Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 10

- Fadhel Suryanata : 2010211210214


- Juan Satria Mahendra : 2010211210055
- Lutfi Wardhana : 2010211310047
- M Iqbal Dwi Saputra : 2010211110053
- Muhammad Sutan Farrel : 2010211210162

Filsafat hukum secara sederhana dapat dikatakan sebagai cabang filsafat yang mempelajari
hakikat hukum atau dengan kata lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum
secara filosofis. Filsafat hukum merupakan suatu ilmu yang objeknya adalah hukum dan
objek tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang disebut
hakikat.
Terhadap pengertian dari filsafat hukum tersebut, para ahli hukum memberikan berbagai
macam pendapat yang berbeda yang didasarkan pada berbagai macam sudut pandang,
salah satunya;
Utrecth berpendapat bahwa filsafat hukum ada untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan, seperti “Apakah hukum itu sebenarnya?" dan “Apa sebabnya kita
menaati hukum?" Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab secara
memuaskan oleh ilmu hukum, maka harus dijawab oleh filsafat hukum. Apabila ilmu hukum
hanya melihat hukum sebagai suatu gejala atau gegebenheit, maka filsafat hukum akan
melihat hukum tersebut sebagai kaidah atau ethisch.
Ruang lingkup dari filsafat hukum tersebut secara umum dapat dibagi ke dalam tiga macam
yaitu:
1. Ontologi,
2. Epistemologi,
3. Aksiologi.
Salah satu cabang utama dari filsafat hukum adalah ontologi membahas tentang hakikat
mendasar atas keberadaan sesuatu. Adapun yang menjadi cakupan dari lingkup ini adalah
hal-hal mendasar yang dipelajari dalam ilmu hukum yang meliputi nilai-nilai hukum (seperti
keadilan, ketertiban, dan kepastian hukum), kaidah-kaidah hukum (seperti yang tertulis
ataupun yang tidak tertulis), dan perilaku hukum (dapat dikatakan sebagai kenyataan atau
peristiwa hukum).
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang
berarti sesuatu yang signifikan, teoretis, dan studi kritis. Epistemologi dalam filsafat hukum
membahas tentang pengetahuan yang diperoleh manusia, misalkan mengenai asal atau
sumber pengetahuan tersebut, apa ukuran pengetahuan yang telah diperoleh manusia
tersebut, serta bagaimana susunan dari pengetahuan yang telah diperoleh tersebut. Ilmu
hukum sebagai ilmu yang bertujuan untuk mencari kebenaran atau lebih tepat mencari
suatu keadilan yang benar.
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang secara khusus membahas mengenai hakikat nilai
yang berkaitan dengan sesuatu. Wilayah pembahasan aksiologi tersebut dapat berupa
masalah-masalah yang muncul dari kasus-kasus pelik yang meliputi pertanyaan tentang
norma yang sah, norma yang harus dipilih, norma mana yang cenderung untuk digunakan
beserta konsekuensinya.
filsafat hukum memiliki tugas-tugas yang antara lain adalah :
1. Memberikan keterangan tentang cara-cara yang tepat untuk mencapai objek hukum
tertentu;
2. Memberikan keterangan tentang nilai-nilai dan dalil-dalil hukum sampai dasar -
dasar filsafatnya yang pokok; dan
3. Analisis sistem-sistem hukum yang mungkin dalam hubungan hubungannya satu
sama lain.
Filsafat hukum memiliki beberapa sifat yang membedakannya dengan ilmu - ilmu lainnya ,
yaitu sebagai berikut.
a. Filsafat hukum memiliki karakteristik yang bersifat menyeluruh
b. Filsafat hukum memiliki sifat yang mendasar. Artinya, dalam menganalisis
suatu masalah harus dilakukan dengan berpikir secara kritis dan radikal.
c. Fillsafat hukum bersifat spekulatif . Hal ini dikarenakan semua ilmu yang
berkembang hingga sekarang bermula dari sifat spekulatif Sifat ini
mendorong orang-orang yang mempelajari filsafat hukum untuk selalu
berpikir inovatif atau selalu mencari sesuatu yang baru. Akan tetapi, perlu
diingat bahwa tindakan spekulatif ini adalah suatu tindakan terarah yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
d. Filsafat hukum bersifat reflektif kritis. Sifat ini berguna dalam menganalisis
masalah-masalah hukum secara rasional untuk dipertanyakan jawabannya
secara terus-menerus. Jawaban tersebut tidak hanya sekadar diangkat dari
gejala-gejala yang tampak, tetapi juga harus mencakup nilai-nilai yang ada di
balik gejala tersebut.
Kesimpulan dari buku tersebut adalah Filsafat merupakan upaya dari perancangan nilai-nilai
kebijaksanaan. Di dalam mewujudkan hal tersebut, filsafat mempunyai cabang umum dan
khusus serta beberapa aliran. Filsafat hukum dalam hal ini harus merangkai kesesuaian
antara cita-cita hukum dengan tujuan dari hukum itu sendiri, yaitu damai dan sejahtera
dengan menggunakan instrumen keadilan yang dikandung di dalam hukum tersebut. Upaya
ini adalah upaya tanpa akhir atau dengan istilah lain dapat dikatakan bahwa peranan filsafat
tidak akan pernah berakhir. Hal ini disebabkan karena filsafat tidak menelaah satu sisi saja,
namun berbagai sisi dengan objek yang tidak terbatas.
Filsafat hukum mempunyai fokus penelaahan pada filosofi hukum yang berfokus pada
tujuan hukum itu sendiri, yaitu terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan. Terhadap hal
tersebut, filsafat hukum melakukan penelusuran secara komprehensif melalui metodenya
dan penguraian pemikiran teleologi konstruktif yang dikaitkan dengan upaya pembentukan
dan penemuan hukum demi mewujudkan cita-cita hukum tersebut.

Anda mungkin juga menyukai