Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FILSAFAT HUKUM

OLEH :

YOHANA FEBRIYANTI TAKDIR MALIK

H1A1 171 74

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
1 .Mengapa kita perlu belajar filsafat hukum ?

Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam bahasa
Yunani filsafat disebut philosophia yang berasal dari dua akar kata yakni “philos” atau
“philia” dan “sophos” atau “sophia”. “Philos” mempunyai arti cinta, persahabatan,
sedangkan “sophos” berarti hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, dan inteligensia.
Dengan demikian maka philosophia ini dapat diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan

Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, S.H., M.Hum. dalam bukunya yang berjudul
“Filsafat Ilmu Hukum”, Filsafat adalah hasil berpikir filsafat. Berpikir filsafat adalah
berpikir tentang sebab (thingking of cause). Berpikir tentang sebab adalah berpikir tentang
asal-usul, sumber, atau hakikat sesuatu. Berpikir tentang sebab dari sesuatu, misalnya suatu
peristiwa, dapat membuat seseorang memiliki pengetahuan tentang sebab dari peristiwa
tersebut (knowledge). Pengetahuan tentang sebab dari suatu peristiwa dapat membuat orang
memahami asal-usul atau hakikat dari peristiwa tersebut (understanding). Memahami sebab
suatu peristiwa dapat membuat orang menjadi bijaksana dalam bersikap terhadap suatu
peristiwa (wisdom). Oleh karena itu seseorang yang berfilsafat atau seorang filsuf disebut
bijaksana karena ia memiliki pengetahuan tentang sebab, ia memahami atau memiliki
pengertian tentang sebab suatu peristiwa. Pengetahuan dan pemahaman tentang sebab dari
suatu peristiwa membuat seseorang memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
yang terkandung dalam peristiwa tersebut.

Filsafat di mulai dari kata peralihan mitos ke logos

Logos menyimulkan kemandirian berpikir manusia , yang artinya rasionalitas menjadi kata
kunci filsafat.

Apa itu Hukum? Memulai pertanyaan dengan apa itu hukum? Merupakan suatu
kesengajaan dalam kesederhanaan untuk memahami secara utuh hukum itu sendiri. Jika
yang pertama-tama muncul sebagai hukum ialah hukum yang berlaku dalam sebuah
Negara, maka hukum yang dimaksud adalah hukum positif. Dalam konteks ini,
penetapan oleh pemimpin yang sah dalam negara dianggap asal mula adanya hukum.
Kalau seorang ahli hukum bicara mengenai hukum biasanya ia memaksudkan hukum ini.

Dalam pandangan filsuf-filsuf Yunani kuno khususnya dalam filsafat Plato dan
Aristoteles, hukum ditanggapi sebagai pernyataan dari yang ilahi. Demikian juga
dalam filsafat stoa yang sangat berpengaruh dalam kerajaan Romawi. Dalam filsafat
Abad Pertengahan hukum diartikan sebagai pernyataan kehendak Allah dengan alam dan
dengan manusia. Baik hukum alam maupun hukum positif memiliki kekuatan hukum,
walaupun berbeda pada tingkatnya masing-masing. Pada zaman sekarang ini filsuf-filsuf
yang menerima suatu hukum alam memandangnya sebagai norma bagi hukum positif.
Tetapi norma itu baru menjadi hukum dalam hubungannya dengan peraturan yang
konkret dalam masyarakat, yakni dalam hukum positif yang sejati.Filsuf-filsuf yang
menganut rasionalisme percaya pada kekuatan pengertian manusia. Maka dari itu mereka
ditantang untuk menyusun suatu daftar hukum alam yang berlaku untuk segala tempat
dan segala zaman
Pendidikan hukum merupakn pendidikan rasional tetapi , dimensi rasional hukum bukan
rasional yang sekedar dogmatic , secara tektual hukum bersifat dogamatik karena di lahirkan
dari teks-teks otoriter dari Penguasa kepada rakyat yang di kuasai .

Dibalik dogmatik hukum ada nilai nilai moral tentang keadilan , kemanfaatan yang di kemas
dalam kepastian hukum.

Nilai-nilai ini juga muncul dalam cara berpikir ahli hukum, sehingga belajar hukum tanpa
mendalami filosofi hukum akan membuat kita terjebak belajar hukum secara rasional yang
sempit yang semata-mata untuk hukum itu sendiri bukan untuk peradaban, kebaikan manusia
dan hukum yang mencerahkan

Dalam beberapa literatur filsafat hukum digambarkan sebagai suatu disiplin modern
yang memiliki tugas untuk menganalisis konsep-konsep perskriptif yang berkaitan
dengan yurisprudensi. Istilah filsafat hukum memiliki sinonim dengan legal philosophy,
philosophy of law, atau rechts filosofie. Pengertian filsafat hukum pun ada berbagai
pendapat. Ada yang mengatakan bahwa filsafat hukum adalah ilmu, ada yang
mengatakan filsafat teoretis, ada yang berpendapat sebagai filsafat terapan dan filsafat
praktis, ada yang mengatakan sebagai subspesies dari filsafat etika, dan lain sebagainya.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Filsafat Hukum adalah cabang filsafat, yakni
filsafat tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain,
filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Objek filsafat
hukum adalah hukum dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau
dasarnya yang disebut dengan hakikat. Selanjutnya oleh Satjipto Raharjo dikatakan
bahwa filsafat hukum mempelajari pertanyaan- pertanyaan yang bersifat dasar dari
hukum. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi pertanyaan tentang hakikat hukum,
dasar kekuatan mengikat dari hukum. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa
menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut yang berbeda sama
sekali. Filsafat Hukum juga merupakan bagian dari ilmu-ilmu hukum
2.Karakteristik filsafat hukum

Filsafat hukum merupakan cabang dari filsafat

Membahas tentang Karakteristik bisa diartikan juga dengan membahas tentang


kekhususan atau ciri-ciri dari suatu hal yang akan menjadi keidentikan atau simbol dari
hal tersebut. Filsafat dapat diidentikan dengan berpikir atau merenungkan segala sesuatu
demi mendapat kepastian sebagai jawaban akhir dan filsafat cenderung dengan
pemikirannya yang rasional agar nantinya dapat diterima oleh akal. Perlu digarisbawahi,
apakah segala bentuk pemikiran ataupun perenungan yang dilakukan oleh manusia dapat
dianggap sebagai aktivitas berfilsafat, tentunya tidak. Karena di dalam filsafat sendiri ada
standar-standar yang digunakan sebagai acuan orang dianggap berfilsafat. Dapat
disimpulkan bahwa segala aktivitas berpikir tidak selalu merujuk pada aktivitas
berfilsafat, namun setiap aktivitas berfilsafat sudah tentu berpikir.

Karakteristik yang menjadi tolak ukur dalam berfilsafat terdapat tiga komponen utama di
antaranya:
1. Radikal
Dari segi bahasa radikal berasal dari kata radix yang berarti akar atau disebut juga
dengan arche. Berpikir radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak
tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir, berpikir itu tidak
separo-separo, tidak berhenti di jalan, tetapi terus sampai ke ujungnya. Hal ini pula
yang menjadikan ciri khas yang dimiliki filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan
pada umumnya yang hanya terpacu dari penggunaan asumsi, sedangkan dalam filsafat
asumsi pun dibicarakan dan diciptakan.
2. Sangat Umum atau Universal
Berpikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pada bagian- bagian tertentu, namun
mencakup secara keseluruhan. Yang kemudian dideskripsikan bahwa filsafat
cenderung mengkaji segala hal yang menyangkut keseluruhan, baik masalah ada dan
tidaknya pun juga termasuk dalam pembahasannya, tanpa ada konsep suatu ilmu
tertentu yang menjadi pembatasannya.
3. Sistematis
Berpikir sistematis, artinya berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah
dengan penuh kesadaran, dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan
yang teratur. Yang berarti di mana perbincangan mengenai segala sesuatu itu dilakukan
secara teratur, bersistem, tersusun, sehingga urutan dan tahapannya mengikuti aturan
tertentu, dengan akibat mudah atau dapat diikuti siapa saja. Yang nantinya hasil dari hal
tersebut dapat diuji ulang oleh orang lain dengan tanda kutip hal tersebut dikembalikan
lagi bahwa harus hanya ada satu pengertian saja di antara berbagai asumsi yang
berkembang.
Visi filsafat

-Mencintai Kebijaksanaan

Orang mempunyai potensi tentang kebijakasanaan untuk itu kita harus belajar karakter
filsafat untuk membawa visi kearea hukum

Karakter Filsafat

1 . Menyeluruh

Agar memahami sesuatu secara menyeluruh kita mempunyai prespektif dalam suatu area
kajian atau dalam hukum pendekatan hukum multi prespektif agar hukum tidak melihat dari
sudut pandang saja agar orang menjadi bijaksana

2 . Reflektif kritis

Untuk mempelajari hukum dengan cara merefleksikan hukum, merenungi hukum, serta
berkontribusi, apabila kita sudah sampai pure akar memahami hukum , merenungi sampai ke
dimensi nilai bukan tentang apa dan bagaimana hukum tetapi bagaimana hukum tersebut
berfungsi didalam masyarakat sehingga tujuan nilai keadilan , kemanfaatan, kepastian
menjadi topik pembelajaraan filsafat hukum.

3.Abadi

Filsafat hukum membahas masalah yang sama dari waktu ke waktu , topik- topic sama juga
dengan mempelajari filsafat hukum juga mempelajari isu secara progresif dari waktu ke
waktu dengan topik yang sama di perdalam sehingga kita harap tentang mempelajari filsafat
hukum tantangan yang sangat menarik

Selain ketiga komponen utama yang menjadi karakteristik dari filsafat itu sendiri
masih ada beberapa komponen-komponen pendukung yang juga masih memiliki kaitan,
di antaranya:
1. Faktual
Dideskripsikan bahwa hasil dari pemikiran filsafat cenderung sebagai praduga atau
anggapan-anggapan rasional tanpa kungkungan dari adanya dasaran ilmu ilmiah
seperti kasus yang ada pada ilmu lain. Hal ini dikarenakan filsafat membentuk asumsi,
tidak seperti ilmu pengetahuan kebanyakan yang berdiri di atas dasar adanya asumsi.
2. Bersangkutan dengan Nilai
C.J. Ducasse mengatakan bahwa Filsafat merupakan usaha untuk mencari
pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam
penilaian adalah tentang yang baik dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya
filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai. Nilai-nilai tersebut nanti
akan memunculkan terbentuknya tatanan nilai dalam segala aspek kehidupan.
3. Berkaitan dengan Arti
Segala yang berharga dan dianggap perlu dipertahankan keberadaannya dapat
disimpulkan mengandung hal yang berarti. Bagi para filosof-filosof demi
mengungkapkan gagasan yang mengandung kepadatan makna, perlu adanya
penciptaan kalimat- kalimat dengan bahasa yang logis dan tepat (ilmiah). Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya keambiguan atau kesalahpahaman
pemaknaan.
4. Implikatif
Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis).
Dari implikasi tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru sehingga
akan terjadi proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke antitesis kemudian sintesis,
dan seterusnya. sehingga tidak habis-habisnya. Pola pemikiran
yang implikatif (dialektis) akan dapat menyuburkan intelektual. Sehingga dari hasil
pemikiran –pemikiran tersebut masih memiliki kemungkinan akan adanya rencana
tindak lanjut dari segala gagasan yang telah ada.
3.Filsafat dan falsafah

Filsafat biasanya menunjukan proses , Falsafah mengarah ke Produk ,

Terminologi Ini menggambarkan filsafat timur & barat .

Riwayat kata “filsafat” berasal dari Yunani kuno dengan pengertian orang-orang
Yunani kuno sudah lama mempunyai tradisi filsafat. Hal itu tidak berarti hanya di Yunani
kuno saja orang-orang berfilsafat. Di Mesir kuno, India kuno, dan Tiongkok (Cina)
kuno, orang-orang sudah pula berfilsafat, dengan cara, corak, dan kepribadian mereka
sendiri-sendiri.

Filsafat timur diannggap lebih asli, intuisi sedangkan filsafat barat bersifat buatan, rasis

H. Priyono (1993) menyebutkan empat bidang besar yang menjadi titik pembeda
antara filsafat Barat dan Filsafat Timur, yang secara khas dihayati oleh masing-masing
budaya, yaitu tentang:
1. Pengetahuan
2. Sikap terhadap alam
3. Ideal atau cita-cita hidup
4. Status persona
I. Tentang pengetahuan, dalam filsafat Barat, rasio (akal budi) memegang
peranan utama. Sedangkan dalam filsafat Timur menekankan pada unsur intuisi.
Jika dalam budaya Barat, belajar ditunjukkan untuk mampu menjawab tantangan
alam, sedangkan dalam budaya Timur sebaliknya, belajar ditunjukkan untuk mendidik
manusia menjadi bijaksana.
II. Tentang sikap terhadap alam, tampak Filsafat Barat bersifat eksploitatif.
Dengan ilmu dan teknologi yang dikuasainya, alam ditaklukkan dan dikuras untuk
kepentingan manusia. Dalam hal itu, Filsafat Timur memandang alam memiliki jiwa.
Secara umum perbedaan Filsafat Barat dan Filsafat Timur itu dapat dilihat berikut
ini:
1. Buatan - asli
2. Suka konflik - suka hidup damai
3. Aktif - pasif
4. Mandiri - bergantung pada pihak lain
5. Cepat – lamban
6. Bersifat menciptakan – bersifat meneruskan
7. Progresif - konservatif
8. Rasional – intuitif
9. Eksperimental – teoretis
10. Ilmiah – artistik
11. Materialistis – kerohanian
12. Fisik – psikis
13. Mengutamakan duniawi – mengutamakan ukhrowi
14. Alam dikuasai manusia – manusia dan alam sejajar
15. Individualistis – kolektivistis

Terlepas dari perbeddan ini sebenarnya 2 filsafat ini bisa saling belajar.

Konsekuensi suatu proses dalam apabila suatu proses dalam bahasa barat ada istilah
genetivus objectives yakni cenderung memahami filsafat dalam arti proses (sebagai ilmu)

Filsafat timur cenderung memahami dalam Objek ( sebagai pandangan hidup ) genetivus
subjectives

Ketika kita berbicara sifat hukum sebagai genetivus objectives, kita memposisikan filsafat
hukum sebagai genetivus objectives ( filsafat hukum adalah cabang hukum )bukan filsafat
dalam artian objek . falsafah hukum juga ada cabang tetapi di titik berat yakni kajian filsafat ,
proses, objek kajian juga tidak pernah lepas dari norma maka di dalam terselip juga kajian
tentang nilai artinya defenisi falsafah perlu di perhatikan

4.Posisi Filsafat Hukum dalam displin hukum

Tiga cabang displin hukum yakni

Ilmu hukum dogmatic

Teori ilmu hukum

Filsafat hukum
Ilmu hukum dogmatic adalah suatu cabang yang bersinggung hukum positif, pada area yang
lebih abstrak ada suatu area yang bersinergi dengan falsafah yakni Filsafat hukum . orang
berpendapat ilmu hukum dogmatik , hukum berpendapat teralu konkrit sementara filsafat
hukum teralu abstark .

Perbandingan ilmu hukum dogmatik dengan Displin hukum dogmatic lebih luas dari hukum
dogmatik tersebut.

Bila kita lihat dari masaing masing cabang hukum itu ilmu hukum dogmatic cendarung untuk
memahami makna hukum secara objectif , teori hukum berfokus pada doktrin para ahli tetapi
kita wajib mengetahui teori jenjang.

Filsafat hukum mencari hakikat hukum dengan merefleksikan hukum secara umum bukan
pada norma positif

Refleksi kritis berkontemplasi sampai pada aspek aspek nilai dari hukum

Ada aspek penting filsafat hukum yakni

1.mencari legitimasi hukum ?

2. Bagimana Muatan hukum itu ?

Sehingga demikian disiplin hukum memiliki area kajian yang sangat luas , jangan
mempelajari hukum sampai level dogmatic hukum tetapi kompresif sampai refleksi kritis
dimensi yang paling normatif

Sebagaimana telah diketahui bahwa hukum terkait dengan tingkah laku/ perilaku
manusia, terutama untuk mengatur perilaku manusia agar tidak terjadi kekacauan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang
filsafat manusia yang disebut dengan etika atau filsafat tingkah laku. Jadi, tepat
dikatakan bahwa filsafat manusia berkedudukan sebagai genus, etika sebagai
species, dan filsafat hukum sebagai subspecies.

Dalam ranah ilmu hukum, Meuwissen dalam “Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu
Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum“ menyatakan bahwa Filsafat Hukum adalah
tataran abstraksi teoretikal yang peringkat keabstrakannya berada pada tataran tertinggi.
Oleh karena itu, Filsafat Hukum meresapi semua bentuk pengusahaan hukum
teoretikal dan pengusahaan hukum praktikal. Pengusahaan hukum teoretikal adalah
kegiatan menguasai hukum secara intelektual, dengan metode logik- sistematikal,
rasional kritikal. Sedangkan refleksi praktikal adalah kegiatan manusia berkenaan
dengan berlakunya hukum dalam realita kehidupan sehari-hari. Filsafat Hukum
meresapi Teori Hukum dan Ilmu-Ilmu Hukum, oleh karena itu filsafat hukum
diklasifikasikan ke dalam ilmu hukum. Pokok-pokok kajian filsafat hukum meliputi
dwi tugas yaitu: Landasan daya ikat hukum dan landasan penilaian keadilan dari hukum
yang disebut norma kritikal.

Anda mungkin juga menyukai