Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

ANALISA

FILSAFAT HUKUM

GEMA AKHIRUL AKBAR

74201210001

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI

2022
Berfilsafat adalah berfikir radikal, radic artinya akar, sehingga
berfikir radikal artinya sampai ke akar suatu masalah, mendalam sampai
akar-akarnya, bahkan melewati batas-batas fisik yang ada, memasuki medan
pengembaraan di luar sesuatu yang fisik.

Filsafat atau disebut juga ilmu filsafat, mempunyai beberapa cabang


ilmu utama. Cabang ilmu utama dari filsafat adalah ontologi, epistimologi,
tentang nilai (aksiologi), dan moral (etika). Secara terminologi, ada yang
memberikan makna bahwa filsafat bermakna kegiatan berpikir secara
radikal Radikal berasal dari kata radix yang artinya akar Berpikir radikal
artinya berpikir sampai akar suatu masalah, melewati batas-batas fisik yang
ada, dan memasuki medan pengembaraan di luar sesuatu yang fisik, Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat,
yaitu filsafat tingkah laku atau etika yang mempelajari hakikat hukum.
Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah hukum dan objek
tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang
disebut hakikat. (Darji Darmodiharjo dan Arief Sidharta, 1995: P 10-111)

Kalau kita telisik pengertian filsafat secara etimologi (akar kata),


kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Philos artinya pecinta
dan sophia artinya kebijaksanaan Dengan kata lain, secara mudah, Anda
akan mengatakan bahwa filsafat merujuk pada makna cinta kebijaksanaan,
cinta ilmu, atau cinta akan hikmah

Filsafat mempunyai obyek bahasan yang sangat luas, meliputi semua


hal yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia, dan berusaha memaknai
dunia dalam hal makna. Sedangkan ilmu hukum memiliki ruang lingkup
yang terbatas, karena hanya mempelajari tentang norma atau aturan
(hukum). Banyaknya persoalan-persoalan yang berkenaan dengan hukum
telah membangkitkan beberapa pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut yang
sangat memerlukan jawaban mendasar. Permasalahan-permasalahan
mendasar tersebut yang tidak dapat dijawab oleh ilmu hukum menjadi

1
obyek bahasan ilmu filsafat. Sehingga dengan kata lain Filsafat mempunyai
obyek berupa segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah


cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang memperlajari
hakikat hukum. Atau dapat dikatakan pula bahwa ilmu yang memperlajari
hukum secara filosofis. Sementara itu ilmu hukum hanya melihat gejala-
gejala hukum sebagaimana dapat diamati oleh panca indera manusia
mengenai perbuatan-perbuatan manusia dan kebiasaan-kebiasaan di dalam
kehidupan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada dua macam
hukum, yaitu hukum yang deskriptif dan hukum yang preskriptif. Hukum
yang deskriptif (descriptif laws) adalah hukum yang menunjukkan sesuatu
itu dapat terjadi, misalnya hukum gravitasi, hukum archimedes atau hukum
yang berhubungan dengan ilmu-ilmu kealaman. Sedangkan prescriptive
laws adalah hukum yang telah ditentukan atau hukum yang memberi
petunjuk. Hukum presriptive inilah yang merupakan bahan penelitian
filsafat hukum.

Mengingat obyek filsafat hukum adalah hukum, maka masalah atau


pertanyaan yang dibahas oleh filsafat hukum itupun antara lain berkisar
pada apa-apa yang diuraikan di atas tadi, seperti hubungan hukum dan
kekuasaan, hubungan hukum kodrat dan hukum positif, apa sebab orang
menaati hukum, apa tujuan hukum, sampai kepada masalah-masalah filsafat
hukum yang ramai dibicarakan pada saat ini (oleh sebagian orang disebut
masalah filsafat hukum kontemporer, suatu istilah yang kurang tepat,
mengingat sejak dahulu masalah tersebut juga telah diperbicarakan) seperti
masalah hak asasi manusia dan etika profesi hukum. Filsafat hukum adalah
cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum itu, apa tujuannya,
mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum.

Filsafat hukum mengkaji prinsip-prinsip umum dari hukum positif


termasuk mengkaji konsep-konsep perbuatan, niat, kehendak, kebebasan
dan keadilan. Filsafat ini berusaha membuat satu teori umum berkaitan
karakteristik hukum.

2
Filsafat (termasuk dalam hal ini filsafat hukum), memiliki tiga sifat
yang membedakannya dengan ilmu-ilmu lain. Antara lain adalah, (1) filsafat
memiliki karakteris yang bersifat menyeluruh; (2) filsafat hukum juga
memiliki sifat yang mendasar, artinya dalam menganalisis suatu masalah,
kita diajak untuk berfikir kritis dan radikal, Memang salah satu ciri orang
yang berpikir radikal adalah senang kepada hal-hal yang baru. (3) sifat
filsafat yang spekulatif, yaitu sifat yang mengajak mereka yang mempelajari
filsafat hukum untuk berfikir inovatif, selalu mencari sesuatu yang baru.
Dan ciri lain dari filsafat hukum adalah bahwa sifat filsafat yang reflektif
kritis, Melaui sifat ini filsafat hukum berguna untuk membimbing kita
menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional dan kemudian
mempertanyakan jawaban itu secara terus menerus. Jawaban tersebut
seharusnya tidak sekedar diangkat dari gejala-gejala yang tampak tetapi
sudah sampai kepada nilai-nilai yang ada dibalik gejala-gejala itu. Analisis
nilai inilah yang membantu kita untuk menentukan sikap secara bijaksana
dalam menghadapi suatu masalah.

Menurut Lily Rasyid, pertanyaan yang menjadi masalah filsafat


hukum, antara lain adalah (1) hubungan hukum dan kekuasaan; (2)
hubungan hukum dengan nilai-nlai sosial budaya; (3) apa sebab negara
berhak menghukum seseorang: (4) apa sebab orang menaati hukum; (5)
masalah pertanggungjawaban; (6) masalah hak milik; (7) masalah kontrak;
dan (8) masalah peranan hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat.

Menurut Apeldorn, ada tiga pertanyaan penting yang dibahas dalam


Filsafat Hukum, yaitu, (a) apakah pengertian hukum yang berlaku umum;
(b) apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum, dan (c) apakah yang
dimaksud dengan hukum kodrat.

Filsafat Hukum adalah perenungan dan perumusan nilai nilai,


kecuali itu Filsafat Hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai, misalnya
penyerasian antara ketertiban dan ketentraman, antara kebendaan
(materialisme) dan keakhlakan (idealisme), antara kelanggengan nilai-nilai
lama (kenservatisme) dan pembaharuan. Sosiologi Hukum mempelajari

3
secara empiris dan analitis hubungan timbal balik antara hukum sebagai
gejala dengan gejala-gejala sosial lainnya.

Pada abad 5 Sebelum Maschi, masih primitif. Di mana hukum


dipandang sebagai keharusan alamiah (nomos) baik semesta alam maupun
manusia. Contohnya: laki-laki berkuasa, budak adalah budak, dan
sebagainya. Lalu pada abad 4 SM, Plato (427-347 SM) menulis buku
Politeia dan Nomoi. Di dalam bukum Politeia, dilukiskan model negara
yang adil. Dalam negara terdapat kelompok-kelompok. Keadilan adalah jika
tiap-tiap kelompok berbuat dengan apa yang sesuai dengan tempat dan
tugasnya. Pada buku Nomoim ditulis petunjuk dibentuknya tata hukum,
dimana peraturan-peraturan yang berlaku ditulis dalam kitab perundang-
undangan. Karena jika tidak, maka penyelewengan dari hukum yang adil
sulit dihindarkan.

Pada zaman itu, Aristoteles, yang hidup pada tahun 348-322 sebelum
maschi, menulis buku Politika. Menurut Aristoteles, manusia merupakan
"makhluk polis" (zoon politicon), dimana harus ikut dalam kegiatan politik
dan taat pada hukum polis. Aristoteles membagi hukum menjadi dua, yakni
(1) Hukum Alam (kodrat), mencerminkan aturan alam, selalu berlaku dan
tidak pemah berubah. (2) Hukum Positif, yang dibuat manusia. Dimana
pembentukan hukum harus selalu dibimbing rasa keadilan, yaitu rasa yang
baik dan pantas bagi orang yang hidup bersama. "Kepada yang sama
penting diberikan yang sama, kepada yang tidak sama penting diberikan
yang tidak sama".

TERIMA KASIH

4
5

Anda mungkin juga menyukai