Pertemuan 2
Pengertian dan Kedudukan Logika dan Penalaran Hukum dalam Filsafat
dan Ilmu Hukum
A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi
1
Suparlan Suhartono, Sejarah Pemikiran Filsafat Modern, Ar Ruzz Media, Yogyakarta, 2005. Hlm. 1.
rupiah tapi di mata hukum disamakan dengan seorang pencuri seekor ayam.
Ada juga yang jelas terbukti bersalah tetapi tidak tersentuh oleh hukum. Atas
dasar realitas tersebut diperlukan suatu logika dalam kehidupan manusia
agar kita mengetahui kapan saatnya berpikir logis, kapan saatnya berpikir
tidak logis, setiap tempat dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu
dan tempatnya. Memahami hakikat keduanya haruslah dengan baik dan
benar justru kita menempatkan diri dalam segala keadaan serta proporsional
di tengah manusia yang bervariasi tingkat logika dan pemikirannya.
Peristiwa yang terjadi pasti menimbulkan penalaran, apakah sesuai dengan
kehendak berpikir atau tidak sesuai sama sekali. Maka dengan demikian
penggunaan logika dalam konteks filsafat hukum sangat dibutuhkan, hal ini
menunjukkan sejauh mana kapasitas individu tersebut dalam memanfaatkan
dan memaksimalkan potensi diri.
Secara sederhana, berfikir filosofis adalah berpikir secara kritis, mendalam
sampai akar-akarnya serta dapat dipertanggungjawabkan. Pengertian
sederhana tersebut dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwasannya
peranan logika dalam berfikir filosofis menduduki peranan sentral.
Meskipun demikian, para filosof klasik tidak memperkenalkan logika dalam
bangunan konsep yang dia bangun. Seperti Aristoteles, meski membuat
karya tentang dasar-dasar logika, berpendapat bahwa logika bukan termasuk
dari bagian Filsafat (berfikir secafar filosofis, red), namun merupakan bagian
sebelum dari filsafat itu sendiri, logika adalah sebuah persiapan sebelum
memasuki dunia berpikir secara filosofis.
D. Daftar Pustaka