Anda di halaman 1dari 23

LOGIKA

A. Logika sebagai Esensi dari Filsafat


Logika berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan, kata,
akal, budi, dan ilmu. Misal, atara lain:
1. Logos bios, yaitu: ilmu tentang mahkluk hidup (Bilogi),
2. Logos socius: ilmu tentang masyarakat (Sosiologi),
3. Zoologi, ilmu tentang binatang,
4. Phihke, ilmu tentang jiwa manusia (Psikologi),
5. Teologi, ilmu tentang Tuhan.
Demikianlah, pengertian logos dalam pengertian ilmu atau kajian
memiliki hubungan yang erat dengan salah satu aspek kajian yang
menjadi objek formal dari ilmu-ilmu lainnya. Dalam kamus Oxford
juga disebut bahwa aslinya istilah lengkap untuk logika adalah
logiketekhe, yang artinnya seni atau keterampilan berpikir.
Berdasarkan uraian pengertian tersebut intinya perngertian
adalah:
1. Pertama, logika sebagai ilmu, logika sebagai elemen dasar setiap
ilmu pengetahuan.
2. Kedua, sebagai sesuatu keterampilan, yakni seni atau asas-asas
pemikiran yang tepat, lurus, dan semestinya.
Sebagai keterampilan logika adalah seni dan kecakapan
menerapkan hukum-hukum atau asas-asas pemikiran itu agar
bernalar dengan tepat, teliti, dan teratur.
Bidang perhatian tugas logika adalah menyelidiki penalaran
yang tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan
dari penalaran yang tidak tepat.
Hadiatmaja dan Kuswa Endah (2011: 9) menyatakan bahwa logika
adalah cabang filsafat umum yang membicarakan masalah berpikir
tepat, yaitu mengikuti kaidah-kaidah berpikir yang logis. Jadi kalau
begitu filsafat ilmu untuk mengajak ilmuwan untuk berpikir logis,
agar ilmu yang dimiliki semakin terpercaya.
Dipandang dari aspek waktu dan kecanggihannya, logika itu dapat dibedakan
menjadi
tiga, yaitu:
1. Logika tradisional atau logika naturalistis, yaitu cara berfikir yang
sederhana yang berdasarkan kodarat atau naluri fitrah manusia yang
sejak lahir sudah dilengkapi alat berpikir,
2. Logika modern atau logika artificialis yang dipelopori oleh Arstoteles
dalam bukunya”Organeri” yang berarti instrumen atau alat untuk
berpikir.
3. Logika artificialis dibedakan menjadi dua, yaitu: logika formal dan logika
material.
(a) Logika formal yaitu ilmu logika yang mempelajari cara-cara atau pekerjaan
akal serta nilai-nilai hasil dari logika formal yang diuji dengan kenyataan-
kenyataan dalam praktik di lapangan.
(b) Logika material mempelajari sumber-sumber pengetahuan, alat-alat
pengetahuan, proses terjadinya ilmu pengetahuann, yang kemudian
merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
Logika material disebut logika mayor inilah kemudian menjadi suber
filsafat ilmu pengetahuan atau epistemologi.
• Orang pertama yang melakukan pemikiran sistematis logika
adalah filsuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M). Menarik,
karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”
dinamakan “analitika” penyelidikan terhadap argumentasi-
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang
benar dan “dialetika” penyelidikan terhadap argumentasi-
argumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang
masih diragukan.
B. Manfaat Logika dalam Pengembangan Ilmu
• Logika itu jelas memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.
Setiap orang, sejak masa lampau atau sudah memikirkan
dunia ini dengan logika. Petengahan abad XIX logikam
mengalami perkembangan karena ada usaha dari beberapa
tokoh yang mencoba menerapkan matematika ke dalam
logika. Gejala itu dikenal sebagai saat munculnya logika
modern. Sejak saat itu logika dibedakan menjadi:
1. logika tradisional/klasik dan logika
2. modern yang lazim dikenal sebagai logika
matematika/simbolik.
• Logika tradisional/klasik adalah sistem berfungsi untuk
menanilisa bahasa (Aristoteles). Logika mdern berusaha
menerapkan prinsip-prinsip matematik terhadap logika
tradisional dengan menggunakan lambang-lambang non
bahasa.
Secara singkat manfaat logika dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan
prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua
lapangan ilmu penggetahuuan bahkan seluruh lapangan
kehidupan,
2. Logika menambah daya pikir abstrak dan dengan demikian
melatih dan megembangkan daya opemikiran dan
menimbulkan disiplin intelektual,
3. Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita
peroleh berdasarkann outoritas, emosi, dan prasangka,
4. Logika di masa yang sekarang dikenal “era of reason”
membantu kita untuk mamppu berpikir sendiri dan tahu
membbedakan yang benar dari yang palsu,
5. Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat
dan teratur karena dengan berfikir demikian ia dapat
memperoleh kebenaran dan meghindari kesesatan.
C. Macam-macam Logika
• Orang dapat menggunakan bermacam-macam logika guna
memikirkan sesuatu. Biasanya, logika akan digunaakan ketika
manusia dihadapkan pada problem. Setiap hari, manusia akan
berhadapan dengan masalah, dan tentu tiap hari pula harus
bermain dengan logika.
• Setidaknya, ilmu memiliki objek pemikiran dua macam yaitu: (1)
logika dan (2) konfermasi. Maksudnya, ilmu seharusnya bermain di
atas logika didukung oleh data (konfermasi).
• Filsafat ilmu pada dasarnya adalah untuk melacak dua hal, yaitu: (1)
kebenaran dan (2) fakta. Kebenaran menjadi cita-cita tertinggi yang
dikejar oleh filsafat ilmu. Kebenaranpun perlu didukung oleh fakta.
Kebenaran yang didukung fakta, diperoleh melalui aplikasi berfikir
metodologis. Fakta-fakta yang signifikan dalm mencari kebenaran,
sering dinamakan data. Dengan kata lain, data merupakan modal
untuk menemukan kebenaran yang logis. Kebenaran dan fakta
selalu bermain di atas logika.
Logika itu merupakan wahana berpikir. Maka ada beberapa macam
logika berpikir, yaitu:
1. Firs order, yaitu berpikir yang menggunakan logika matematika.
Fakta , dalam logika matematika harus berdasarkan pada fakta
objektif. Logika matematika selalu dibangun atas dasar fakta-fakta
yang andal.
2. Second order (bahasa) biasanya banyak digunakan untuk mengambil
kesimpulan fakta-fakta bahsa dan sastra. Ada dua teori yang terkait
dengan second order, yaitu:
(a) formal thinking, yaitu teori bahasa platonik, untuk doktor
lnguistik. Manusia itu sebenarnya mampu berpikir formal. Lalu
lahir ini benda, kerja, sifat. Orang mampu berpikir formal,
sehingga ada subjek, predikat, dan objek, dan
(b) subjektive thinking yaitu teori bahasa chomskie, untuk doktor
sastra. Yang diekspresikan yang ada dalam pikiran kita. Selain
itu, para strukturalis sastra, juga banyak memainkan logika
ini. Hanya saja, sastra tidak selalu dimaknai lewat logika
struktural, melainkan juga dari sisi ekstrinsik.
Menurut Russell mencoba membaginya ke
dalam tiga tipe besar logika, yaitu:
1. Logika tradisional klasik,
2. logika evolusionisme, yang dimuali dari
pemikiran Darwin hingga Herbert Spencer.
Namun pada perkembangan selanjutnya
didominasi oleh William James dan M
Bergson,
3. logika atomisme, yang melihat filsafat
melalui metode kritis matematika.
Bermacam-macam logika yang perlu direnungkan, yaitu:
1. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia berpikir secara
tepat dan lurus sebelum digunakan oleh keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderunggan yang subjektif.
2. Logika kodratiah ada pada setiap manusia kkarena kodratnya
sebagai mahkluk rasional. Sejauh manusia memiliki rasio maka dia
dapat berpikir. Atau dengan akal dan budi manusia dapat bekrja
menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau sengaja.
Pada tataran ini kita membutuhkan logika ilmiah sebagai
penyempurnaan atas logika kodrati, dan
3. Logika ilmiah adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari
hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pemikiran
manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang lurus atau sah. Logika ilmiah
membentang metode yang menjamin kita bernalar secara tepat
atau semestinya. Agar dapat menghimdari kekeliruan harus
didasari bahwa logika ilmiah adalah keterangan lebih lanjut atau
penyempurnaan atas logika kodratiah.
• LOGIKA
• Logika menawarkan pemikiran:
(1) Analitik
(2) Sintetik
• Ada perbedaan antara kebenaran bentuk dan kebenaran isi.
(a) Logika yang berbicara bentuk disbut logika bentuk atau formal
(formal logic) disebut logika MINOR.
(b) Logika yang membahas tentang kebenaran isi disebut logika
material (material logic) disebut logika MAYOR.
• Premis adalah titik pangkal argumen untuk menarik kesimpulan
dengan mengabaikan ISI yang terkandung adalam argumen.

• CONTOH
• SEMUA PEGAWAI NEGERI ADALAH PERNERIMA GAJI.
• SEMUA PEGAWAI SWASTA ADALAH PENERIMA GAJI.
• JADI, PEGAWAI NEGERI ADALAHPEGAWAI SWASTA.
• Contoh di atas memperlihatkan susunan penalaran tersebut tidak memiliki
kebenaran bentuk. Susunan penalaran yang tepat diketahui berdasarkan
konkluksinya yang ditarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya.

• CONTOH
• SEMUA MANUSIA ADALAH MATI.
• SEMUA RAJA ADALAH MATI.
• JADI SEMUA RAJA ADALAH MATI.

• Susunan penalaran di atas adalah tepat sebab konkluksinya diturunkan


secara logis dari titik pangkalya. Dengan demikian kalau penalaran yang
tepat itu dikosongkan dari isinya dengan menghapus pengertian-
pengertian di dalamnya dan menggantinya dengan tanda huruf
terdapatlah pola penyusunan sebagai berikut:

• Semua M adalah P.
• Semua S adalah M
• Jadi S adalah P.
• Pola susunan penalaran ini disebut bentuk penalaran. Penalaran dengan bentuk
yang tepat disebut penalaran yang tepat atau sahih (valid). Semua penalaran, apa
pun isi atau maknanya, asal bentuknya tepat, dapat dipastikan bahwa penalaran
itu shih. Jadi tanda-tanda M, P, dan S dapat diganti dengan pengertian apa saja,
asal susunan premis (yang dijadikan dasar penyimpulan) tepat dan konkluksi
sungguh-sungguh ditarik secara logis dan premis penalaran itu tepat (sahih).

• MISALNYA:
• MALAIKAT ITU BENDA FISIK.
• BATU ITU MALAIKAT.
• MAKA, BATU ITU BENDA FISIK.

• Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelas bahwa isi dari tiga pernyataan yang
bentuk argumen di atas adalah salah. Namun argumen tersebut sahih dari segi
bentuknya karena kesimpulan sesungguhnya ditarik dari premis atau titik pagkal
yang menjadi dasar penyimpulan tersebut. Bahwa isi dari kesimpulan tersebut
salah tidak disebabkan karena proses penarikan kesimpulan yang tidak tepat,
melainkan isi premis-premisnya sudah salah.
• Supaya kita dapat membedakan denganbaik
kebenaran suatu argumen dari segi BENTUK dan
ISI maka baiklah sekarang kita menyoroti
argumen yang benar dari segi isi. Sebuah
argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi
apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk
argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.

• MISALNYA:
• SEMUA BINATANG ADALAH MAKLUK HIDUP.
• KUCING ADALAH MAKLUK HIDUP.
• JADI, KUCING ADALAH BINATANG.
• Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi
dari ketiga pernyataan yang bentuk argumen di atas adalah
benar (sesuai dengan kenyataan) dengan demikian
argumen tersebut memiliki kebenaran isi. Namun, kalau
kita teliti lebih lanjut, argumen tersebut sesungguhnya
secara formal (menurut bentuknya) tidaklah sahih (valid).
Karena konkluksi yang ditarik tidak diturunkan dari
pernyataan-pernyataan yang menjadi titik pangkal
pemikiran. Memang benar bahwa “kucing adalah
binatang” tetapi pernyataan (kesimpulan) itu tidak dapat
ditarik dari faka bahwa “ semua binatang adalah makluk
hidup” dan “kucing adalah makhluk hidup”. Argumen ilmiah
mementigkan struktur penalaran yang tepat atau sahih
(valid sekaligus isi atau maknanya sesuai dengan kenyataan.
Dengan demikian kata lain, kebenaran suatu argumen dari
segi bentuk dan isi adalah persyaratan mutlak conditio sine
qua non dalam ilmu pengetahuan.
• Berdassarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
secara apreori sebuah argumen memiliki empat
kemungkinan yakni:
(1) Sahih dari segi bentuk tetapi tidak benar dari segi isi.
• Misalnya:
• Manusia adalah binatang berkaki empat
• Apabila adalah manusia’
• Jadi, apabila adalah binatang berkaki empat.

(2) Tidak sahih dari segi bentuk, tetapi benar dari segi isi:
• Misalnya semua ayam mempunyai kaki.
• Dadang bukanlah ayam.
• Jadi, Dadang mempunyai kaki.
(3) Sahih dari segi bentuk dan benar dari segi isi:
Misalnya kota yang terletak di sebelah utara Roma lebih
sejuk dari pada Romma.
London adalah kota yang terletak di sebelah utara Roma.
Jadi, London lebih sejuk dari pada Roma.

(4) Tidak sahih dari segi bentuk dan tidak benar dari segi isi
• Misalnya:
Semua yang lebih ringan daripada batu mengambang
dalam air.
Air lebih ringan daripada batu.
Jadi, betul mengambang dalam air.
• PENALARAN
• Penalaran adalah suatu proses berpikir yang
menyangkut cara mengambil kesimpulan atau
menarik suatu kesipulan sebagai suatu
pengetahuan menrut suatu alur atau kerangka
berpikir tertentu.
• Penalaran ilmiah ada dua macam, yaitu: (1)
induktif dan (2) deduktif.
TEBEL PERSOALAN PENALARAN
INDUKTIF DAN DEDUKTIF

INDUKTIF DEDUKTIF

Proses yg di dalamnya akal kita bertolak dari pengetahuan Proses pemikiran yg di dalamnya akal
tentang beberapa kejadian/peristiwa/hal yg lebih konkret kita bertolak dari pengetahuan yg lebih
atau “khusus” lalu menyimpulkan yg lebih “umum” “umum” untuk menyimpulkan hal yg
lebih “khusus”.
Kesimpulan dalam penalaran induktif bersifat generalisasi, Kesimpulan dalam penalaran dengan
sintesis karena itu tidak menjamin kepastian mutlak. deduktif bersifat analitis karena itu pasti
seratus persen kalau argumentasinya
sahih dari sudut logika normal.

Penalaran induktif tidak bersifat sahih/tidak sahih melainkan Penalaran deduktif bersifat sahih kalau
apakah penalaran induktif lebih probabel (tergantung kesimpulan relevan pada alasan/premis
sampel yg dijadikan alasan penyimpulan) dari yg lain. atau tidak sahih kalau kesimpulan tidak
Tinggi rendahnya kadar kebolehjadian dalam kesimpulan relevan pada proses.
tergantuung pada alasan. Kalau alasan cukup, kesimpulan
benar, kalau alasan tidak cukup kesimpulan mungkin benar.
Penalaran induktif tidak bisa siap dipakai untuk Penalaran deduktif adalah dasar untuk
membenarkan induksi. membangun dan menilai prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan.
D. Proposisi, Logika, dan Objektivitas
(1) Proposisi adalah pernyataan terstruktur untuk mencapai sebuah
kesimpulan.
Proposisi yang mengandung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis
yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang
termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua
premis tersebut adalah term penengah (middle term).
• Misalnya:
• Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor)
• Akasia adalah tumbuhan (premis minor)
• Akasia membutuhkan air (konkluksi).
(2) Logika atau dalam terminalogi Indonesia atau disebut “filsafat
berpikir” secara umum merupakan suatu studi tentang manusia,
karena yang berpikir itu adalah manusia dan berpikir merupakan
tindakan manusia.
(3) Objektivitas merupakan suatu fenomena yang amat
dijunjung tinggi dan dianggap melekat pada hakekat sains
sendiri, maka tidak mengherankan bahwa ketika hal itu
dipersoalkan, banyak orang menadi gusar. Kegiatan ilmah
dianggap sebagai upaya untuk menemukan kebenaran
tentang dunia ini. Metode ilmiah diyakini menjamin
objektivitas kebenaran pengetahuan yang dihasilkannya
karena langkah-langkah yang diambil dalam melakukan
penelitian diyakini sebagi langkah-langkah yang bersifat
sistematis, logis, rasional dan koheren.
(3) Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua preposisi
(pernyataan) dan konkluksi (kesimpulan).
(4) Silogisme terdiri dari: (1) silogisme katagorik, (2) silogisme
hipotetik, dan (3) silogisme disjungtif (RAGU-RAGU).
• Contoh silogiisme kategorik:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagaian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagain makanan tidak halal dimakan (konkluksi).

• Contoh silogisme hipotetik:


Bila mahasiswa turun kejalan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelsah.
Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalan.

• Contoh silogisme disjungtif:
• Heri jujur atau berbohong (premis 1).
• Ternyata heri berbohong (premis 2).
• Maka ia tidak jujur (konkluksi).
TERIMA KASIH
JANGAN LUPA
NITENI NiROKKE (NIROKKE) , NAMBAHI

Salam
Merdeka!!!

Anda mungkin juga menyukai