Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Materi Perkuliahan Filsafat Hukum

Muhamad Ilham Azizul Haq


Hukum, Universitas Andalas
E mail: muhamad.ah304@gmail.com

1. Makna Filsafat Hukum

FIlsafat hukum, kalimat majemuk yang terdiri dari kata “Filsafat” dan “Hukum”.

Sebelum membahas makna dari filsafat hukum itu sendiri, kita harus mengkaji terlebih

dahulu pengertian dari Filsafat dan Hukum terlebih dahulu. Istilah filsafat sering

dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun

tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian

hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat (masyarakat).

Menelisik kembali makna filsafat, maka pandangan kita akan tertuju jauh ke

masa lalu, karena filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua, tepatnya pada zaman

Yunani Kuno. Filsafat berasal dari dua kata, yaitu dari kata “philos” dan “sophia”.

“Philos” artinya cinta yang sangat mendalam, dan “Sophia” artinya kebijakan atau

kearifan. Dalam Bahasa lain filsafat dikenal juga dengan philosophy (Inggris), falsafah

(Arab). Filsafat selalu berawal dari keheranan yang dimiliki manusia. Keadaan keheranan

tersebut baru dapat dikatakan ber-filsafat apabila telah ada upaya untuk mencari jawaban

atas pertanyaan yang di renungkan.

Berseberangan dengan Istilah Filsafat, menemukan suatu definisi yang sungguh-

sungguh memadai kenyataan. Hal ini disebabkan para sarjana hukum dalam

mendefinisikan hukum terpengaruh pada alam dan kebudayaan yang dimiliki ataupun
terikat pada situasi yang mengelilinginya. Disisi lain, kesulitan para sarjana hukum dalam

mendefinisikan hukum disebabkan karena luasnya lapangan hukum, kemungkinan

hukum untuk ditinjau dari berbagai sudut (filsafat, politik, sejarah, dan sebagainya) dan

objek hukum yang memiliki sifat senantiasa berubah dan berkembang.

Melihat definisi hukum dari para pakar hukum, seperti Plato, Aristoteles, Austin,

Immanuel Kant, Bellfroid, dan sebagainya, dapat dikatakan bahwa pada umumnya setiap

pakar hukum melihat hukum sebagai sejumlah peraturan yang berlaku bagi setiap orang,

sebagai kaedah yang bersifat umum dan normatif, serta menentukan apa yang tidak boleh

dilakukan atau harus dilakukan dan menentukan bagaimana caranya melaksanakan

kepatuhan pada kaedah tersebut.

Filsafat Hukum adalah filsafat umum yang di terapkan pada hukum atau gejala–

gejala hukum. Dalam filsafat pertanyaan–pertanyaan yang sering dibahas dalam

hubungan dengan makna, landasan, struktur dan sejenisnya dari kenyataan. Dalam

filsafat hukum pertanyaan–pertanyaan ini difokuskan secara yuridikal. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofi.

2. Tujuan mempelajari Filsafat Hukum

Filsafat hukum dibuat berdasarkan suatu alasan dan tentu memiliki tujuan

tertentu. Tujuan dari filsafat hukum, dari satu masa ke masa yang lain terus mengalami

penyesuaian, seperti misalnya :

Pada masa Yunani kuno, tujuan dari filsafat hukum adalah untuk mengatur

hidup manusia dan masyarakat. Hukum dibuat untuk dipatuhi agar manusia mengikuti

peraturan sesuai dengan hakekatnya.


Pada masa abad pertengahan, di mana muncul anggapan bahwa hukum berasal

dari Tuhan, maka tujuan dari filsafat hukum adalah untuk menjamin suatu aturan hidup

seperti yang telah dikehendaki oleh Tuhan.

Pada masa modern, tujuan dari filsafat hukum adalah bagaimana hukum yang

dibuat untuk mensejahterakan manusia itu sendiri menurut realita yang ada, di mana

realitanya manusia merupakan mahkluk yang bebas.

3. Fungsi dan Peran Filsafat Hukum

Fungsi filsafat hukum pada dasarnya adalah melakukan penertiban hukum,

penyelesaian pertikaian, mengatur, mempertahankan dan memelihara tata tertib demi

terwujudnya rasa keadilan berdasarkan kaidah hukum yang berlaku.

Disisi lain Filsafat hukum berupaya memecahkan persoalan, menciptakan

hukum yang lebih sempurna, serta membuktikan bahwa hukum mampu menciptakan

penyelesaian persoalan-persoalan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat

dengan menggunakan sistem hukum yang berlaku. Adapun peran filsafat hukum,

diantaranya: menumbuhkan kesadaran akan pentingnya hukum, ketaatan pada hukum,

ruh hukum, serta menghidupkan hukum dalam masyarakat.

4. pembidangan/telaahan Filsafat Hukum

untuk sampai di muka pintu filsafat hukum, kita harus tahu jalannya konstelsi

filsafat. Filsafat itu terbagi atas tiga cabang utama, yakni (1) ontologi; (2) epistemologi;

dan (3) aksiologi;

Ontologi mempersoalkan adanya sesuatu yang ada. Gambarannya dapat terkesan

pada pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah manusia itu? Apa yang dikatakan adil? Apa ada itu?
Ini semua adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat timbul bagi setiap orang yang hidup dengan

kesadaran tetapi tidak mudah dijawab

Epistemologi secara garis besar membahas segenap konsep proses dalam usaha

memperoleh kebenaran pengetahuan. Cuplikan yang tampil dalam upaya epistemologi

memperoleh kebenaran dengan pembahasannya terhadap asal, syarat, susunan, metode,

dan validitas pengetahuan. Pada umumnya persoalan-persoalan yang senantiasa

terkandung dalam epistemologi meliputi, apakah pengetahuan itu? Bagaimana manusia

dapat mengetahui sesuatu? Dari mana pengetahuan dapat diperoleh? Bagaimanakah

validitas pengetahuan itu dapat dinilai? yang termasuk dalam epistemologi antara lain

logika, metodologi, dan filsafat ilmu.

kemudian cabang utama ketiga dari konsep filsafat ada pada aksiologi.

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempersoalkan tentang nilai. Persoalan utama

pada nilai tersebut ada pada hakikatnya nilai itu sendiri, kriterianya dan keberadaan suatu

nilai dapat diartikan sebagai sifat yang melekat. Sifat yang melekat ini berkaitan dengan

persoalan baik atau jahat dan indah atau buruk. Baik atau jahat merupakan persoalan

perbuatan manusia, sementara indah atau buruk merupakan persoalan seni.

5. Letak Filsafat Hukum

Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat umum, karena ia menawarkan

refleksi filosofis mengenai landasan hukum umum. Objek dari filsafat hukum tidak lain

adalah hukum itu sendiri. Hukum berkaitan erat dengan norma-norma yang mengatur

perilaku manusia. Sementara pembahasan mengenai perilaku manusia ada pada etika.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat
tingkah laku yang disebut etika. Maka pada hakekatnya filsafat hukum merupakan

filsafat yang mengkaji hukum secara mendalam sampai kepada Inti atau dasarnya yang

disebut sebagai hakikat hukum atau merupakan filsafat yang mengkaji hukum secara

filosofis. Dari uraian tersebut, tepat dikatakan bahwa filsafat manusia berkedudukan

sebagai genus, etika sebagai species dan filsafat hukum sebagai subspecies.

Dalam ranah ilmu hukum, Meuwissen dalam “Tentang Pengembanan Hukum,

Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum“ menyatakan bahwa Filsafat Hukum

adalah tataran abstraksi teoritikal yang peringkat keabstrakannya berada pada tataran

tertinggi. Oleh karena itu, Filsafat Hukum meresapi semua bentuk pengusahaan hukum

teoritikal dan pengusahaan hukum praktikal.

Pengusahaan hukum teoritikal adalah kegiatan menguasai hukum secara

intelektual, dengan metoda logik-sistematikal, rasional kritikal. Sedangkan refleksi

praktikal adalah kegiatan manusia berkenaan dengan berlakunya hukum dalam realita

kehidupan sehari-hari. Filsafat Hukum meresapi Teori Hukum dan Ilmu-Ilmu Hukum,

oleh karena itu filsafat hukum diklasifikasikan ke dalam ilmu hukum. Pokok-pokok

kajian filsafat hukum meliputi dwi tugas yaitu: Landasan daya ikat hukum dan landasan

penilaian keadilan dari hukum yang disebut norma kritikal.

6. Ruang Lingkup Filsafat Hukum

Filsafat hukum sekarang bukan lagi filsafat hukumnya para ahli filsafat seperti

di masa-masa lampau, akan tetapi merupakan buah pemikiran para ahli hukum (teoritis

maupun praktisi) yang dalam tugas sehari-harinya banyak menghadapi permasalahan


meliputi masalah hukum yang mendasar dan memerlukan pemecahan / solusi, antara

lain :

a) Hubungan hukum dengan kekuasaan.

b) Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya.

c) Apa sebab negara berhak menghukum orang.

d) Apa sebab orang mentaati hukum.

e) Pertanggungjwaban.

f) Hak

g) Kontrak.

h) Peran hukum sebagai pembaharuan masyarakat.

i) Hukum sebagai sosial kontrol dalam masyasyarakat.

j) Sejarah hukum.

7. Objek Filsafat Hukum

Filsafat memiliki objek bahasan yang sangat luas dan meliputi semua hal yang

dapat dijangkau oleh pikiran manusia dan berusaha memaknai dunia dalam hal makna.

Adapun ilmu hukum memiliki ruang lingkup yang terbatas karena hanya mempelajari

norma atau aturan (hukum).

Banyak persoalan yang berkenaan dengan hukum membangkitkan pertanyaan-

pertanyaan lebih lanjut sehingga memerlukan jawaban mendasar. Pada kenyataannya,

banyak pertanyaan mendasar itu tidak dapat dijawab lagi oleh ilmu hukum. Persoalan-

persoalan mendasar yang tidak dijawab oleh ilmu hukum menjadi objek bahasan ilmu

filsafat.
Mengingat objek filsafat hukum adalah hukum, masalah atau pertanyaan yang

dibahas oleh filsafat hukum antara lain terkait dengan hubungan hukum dan kekuasaan,

hubungan hukum kodrat dan hukum positif, apa sebab orang menaati hukum, apa tujuan

hukum, serta masalah-masalah hukum kontemporer, seperti masalah hak asasi manusia

dan etika profesi hukum. Banyaknya permasalahan hukum tidak semuanya dibahas dalam

kuliah filsafat hukum, melainkan pada pertanyaan-pertanyaan yang dipandang pokok

saja.

8. Unsur-unsur Filsafat Hukum

Pada dasarnya filsafat itu mempunyai dua unsur. Unsur yang pertama, unsur

internal yang meliputi struktur ilmu pengetahuan dan metodologi. Unsur yang kedua,

adalah unsur eksternal yang meliputi ilmu dan nilai yang meliputi agama etika, dan

ideologi.

Daftar Pustaka

Ishaq. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.


Muhammad Erwin. 2013. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai