lain adalah mengembangkan cara
berpikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dari metode
biologi untuk memecahkan masalah kehidupan individu dan social, merangsang studi lebih lanjut di
bidang biologi dan bidang lain yang berhubungan dengan biologi serta membangkitkan pengertian dan
rasa sayang kepada makhluk hidup.
Biologi merupakan salah satu ilmu dasar yang ikut menentukan kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena dengan belajar biologi kita akan mempunyai kemampuan berpikir
logis, sistematis dan kreatif dalam memecahkan masalah.

Hubungan antara Psikologi dan Biologi


Sebelum itu kita harus tahu,3
aspekpsikologi:Kognitif(pikiran),Afektif(Emosional),Konatif(prilaku)
Psikologi merupakan ilmu yang telah mandiri, tidak tergabung dengan ilmu-ilmu lain. Namun
demikian tidak boleh dipandang bahwa psikologi itu sama sekali terlepas dari ilmu-ilmu lain. Dalam hal
ini psikologi masih mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu tersebut.Psikologi sebagai ilmu yang
meneropong atau mempelajari keadaan manusia, sudah tentu psikologi mempunyai hubungan dengan
ilmu-ilmu lain yang sama-sama mempelajari tentang keadaan manusia. Hal ini akan memberi gambaran
bahwa manusia sebagai makhluk hidup tidak hanya dipelajari oleh psikologi saja, tetapi juga dipelajari
oleh ilmu-ilmu lain. Salah satunya, berikut penjelasan mengenai hubungan psikologi dengan
biologi.Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi
objek dari biologi. Karena itu, biologi berobjekkan benda-benda yang hidup, maka cukup banyak ilmu
yang tergabung di dalamnya.Dan baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia.
Sekalipun masing-masing ilmu tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun pada segi-segi yang
tertentu kadang-kadang kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. Biologi, khususnya antropobiologi tidak
mempelajari tentang proses-proses kejiwaan, dan inilah yang dipelajari oleh psikologi.Biologi
mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat
bidang yang sama dengan psikologi, hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah
kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku
manusia.
Menurut para ahli tentang perbedaan psikologi dan biologi adalah sebagai berikut:
1. Bonner (dalam Sarwono, 1997:17)
Psikologi merupakan ilmu yang subjektif, sedangkan biologi adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut
ilmu subjektif karena mempelajari pengindraan (sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia
dianggap sebagai subjek atau perilaku, bukan objek. Sebaliknya, biologi mempelajari manusia sebagai
jasad atau objek. Jadi, perbedaan selanjutnya antara psikologi dan biologi adalah psikologi mempelajari
nilai-nilai yang berkembang dari persepsi subjek, sementara biologi mempelajari fakta yang dipelajari
perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh), sementara biologi (termasuk ilmu
faal) mempelajari perilaku manusia secara “molekular”, yaitu mempelajari molekul-molekul (bagian-
bagian) dari perilaku berupa gerakan, reflex, proses ketumbuhan, dan sebagainya.
2. Jean Piaget
Dari jurnalnya yang berjudul “Relation Between Psychology and other science” hubungan psikologi
dengan biologi adalah sebagai berikut:
Dalam hubungan antara psikologi dan biologi pertukaran dua arah ini sangat mencolok . Ini mungkin
tampak bahwa psikologi benar-benar tunduk kepada ilmu-ilmu seperti hidup organik sebagai fisiologi ,
studi epigenesis dan genetika ( memperluas analisis genom ) . Tapi kita sekarang tahu dengan baik bahwa
ada banyak umpan balik dari perilaku rincian organisasi otak dan sistem saraf (lihat antara lain penelitian
Rosenzweig , Krech dan Bennett , ini dan kerja terkait ditinjau dalam bab oleh berburu dalam buku ini ) .
Obat psikosomatis menunjukkan adanya interaksi yang lebih luas . Etologi adalah cabang dari kedua
psikologi dan biologi umum . Seperti faktor keturunan , tidak jelas bahwa mekanisme yang persis sama
untuk transmisi karakteristik murni morfologi ( warna , bentuk organ tertentu , dll ) atau
untuk pembentukan organ umum dalam perilaku kondisi ( gerak , dll) .
Kita tahu sekarang bahwa perilaku bukan hanya hasil dari evolusi tetapi merupakan salah satu Faktor-
faktor yang mengatur evolusi . Saya sebenarnya menulis buku - agak spekulatif , itu benar - berdebat
perilaku yang benar-benar merupakan kekuatan pendorong utama di balik evolusi kecil . Karena itu
tampaknya mungkin bahwa satu lebih baik tahu hubungan ini , semakin besar akan menjadi pengaruh
penjelasan kausal dari psikologi pada interpretasi mekanisme sentral bahwa studi biologi . Pada
gilirannya tampak jelas bagi saya bahwa jika psikolog kontemporer memiliki pengetahuan lebih tentang
biologi , akan ada lebih sedikit partisan behaviorisme murni , dan " kotak hitam " Skinner akan dilengkapi
dengan hipotesis lebih bermanfaat .

2.3 Hubungan Timbal Balik antara Psikologi dan Biologi


Psikologi beserta sub-sub ilmunya, pada dasarnya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
ilmu-ilmu lain.Hubungan itu biasanya bersifat timbal balik. Psikologi memerlukan bantuan ilmu-ilmu
lain, dan sebaliknya, ilmu-ilmu lain juga memerlukan bantuan psikologi. Dan seperti telah dikemukakan
di atas psikologi mempunyai hubungan antara lain dengan biologi sehingga psikologi mempunyai
hubungan timbal balik dengan ilmu-ilmu tersebut. Karena psikologi meneliti dan mempelajari manusia
sebagai makhluk yang bersegi banyak, makhluk yang bersifat kompleks, maka psikologi harus
bekerjasama dengan ilmu-ilmu lain. Setiap cabang ilmu yang berhubungan dengan manusia akan kurang
sempurna apabila tidak mengambil pelajaran dari psikologi. Dengan demikian akan terdapat hubungan
yang timbal balik.
Hubungan timbal balik antara psikologi dengan biologi misalnya tentang keturunan, manusia yang
dipelajari genetika dan embriologi termasuk kedalam ilmu biologi maupun psikologi. Dari segi ilmu
biologi keturunan ditinjau dari hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun-
temurun dari satu generasi ke generasi lain, mengenai hal ini misalnya yang terkenal adalah hukum
mendel.Soal keturunan juga dipelajari oleh psikologi antara lain misalnya sifat, intelegensi dan bakat
karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari Psikologi tanpa mempelajari Biologi karena ilmu
terasebut membantu dalammempelajaripsikologi.

2.Sel Saraf Pada Manusia


Jumlah sel dalam tubuh lebih kurang 86 M.
1 Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dansaling berhubungan
satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkandan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuhyang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-
system tubuh lainnya,karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai
systemtubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalamsystem inilah
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasidan gerakan. Jadi kemampuan untuk
dapat memahami, belajar dan memberi responterhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi
dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.Jaringan saraf
terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-sel saraf).
Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan danterintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-
sama berfungsi sebagai satu unit.
Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat tubuh, maka sistem sarafmempunyai 3 fungsi utama
yaitu :1.Sebagai Alat KomunikasiSebagai alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini
dilakukan olehalat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Denganadanya alat-alat
ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita
.2.Sebagai Alat PengendaliSebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat
bekerjaserasi sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organtubuh akan bekerja
dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3.Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan ataureaksi tubuh terhadap
perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka
jaringan saraf terdapat pada seluruh pada seluruh alat-alat tubuh kita.
Bagian – Bagian Sel Saraf
Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
1 Neuron Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma
.a) Badan sel atau perikarionSuatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron.Bagian ini
tersusun dari komponen berikut Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain
sepertikonpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentrioldan tidak dapat
bereplikasi.Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta
berperan dalam sintesis protein.
b) DendritPerpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsiuntuk menghantar
impuls ke sel tubuh
.c) Akson Suatu proses tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagianini menghantar
impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot ataukelenjar) atau ke badan sel neuron yang
menjadi asal akson.
Hubungan sel saraf dengan psikologi,yaitu ketika kita merasa sakit karena luka di suatu bagian tubuh
tertentu,maka psikologis kita juga merespon seperti merintih atau menangis,kemudian kita mengobati
luka itu,dan setelah beberapa hari,luka itu akan menutup sendiri dan kita menyadari akan prose
penyembuhan luka tersebut.
2.Metabolisme Sel
3.Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah serangkaian jaringan organ yang bekerja untuk mencerna
makanan, selama dalam pencernaan makanan akan mengalami proses pencernaan baik secara
mekanaik maupun secara kimia. Sistem saluran pencernaan dibatasi selaput lendir.selama
dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang dapat di
serap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena
kerja Sebagian enzim yang terkandung dalam berbagai cairan pencernaan.setiap jenis zat ini
mempunyai tugas khusus menyaring dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak
mempunyai pengaruh terhadap jenis lainnya. Pitalin( amilasi ludah ) misalnya bekerja hanya
atas gula dan tepung, sedangkan pepsin hanya tas protein.

a. Pencernaa Inraseluler
Proses pencernaan yang terjadi dalam sel, makanan yang berukura kecil ditelan oleh sel
melalui sitosom (mulut sel),organel sel yang berperan dalam proses pencernaa intraseluler
adalah lisosom. Molekul yang termasuk kedalam sel akan berfungsi (bergabung) dengan
lisosom,kemudian lisosom akan mencera molekul tersebut dengan enzim hidrolitik yang
dihasilkannya.
b. Pengertian digesti
Digesti (pencernaan) adalh proses pemecahan zat-zat makanan sehingga dapat diabsorpsi
oleh saluran pencernaan.
Proses digsti meliputi :
1. Pengambilan makanan (prehensi)
2. Memamah (mastikasi)
3. Penelanan (deglutisi)
4. Pencernaan (digesti)
5. Pengeluaran sisa-sisa pencernaan(egesti)

Hasil akhir proses pencernaan adalah terbentuknya molekul-molekul atau partikel-partikel


makanan yakni : glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap di serap( absorpsi) oleh
mukosa saluran pencernaan, selanjutnya partikel-partikel makanan tersebut melalui sistem
sirkulasi untuk diedarkan dan diguakan oleh sel-sel tubuh sebagai bahan untuk proses
metabolism, sebagai sumber tenaga, zat pembangun dan molekul-molekul fungsional dan
keperluan tubuh lainnya.
c. Lambung

Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling banyak. Terletak di
daerah epigastric,dan Sebagian sebelah kiri daerah hipokondriak umbilical. Lambung terdiri
dari bagian atasbyaitu fundus,batang utama, dan bagian bawah yang horizontal, yaitu antrum
pilorok. Dilambung makanan ditampung,disimpan dan dicampur dengan asam lambung,
hulendir dan pepsin. Mukosa lambung banyak mengandung kelenjer pencernaan.kelenjer
pada bagian pilorika menghasilkan lendir.
Fungsi lambung menerima makanan dari osofagus melalui orifisium kardiak dan bekerja
sebagai penimbun sementara, sedangkan kontraksi otot mencampur makanan dengan getah
lambung.
d. Pangkreas
Pangkreas adalah kelenjer majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip dengan kelenjer
ludah, panjang kira-kira lima belas senti meter, pangkreas dapat dibedakan menjadi eksokrin
dan endokrin bagian eksokrin oleh sel-sel acini pangkreas berfungsi menghasilkan cairan
pencernaan(enzim pencernaan) baian endokrinbagian sel-sel Islet lengerhans berfungsi
menghasilkan hormon sekretin oleh mukosa duodenal.

e. Usus halus
f. Usus besar
g. Anus
Hubungan Sistem Pencernaan dengan Psikologi adalah:Dapat kita lihat dari 3 aspek psikologi
yaitu kognitif,afektif dan konatif
4.Sistem Pernapasan
1 Pengertian Sistem Pernafasan Manusia

Sistem pernapasan adalah suatu proses mekanisme menghirup oksigen dari udara serta
mengeluarkan karbon dioksida dan uap air melalui saluran alat pernapasan yang berpangkal pada hidung
atau mulut dan berakhir pada paru-paru.Respirasi atau pernafasan merupakan pertukaran Oksigen (O2)
dan karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel mengambil Oksigen yang
akan digunakan dalam bereaksi dengan senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk
menghasilkan senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan juga dapat di
artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi.

Pernafasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu:


1. Pernafasan Eksternal (luar) yaitu proses pertukaran gas didalam paru-paru dimana bernapas atau
pengambilan Oksigen dan pengeluaran Karbondioksida serta uap air antara organisme dan
lingkungannya.
2. Pernafasan Internal (dalam) atau respirasi sel terjadi di dalam sel yaitu sitoplasma dan mitokondria.
Sistem pernafasan terdiri atas saluran atau organ yang berhubungan dengan pernapasan. Oksigen dari
udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO 2) di angkut
oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar udara.
2 Mekanisme Pernafasan Pada Manusia
Pada Sistem Pernapasan Manusia terdapat dua mekanisme pernapasan yaitu proses
inspirasi (mengambil udara) dan proses ekspirasi (mengeluarkan udara). Sedangkan jenis
pernapasan terdiri dari dua jenis yaitu pernapasan dada (dikerjakan oleh otot antar tulang rusuk)
dan pernapasan perut (dikerjakan oleh otot diafragma).
Proses Inspirasi dan Ekspirasi Dalam Pernapasan Manusia

Inspirasi adalah bagian aktif dari proses pernapasan yaitu masuknya udara ke dalam
tubuh. Inspirasi diprakarsai oleh pusat kontrol pernapasan di medula oblongata (Brain stem).
Aktivasi medulla menyebabkan kontraksi diafragma dan otot-otot intercostal sehingga rongga
dada membesar dan penurunan tekanan rongga pleura yaitu rongga tipis yang berisi cairan di
viseral dan parietal dari paru-paru kiri maupun kanan (rongga paru-paru).Saat manusia
melakukan aktivitas biasa, tubuh akan menggunakan pernafasan dada yang dipengaruhi oleh
kontraksi otot-otot antar tulang rusuk bagian luar yang akan menyebabkan tulang-tulang rusuk
naik terdorong ke atas menjadikan rongga dada membesar, dan volume paru-paru pun akan
membesar. Hal ini mendorong udara dari luar dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung,
tenggorokan, bronkus, bronkiolus, dan alveolus.Saat manusia melakukan aktivitas yang berat,
tubuh akan menggunakan pernapasan perut untuk memaksimalkan pengambilan udara yang lebih
banyak. Otot-otot yang membatasi rongga dada dengan rongga perut akan berkontraksi sehingga
bentuk difragma akan mendatar.Keadaan ini membuat tulang-tulang rusuk terangkat ke atas
sehingga menyebabkan volume rongga dada dan rongga paru-paru makin membesar.

Ekspirasi adalah bagian dari proses pernapasan yaitu mengeluarkan udara dari dalam tubuh.
Udara kadaluwarsa berupa karbon dioksida dan uap air hasil peristiwa metabolisme tubuh akan dibuang
dalam proses ini. Ekspirasi juga diprakarsai oleh pusat kontrol pernapasan di medula oblongata (Brain
stem) namun kebalikan dari proses inspirasi.Otot-otot antar tulang rusuk sebelah luar dan otot diafragma
mengendur yang akan membuat rongga dada turun sehingga volume udara di paru-paru mengecil.
Dengan mengecilnya volume udara di paru-paru maka tekanan udara di dalam paru-paru meningkat dan
akan mendorong karbondioksida dari ruang alveolus perlahan naik ke tabung-tabung pernafasan dan
keluar melalui hidung.Saat manusia melakukan aktivitas yang berat seperti dalam berolahraga atau ketika
saluran udara menyempit seperti pada terkena asma, otot antar tulang rusuk sebelah luar dan otot
diafragma akan bergerak cepat untuk meningkatkan tekanan pleura (udara di dalam paru-paru) agar udara
dapat dikeluarkan dengan cepat.

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua
cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada


 Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
 Tulang rusuk terangkat ke atas
 Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke
dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
 Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
 Diafragma datar
 Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada mengecil sehingga
udara pasuk ke paru-paru.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja
berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga
15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang
banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara. Pada pembuluh darah arteri, tekanan
oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena
tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh
kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2.
CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.
Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :
 Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2
 Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
 Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
 Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2
Alat-alat pernapasan berfungsi memasukkan udara yang mengandung oksigen dan mengeluarkan
udara yang mengandung karbon dioksida dan uap air. Tujuan proses pernapasan yaitu untuk memperoleh
energi. Pada peristiwa bernapas terjadi pelepasan energy.

2.3 Sistem Pernafasan Pada Manusia dan mekanisme pernapasan

Sistem Pernapasan pada Manusia terdiri atas:


1. Hidung
2. Faring (tenggorokan)
3.Laring(pangkal tenggorokan)
4. Trakea (batang tenggorokan)
5. Bronkus (cabang dari trakea)
6. Bronkiouls (cabang bronkus)
7.Alveolus(gelembung2 tempat pernapasan)
8. paru-paru

1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput
lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.
Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring
melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus
dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran
pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran
pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar
peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga
sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi)
untuk suara percakapan.
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di
rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada
bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga
dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru- paru,
cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung
bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).
4. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring
dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di
ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis
pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama
laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok
disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup
pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok
dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan
bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur
lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan
pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua
bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus
bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga
bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus
mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara
berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan
keluar paru-paru.
6. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk
dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang
langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi
rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk
kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-gelembung
yang disebut alveolus.
Materi Psikologi Kepribadian 2

1.Teori kepribadian psikodinamika, behavioristik, humanistik


Teori psikodinamika yang dicetus oleh Sigmund freud adalah teori yang berusaha
menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori
ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang
pada umumnya terjadi pada anak-anak dini.Pemahanan freud tentang kepribadian manusia
didasarkan pada pengalaman-pengalaman dengan pasiennya, analisis tentang mimpinya, dan
bacaannya yang luas tentang beragam literature ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
Pengalaman-pengalaman ini menyediakan data yang mendasar bagi evolusi teorinya. Baginya,
teori mengikuti megikuti observasi, dan konsepnya tentang kepribadian terus mengalami revisi
selama 50 tahun terakhir hidupnyaTeori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-
1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak
pakar yang kemudian ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori
kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna
Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang
cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai
penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).
Teori Psikoanalisis Freud
Keharmonisan dan keselarasan kerja sama di antara ketiganya sangat menentukan
kesehatan jiwa seseorang. Ketiga sistem ini meliputi: Id, Ego, dan Superego. Sebagaimana akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Id
Sigmund Frued mengumpamakan kehidupan psikis seseorang bak gunung es yang
terapung-apung di laut. Hanya puncaknya saja yang tampak di permukaan laut, sedangkan
bagian terbesar dari gunung tersebut tidak tampak, karena terendam di dalam laut. Kehidupan
psikis seseorang sebagian besar juga tidak tampak ( bagi diri mereka sendiri ), dalam arti tidak
disadari oleh yang bersangkutan. Meski demikian, hal ini tetap perlu mendapat perhatian atau
diperhitungkan, karena mempunyai pengaruh terhadap keutuhan pribadi ( integrated personality )
seseorang. Dalam pandangan Frued, apa yang dilakukan manusia khususnya yang diinginkan,
dicita-citakan, dikehendaki- untuk sebagian besar tidak disadari oleh yang bersangkutan. Hal ini
dinamakan “ketaksadaran dinamis”, ketaksadaran yang mengerjakan sesuatu. Dengan pandangan
seperti itu, Frued telah melakukan sebuah revolusi terhadap pandangan tentang manusia. Karena,
psikologi sebelumnya hanya menyelidiki hal-hal yang disadari saja. Segala perilaku yang di luar
kesadaran manusia dianggap bukan wilayah kajian psikologi.
Frued menggunakan istilah Id untuk menunjukkan wilayah ketaksadaran tersebut. Id merupakan
lapisan paling dasar dalam struktur psikis seorang manusia. Id meliputi segala sesuatu yang
bersifat impersonal atau anonim, tidak disengaja atau tidak disadari, dalam daya-daya mendasar
yang menguasai kehidupan psikis manusia. Oleh karena itu, Frued memilih istilah “id” ( atau
bahsa aslinya “Es” ) yang merupakan kata ganti orang neutrum atau netral.
Pada permulaan hidup manusia, kehidupan psikisnya hanyalah terdiri dari Id saja. Pada janin
dalam kandungan dan bayi yang baru lahir, hidup psikisnya seratus persen sama identik dengan
Id. Id tersebut nyaris tanpa struktur apa pun dan secara menyeluruh dalam keadaan kacau balau.
Namun demikian, Id itulah yang menjadi bahan baku bagi perkembangan psikis lebih lanjut. Id
adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan biologis manusia – pusat insting (hawa
nafsu, istilah dalam agama ). Energi psikis dalam Id dapat meningkat karena adanya rangsangan,
baik dari dalam maupun dari luar individu. Apabila energi psikis ini meningkat, akan
menimbulkan pengalaman tidak enak (tidak menyenangkan). Id tidak bisa membiarkan perasaan
ini berlangsung lama. Karena itu, segeralah id mereduksikan energi tersebut untuk
menghilangkan rasa tidak enak yang dialaminya. Jadi, yang menjadi pedoman dalam
berfungsinya Id adalah menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar keenakan.
2. Ego
Meski id mampu melahirkan keinginan, namun ia tidak mampu memuaskannya. Subsistem yang
kedua, ego berfungsi menjembatani tuntutan id dengan realitas di dunia luar. Ego merupakan
mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego-lah yang
menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewani manusia dan hidup sebagai wujud
yang rasional ( pada pribadi yang normal ). Ketika id mendesak Anda untuk menampar orang
yang telah menyakiti Anda, ego segera mengingatkan jika itu Anda lakukan, Anda akan diseret
ke kantor polisi karena telah main hakim sendiri. Jika Anda menuruti desakan id, Anda akan
konyol. Jadi, ego adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena kebutuhan
manusia untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan. Orang lapar tentu perlu makan
untuk menghilangkan ketegangan yang ada di dalam dirinya. Ini berarti bahwa individu harus
dapat membedakan antara khayalan dengan kenyataan tentang makanan. Di sinilah letak
perbedaan pokok antara id dan ego. Id hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin), sementara
ego dapat membedakan sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia
luar (dunia objektif, dunia kenyataan). Lain dengan id, ego berpegang pada prinsip kenyataan
( reality principle ) dan berhubungan dengan proses sekunder. Tujuan prinsip realitas adalah
mencari objek yang tepat sesuai dengan kenyataan untuk mereduksi ketegangan yang timbul di
dalam diri. Proses sekunder ini adalah proses berpikir realistik
3. Superego
Superego adalah sistem kepribadian terakhir yang ditemukan oleh Sigmund Frued. Sistem
kepribadian ini seolah-olah berkedudukan di atas Ego, karena itu dinamakan Superego.
Fungsinya adalah mengkontrol ego. Ia selalu bersikap kritis terhadap aktivitas ego, bahkan tak
jarang menghantam dan menyerang ego. Superego ini termasuk ego, dan seperti ego ia
mempunyai susunan psikologis lebih kompleks, tetapi ia juga memiliki perkaitan sangat erat
dengan id. Superego dapat menempatkan diri di hadapan Ego serta memperlakukannya sebagai
objek dan caranya kerapkali sangat keras. Bagi Ego sama penting mempunyai hubungan baik
dengan Superego sebagaimana halnya dengan Id. Ketidakcocokan antara ego dan superego
mempunyai konsekuensi besar bagi psikis. Seperti dikemukakan di atas, Superego merupakan
sistem kepribadian yang melepaskan diri dari Ego. Aktivitas Superego dapat berupa self
observation, kritik diri, larangan dan berbagai tindakan refleksif lainnya. Superego terbentuk
melalui internalisasi (proses memasukkan ke dalam diri) berbagai nilai dan norma yang represif
yang dialami seseorang sepanjang perkembangan kontak sosialnya dengan dunia luar, terutama
di masa kanak-kanak. Nilai dan norma yang semula “asing” bagi seseorang, lambat laun diterima
dan dianggapnya sebagai sesuatu yang berasal dari dalam dirinya. Larangan, perintah, anjuran,
cita-cita, dan sebagainya yang berasal dari luar ( misalnya orangtua dan guru ) diterima
sepenuhnya oleh seseorang, yang lambat laun dihayati sebagai miliknya
TEORI KEPERIBADIAN SEHAT ALIRAN HUMANISTIK
A.Teori kepribadian
Perbedaan aliran psikoanalisa,behavioristik dan humanistik.

1.Aliran psikoanalisa
Pada aliran ini tokoh nya adalah sigmund freud,freud melihat individu dari sisi negatif nya.baik
dari alam bawah sadar (id,ego dan super ego) sesuatu yang timbul dalam dirinya,mimpi dan
masa lalu.misalnya:
a) Terbatas mengabaikan potensi yang dimiliki individu
b) Melihat dari sisi debagai kodrat manusia yang negatif
c) Memberikan gambaran psimistis tentang kodrat manusia dalam hal ini manusia adalah korban
dari tekanan-tekanan dan konflik masa kanak-kanak
2.Aliran behavoiristik
Tingkah laku manusia muncul melalui proses belajar dan faktor lingkungan.
Dalam aliran ini manusia di perlakukan seperti mesin,maksudnya adalah manusia sudah
mengatur segala sesuatunya sebagai suatu sistem yang kompleks yag bertingkah laku menurut
cara yang sesuai hukum. misalnya:
a) Manusia itu sudah teratur dengan apa yang sudah menjadi fungsinya masing-masing yang
sudah tersusun baik dan di tentukan sebelumnya dengan banyak spontanitas.
b) Dengan kegembiraan hidup dan kreativitas layaknya alat pengatur panas dan menganggap
manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.Jadi individu adalah manusia biasa yang memberikan
respon positif terhadap stimulus dari luar.
3.Aliran humanistic
Aliran ini memandang setieap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih baik dan
memiliki pandangan optimistic dan bisa maju(berkembang). Dan juga bebas dalam hal
spiritualnya,serta melibatkan mental dan kesadarannya.seperti misalnya:
a) Memiliki pandangan yang segar tentang manusia
b) Melihat potensi diri individu untuk tumbuh berkembang sesuai keinginan untuk lebih baik
atau lebih banyak dari pada apa yang ada di dalam diri individu itu sendiri
Aliran ini sangat berbeda dengan psikoanalisa dan behavoiristik yang mengabaikan potensi diri
pada individu.
Kritikan aliran humanistic terhadap aliran psikoanlisa dan behavioristik.Kritikan ini
diarahkan terutama kepada perspektif dan metodenya yang subyektif, dan tidak reliable.
Terhadap behavioristik:Behaviorisme yang bersifat mekanis dan mementingkan masa lalu ini
tidak sperti yang di pahami oleh aliran humanistik,pada aliran humanistik sendiri adalah individu
itu cenderung mempunyai kemampuan atau keinginan untuk berkebang melebihi yang ada pada
dalam dirinya dan percaya pada kodrat biologis dan ciri- lingungan tidak menekankan pada
tingkah laku yang nampak dan menggunakan metode obyektif seperti halnya aliran
behaviorisme.
Terhadap psikoanalisa:Aliran humanistik tidak menyetujui sifat pesimisme,karena dalam aliran
humanistik individu itu memiliki sifat yang optimistik,dan apabila pada psikoanalisa freud
menekankan pada masa lalu,karena dalam behaviorisme percaya pada kodrati individu yang
maksudnya adalah individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau.
Selain itu juga manusia dapat berkembang dengan potensi yang dimilikinya,dan tidak
mengabaikan potensi seperti aliran psikoanalisis.Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama
mengabaikan potensi/kodrat manusia. Akan tetapi ada beberapa perbedaan juga yang sangat
mendasar. Sebagai berikut :
Psikoanalisa• Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman
dini
• Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
• Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
•Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
 Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik
masa kanak-kanak yang direpresi.Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah
korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative
individu, alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.

Sedangkan Behaviorisme yaitu :

 Mementingkan faktor lingkungan


 Menekankan pada faktor bagian
 Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
 Sifatnya mekanis
 Mementingkan masa lalu
manusia diperlukan sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya.
Aliran ini menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari luar. Dalam
aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. Dan ciri-cirinya yaitu : tersusun
baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan
krativitas.
Humanistik
Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik ini. Gerakan ini
merasa tidak puas terhadap Psikologi behavioristik dan Psikoanalisis.
Menurut Maslow Psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada
masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain
mempelajari yang Nampak, juga mempelajari erilaku yang tidak Nampak. Mempelajari ketidak
sadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metoda penelitian yang telah
disingkirikan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi.

2. Teori Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov (Aliran Behaviorisme)

A. Pavlov Dan Kondisioning Klasik


Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam teori behavioristik adalah Ivan Pavlov. Ia terkenal
dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning). Teori tersebut ditemukan Pavlov secara
kebetulan pada tahun 1980-an.Pada saat itu, ia melakukan percobaan pada seekor anjing, yang kelak
percobaan tersebut diterapkan pada manusia. Sebagaian besar percobaan memang dilakukan pada hewan,
karena menurut Pavlov binatang dengan manusia memiliki beberapa kesamaan. Diantara kesamaan itu
menurut Thorndike ada pada proses belajar.Apa yang dilakukan Pavlov dengan anjingnya?,Ada empat
tahapan dalam pengkondisian klasik (classical conditioning) :
1. Yang pertama adalah ketika seekor anjing diberi makan, maka respon yang terjadi adalah anjing
mengeluarkan air liur.
2. Tahapan Kedua anjing tadi diperdengarkan bel di depannya, maka respon yang terjadi adalah
anjing hanya terdiam, tidak mengeluarkan liur.
3. Tahapan ketiga, anjing diberikan makan dan diperdengarkan bel secara bersamaan, maka respon
yang didapat adalah anjing mengeluarkan air liur.
4. Tahapan terakhir atau keempat, anjing hanya diperdengarkan bel di depannya, dan respon yang
didapat adalah anjing mengeluarkan liurnya.

 Gambar pertama menjelaskan tahapan Before Conditioning, Yaitu ketika anjing diberi makan,
seekor anjing akan dengan sendirinya mengeluarkan air liur, walaupun tanpa ada pengkondisian
sebelumnya.
 Gambar kedua juga masih pada tahapan Before Conditioning. Yakni ketika seekor anjing
dibunyikan sebuah bel. Maka anjing tidak merespon dan tidak mengeluarkan air liur.
 Gambar ketiga yaitu tahapan During Conditioning. Menggambarkan keadaan bahwa ketika
anjing dibunyikan sebuah bel disertai sebuah makanan, maka anjing akan mengeluarkan liurnya.
 Gambar terakhir adalah tahapan After Conditioning, yaitu ketika tahapan during conditioning
dilakukan berulangkali maka ketika dibunyikan sebuah bel tanpa disertai sebuah makanan,
anjing akan dengan sendirinya mengeluarkan air liur.

Jika anda melihat atraksi dalam sebuah sirkus, seekor gajah atau singa atau lumba-lumba, bisa
berdiri atau berputar-putar hanya dengan ayunan tangan seorang pawang, ketahuilah bahwa itu melalui
proses during conditioning yang berulang-ulang.Demikan halnya dengan manusia, manusia dapat
dikondisikan sedimikan rupa. Pengulangan dan latihan pada tahapan during conditioning digunakan agar
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar
Pavlov adalah terbentuknya perilaku yang diinginkan sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
Secara umum, teori belajar Pavlov sangat cocok dipraktekkan pada pembelajaran yang
mengandung unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks dan daya tahan, seperti percakapan bahasa
asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang dan olahraga. Juga dapat diterapkan untuk
anak yang masih memerlukan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi, gemar meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti permen dan pujian.

3.Teori Operan Conditioning oleh B.F. Skinner (Aliran Behaviorisme)

Burrhus Frederic Skinner atau biasa disingkat B.F Skinner ialah seorang tokoh yang menentukan
teori operant conditioning (pengkondisian operan). Skinner ialah nama populernya.
Burrhus Frederic skinner (1904-1990) lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada tanggal 20 Maret 1904.
Ia merupakan anak pertama dari pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya
adalah seorang pengacara dan seorang politisi, sedangkan Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga.
Skinner tumbuh dalam suasana dan lingkungan yang nyaman, bahagia, dan dengan derajat ekonomi
keluarga menengah ke atas. Orang tuanya menerapkan nilai-nilai kesederhanaan, kebaktian, kejujuran,
dan kerja keras dalam menjalani kehidupan. Keluarga skinner adalah orang-orang gereja, namun Freud
(B.F skinner) pernah hampir kehilangan kepercayaan terhadap agama ketika masih duduk di bangku
sekolah menengah. Dan kemudian ia tidak menjalankan atau mengikuti agama apapun.Ketika berusia 2
setengah tahun, adiknya, Edward yang biasa disapa Ebbie lahir. Freud merasa bahwa adiknya lebih
disayang oleh kedua orang tuanya. Namun, ia tidak merasa kehilangan kasih sayang dari kedua orang
tuanya. Pada tahun pertama Freud di perguruan tinggi, adiknya, Ebbie meninggal dunia. Sejak saat itu
kedua orang tuanya menjadi progresif dan sulit memberikan izin kepada Freud untuk bepergian. Mereka
menginginkan Freud menjadi anak rumahan “The Family Boy” saja. Dengan sungguh-sungguh kedua
orang tuanya sukses menjalankan kewajiban dengan menjaga kestabilan keuangan freud, bahkan hingga
ia menjadi seorang psikologi terkemuka di Amerika.

Dia meraih gelar master pada 1930 dan Ph.D. pada 1931 dari Harvard University. Skinner
menerima beasiswa dari Dewan Penelitian Nasional untuk melanjutkan penelitian laboratoriumnya di
Harvard. Gelar B.A. diperoleh dari Hamilton College, New York, dimana dia mengambil jurusan Sastra
Inggris. Skinner pun menjadi pecaya diri dengan identitasnya sebagai seorang behavioris. Ia juga
membuat garis besar cita-cita/tujuannya dalam 30 tahun ke depan. Dalam rencananya, Skinner juga terus
mengingatkan dirinya untuk benar-benar taat dan sungguh-sungguh dalam mendalami metodologi
behavioristik. Di tahun 1960, Skinner telah berhasil mewujudkan fase terpenting dalam rencananya .Saat
dia di Hamilton, Skinner makan siang bersama , seorang penyair Amerika, yang mendorong Skinner
untuk mengirimkan tulisannya. Frost memuji tiga cerpen karangan Skinner, dan Skinner lalu memutuskan
menjadi Penulis. Keputusan ini ternyata mengecewakan ayahnya yang berprofes seorang pengacara, yang
berharap putranya juga menjadi pengacara. Pada tahun pertama, Skinner tertarik untuk menjadi seorang
penulis profesional, dengan tujuan atau cita-citanya mempublikasikan Walden Two ketika ia mulai
berusia 40 tahun. Ketika Skinner tamat dari sekolah menengah, keluarganya pindah ke Scranton,
Pennsylvania. Dan hampir dengan seketika Skinner masuk ke Peguruan Tinggi Hamilton, sebuah sekolah
kesenian liberal di Clinton, New York.
Pada tahun 1945, Skinner menjadi kepala Departemen Psikologi di Indiana University. Tiga
tahun berselang, ia diminta mengajar di Harvard. Di Univeristas inilah ia menghabiskan seluruh hidup
dan studinya dalam berbagai penelitian. Termasuk di antaranya, ia aktif dalam mengadakan penelitian dan
membimbing ratusan kandidat doctor, serta menulis banyak buku. Walaupun tidak berhasil menjadi
penulis fiksi dan penyair, namun ia berhasil menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Karya
terbaiknya ialah Walden II, sebuah buku fiksi yang menjelaskan mengenai perilaku sebuah komunitas
berdasarkan perspektif behavior. Sementara, karya tulis terakhirnya berjudul About Behaviorism, yang
diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya ialah seputar tingkah laku yang
terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Pada tahun 1948, Skinner
kembali ke Harvard, dan melanjutkan eksperimen kecil menggunakan burung dara.
Tahun 1964, di usianya yang ke-60 tahun, Skinner berhenti mengajar. 10 tahun kemudian, ia
mengambil 2 program pendanaan karier dari pemerintah pusat untuk masa 5 tahun, yang mengizinkan
Skinner untuk melanjutkan menulis dan memimpin penelitian. Ia pun berhenti menjadi profesor psikologi
pada tahun 1974. Setelah berhenti mengajar pada tahun 1964, Skinner menulis beberapa buku penting
mengenai tingkah laku manusia (human behavior) yang membantunya mendapatkan gelar
sebagai America’s best-known living psychologist. Pada tanggal 18 Agustus 1990, Skinner meninggal
karena menderita leukimia. Satu minggu sebelum kematiannya, Skinner mengirimkan pidato
emosianalnya kepada konvensi American Psychological Association (APA) mengenai kelanjutan
advokasinya tehadap behaviorisme radikal. Dengan adanya konvesi ini, ia mendapat surat pujian pertama
sebagai Outstanding lifetime Constribution to Psychology. Dan Skinner adalah satu-satunya orang yang
mendapat penghargaan tersebut dalam sejarah APA. Ia tetap dikenang sebagai Psikolog paling terkenal
setelah Sigmund Freud. Karya-karyanya menjadi referensi pokok bagi para psikolog generasi selanjutnya
untuk mengkaji tingkah laku manusia secara lebih mendalam.

Teori-Teori Pendahulu Pendekatan Behavior Skinner

Menurut Skinner penyelidikan mengenai kepribadian hanya sah jika memenuhi beberapa kriteria
ilmiah. Ia tidak akan menerima gagasan bahwa kepribadian yang membimbing atau mengarahkan
perilaku. Dalam hal ini Skinner membedakan perilaku menjadi dua yaitu perilaku yang alami dan perilaku
operan, perilaku alami menurutnya adalah perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas sedangkan
perilaku operan adalah perilaku yang ditimbulkan stimulus yang tidak jelas atau tidak diketahui tetapi
semata – mata dihasilkan oleh organisme itu sendiri.Bagi Skinner, faktor motifasional dalam tingkah
laku bukan elemen dari struktural dalam situasi yang sama. Tingkah laku seseorang bisa berbeda – beda
kekuatan dan keseringan munculnya. Hakikat dari teori Skinner adalah teori belajar bagaiman individu
memiliki tingkah laku baru menjadi lebih terampil menjadi lebih tahu,dengan objek eksperimennya
adalah tikus,mespati dan ia memilih tikus.Tikus dikurung dalam box dan tidak dikasih makan,kemudian
si tikus memberontak dan akhirnya berbunyi pedal untuk mengeluarkan biji-bijian sehingga si tikus bisa
makan. Skinner meyakinkan bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku
dalam hubungannya yang terus – menerus dengan lingkungannya ,sedangkan cara untuk mengontrol
perilaku adalah dengan melakukan penguatan terhadap suatu strategi kegiatan yang membuat tingkah
laku itu terjadi atausebaliknya tidak terjadi pada masa yang akan datang.Dalam proses belajar mengajar
manusia tidak bisa terlepas dari stimulus dan respon yang dialami sebagai suatu tanggapan atas suatu
rangsangan yang masuk. Parailmuwan terdahulu banyak menggunakan hewan sebagai bahan percobaan
terhadapteori-teori yang telah ditemukan, yang mana teori tersebut bila sudah teruji dengan baik maka
dapat diaplikasikan terhadap manusia, diantaranya yaitu teori Burrhus Frederic Skinner, Edwin R Gutric,
dan Clark Hull.
Teori – Teori Pendahulu pendekatan behavior Skinner :
1.Teori Edward L Thorndike
Menurut Edward L Thorndike berdasarkan hasil observasinya bahwa pembelajaran terjadi karena
suatu efek yang mengikuti respon yaitu Law of Effect ( hukum akibat) .Edward juga melihat bahwa adanya
efek dari reaward (penghargaan)dan punishment(hukuman) dalam membentuk prilaku.Menurut
Skinner,hukum sebab akibat sangat krusial untuk mengontrol perilaku dan melihat pekerjaannya dimana
memastikan bahwa suatu efek benar-benar terjadi dan efek tersebut terjadi dibawah suatu kondisi optimal
untuk belajar,jadi Skinner setuju dengan Thorndike bahwa efek dari penghargaan lebih dapat diprediksi
daripada efek hukuman dalam membentuk suatu prilaku.Respon dari suatu stimulus yang diikuti langsung
oleh “pemuas” cenderung akan di simpan,sedangkan respon terhadap suatu stimulus yang dikuti oleh
“pengganggu” akan di buang.Kemudian adanya reward and punishment ,dimana menurut Edward efek
reward lebih dapat diprediksi dari pada efek hukuman dalam membentuk perilaku.
2. Teori John B Watson
Menurut John B Watson perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat
penting, jadi menurut pandangan Watson perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal. Teori
perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia sebagai produk
lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya.
Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia.
Menurut Watson Behaviorisme tidak bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada
manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional.
Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus
yang datang dari luar dengan respons yang ditampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari
individu, jika diberi stimulus dari luar. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai
akibat berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Segala
perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya, dan lingkunganlah yang
membentuk kepribadian manusia.
Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah adanya unsur: dorongan
(drive), rangsangan (stimulus), respons, dan penguatan (reinforcement). Unsur yang pertama adalah
dorongan, suatu keinginan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya.
Unsur yang kedua adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri individu, dan tentu saja
berbeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Unsur yang ketiga adalah Respons, respons itu
ada yang positif, dan ada pula yang negatif. Yang positif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang
melakukan respons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi reaksi justru sebaliknya dari yang diharapkan
oleh pemberi rangsangan. Unsur yang keempat adalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnya
dari pihak luar, ditujukan kepada orang yang sedang merespons. Apabila respons telah benar, maka diberi
penguatan agar individu tersebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi
lagi.Jadi,Menurut Watson, tujuan dari psikologi adalah untuk memprediksi dan mengontrol perilaku
yang terbentuk melalui hubungan stimulus-respons

2.3 Teori Analisis Prilaku

1) Kondisioning-kondisioning Operan
• Pengkondisian klasik : pengkondisian responden, suatu respon di peroleh dari sebuah organisme dengan
suatu stimulus yang spesifik dan bisa di identifikasikan
• Pengkondisian operan : perilaku yang di buat dan terjadi saat di berikan penguatan secara
langsung,dimana adanya suatu stimulus netral(conditioned) dipasangkan beberapa kali lalu diikuti oleh
stimulus yang tidak dikondisikan.Penguatan ini akan meningkatkan prilaku yang sama untuk terjadi lagi
dan dapat mengubah frekwensi dari respon atau kemungkinan suatu respon akan terjadi dan tidak
menyebabkan suatu prilaku tapi memungkinkan prilaku tersebut akan diulang lagi..Seperti :
• Shaping di gunakan untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang komplek yang juga relevan
dengan tingkah laku manusia,dan teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara menguatkan
organisme pada setiap kali ia bertindak kearah yang diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar
merespon sampai pada suatu saat tidak perlu lagi.
Penguatan
Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
· Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa
hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
· Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena
diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan
negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Jadwal Penguatan
• Jadwal meningkatkan frekuensi munculnya respon
• Terdapat 4 jadwal acak
• Rasio tetap : organisme di berikan penguatan secara acak bergantug jumlah respon yang diberikan.
Rasio merujuk pada ratio respon terhadap penguatan
• Rasio bervariasi : organisme di berikan penguatan setelah respon ke-n berdasarkan rata-rata
• Interval tetap : organisme di berikan penguatan untuk respon pertama yang mengikuti suatu periode
waktu yang sudah di rancang
Hukuman
Hukuman ( Punishment) merupakan pemberian stimulus yang tidak menyenangkan.Efek dari
hukuman. Hukuman biasanya di berikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu. Salah
satu efek dari hukuman adalah menekan perilaku individu. Orang yg di hukum mungkin akan berfantasi,
memproyeksikan perasan mereka pada orang lain, serta merasionalisasikan prilaku, dan melakukannya.

2) Organisme Manusia
Menurut skinner perilaku manusia (kepribadian) dibentuk oleh tiga kekuatan:
 Seleksi alam
 Praktik budaya
 Kondisi Internal
a) Seleksi Alam
Sejarah seseorang atas penguatan yang di terimanya ,itu semua adalah masalah seleksi alam.Perilaku
kita di tentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah pribadi kita atas penguatan yang
diterima dan dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup.
b) Praktik Budaya
Manusia tidak mengobservasi praktik khusus supaya kelompok tersebut bisa bertahan hidup ,tapi
mereka mengobservasi hal tersebut karena kelompok yg membuat anggotanya melakukan hal tersebut
untuk bertahan dan dapat melakukan transfer akan hal itu,dan juga manusia mengikuti perilaku
kelompok untuk bertahan hidup.
c) Kondisi Internal
Skinner tidak menyangkal adanya kondisi internal yang mempengaruhi individu,kondisi internal itu
diantaranya:
 Self awareness (kesadaran diri)
 Dorongan
 Emosi
 Tujuan dan Intensi
 Prilaku yang kompleks
 Proses mental
 Kreativitas
 Prilaku yang tidak disadari
 Mimpi
3) Kepribadian Tidak Sehat
 Strategi Perlawanan
Saat kontrol sosial terasa berlebihan ada 3 strategi sadar menghindar, memberontak, menggunakan
resistensi pasif
- Menghindar : menarik diri baik secara fisik maupun psikologis
- Memberontak : kontrol sosial yang bersifat aktif dan kembali menyerang agen yang menyerangnya.
- Resistensi pasif lebih tenang dari pada mereka yang memberontak dan lebih mengganggu bagi para
pelaku control.Resistensi adalah sikap bertahan dari perilaku yang tidak pantas dan ini merupakan teknik
melawan kontrol sosial yang merugikan diri sendiri atau dari usaha yang gagal yang dilakukan.

4 Aplikasi Teori Analisis Perilaku


Para pakar Psikologi penganut faham Behaviorisme berpendapat bahwa belajar bahasa
berlangsung dalam lima tahap, yaitu:
a. Trial and error
b. Mengingat-ingat
c. Menirukan
d. Mengasosiasikan
e. Menganalogikan
4. teori Psikologi Individual oleh Gordon Allport (Aliran Behaviorisme)
BIOGRAFI GORDON ALLPORT
Gordon Willard Allport lahir pada 11 November 1897 di Montezuma, Indiana, anak
keempat dan bungsu dari John E. Allport dan Nellie Wise Allport. Ayah Allport pernah
melakukan sejumlah petualangan bisnis sebelum menjadi dokter kira-kira pada waktu Gordon
lahir. Karena tidak memiliki kantor yang memadai dan fasilitas klinis, dr. Allport mengubah
rumahnya menjadi sebuah rumah sakit kecil-kecilan. Baik pasien maupun perawat bias
ditemukan di rumahnya, di mana atmosfer yang bersih dan steril dipertahankan dengan baik.
Floyd Allport, kakak laki-lakinya yang 7 tahun lebih tua, yang menjadi psikolog terkenal
juga, melukiskan ibu mereka sebagai perempuan saleh yang sangat menekankan pentingnya
agama (F.Allport, 1974). Karena sebelumnya pernah menjadi guru sekolah, dia mengajarkan
Gordon kebajikan dari bahasa yang bersih dan hubungan yang tepat selain pentingnya pencarian
jawaban-jawaban religius tertinggi. Allport muda mengembangkan ketertarikan awal terhadap
persoalan-persoalan filosofis dan religius, dan memiliki fasilitas yang lebih banyak terhadap
kata-kata daripada permainan. Dia menggambarkan dirinya “terisolasi” secara social untuk
menunjukkan tingginya lingkaran aktivitasnya sendiri. Meskipun lulus dengan ranking kedua
dari 100 siswa SMA-nya, Allport tidak menganggap dirinya pandai (Allport, 1967. Saat
menerima gelar sarjananya pada 1919 dengan topic tentang filsafat dan ekonomi, dia masih tidak
merasa pasti dengan karier ke depannya. Ketika mendapat tawaran untuk mengajar di Turki, dia
melihatnya sebagai kesempatan untuk menyelidiki apakah dia akan menikmati tugas mengajar
itu. Dia menghabiskan tahun akademis 1919 – 1920 di Eropa dengan mengajarkan bahasa
Inggris dan sosiologi di Robert College di Istambul. Di Wina, Allport bertemu pertama kali
dengan Sigmund Freud. Pertemuan dengan Freud ini sangat mempengaruhi pengembangan
ide-ide Allport berikutnya tentang kepribadian.
Dengan penuh keberanian, Allport yang berusia 22 tahun menulis kepada Freud sebuah
pemberitahuan bahwa dia sedang berada di Wina dan meminta kesempatan bertemu dengan
bapak psikoanalisis itu. Pada tahun 1925, Allport menikahi Ada Lufkin Gould, yang ditemuinya
ketika masih menjadi mahasiswa pascasarjana. Allport memiliki seorang putra, Robert, yang
menjadi dokter anak, dan karenanya menjadi penghubung antara dua generasi dokter, sebuah
fakta yang tampaknya sangat menyenangkan hati ayahnya (Allport, 1967). Allport banyak
menerima penghargaan sepanjang hidunya. Pada 9 Oktober 1967 Allport seorang perokok berat,
dan meninggal karena kanker paru-paru.

B. PRINSIP-PRINSIP TEORI GORDON ALLPORT


Berikut ini adalah Beberapa prinsip yang telah dikemukakan oleh Gordon Allport dalam
kepribadian manusia adalah;
1) Prinsip Motivasi
Menurut Allport, Masalah motivasi adalah pusat belajar dengan psikologi kepribadian, (Pola dan
Pertumbuhan dalam Kepribadian, hal 196).
2) Prinsip Belajar
Kecenderungan umum yang menekankan belajar dan pekerjaan terapeutik, Allport
menekankan belajar sebagai faktor pengembangan kepribadian. Dia menemukan bahwa belajar
adalah sangat terlibat sebagai modus motivasi
3) Prinsip Kekinian
Allport sangat yakin bahwa manusia hidup dan berpikir di masa sekarang dan bukan
masa lalu. Motivasi selalu kontemporer. Individu bermaksud untuk menuju masa depan pada
yang terbaik dijelaskan dengan perilaku di masa sekarang.
4) Prinsip Keunikan
. Allport merasa sangat kuat tentang hal ini dan berdasarkan banyak karyanya pada
aspek-aspek unik dari kepribadian setiap manusia. Keunikan setiap manusia adalah dasar dalam
kerangka teoritisnya .
5) Prinsip Ego atau Diri
Dalam istilah Allport's, ego dan / atau diri adalah kekuatan pemersatu atau damar wangi
untuk sakit kebiasaan, sifat, sikap, perasaan, dan kecenderungan manusia.
6) Prinsip Discontinuity Continuity
Allport merasa bahwa ada kebingungan antara gejala dan proses. Di mana tampaknya ada
sebuah kontinum, adalah sebuah kontinum gejala dan tidak proses. Allport hampir menyarankan
diskontinuitas antara struktur motivasi anak dan dewasa, yang menciptakan dalam efek dua teori
kepribadian. Teori kepribadian untuk anak didasarkan pada pengurangan ketegangan, cf
menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan, dan model biologis. Dewasa kepribadian
beroperasi dari matriks atau radix sifat diatur dan sangat terfokus. Orang dewasa, maka, tidak
lagi kekuasaannya berasal dari organik, sumber primitif tetapi dari sistem otonomi fungsional
memotivasi.
7) Sifat Tren Tendensi Prinsip Temperamen
a. Sifat
sifat-sifat umum adalah, kemudian, aspek-aspek kepribadian dalam hal yang kebanyakan
orang dalam suatu budaya tertentu dapat menguntungkan dibandingkan. Sifat umum adalah
kategori untuk mengklasifikasikan bentuk-bentuk fungsional setara dengan perilaku dalam
populasi umum.
Suatu sifat umum untuk batas tertentu mencerminkan kecenderungan tulus dan sebanding
dalam kepribadian banyak orang, karena sifat manusia umum dan budaya umum,
mengembangkan cara serupa menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka, meskipun dengan
derajat yang bervariasi
lingkungan mereka, meskipun dengan derajat yang bervariasi
b. Tren
Pertanyaan tentang tren dalam perilaku manusia agak identik dengan gaya hidup atau
kecenderungan untuk bertindak, atau, seperti Allport akhirnya berhasil keluar, dengan
kecenderungan pribadi setiap individu.
c.Temperamen
Temperamen merujuk pada fenomena karakteristik alam emosional individu, termasuk
kerentanan untuk stimulasi emosional, kekuatan adat dan kecepatan respon, kualitas suasana
yang berlaku, dan semua kekhususan fluktuasi

PENDEKATAN GORDON ALLPORT BAGI TEORI KEPRIBADIAAN


Menurut Allport kepribadian adalah sesuatu yang terorganisasikan dan terpolakan.
Definisi komprehensif Allport tentang kepribadian ini menunjukkan bahwa manusia adalah
produk sekaligus proses yang memiliki sejumlah struktur yang berorganisasikan, sementara di
waktu yang sama memiliki kemampuan untuk berubah. Ringkasnya, kepribadian bersifat fisik
sekaligus psikologis mencakup perilaku yang tampak dan pikiran yang terungkap.

1. .Peran dari motivasi


Allport menekankan pentingnya motivasi yang di sadari. Penekanannya terhadap
motivasi yang disadari ini bermula dari pertemuannya dengan Freud di Wina Jika Freud
mengasumsikan sebuah pemaknaan bawah sadar yang melandasi cerita anak kecil, Allport
cenderung menerima pernyataan diri apa pun adanya.Namun begitu, Allport (1961) tidak
mengabaikan eksistensi atau bahkan pentingnya proses bawah sadar.
2. Ciri pribadi yang sehat
Allport (1937) membuat hipotesis tentang sifat-sifat kepribadian yang dewasa. Beberapa
asumsi umum di butuhkan agar kita bisa memahami konsepsi Allport tentang pribadi yang
dewasa:
a. Pribadi yang dewasa secara psikologis dicirikan oleh sikap proaktif, yaitu tidak hanya
bereaksi kepada stimuli eksternal, tetapi juga sanggup bertindak dengan sadar terhadap
lingkungannya dengan cara-cara yang baru dan inovatif, sehingga lingkungan pun
bereaksi kepada mereka juga.
b. . Kepribadian yang dewasa tampaknya lebih termotivasikan oleh proses-proses sadar dari
pada kepribadian yang terdistorsi, menjadikan mereka lebih fleksibel dan mandiri dari
pada pribadi sehat yang masih terus di dominasioleh motif-motif bawah sadar yang
mncul dari pengalamanmasa kanak-kanak. Individu yang sehat secara psikologis adalah
pribadi unik bukan karena tidak pernah berbuat kekeliruan dan kesalahan.
c. kriteria bagi kepribadian yang dewasa :
1) Perluasan konsep diri, pribadi yang dewasa terus berusaha
mengidentifikasikan dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa di luar diri
mereka
2) Pribadi yang dewasa dicirikan oleh “hubungan hangat dirinya dengan orang
lain”, mereka memiliki kemampuan untuk mencintai orang lain dengan cara
yang intim dan penuh kasih.
3) Rasa aman emosional atau penerimaan diri, individu yang dewasa menerima
diri apa adanya dan memiliki apa yang Allport (1961) muatan emotif
(emotional poise).
4) Pribadi yang sehat secara psikologi memiliki persepsi yang realistis tentang
lingkungan sekitarnya.
5) Kedalaman wawasan dan humor, pribadi dewasa mengenal dirinya sehingga
tidak perlu melimpahkan kesalahan dan kelemahan mereka kepada orang lain
6) Kedewasaan adalah memiliki filsafat hidup yang menyatukan, pribadi yang
sehat memiliki konsep yang jelas tentang tujuan hidup

STRUKTUR KEPRIBADIAAN
Struktur Kepribadian merujuk pada komponen-komponen dasar atau element-
elementnya.

1. Disposisi Personal
Allport (1961) mendefinisikan disposisi personal sebagai “Struktur Neuropsikis umum
(khas bagi individu) yang mempunyai kapasitas untuk memberikan respon terhadap banyak
stimulus yang berfungsi ekuivalen, serta untuk memulai dan mengarahkan bentuk prilaku adaptif
dan ekspresif yang konsisten (setara, hlm 373 ratusan disposisi personal.
2. Tingkat Disposisi Personal
Allport (1961) menyebut disposisi personal ini sebagai disposisi pokok. Disposisi ini
sangat jelas terlihat sehingga tidak dapat disembunyikan; hampir setiap tindakan dalam hidup
seseorang berbuat disekitar disposisi pokok.
3. Disposisi Motivasi dan Ekspresif
Allport (1961) merujuk pada disposisi personal yang dialami tidak terlalu kuat sebagai
disposisi ekspresif walaupun disposisi tersebut juga mempunyai kekuatan motivasi. Disposisi
Ekspresif mengarah tindakan, disposisi motivasi memunculkan tindakan. Contohnya dari
disposisi ekspresif adalah penampilan seseorang yang rapi dan sempurna.
Tidak seperti Maslow yang memberikan batasan yang jelas antara perilaku coping dan
ekspresif, Allport tidak melihat perbedaan yang jelas antara disposisi motivasi dan disposisi
ekspresif. Walaupun beberapa disposisi merupakan disposisi ekspresif, ternyata yang lainnya
termasuk disposisi motivasi karena berdasarkan pada kebutuhan yang terasa sangat kuat. Sebagai
contoh, kesopanan merupakan disposisi ekspresif, sementara makan cenderung pada disposisi
motivasi. Bagaimana seseorang makan (gaya mereka), sebagian bergantung pada tingkat
kelaparan mereka, serta kekuatan dari disposisi ekspresif mereka. Seseorang yang biasanya
sopan, namun ketika sangat lapar, dapat mengesampingkan tata krama saat makan sendirian.
Akan tetapi, jika kehadiran orang lain dan disposisi kesopanan cukup kuat , maka orang tersebut
akan makan dengan menggunakan etika dan kesopanan walaupun sedang kelaparan.

4. Proprium
Allport mengunakan istilah proprium untuk merujuk perilaku dan karakteristik yang
dianggap manusia sebagai sesuatu yang penting, sentral dan hangat dalam kehidupan mereka..
Perilaku yang tidak bersifat proprium meliputi:
a. dorongan dan kebutuhan dasar yang biasanya dapat dipenuhi dan terpuaskan tanpa
banyak kesulitan
b. kebiasaan-kebiasaan umum, seperti menggunakan pakaian, mengucapkan “halo” pada
orang lain, dan menyetir pada bagian yang benar dari jalan tersebut, serta
c. perilaku sehari-hari, seperti merokok atau mengosok gigi, yang dilakukan secara
otomatis dan tidak krusial dalam pembentukan rasa diri seseorang.
MOTIVASI
Allport menyakini bahwa kebanyakan orang termotivasi oleh dorongan yang
dirasakannya daripada dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, serta menyadari
apa yang mereka lakukan dan mempunyai pengetahuan atas alasan mengapa mereka
melakukannya.
Allport juga menyatakan bahwa teori motivasi harus mempertimbangkan pula perbedaan
antara motif sekunder (peripheral motives) dan usaha kuat yang bersifat sentral (propriate
strivings). Motif sekunder adalah motif-motif yang menurunkan kadar tekanan sementara usaha
kuat yang bersifat sentral yaitu untuk mempertahankan kadar tekanan dan kondisi
disekuilibrium.
1. Teori Motivasi
Allport percaya bahwa teori kepribadian yang memiliki kegunaan, berlandaskan pada
asumsi bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap lingkungan, tetapi membentuk pula
lingkungan dan membuatnya bereaksi terhadap mereka. Allport percaya bahwa banyak teori
kepribadian terdahulu yang tidak memperbolehkan adanya suatu kemungkinan untuk
berkembang. Psikoanalisis dan beragam teori belajar pada dasarnya merupakan teori yang
bersifat homeostatis atau reaktif, karena berpandangan bahwa manusia pada dasarnya termotivasi
oleh kebutuhan untuk menurunkan tekanan dan untuk kembali pada suatu kondisi ekuilibrium.
Teori yang komprehensif tidak hanya memasukkan penjelasan mengenai teori reaktif,
namun harus juga memasukkan teori proaktif yang menekankan pada perubahan dan
pertumbuhan. Dengan perkataan lain, Allport mengagas suatu bentuk psikologi yang pada satu
sisi mempelajari pola umum dari perilaku dan hokum-hukum yang umum (psikologi tradisional),
dan pada sisi lain, mempelajari pertumbuhan dan individualitas.
Allport berpendirian bahwa teori mengenai motif yang tidak berubah, tidak cukup lengkap
karena hanya membatasi pembahasan pada prilaku reaktif. Akan tetapi, pribadi yang matang
tidak hanya termotivasi untuk mencari kesenagan dan mengurangi rasa sakit, melainkan untuk
mendapatkan sistem-sistem baru dari motivasi yang secara fungsional tidak bergantung pada
motif awal mereka.
2. Otonomi Fungsional
Konsep ini merupakan penjelasan Allport (1961) mengenai banyak motif manusia yang
kelihatannya tidak dijelaskan oleh prinsip-prinsip hedonisme dan reduksi-dorongan (drive-
reduction). Otonomi fungsional mereprentasikan sebuah teori mengenal perubahan dan
merupakan pencapaian tertinggi dari ide-ide Allport mengenai motivasi.
Konsep otonomi fungsional memiliki pandangan bahwa beberapa namun tidak semua,
motif yang dimiliki manusia tidak bergantung secara fungsional pada motif awal yang
bertanggung jawab atas suatu perilaku.
Otonomi fungsional adalah reaksi yang Allport sebut sebagai teori dari motif yang tidak
berubah, seperti prinsip kesenangan Freud dan hipotesis reduksi-dorongan dari psikologi
stimulus-respons. Otonomi fungsional mereprentasikan usaha Allport untuk menjelaskan sesuatu
yang sadar, motivasi kontemporer yang mempertahankan diri.
3. Otonomi Fungsional Yang Bersifat Memelihara
Allport meminjam kata ini dari kata “pemeliharaan” (perservation) yang merupakan
kecenderungan atas suatu impresi untuk meninggalkan pengaruh pada pengalaman selnjutnya.
Otonomi fungsional ini ditemukan pada hewan dan manusia, serta didasari oleh prinsip
neurologis yang sederhana. Sebagai contoh, saat seekor tikus belajar berlari didalam sebuah
labirin untuk mendapatkan makanan, namun terus berlari, bahkan setelah tikus tersebut merasa
puas. Allport (1961) memberikan contoh lain yang terdapat pada manusia. Contoh pertama
adalah ketergantungan minuman beralkohol, rokok, dan obat-obatan lainnya saat tidak ada
kebutuhan fisiologis untuk hal-hal tersebut. Pecandu alkohol terus minum minuman beralkohol
walaupun motivasi saat ini, secara fungsional tidak bergantung lagi dengan motif awal mereka.
4. Otonomi Fungsional yang Bersifat Sentral
Sistem utama motivasi yang mendiskusikan mengenai keutuhan pada kepribadian adalah
otonomi fungsional yang bersifat sentral, yang merujuk pada motif yang terus bertahan dan
berhubungan dengan propium. Potongan puzzle dan alcohol jarang sekali diakui sebagai “khusus
milik saya”.. Sebagai contoh, seorang wanita mungkin menerima suatu pekerjaan karena
membutuhkan uang. Awalnya, pekerjaan tersebut tidak menarik, dan bahkan sangat tidak
menyenangkan. Akan tetapi, setelah beberapa tahun, ia mulai mengembangkan suatu minat yang
mendalam terhadap pekerjaan tersebut, bahkan mungkin dapat mengembangkan suatu hobi yang
berhubungan dengan pekerjaannya.
5. Kriteria Otonomi Fungsional
Secara umum, motivasi yang ada saat ini bersifat otonom secara fungsional sampai
motivasi tersebut mulai mencari tujuan baru, yang berarti bahwa suatu perilaku akan terus
terjadi, bahkan saat motivasi atas perilaku tersebut berubah. Sebagai contoh, seorang anak
pertama kali belajar berjalan karena termotivasi oleh dorongan untuk berkembang, namun
selanjutnya ia akan berjalan untuk meningkatkan mobilitas dan membangun kepercayaan
dirinya.
6. Proses-Proses yang Tidak Otonom secara Fungsional
Allport (1961) menyebutkan delapan proses yang tidak otonom secara fungsional:
a. dorongan biologis, seperti makan, bernafas, tidur,
b. motif yang berkaitan langsung dengan reduksi dorongan dasar,
c. tindakan reflex seperti mengedipkan mata,
d. bagian-bagian dari struktur manusia, seperti fisik, intelegensi dan tempramen,
e. kebiasaan yang sedang dalam proses pembentukan,
f. pola perilaku yang memerlukan penguat primer,
g. produk sublimasi yang terkait dengan keinginan seksual masa kecil,
h. gejala neurotic atau patologi.
Allport memberikan salah satu kriteria yang membedakan antara perilaku kompulsif yang
otonom secara fungsional dan yang bukan. Sebagai contoh, perilaku kompulsif yang dapat
dihilangkan melalui terapi maupun modifikasi peilaku, tidak otonom secara fungsional,
sementara perilaku-perilaku yang sangat resisten terhadap terapi berarti bertahan dan otonom
secara fungsional.. Disisi lain, beberapa gejala patologi lain mungkin memberikan gaya hidup
kontemporer dan otonom secara fungsional dari pengalaman terdahulu yang memulai patologi
itu sendiri. Sebagai contoh, seorang anak kedua yang berusaha untuk mengalahkan kakak laki-
lakinya, mungkin akan menjalani kehidupan yang kompulsif, suatu kehidupan yang ditandai oleh
usaha kuat yang tidak disadari untuk mengalahkan semua lawannya

5. teori social cognitive oleh Albert Bandura (Aliran Behaviorisme


Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning Teory )
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari
fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan teori belajar social
atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo
Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.Teori kogoitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Banduramenyatakanbahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan peran
penting dalam pembelajaran. Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat
merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura
mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu
perilaku, persnn/kogoitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses
pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan,
faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan
kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup
ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

Dalammodel pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting.


Faktorperson (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau efikasi diri.. Menurut
Bandura (1994), individuyang memiliki efikasi diri yang tinggi akan sangat mudah dalam
menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh
dengan kemampuan dirinya.Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi
masalah dan mampubangkit dari kegagalan yang ia alami. Menurut Bandura proses mengamati
dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori
Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang
berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan
sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social.Menurut Bandura, dari semua
pemikiran yang memengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian paling inti dari teori
kognitif sosial adalah efikasi diri (self efficacy). Efikasi diri adalah “penilaian diri terhadap
kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang ditetapkan”. Efikasi diri memberikan dasar bagi motivasi manusia, kesejahteraan,
dan prestasi pribadi. Hal ini terjadi karena mereka percaya bahwa tindakan yang dilakukan dapat
mencapai hasil yang diinginkan, meskipun memiliki sedikit insentif untuk bertindak atau untuk
bertahan dalam menghadapi kesulitan

Anda mungkin juga menyukai