• CONTOH
• SEMUA PEGAWAI NEGERI ADALAH PERNERIMA GAJI.
• SEMUA PEGAWAI SWASTA ADALAH PENERIMA GAJI.
• JADI, PEGAWAI NEGERI ADALAHPEGAWAI SWASTA.
• Contoh di atas memperlihatkan susunan penalaran tersebut tidak memiliki
kebenaran bentuk. Susunan penalaran yang tepat diketahui berdasarkan
konkluksinya yang ditarik secara logis dari premis atau titik pangkalnya.
• CONTOH
• SEMUA MANUSIA ADALAH MATI.
• SEMUA RAJA ADALAH MATI.
• JADI SEMUA RAJA ADALAH MATI.
• Semua M adalah P.
• Semua S adalah M
• Jadi S adalah P.
• Pola susunan penalaran ini disebut bentuk penalaran. Penalaran dengan bentuk
yang tepat disebut penalaran yang tepat atau sahih (valid). Semua penalaran, apa
pun isi atau maknanya, asal bentuknya tepat, dapat dipastikan bahwa penalaran
itu shih. Jadi tanda-tanda M, P, dan S dapat diganti dengan pengertian apa saja,
asal susunan premis (yang dijadikan dasar penyimpulan) tepat dan konkluksi
sungguh-sungguh ditarik secara logis dan premis penalaran itu tepat (sahih).
•
• MISALNYA:
• MALAIKAT ITU BENDA FISIK.
• BATU ITU MALAIKAT.
• MAKA, BATU ITU BENDA FISIK.
•
• Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelas bahwa isi dari tiga pernyataan yang
bentuk argumen di atas adalah salah. Namun argumen tersebut sahih dari segi
bentuknya karena kesimpulan sesungguhnya ditarik dari premis atau titik pagkal
yang menjadi dasar penyimpulan tersebut. Bahwa isi dari kesimpulan tersebut
salah tidak disebabkan karena proses penarikan kesimpulan yang tidak tepat,
melainkan isi premis-premisnya sudah salah.
• Supaya kita dapat membedakan denganbaik
kebenaran suatu argumen dari segi BENTUK dan
ISI maka baiklah sekarang kita menyoroti
argumen yang benar dari segi isi. Sebuah
argumen dikatakan mempunyai kebenaran isi
apabila pernyataan-pernyataan yang membentuk
argumen tersebut sesuai dengan kenyataan.
•
• MISALNYA:
• SEMUA BINATANG ADALAH MAKLUK HIDUP.
• KUCING ADALAH MAKLUK HIDUP.
• JADI, KUCING ADALAH BINATANG.
• Kalau kita sesuaikan dengan kenyataan, jelaslah bahwa isi
dari ketiga pernyataan yang bentuk argumen di atas adalah
benar (sesuai dengan kenyataan) dengan demikian
argumen tersebut memiliki kebenaran isi. Namun, kalau
kita teliti lebih lanjut, argumen tersebut sesungguhnya
secara formal (menurut bentuknya) tidaklah sahih (valid).
Karena konkluksi yang ditarik tidak diturunkan dari
pernyataan-pernyataan yang menjadi titik pangkal
pemikiran. Memang benar bahwa “kucing adalah
binatang” tetapi pernyataan (kesimpulan) itu tidak dapat
ditarik dari faka bahwa “ semua binatang adalah makluk
hidup” dan “kucing adalah makhluk hidup”. Argumen ilmiah
mementigkan struktur penalaran yang tepat atau sahih
(valid sekaligus isi atau maknanya sesuai dengan kenyataan.
Dengan demikian kata lain, kebenaran suatu argumen dari
segi bentuk dan isi adalah persyaratan mutlak conditio sine
qua non dalam ilmu pengetahuan.
• Berdassarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
secara apreori sebuah argumen memiliki empat
kemungkinan yakni:
(1) Sahih dari segi bentuk tetapi tidak benar dari segi isi.
• Misalnya:
• Manusia adalah binatang berkaki empat
• Apabila adalah manusia’
• Jadi, apabila adalah binatang berkaki empat.
•
(2) Tidak sahih dari segi bentuk, tetapi benar dari segi isi:
• Misalnya semua ayam mempunyai kaki.
• Dadang bukanlah ayam.
• Jadi, Dadang mempunyai kaki.
(3) Sahih dari segi bentuk dan benar dari segi isi:
Misalnya kota yang terletak di sebelah utara Roma lebih
sejuk dari pada Romma.
London adalah kota yang terletak di sebelah utara Roma.
Jadi, London lebih sejuk dari pada Roma.
(4) Tidak sahih dari segi bentuk dan tidak benar dari segi isi
• Misalnya:
Semua yang lebih ringan daripada batu mengambang
dalam air.
Air lebih ringan daripada batu.
Jadi, betul mengambang dalam air.
• PENALARAN
• Penalaran adalah suatu proses berpikir yang
menyangkut cara mengambil kesimpulan atau
menarik suatu kesipulan sebagai suatu
pengetahuan menrut suatu alur atau kerangka
berpikir tertentu.
• Penalaran ilmiah ada dua macam, yaitu: (1)
induktif dan (2) deduktif.
TEBEL PERSOALAN PENALARAN
INDUKTIF DAN DEDUKTIF
INDUKTIF DEDUKTIF
Proses yg di dalamnya akal kita bertolak dari pengetahuan Proses pemikiran yg di dalamnya akal
tentang beberapa kejadian/peristiwa/hal yg lebih konkret kita bertolak dari pengetahuan yg lebih
atau “khusus” lalu menyimpulkan yg lebih “umum” “umum” untuk menyimpulkan hal yg
lebih “khusus”.
Kesimpulan dalam penalaran induktif bersifat generalisasi, Kesimpulan dalam penalaran dengan
sintesis karena itu tidak menjamin kepastian mutlak. deduktif bersifat analitis karena itu pasti
seratus persen kalau argumentasinya
sahih dari sudut logika normal.
Penalaran induktif tidak bersifat sahih/tidak sahih melainkan Penalaran deduktif bersifat sahih kalau
apakah penalaran induktif lebih probabel (tergantung kesimpulan relevan pada alasan/premis
sampel yg dijadikan alasan penyimpulan) dari yg lain. atau tidak sahih kalau kesimpulan tidak
Tinggi rendahnya kadar kebolehjadian dalam kesimpulan relevan pada proses.
tergantuung pada alasan. Kalau alasan cukup, kesimpulan
benar, kalau alasan tidak cukup kesimpulan mungkin benar.
Penalaran induktif tidak bisa siap dipakai untuk Penalaran deduktif adalah dasar untuk
membenarkan induksi. membangun dan menilai prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan.
D. Proposisi, Logika, dan Objektivitas
(1) Proposisi adalah pernyataan terstruktur untuk mencapai sebuah
kesimpulan.
Proposisi yang mengandung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis
yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang
termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua
premis tersebut adalah term penengah (middle term).
• Misalnya:
• Semua tumbuhan membutuhkan air (premis mayor)
• Akasia adalah tumbuhan (premis minor)
• Akasia membutuhkan air (konkluksi).
(2) Logika atau dalam terminalogi Indonesia atau disebut “filsafat
berpikir” secara umum merupakan suatu studi tentang manusia,
karena yang berpikir itu adalah manusia dan berpikir merupakan
tindakan manusia.
(3) Objektivitas merupakan suatu fenomena yang amat
dijunjung tinggi dan dianggap melekat pada hakekat sains
sendiri, maka tidak mengherankan bahwa ketika hal itu
dipersoalkan, banyak orang menadi gusar. Kegiatan ilmah
dianggap sebagai upaya untuk menemukan kebenaran
tentang dunia ini. Metode ilmiah diyakini menjamin
objektivitas kebenaran pengetahuan yang dihasilkannya
karena langkah-langkah yang diambil dalam melakukan
penelitian diyakini sebagi langkah-langkah yang bersifat
sistematis, logis, rasional dan koheren.
(3) Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua preposisi
(pernyataan) dan konkluksi (kesimpulan).
(4) Silogisme terdiri dari: (1) silogisme katagorik, (2) silogisme
hipotetik, dan (3) silogisme disjungtif (RAGU-RAGU).
• Contoh silogiisme kategorik:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagaian makanan tidak menyehatkan (minor).
Sebagain makanan tidak halal dimakan (konkluksi).
Salam
Merdeka!!!