A. PENDAHULUAN
Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam
bahasa Yunani filsafat disebut philosophia yang berasal dari dua akar kata yakni
“philos” atau “philia” dan “sophos” atau “sophia”. “Philos” mempunyai arti
cinta, persahabatan, sedangkan “sophos” berarti hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, dan inteligensia. Dengan demikian maka philosophia ini dapat
diartikan sebagai cinta akan kebijaksanaan. Pengertian filsafat secara umum
hampir sama tetapi yang membedakan hanyalah dari para filsuf yang memaparkan
teori filsafat tersebut. Kemudian munculnya jaman filsafat modern dengan
perkembangan yang semakin berubah pula seiring perkembangan jaman.
Sehingga dari asal mula timbulnya filsafat yang dapat masuk kedalam
setiap ilmu pengetahuan maka tidak menuutup pula filsafat masuk kedalam
bidang ilmu hukum sehingga dalam perkembangannya ilmu filsafat menjadi
diterapkan kedalam ilmu filsafat hukum. Ilmu hukum sebagai sebuah cabang ilmu
pengetahauan, tentu akan selalu berkembang sesuai dengan pemikiranpemikiran
para ahli hukum serta berdasarkan keadaan-keadaan atau situasi dan kondisi di
mana hukum itu berada dan diterapkan. Maka, untuk mengetahui perkembangan
ilmu hukum diperlukan refleksi dan relevansi pemikiran-pemikiran dari aliran-
aliran hukum itu melalui filsafat hukum.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakekat hukum.
Dengan perkataan lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum
secara filosofis. Jadi, obyek filsafat hukum adalah hukum, dan obyek tersebut.
Filsafat adalah cabang dari ilmu hukum, ini bisa di lihat dari tujuan dan
fungsi dari filsafat itu sendiri, Filsafat hukum berupaya memecahkan persoalan,
menciptakan hukum yang lebih sempurna, serta membuktikan bahwa hukum
mampu memberikan penyelesaian persoalan-persoalan yang hidup dan
berkembang di dalam masyarakat dengan menggunakan sistim hukum yang
berlaku suatu masa, disuatu tempat sebagai Hukum Positif.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, filsafat atau filosofi merupakan salah satu
ilmu tertua. Filsafat adalah pandangan dunia yang sistematis. Bahkan, banyak
pandangan yang menyatakan bahwa filsafat adalah dasar dari segala ilmu.
KESIMPULAN
Filsafat hukum adalah cabang dari filsafat yaitu filsafat etika (tingkah
laku) yang mempelajari hakekat hukum. Filsafat hukum merupakan refleksi
teoritis tentang hukum, merupakan induk dari semua teoritis tentang hukum.
Filsafat hukum memfokuskan pada segi filosofisnya hukum yang berorientasi
pada masalah-masalah fungsi dari filsafat hukum itu sendiri.Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat, yakni filsafat
tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakekat hukum. Dengan perkataan lain
filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi, obyek
filsafat hukum adalah hukum, dan obyek tersebut.
Semakin banyak peraturan perundang- undangan diproduksi sebagai
jawaban atau kehendak rezim ketertiban atau keteraturan. Realitasnya justru yang
muncul adalah ketidakteraturan. Kondisi ini disebabkan karena semakin
banyak peraturan yang tersusun secara logis dan mekanistis, yang bahkan
mengatur hal- hal yang tidak seharusnya diatur oleh hukum negara.
Ketidakteraturan dalam pengakuan dan perlindungan hukum MHA terjadi
karena banyak sebab, antara lain ragam istilah dan banyaknya dimensi serta
lembaga yang menangani MHA itu sendiri. Kondisi tersebut berimplikasi
terhadap bagaimana MHA diperlakukan dalam operasionalnya. Di samping itu,
empat syarat yang tersebut dalam Pasal 18B ayat (2) UUD 1945, walau sudah
dijelaskan dengan Putusan MK, juga menampakkan kontradiksi masing-masing
syarat tersebut.
SARAN