Oleh :
FAKULTAS HUKUM
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang” Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum”
Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat dilakukan perbaikan pada makalah.
ii
KATA PENGANTAR……..…………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……...…………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…..…………….………………………………….1
A.Latar Belakang………………….……….…………………..……….…….1
B. Rumusan Masalah…….……………………………………….….......…..3
C.Tujuan ……………………………………………..…..………….……….3
A.Kesimpulan ……………………………………………………………...14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat lahir di Yunani pada abad keenam Sebelum Masehi (SM). Dalam
bahasa Yunani, filsafat adisebut Philosophia yang berasal dari dua akar kata yakni
“Philos” atau “Philia” dan “sophos” atau “sophia”. “philos” mempunyai arti cinta,
persahabatan, sedangkan “sophos” berarti hikmah, kebijaksaaan, pengetahuan, dan
intelegensia. Dengan demikian maka philosophia ini dapat diartikan sebagai cinta
akan kebijaksanaan.
iv
tersebut. Kemudian munculnya jaman filsafat modern dengan perkembangan yang
semakin berubah pula seiring perkembangan zaman. Sehingga dari asal mula
timbulnya filsafat yang dapat masuk kedalam setiap ilmu pengetahuan maka tidak
menutup pula filsafat masuk kedalam bidang ilmu hukum sehingga dalam
perkembangannya ilmu filsafat menjadi diterapkan kedalam ilmu filsafat hukum.
Ilmu hukum sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan, tentu akan selalu
berkembang sesuai dengan pemikiran-pemikiran para ahli hukum serta
berdasarkan keadaan-keadaan atau situasi dan kondisi di mana hukum itu berada
dan diterapkan. Maka, untuk mengetahui perkembangan ilmu hukum diperlukan
refleksi dan relevansi pemikiran-pemikiran dari aliran-aliran hukum itu melalui
filsafat hukum. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah
cabang filsafat, yakni filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakekat
hukum. Dengan kata lain filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum
secara filosofis. Sedangkan menurut Otje Salman, yang dimaksud dengan filsafat
hukum adalah induk dari semua disiplin yuridik, karena filsafat hukum membahas
dan menganalisis masalah-masalah yang paling fundamental yang timbul dalam
hukum, karena sangat fundamentalnya, filsafat hukum bagi manusia tidak
terpecahkan, karena masalahnya melampaui kemampuan berfikir manusia. Filsafat
hukum akan selalu berkembang dan tidak akan pernah berakhir, karena akan
mencoba memberikan jawaban pada pertanyaanpertanyaan abadi. Pertanyaan itu
adalah pertanyaan yang dihasilkan dari jawaban-jawaban pertanyaan sebelumnya,
dan begitu seterusnya.
v
Argumentasinya adalah istilah legal dalam Legal Philosophy sama dengan undang-
undang atau resmi, jadi kurang tepat digunakan untuk peristilahan yang sama
dengan “ Filsafat Hukum”. Oleh karena itu hukum bukan hanya undang-undang
saja, dan hukum bukan pula hal-hal yang sama dengan resmi belaka.1 Di dalam
peristilahan Indonesia, ada yang memakai istilah “Falsafah Hukum”.2 Hal ini
dipengaruhi oleh bahasa arab yakni kata “falsafah”, tetapi istilah itu tidak banyak
dipakai. Dalam kaitan peristilahan, didefenisikan bahwa Filsafat Hukum adalah
filsafat yang merenungkan aspek filosofis dari eksistensi hukum dan praktik
hukum. Hal ini relevan dengan dalil pertama dari lima dalil Filsafat Hukum yang
dikemukakan oleh Meuwissen.3 “Filsafat Hukum adalah filsafat, karena itu ia
merenungkan semua masalah fundamental dan marginal berkaitan dengan gejala
hukum”. Dari berbagai tema kefilsafatan, tiga pilar yakni: ontologi, aksiologi, dan
epistemologi hukum ditambah moralitas hukum merupakan tema utama kajian
Filsafat Hukum.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
vi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum
MASA YUNANI
Dimulai dengan masa pra-Socrates (disebut demikian oleh karena para filsuf
pada masa itu tidak dipengaruhi oleh filsuf besar socrates). Boleh dikatakan filsafat
hukum belum berkembang, alasan utama karena para filsuf masa ini memutuskan
perhatianya kepada alam semesta, yaitu yang menjadi masalah bagi mereka tentang
bagaimana terjadinya alam semesta ini. Mereka berusaha mencari apa yang
menjadi inti alam. Filsuf Thales yang hidup pada tahun 624 – 548 S.M.
Mengemukakan bahwa alam semesta terjadi dari air. Anaximandros mengatakan
bahwa inti alam itu adalah suatu zat yang tidak tentu sifat-sifatnya yang disebut to
apeiron.Anaxsimenes berpendapaat sumber dari alam semesta adalah uadara.
Sedangkan Pitagoras yang hidup sekitar 532 S.M. bilangan sebagai dasar segala-
galanya.
vii
sebagai objek filsafat. Sebab sebagaimana telah disinggung dimuka, hanya dengan
kaitan manusia ini, pembicaraan akan sampai kepada hukum.
Keadilan bagi Plato menjadi penting bukan karena membawa manfaat praktis
yang dipahami kaum sofis. Keadilan merupakan keutamaan atau ideal yang
bernilai dalam dirinya sendiri. Dengan demikian berbuat adil adalah perbuatan
yang baik. Menolak undang-undang yang diskriminatif, dan dengan itu membela
keadilan, merupakan tindakan yang baik yang harus dilakukan tanpa harus
bertanya apakah subjek mendapat manfaat praktis dari itu atau tidak. Dengan kata
lain, keadilan merupakan nilai yang harus dibela tanpa harus dilihat apakah
pemembelaan terhadap keadilan secara konkret memberi manfaat bagi pembelanya
atau tidak. Singkatnya keadilan pantas untuk dibela karena bertindak adil itu baik,
dan sebalikknya tidak baik. Karena dalam dirinya sendiri baik maka keadilan harus
menjadi watak manusia. Orang baik adalah orang yang mampu bertindak adil.
viii
c. Masa Stoa
Stoa berpendapat bahwa hukum alam ini tidak tergantung dari orang, selalu
berlaku dan tidak dapat diubah. Hukum alam ini merupakan dasar dari adanya
hukum positif. Selain itu, ia berpendapat bahwa hukum positif dari suatu
masyarakatalah setandar tentang apa yang adil, bahkan bila hukum tersebut
diterima secara adil akan mewujudkan ketentraman .
ix
hukum terwujud dalam suatu hukum yang almiah yang mengatur, baik alam
maupun hidup manusia. Oleh karena itu filsafat hukum Cicero dalam esensinya
mengemukakan konsepsi tentang persamaan (equality) semua manusia dibawah
hukum alam.
2. Masa St.Agustine
ABAD PERTENGAHAN
ZAMAN RENAISANCE
x
Abad pertengahan, yang merupakan abad yang khas, yang ditandai dengan
suatu pandangan hidup manusia yang merasa dirinya tidak berarti tanpa tuhan,
dimana kekuasaan gereja begitu besarnya mempengaruhi segala kehidupan,
akhirnya berlalu dan muncul suatu zaman baru yang disebut zaman Renaisance.
Zaman ini ditandai dengan tidak terikatnya lagi alam pikiran manusia dari ikatan-
ikatan keagamaan, manusia menemukan kembali kepribadianya. Akibat dari
perubahan ini, terjadi perubahan yang tajam dalam segi kehidupan manusia,
perkembangan teghnologi yang sangat pesat, berdirinya negara-negra baru,
ditemukanya dunia-dunia baru, lahirnya segala macam ilmu-ilmu baru dan
sebagainya. Semua itu hanya akan terjadi oleh karena adanya kebebasan dari pada
individu untuk menggunakan akal pikiranya tanpa adanya rasa takut.
Jean Bodin menekankan bahwa hukum tidak lain dari perintah orang yang
berdaulat (raja) didalam menjalankan kedaulatnnya. Namun, kekuasan raja
tidaklah melampaui hukum alam yang didekritkan tuhan. Bodin tidak
membenarkan bahwa akal yang benar mempertaruhkan hukum alam dengan
hukum positif dan kebiasaan. Bodin mengungkapakan bahwa, kebiasaan
memperoleh kekuatan hukum pada pengesahan oleh penguasa secara tidak diam-
diam.
ZAMAN BARU
Filsuf hukum yang paling terkenal pada abad tujuh belas adalah Thomas
Hobbes (1588 – 1679) memutuskan tradisi hukum alam yang mengandung banyak
kontraversi. Ia banyak menggunakan siatilah “hak alamiah” (law of nature) dan
akal benar (right reason). Namun, yang pertama baginya adalah kemerdekaan yang
xi
tiap orang miliki untuk menggunakan kekuasaan (kekuatan)-nya sendiri menurut
kehendaknya sendiri, demi preservasi hakikatnya sendiri, yang berarti kehidupanya
sendiri. Kedua adalah asas-asas kepentingan sendiri yang sering didefinisikan
dengan kondisi alamiah dari ummat manusia. Ketiga, kondisi alamiah dari ummat
manusia adalah peperangan abadi yang didalamnya tidak ada standar perilaku yang
berlaku umum.
ZAMAN MODEREN
Rudolf von Jhering (1818 – 1892) menolak teori Hegel, karena Hegel
menganggap hukum sebagai ekspresi dari kemauan umum (general will) dan tidak
mampu melihat bahwa faktor-faktor utilitaritis dan kepentingan-kepentingan
menentukan eksistensi hukum. Jhering juga menolak bahwa anggapan hukum
adalah ekspresi kekuatan spontan dari alam bawah sadar (subconscious forcess)
seperti yang dikatakan Savigny, karena Savigny tidak dapat melihat peranan dari
perjuangan secara sadar untuk melindungi kepentingan-kepentingan. Namun,
seperti juga para hegelian,Jhering menganut orientasi kultural yang luas. kontribusi
Jhering adalah keyakinanya bahwa penomena hukum tidak dapat dipahami tanpa
pemahaman sistematik terhadap tujuan-tujuan yang telah menimbulkan (penomena
hukum), studi tentang tujuan-tujuan itu yang berakar dalam kehidupan sosial, yang
tanpa itu tidak akan mungkin ada aturan-aturan hukum. Tidak ada tujuan berarti
tidak ada kemauan.
xii
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Hukum Di Indonesia
xiii
penyelesaian masalah pertikaian dan mengadakan perubahan yang lebih baik.
Filsafat hukum terhadap segala persoalan-persoalan hukum yang sering ada
ditengah masyarakat atau melakukan pengkajian terhadap perkembangan ilmu
hukum itu sendiri secara teoritis, dan cakupannya berkembang luas dan
komprehensif. Pada perkembangannya filsafat hukum di Indonesia, dalam
pembentukan hukum yang dibuat oleh negara, sudah pasti hukum memiliki sebuah
target atau pencapaian yang ingin dicapai dalam artian tidak ada satupun suatu
peraturan perundang-undangan yang dibentuk dengan tidak adanya tujuan yang
ingin dicapai oleh hukum. Untuk perkembangan filsafat hukum, pembentukan
suatu sistem hukum wajib berdasarkan dari nilai-nilai Pancasila yang di mana kita
tahu sejatinya Pancasila merupakan dasar dari pemikiran bangsa Indonesia.
Pengertian dan pembentukan hukum itu adalah merunutkan peraturan-peraturan
dasar yang berlaku bagi masyarakat. Dalam undang-undang No.12 Tahun 2011
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan, telah diatur jenis hierarki
pembentukan hukum di Indonesia. Dalam pembentukan hukum di mana salah satu
diantaranya membahas tentang teori filsafat hukum. Susunan hierarki peraturan
perundang-undangan yang ditata kembali dianggap memang sudah sangat tepat,
karena pada masa Orde Baru yang pada awalnya berupaya memurnikan lagi
falsafah Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 dengan menyusun ulang kembali
sumber tertib hukum dan tata urut peraturan perundang-undangan, yang dalam
kegiatannya selama 32 tahun belum membuahkan hasil untuk mambangun tatanan
perundang-undangan yang dapat dijadikan patokan bagi upaya memutuskan hasil
akhir bagi sistem perundang-undangan di masa depan.
xiv
filsafat hukum berperan dalam membuat pembentukan hukum yang sangat
diperlukan oleh rakyat Indonesia. Filsafat hukum mengganti beberapa peraturan
perundang-perundangan mulai dari Tap XX/MPRS/1966 sampai tata urutan
Peraturan Perundang-undangan yang di dasari Undang-undang Republik Indonesia
No. 12 Tahun 2011. Filsafat hukum dapat membimbing dan mewujudkan
kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai dengan tingkat kemajuan pembangunan di
segala bidang, untuk itu sangat diperlukan untuk lebih mengkaji lebih mendalam
lagi filsafat hukum secara lebih spesifik oleh seluruh bangsa ini terutama kepada
para pemegang kekuasaan dan kepentingan di negara ini. Dengan begitu
kedepannya lebih mampu mengerti serta mengetahui kandungan yang terdapat di
dalam filsafat hukum baik, dari segi hukum itu sendiri atau dampak positif bagi
kehidupan bangsa ini.
xv
dibentuk di Indonesia pada dasarnya mengacu kepada filsafat hukum yang mana
filsafat hukum itu sendiri juga berdasarkan kepada Pancasila sebagai ideologi dari
Indonesia, dan menjadi penentu berlakunya tata tertib hukum di Indonesia. Filsafat
hukum sendiri mempengaruhi pola perkembangan hukum yang ada di Indonesia
yang berdasarkan kepada pola perilaku masyarakat guna mencapai suatu kualitas
hukum yang adil untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada perkembangannya di masa
sekarang, filsafat hukum sendiri merupakan mata kuliah wajib di dalam fakultas
hukum yang dimaksudakan untuk mengisi pemikiran dari mahasiswa yang hendak
melangkah ke ranah hukum yang lebih tinggi agar nanntinya pada saat dihadaplkan
pada suatu masalah yang akan menggoyang iman hukumnya, mahasiswa dapat
menerapkan pola fikir dan pendirian yang didapatkan dari mata kuliah filsafat
hukum tersebut, dan tidak luput juga peran filsafat hukum yang mengasah
mahawiswa untuk lebih menjadi seorang pribadi yang tak tergoyahkan kepada
masalah yang kerap datang seperti jual beli hukum yang belakangan sering terjadi
di Indonesia. Di dalam kehidupan bermasyarakat sendiri, terutama pada masa
sekarang filsafat hukum sendiri mengarahkan masyarakat untuk lebih mandiri dan
paham akan dasar dari suatu peraturan itu dibuat, agar tujuan bersama dalam
mewujudkan keadilan yang mutlak itu dapat dicapai yan akan berguna untuk
generasi-generasi selanjutnya dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya.
xvi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat hukum merupakan suatu ilmu yang timbul melalui pemikiran yang
kompleks serta adanya kebingungan. Perjalanan serta perkembangan filsafat
hukum tidak dapat terlepas dari faktor-faktor historis. Sejarah adalah suatu hal
yang menjadi alasan dapat berkembang luasnya sebuah ilmu. Dalam mempelajari
filsafat hukum, terdapat dua zaman yang cukup memberikan pengaruh besar yakni
Zaman Yunani Kuno dan Zaman Romawi. Pada kedua zaman tersebut banyak ahli-
ahli dengan pemikiran yang hebat seperti Aristoteles dan Socrates pada zaman
Yunani Kuno. Selain itu terdapat pula aliran Stoa dan tokoh terkenal seperti
Cicero.
xvii
yang ada, untuk itu filsafat hukum dapat dikatakan cocok untuk membangun
keadaan hukum yang lebih baik. Untuk memenuhi perkembangan hukum yang di
mana menjamin kelangsungan di masa mendatang, filsafat hukum memberikan
penjelasan yang logis mengenai hukum. Perkembangan filsafat hukum di
Indonesia itu sendiri mewujudkan rasa keadilan yang sesuai dengan kaidah hukum
yang abstrak dan konkrit, filsafat hukum lebih memperhatikan dari sisi filosofis
hukum yang lebih mengarah terhadap permasalahan fungsi dan filsafat hukum
melakukan perubahan tata tertib penyelesaian masalah pertikaian dan mengadakan
perubahan yang lebih baik.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Perkembangan Filsafat Hukum Sejak Zaman Purbakala Hingga Saat. Ini di
akses pada 4 Desember 2023 dari
https://repository.unikom.ac.id/64936/1/Materi%20Kuliah%20OL%20FH
%20%286%29.docx
Agung Muhammad. Perkembangan Filsafat Hukum Di Indonesia. Di
Akses Pada 4 Desember 2023 Dari https://osf.io/73h52/download
Kurniawan agung dan Irtafany Aqsha. (2022). Sejarah Pemikiran
Mengenai Hukum Zaman Yunani Kuno Hingga Zaman Romawi. Di akses pada 4
desember 2023 dari https://spada.uns.ac.id/mod/resource/view.php?id=187076
Shidarta Arief. Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,
Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum. Bandung; PT Refika Aditama, 2007.
xix