Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Filsafat

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang
tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Filsafat juga diartikan dalam definisi berbeda, yaitu ilmu yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan
ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia, Philo atau philein berarti cinta,
Sophia berarti kebijaksanaan. Gabungan kedua kata diasud berarti cinta kebijaksanaan.
Philosophos adalah pecinta kebijaksanaan. Dalam bahasa Arab disebut Failasuf, kemudian
ditransfer ke dalam bahasa Indonesia menjadi Failasuf atau filsuf.
Kata “filsafat” sering dipresepsi sebagai sebuah teori umum tentang sesuatu,
khususnya tentang bagaimana memperoleh pengertian yang luas tentang sesuatu tersebut.
Filsafat sering dipahami sebagai sebuah falsafah atau sebuah pandangan umum dan
mendalam tentang hidup yang dijalani manusia. Dalam pemahaman yang sedemikian, filsafat
ditangkap sebagai sesuatu yang abstrak.
Filsafat lahir di yunani pada abad keenam sebelum masehi (SM). Diperkirakan
“Filsafat” dipakai dimulai saat itu oleh Pythagoras. Pada periode filsafat Sokratik (abad
kelima SM) kata filsafat digunakan dalam karya plato berjudul Phaidros. Dalam karya itu
plato menerangkan bahwa kata “mahkluk bijak” (sophos) terlalu luhur untuk seorang
manusia. Kata itu pantas untuk dewa. bagi Plato lebih baik manusia dijuluki sebagai pecinta
kebijakan atau Philosophos. Kata itu menjadi penanda adanya kegiatan manusia yang
mencari dan mengejar kebijaksanaan, tentu karena cintanya pada kebijaksanaan itu. Karena
itu, filsafat mempunyai arti sebagai cinta akan kebijaksanaan (dari philos yang berarti cinta
atau philia yang berarti persahabatan/ tertarik kepada dan sophos yang berarti kebijaksanaan
atau pengeahuan atau ketermpilan ). Filsafat mengindonesiakan Philosophos.
Dari segi semantic, perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’,yang berasal
dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ cinta, suka (loving), dan ‘sophia’
pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi’philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau
cinta kepadakebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana.
Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya
‘failasuf”. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai
tujuanhidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’.
Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah
berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa
“setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir.
Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir
adalah filsuf.
Filsafat itu bisa datang sebelum dan sesudah ilmu, filsafat ada ketika manusia
berangkat dari kesadaran yang disebut dengan tahu menuju kepada pengetahuan yang
selanjutnya beranjak kepada bentuk ilmu yang kemudia menjadi pengetahuan lanjutan.
Filsafat menelusuri segala sesuatu yang lalu, sekarang, dan akan datang. Oleh karena itu
filsafat mempunyai orientasi untuk mempelajari alur cipta dari Allah, Tuhan semesta alam.
Segala sesuatu tercipta dipelajari oleh manusia secara parsial (bagian demi bagian) dari satu
generasi kegenerasi selanjutnya, dari tahu kepada tahu untuk membuka tahu itu secara utuh,
akan tahu itu sendiri.
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang
sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematis filsafat. Sistematis filsafat itu
biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakekat, dan
teori nilai. Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh
filosuf ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, jadi luas sekali. Objek yang diselidiki
oleh filsafat ini disebut objek materia, yaitu segala yang ada dan mungkin ada tadi. tentang
objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains.

B. Pengertian Filsafat Hukum

Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang membicarakan apa hakekat hukum itu, apa
tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Disamping
menjawab pertanyaan masalah-masalah umum abstrak tersebut, filsafat hukum juga
membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan
masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum.
Kemudian lebih mengerucut lagi adalah filsafat hukum, yaitu ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofi, yang dikaji secara luas dan mendalam sampai kepada inti atau
dasarnya yang disebut degna hakikat, dan tujuan mempelajari filsafat hukum untuk
memperluas cakrawala pandang sehingga daapt memehami dan menkaji dengan kritis atas
hukum dan diharapkan akan menunbuhkan sikap kritis sehingga mampu menilai dan
menerapkan kaidah-kaidah hukum. Filsafat ini berpengaruh terhadap pembentukan kaidah
hukum sebagai hukum in abstracto.
Filsafat hukum adalah induk dari disiplin yuridik, karena filsafat hukum membahas
masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul dalam hukum. Oleh karena itu orang
mengatakan juga bahwa Filsafat Hukum berkenaan dengan masalah-masalah sedemikian
fundamental sehingga bagi manusia tidak terpecahkan, karena masalah-masalah itu akan
melampaui kemampuan berfikir manusia. Filsafat Hukum akan merupakan kegiatan yang
tidak pernah berakhir, karena mencoba memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan
abadi. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang terhadapnya hanya dapat diberikan
jawaban, yang menimbulkan lebih banyak pertanyaan baru.
Secara kultural sistem pemikiran filsafat yang kita pelajari ini termasuk ke dalam
sistem filsafat barat yang ditandai dengan adanya pembedaan dan penjarakan antara subjek
(manusia) dan objek (dunia), filsafat barat akan melihat filsafat lebih sebagai ilmu (sains)
dibandingkan dengan filsafah hidup (pandangan hidup). Mengapa filsafat barat? Karena,
sistem hukum yang kita kenal di Indonesia saat ini dipengaruhi oleh filsafat barat, sedemikian
hegemoniknya sehingga interpretasi terhadapnya baik itu hukum barat (KUHPerdata), agama
maupun adat sangat diwarnai oleh corak pemikiran barat yang sangat peduli pada (bahkan
mengagungkan) rasionalitas (pembedaan, pemisahan, dan penjarakan). Ditambah lagi kita
menemukan fakta bahwa budaya hukum kita lebih peduli pada karakter legistik dari hukum
positif yang ada dibandingkan dengan karakter “Substansial ketimuran” berkarakter
keharmonisan dan keserasian yang mencoba mengarahkan masyarakat untuk hidup damai.
Dalam filsafat hukum kita hendak berfikir reflektif tentang hukum sebagai gejala
yang dipranatakan oleh manusia. Filsafat hukum hendak mencari hakikat hukum, ingin
mengetahui apa yang sebenarnya ada di balik norma-norma hukum, mencari yang
tersembunyi di dalam hukum, menyelidiki norma hukum sebagai pertimbangan nilai dan
postulat hukum, sampai pada penyelidikan tentang dasar yang terakhir.
Filsafat hukum juga memiliki sifat yang mendasar artinya, dalam menganalisis suatu
masalah kita diajak untuk bersikap kritis dan radikal, yaitu tajam dan sampai kepada intinya,
seperti objek dari filsafat hukum adalah hukum, hukum itu yang dikaji sampai pada intinya
yang dinamakan hakikat. Dengan cara berfikir kritis kita diajak untuk memehami hukum
tidak hanya dalam arti hukum positif semata. Orang yang hanya mempelajari hukum dalam
arti positif semata tidak akan mampu memanfaatkan dan mengembangkan hukum secara
baik. Apabila ia menjadi hakim, misalanya dikhawatirkan ia akan menjadi hakim “Corong
undang-undang” belaka. Bila diukur dengan sifat yang mendasar, maka kemanfaatan filsafat
hukum yang hendak diusahakan yakni bagaimana untuk sampai pada inti permasalahan yang
sedang dikaji, sedangkan dengan sifat kritis kita dapat secara tajam melihat perkembangan
kehidupan sosial secara global.

Adapun Filsafat Hukum Menurut Para Ahli :


 Menurut Soetikno
Filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum, dia inginmengetahui apa yang ada
dibelakang hukum, mencari apa yang tersembunyi di dalam hukum, dia menyelidiki kaidah-
kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai, dia memberi penjelasan mengenai nilai, postulat
(dasar-dasar) sampai pada dasar-dasarnya, ia berusaha untuk mencapai akar-akar dari hukum.
 Menurut Satjipto Raharjo

Filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pertanyaan tentang


hakikat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh
pertanyaan yang bersifat mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa
menggarap bahan hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda
sama sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan
mempertanyakan konsistensi logis asa, peraturan, bidang serta system hukumnya sendiri.

 Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto

Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum
juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya penyelesaian antara ketertiban dengan
ketenteraman, antara kebendaan dan keakhlakan, dan antara kelanggengan atau
konservatisme dengan pembaruan.

 Menurut Lili Rasjidi


Filsafat hukum berusaha membuat “dunia etis yang menjadi latar belakang yang tidak
dapat diraba oleh panca indera” sehingga filsafat hukum menjadi ilmu normatif, seperti
halnya dengan ilmu politik hukum. Filsafat hukum berusaha mencari suatu cita hukum yang
dapat menjadi “dasar hukum” dan “etis” bagi berlakunya system hukum positif suatu
masyarakat.
Kehadiran filsafat hukum memiliki arti dan peran besar bagi eksistensi dan
pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan hukum termasuk ilmu hukum dalam masa-masa dulu
hingga sekarang. Para filsuf hukum senantiasa mempertanaykan pertanyaan-pertanyaan yang
pada hakikatnya adalah pertanayan yang terpenting atau pokoknya saja yangberkenaan
dengna masalah hukum samapai pada akarnya.

C. Manfaat Mempelajari Filsafat Hukum

Dari tiga sifat yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain manfaat filsafat hukum dapat
dilihat.Filsafat memiliki karakteristik menyeluruh/Holistik dengan cara itu setiap orang
dianggap untuk menghargai pemikiran, pendapat, dan pendirian orang lain. Disamping itu
juga memacu untuk berpikir kritis dan radikal atas sikap atau pendapat orang lain. Sehingga
siketahui bahwa manfaat mempelajari filsafat hukum adalah kreatif, menetapkan nilai,
menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun pada jalan baru.
Disiplin hukum, oleh Purbacaraka, Soekanto, dan Chidir Ali, di artikan sebagai teori
hukum namun dalam artian luas, yang mencakup politik hukum, filsafat hukum, dan teori
hukum dalam arti sempit atau ilmu hukum.
Dari pembidangan tersebut, filsafat hukum tidak dimasukkan sebagai cabang ilmu
hukum, tetapi sebagai bagian dari teori hukum (legal theory) atau disiplin hukum. Teori
hukum dengan demikian tidak sama dengan filsafat hukum karena yang satu mencakupi yang
lainnya. Satjipto Raharjo (1986: 224-225) menyatakan, teori hukum boleh disebut sebagai
kelanjutan dari usaha mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang
demikian itulah kita mengkonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas. Teori hukum
memang berbicara tentang banyak hal, yang dapat masuk ke dalam lapangan politik hukum,
filsafat hukum, atau kombinasi dari ketigabidang tersebut. Karena itu, teori hukum dapat saja
membicarakan sesuatu yang bersifat universal, dan tidak menutup kemungkinan
membicarakan mengenai hal-hal yang sangat khas menurut tempat dan waktu tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. 2009. Filsafat Hukum . Jakarta : Sinar grafika

Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manulang . 2011. Pengantar ke Filsafat Hukum


.Jakarta: kencana

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barakattullah. 2013. Filsafat Teori dan Ilmu Hukum,
Jakarta: Rajawali Pers.

Pound, Roscoe, Pengantar Filsafat Hukum, (Terj.) Muhammad radjab, Penerbit Bhratara,
Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai