Anda di halaman 1dari 22

PERZINAHAN DALAM HUKUM PIDANA

MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Pidana
dengan Dosen M. Irsan Nasution, S.H., M.H.

Disusun oleh :
Kelompok 6
Agung Setiawan 1173050004
Amelia Nurhasanah 1173050010
Devy Purwitasari 1173050026
Dimas Alfian Nusantara 1173050032
Fariz Ihja Fadilah 1173050041

Kelas/semester: A/3
Program Studi Ilmu Hukum
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
Alamat : Jl. AH Nasution No. 105 Telp. 022-7800525/Fax.022-7803936, email:
contact.uin[at]uinsgd.ac.id
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas ridho
dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula sholawat serta
salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan
kali ini kami akan mencoba mengkaji seputar “Perzinahan”.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada civitas akademika UIN Sunan Gunung
Djati, Khusunya kepada dosen Hukum Perdata yaitu Bapak Irsan Yang atas bimbingan
beliau pulalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan benar.
Kami menyadari masih terdapatnya kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan untuk membangun atau menyempurnakan makalah ini.
Tidak lupa kami berterimakasi kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, 7 Oktober 2018


Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2
C. Kegunaan Penulisan....................................................................................................2
D. Kerangka Pemikiran....................................................................................................3
BAB II PERMASALAHAN
A. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Perzinahan................................................................................................6
B. Sebab-akibat dari maraknya perzinahan yang begitu
merajalela atau maraknya di Indonesia.....................................................................9
C. Konsep Perzinahan Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) Kedudukan Pasal 284 Mengenai Delik Perzinahan dalam KUHP.......13
D. Kasus Perzinahan.....................................................................................................15

BAB IV PENUTUP
A. Simpulan............................................................................................................17
B. Saran..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbuatan zina atau yang sering di bahas dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) adalah hubungan seksual di luar nikah, merupakan
perbuatan yang melanggar norma, baik norma susila maupun norma agama. Di
Indonesia pezina mendapatkan hukuman, baik secara adat, agama maupun hukum
positif yang hidup dan berlaku di masyarakat. Zaman dulu, tidak begitu banyak
orang berani berzina, apalagi terang- terangan hidup serumah tanpa nikah.
Secara etimologis zina berasal dari bahasa arab yang artinya persetubuhan
diluar pernikahan.1 Pengertian zina secara umum adalah persetubuhan pria-wanita
tanpa ikatan perkawinan yang sah. Dari segi tata susila perbuatan ini sangat kotor
(hina) dan tercela dalam pandangan masyarakat. Sedangkan dari segi agama
perbuatan ini terhukumi dosa.
Menurut KUHP, zina diidentikkan dengan overspel yang pengertiannya jauh
lebih sempit dari pada zina itu sendiri. Overspel hanya dapat terjadi jika salah satu
pelaku atau kedua pelaku telah terikat tali perkawinan. Hal ini berbeda dengan
konsepsi masyarakat/bangsa Indonesia yang komunal dan religius. Setiap bentuk
perzinahan, baik telah terikat tali perkawinan maupun belum, merupakan perbuatan
tabu yang melanggar nilai-nilai kesusilaan. Konsepsi masyarakat seperti ini tidak
banyak berarti jika hukum pidana nasional mendatang tidak mengakomodasi dalam
ketentuannya.

1
Eman Sulaeman, Delik Perzinaan Dalam Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia, Semarang :
Walisongo Press, 2008.

1
2

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang ingin diperoleh oleh penulis sehubungan dengan permasalahan tersebut
di atas adalah :
1. Untuk mengetahui arti dari perzinahan.
2. Untuk mengetahui penyebab maraknya atau merajalelanya perzinahan di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui sebab-akibat dari perbuatan zinah atau perzinahan.
4. untuk mengetahui konsep dari perbuatan perzinahan sebagai tindak pidana
menurut KUHPidana

C. KEGUNAAN PENULISAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut :
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu
pengetahuan hukum khususnya didalam Hukum Pidana, dalam rangka
memberikan penjelasan mengenai perzihanan yang begitu merajalela atau
bahkan begitu maraknya di Indonesia dan hukuman apa yang pantas didapatkan
dari perbuatan perzinahan itu.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi
pembuat undang-undang, penegak hukum dan masyarakat umum mengenai
studi komparatif pemidanaan tindak pidana perzinaan dalam Hukum Positif
Indonesia.
3

D. KERANGKA PEMIKIRAN
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, beradab, dan menjunjung tinggi
nilai-nilai hukum dan keadialan. Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
1945 ditegaskan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Sehingga
sebagai Negara yang berdasarkan atas hukum Negara wajib menegakkan hukum
dan keadilan seadil-adilnya serta mencegah terjadinya tindak pidana atau kejahatan
termasuk tindak pidana merampas kemerdekaan orang lain yang salah satunya
adalah tindak pidana perzinahan.
Masalah pokok dalam penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral,
sehingga dampak positif dan negatifnya terletak pada faktor-faktor tersebut. Faktor-
faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor hukumnya sendiri;
2) Faktor penegak hukum;
3) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;
4) Faktor masyarakat;
5) Faktor kebudayaan.2
Dalam penegakan hukum pada hakekatnya mengandung tiga unsur yang
harus diperhatikan, yaitu :
1) Kepastian hukum;
2) Kemanfaatan;
3) Keadilan.3
Bentuk perzinahan ternyata telah menjadi tindakan-tindakan kriminal atau
tindak pidana yang sangat mengganggu dan meresahkan masyarakat. Penanganan
tindak pidana yang tidak tepat serta sikap keragu-ruguan aparat penegak hukum

2
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu tinjauan Sosiologis. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Kehakiman, 1993.
3
Sudikno Martokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, 1999.
4

secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong suatu penyimpangan


sosial yang semakin jauh dari para pelaku tindak pidana perzinahan.
Di sini para penegak hukum tidak dapat dan tidak mampu berbuat banyak
dalam melakukan penegakan tindak pidana perzinahan, disebabkan tindak pidana
perzinahan termasuk dalam tindak pidana aduan. Karena pada tindak pidana aduan,
kepentingan yang dilindungi adalah kepentingan yang bersifat individu atau sangat
pribadi.
Selama ini aparat penegak hukumnya melakukan pembalasan terhadap pelaku
tindak pidana diannggap telah melakukan keadilan bagi korban. Akan tetapi pada
kenyataanya dalam melakukan penegakkan hukum aparat hukum kurang
memperhatikan rasa sakit yang dialami korban kejahatan, karena korban dan pelaku
tindak pidana
perzinahan sangat sulit dibedakan, karena yang mengalami tindak pidana
perzinahan dan yang lebih ditekankan adalah suami-istri yang sudah menikah,
sebagaimana diatur dalam Pasal 284 KUHP, padahal selain suami-istri tindak
pidana perzinahan dapat dilakukan oleh semua orang yang belum menikah.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dari perzinahan?
2. Apa saja sebab-akibat dari maraknya perzinahan di Indonesia?
3. Bagaimana konsep dari perbuatan perzinahan sebagai tindak pidana menurut
KUHPidana?
4. Contoh Kasus!

5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian perzinahan
Zina menurut KBBI perbuatan bersanggama seorang laki-laki yang terikat
perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang
perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya,
atau perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan).4
Kata perzinaaan berasal dari kata dasar zina yang berarti; Perbuatan
bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh tali perkawinan
(pernikahan), perbuatan bersenggama antara seorang laki-laki yang terikat
perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang
perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya.
Sedangkan menurut Purwadarminta, zina merupakan perbuatan bersetubuh
yang tidak sah, seperti besundal, bermukah dan bergendak. Istilah zina merupakan
istilah serapan yang diambil dari bahasa Arab. Penyerapan istilah dari bahasa asing
ini dimaksudkan bahwa kata zina terlalu banyak sinonimnya di dalam istilah bahasa
Indonesia, bermukah dan bergendak.
Zina adalah hubungan seksual antara seorang laki-laki dan perempuan yang
tidak didasari oleh suatu pernikahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wiryono
Prodjodikoro bahwa kesusilaan itu mengenai juga tentang adat kebiasaan yang baik,
tetapi khusus yang sedikit banyak mengenai kelamin (sex) seorang manusia.
Namun pemakaian kata zina untuk mengartikan kata overspel yang berasal
dari bahasa Belanda pada Pasal 284 ayat (1) KUHP dipandang oleh beberapa pihak
tidak tepat. Menurut Wiryono Prodjodikoro, kata zina dalam Pasal 284 ayat (1)
KUHP itu berbeda dengan kata zina menurut hukum Islam. Sehingga dapat

4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1985).

6
7

dimengerti apabila terjadi perbedaan dalam mengartikan kata overspel tersebut


dalam berbagai terjemahan Wetboek van Strafrecht sebagai naskah asli KUHP
Indonesia.5
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku saat ini,
delik zina sudah diatur dan masuk dalam rumusan delik. Adapun, ketentuan
mengenai zina diatur dalam Pasal 284 KUHP, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan :
Ke-1
1. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal
diketahui bahwa Pasal 27 KUH Perdata berlaku baginya;
2. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui
bahwa Pasal 27 KUH Perdata berlaku baginya.
Ke-2
1. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya
bahwa yang turut bersalah telah kawin;
2. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu,
padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan Pasal 27
KUH Perdata berlaku baginya.
 Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang
tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku Pasal 27 KUHPerdata, dalam
tenggang waktu 3 bulan diikuti dengan permintaan bercerai, atau pisah
meja dan ranjang karena alasan itu juga.
 Terhadap pengaduan ini tidak berlaku Pasal 72, 73 dan 75 KUHP.
 Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai.

5
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung, Eresco, 1986).
8

 Jika bagi suami/istri berlaku Pasal 27 KUH Perdata, pengaduan tidak


diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau
sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi
tetap.

Mengenai Pasal ini, R. Soesilo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan


zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah
kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan isteri atau suaminya. Supaya
masuk Pasal ini, maka persetubuhan itu harus dilakukan dengan suka sama suka,
tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak.
Sehingga apabila merujuk pada ketentuan KUHP yang berlaku saat ini,
terdapat 4 (empat syarat) agar seseorang dapat dinyatakan telah melakukan
perbuatan zina, yaitu :
1. melakukan persetubuhan dengan perempuan atau laki-laki bukan suaminya atau
bukan istrinya. (Orang ini tidak harus telah menikah)
2. dirinya tidak tunduk pada Pasal 27 KUH Perdata;
3. pasangannya yang melakukan persetubuhan itu tunduk pada Pasal 27
KUHPerdata
4. diketahuinya bahwa pasangannya melakukan persetubuhan itu telah bersuami
atau beristri, dan berlaku ketentuan Pasal 27 KUHPerdata berlaku bagi
pasangannya bersetubuh itu.
9

B. Sebab-akibat dari maraknya perzinahan yang begitu merajalela atau


maraknya di Indonesia
Penyebab merebaknya zina, Akar masalah penyebabnya zina di masyarakat
adalah kurangnya ilmu agama di masyarakat kita kemudian didukung kuat oleh
teknologi yang serba canggih seperti saat ini, namun masih banyak faktor yang
mempengaruhinya di anatara lain sebagai berikut;
1. Kurangnya perhatian orang tua
Peran dan fungsi keluarga pada saat ini sudah mengalami pergeseran disebabkan
karena masing-masing anggota keluarga memiliki kesibukan dengan alasan dan
tujuan tersendiri. Banyak keluarga yang lebih mementingkan kecukupan
kebutuhan materi dan kurang memerhatikan kebutuhan rohani keluarganya,
khususnya anak. Pada situasi semacam inilah persoalan akan muncul, yakni
tidak terpenuhinya kebutuhan dan perkembangan jiwa seorang anak secara
seimbang. Ketika usia anak bertambah, persoalan pun mulai berkembang,
sementara komunikasi dan perhatian orang tua semakin berkurang. Apalagi jika
diperhatikan masalah utama remaja adalah "tertarik pada lawan jenis". Sehingga
tidak sedikit para remaja terjerumus dalam pergaulan bebas yang tidak
terkendali.6
2. Lingkungan sekitar
Kerasnya pola hidup individu juga menyebabkan kurang atau tidak adanya
komunikasi intensif antara tetangga yang satu dengan tetangga yang lain. Jika
keadaan masyarakat sudah seperti ini, maka terjadinya penyimpangan kecil
sampai pelanggaran norma dalam pergaulan menjadi semakin terbuka.
Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh baik bagi sekitarnya begiu

6
http://kisahimuslim.blogspot.com/2014/12/faktor-faktor-penyebab-terjadinya.html diakses pada pukul
18.30, hari Sabtu, tanggal 6 Oktober 2018
10

pula sebaliknya jika lingkungan yang buruk itu akan memberikan pengaruh
buruk bagi sekitarnya.7
3. Media Massa
Tidak dapat dipungkiri lagi, Internet, media cetak, dan media elektronik lainnya
telah mengubah pemikiran manusia di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh
sifatnya yang dapat menerobos batas dan waktu dengan sangat singkat, sehingga
sulit ditepis, ditangkal, atau dibatasi. Melalui media-media ini semua bisa
disampaikan, termasuk berbagai persoalan yang menyangkut film yang tidak
layak untuk ditonton serta berbagai menu acara yang dapat memengaruhi
konsep berpikir dan berbuat para penggunanya, salah satunya adalah remaja.
Tak ada satu orangpun yang mampu membendung laju informasi dan berbagai
tayangan yang terdapat pada media massa, kecuali dengan ilmu yang dimiliki
oleh masing-masing person.8
4. Rasa ingin tahu yang kuat
Bertindak tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi dan didorong rasa ingin
tahu, ingin mencari, dan ingin mencoba adalah semangat beberapa remaja yang
harus diarahkan. Jika semangat dan sikap itu untuk hal -hal yang baik dan
positif, maka tentu sangat bagus hasilnya. Namun, jika semangat itu untuk
melakukan hal - hal negatif, maka sikap semacam ini harus terus diberikan
pengetahuan dan arahan agar sadar, dan dapat menghindari perbuatan negatif,
sehingga remaja tidak terjebak dalam pergaulan bebas.Tindakan negatif lain
yang tidak segera diberikan penyadaran dapat mendorong seseorang mencoba
melakukan tindakan penyimpangan lainnya. 9

7
Ibid
8
Ibid
9
Ibid
11

5. Gaya hidup yang menyimpang


Gaya hidup remaja Indonesia sudah banyak menyimpang jauh dari norma
agama dan adat ketimuran. Zaman sekarang remaja Indonesia lebih banyak
mengadopsi gaya hidup barat yang bebas. Selain itu mereka juga lebih bangga
jika memakai gaya hidup barat dalam kesehariannya. Memang tidak semua gaya
hidup barat itu buruk, namun mayoritas remaja Indonesia meniru beberapa hal
yang buruk dari gaya hidup barat, seperti memakai baju yang sangat mengumbar
aurat, pergaulan bebas antara lawan jenis dan lain sebagainya.10
6. Minimnya Saran Pengembangan dan Aktivis Remaja
Masa remaja adalah masa penuh gejolak serta dinamika yang tinggi. Sifat
tersebut merupakan ekspresi dan dorongan perkembangan remaja. Hanya saja
pada saat ini sangat sedikit yang memberi perhatian terhadap kebutuhan remaja
tersebut, salah satunya adalah sarana bermain dan beraktivitas bagi para remaja,
terlebih di perkotaan. Dengan minimnya sarana bagi para remaja, memberikan
peluang aktiviats lain yang tidak terkontrol, salah satunya adalah kenakalan
remaja dan pergaulan bebas.11
7. Sikap mental yang tidak sehat
Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga
terhadap pergaulan yang pergaulan tersebut tidak sepantasnya, tetapi mereka
tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan
emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan
kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun
orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok,
memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar
keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa

10
Ibid
11
Ibid
12

tidak nyaman dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal
tersebut adalah hal berdampak negatif.12
8. Pelampiasan rasa kecewa
Ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaannya
terhadap orangtua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah
yang memberikan tekanan terus menerus (baik dari segi prestasi untuk remaja
yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat),
lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi,sehingga
menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh
oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas yang mengarah
ke perbuatan zina dan ia merasa tidak nyaman dalam lingkungan sekitarnya.13
9. Teman dan komunitas tempat tinggal yang kurang baik
Masa remaja adalah masa dimana suatu anak masih mencari jati diri mereka
yang sebenarnya, masa ini masa yang sangat rentan dan harus terus di control
oleh para orang tua kepada anak mereka. Remaja yang tidak dapat memilih
teman dan lingkungan yang baik serta orangtua yang tidak memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Karena remaja
belum bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima mereka akan terseret pada perilaku ‘nakal’.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
sesuai dengan pengetahuannya.14

12
Ibid
13
Ibid
14
Ibid
13

Dampak-dampak perbuatan zina


1. Zina dapat menyebabkan timbulnya penyakit, seperti sifilis dan AIDS
2. Zina menyebabkan seorang wanita hamil tanpa nikah sehingga marak terjadinya
aborsi
3. Zina berdampak merusak moral dan integritas diri Zina mengakibatkan
hilangnya kehormatan dan menghancurkan masa depan
4. Zina menimbulkan penyesalan yang tidak berkesudahan
5. Zina menyebabkan hancurnya keharmonisan rumah tangga

C. Konsep Perzinahan Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)


Kedudukan Pasal 284 Mengenai Delik Perzinahan dalam KUHP
Delik perzinahan (overspel) diatur dalam Pasal 284 KUHP yang dapat
dikategorikan sebagai salah satu kejahatan terhadap kesusilaan. Delik-delik
kesusilaan dalam KUHP terdapat dalam dua bab, yaitu Bab XIV Buku II yang
merupakan kejahatan dan Bab VI Buku III yang termasuk jenis pelanggaran.
Yang termasuk dalam kelompok kejahatan kesusilaan meliputi perbuatan-
perbuatan:
1. Yang berhubungan dengan minuman, yang berhubungan dengan kesusilaan di
muka umum dan yang berhubungan dengan benda- benda dan sebagainya yang
melanggar kesusilaan atau bersifat porno (Pasal 281 – 283);
2. Zina dan sebagainya yang berhubungan dengan perbuatan cabul dan hubungan
seksual (Pasal 284-296);
3. perdagangan wanita dan anak laki-laki di bawah umur (Pasal 297);
4. yang berhubungan dengan pengobatan untuk menggugurkan kandungan (Pasal
299);
5. memabukkan (Pasal 300);
6. menyerahkan anak untuk pengemisan dan sebagainya (Pasal 301);
14

7. penganiayaan hewan (Pasal 302);


8. perjudian (Pasal 303 dan 303 bis).
Ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam Bab XIV mengenai
kejahatan-kejahatan terhadap kesusilaan ini sengaja dibentuk oleh pembentuk
undang-undang dengan maksud untuk melindungi orang-orang dari tindakan-
tindakan asusila dan perilaku-perilaku baik dengan ucapan maupun dengan
perbuatan yang menyinggung rasa susila karena bertentangan dengan pandangan
orang tentang kepatutan-kepatutan di bidang seksual, baik ditinjau dari segi
pandangan masyarakat setempat maupun dari segi kebiasaan masyarakat dalam
menjalankan kehidupan seksual mereka.
Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Wiryono Prodjodikoro bahwa
kesusilaan itu mengenai juga tentang adat kebiasaan yang baik, tetapi khusus yang
sedikit banyak mengenai kelamin (sex) seorang manusia. Dengan demikian, pidana
mengenai delik kesusilaan semestinya hanya perbuatan-perbuatan yang melanggar
norma-norma kesusilaan seksual yang tergolong dalam kejahatan terhadap
kesusilaan15. Akan tetapi menurut Roeslan Saleh, pengertian kesusilaan hendaknya
tidak dibatasi pada pengertian kesusilaan dalam bidang seksual saja, tetapi juga
meliputi hal-hal lain yang termasuk dalam penguasaan norma-norma bertingkah
laku dalam pergaulan masyarakat.16

15
Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Bagian II), Alumni, Bandung, 1982.
16
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
15

D. Kasus Perzinahan
Dalam perzinahan ini kami ambil dari berita news.detik.com.
Anggota Dewan ini Jadi Tersangka Kasus Perzinahan
Malang - Polres Malang akhirnya menetapkan Lukito Eko Purwandono sebagai
tersangka dalam kasus dugaan perzinahan. Gelar tersangka mencoreng Lukito
merupakan anggota DPRD Kabupaten Malang dari Fraksi Nasional Demokrat
(NasDem).

"Dari alat bukti yang kami miliki, yang bersangkutan kami tetapkan sebagai
tersangka," jelas Kasatreskrim Polres Malang AKP Wahyu Hidayat kepada
detik.com, Selasa (7/4/2015).

Wahyu menyebut, jika Lukito terjerat Pasal 284 KUHP tentang perzinahan,
dalam pasal itu juga diatur penyidik tidak menahan meski berstatus tersangka. "Soal
perzinahan, Pasal 284 KUHP," tegas Wahyu. Sebelum menetapkan tersangka,
penyidik sudah memeriksa beberapa saksi, termasuk pengelola losmen maupun
hotel yang diduga dimanfaatkan Lukito untuk menyalurkan nafsu birahinya.
Ditambahkan, untuk perlengkapan berkas perkara, penyidik sudah melayangkan
surat panggilan terhadap Lukito. Dijadwalkan, pemeriksaan akan dilakukan pada
Kamis (9/4). "Kamis penyidik memeriksa tersangka, surat panggilan sudah
diberikan," imbuh Wahyu.
16

Awalnya, Sukma Raharha warga Kalipare, Kabupaten Malang, melaporkan


dugaan perzinahan yang melibatkan tersangka dengan istrinya ke Polres Malang.
Jalur hukum terpaksa ditempuh setelah pengaduan dirinya ke Badan Kehormatan
DPRD Kabupaten Malang buntu. Sampai saat ini, DPD Partai NasDem Kabupaten
Malang belum bereaksi atas status tersangka yang disandang kadernya tersebut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zina menurut KBBI perbuatan bersanggama seorang laki-laki yang terikat
perkawinan dengan seorang perempuan yang bukan istrinya, atau seorang
perempuan yang terikat perkawinan dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya,
atau perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan).
Penyebab merebaknya zina, Akar masalah penyebabnya zina di masyarakat adalah
kurangnya ilmu agama di masyarakat kita kemudian didukung kuat oleh teknologi
yang serba canggih seperti saat ini, namun masih banyak faktor yang
mempengaruhinya di antara lain sebagai berikut; kurangnya perhatian dari orang
tua, lingkungan sekitar, dunia massa, rasa ingin tahu yang kuat, gaya hidup yang
menyimpang, minimnya pengembangan dan aktivis remaja, sikap mental yang tidak
sehat, pelampiasan rasa kecewa, teman dan komunitas tempat tinggal yang tidak
baik.
Delik perzinahan (overspel) diatur dalam Pasal 284 KUHP yang dapat
dikategorikan sebagai salah satu kejahatan terhadap kesusilaan. Delik-delik
kesusilaan dalam KUHP terdapat dalam dua bab, yaitu Bab XIV Buku II yang
merupakan kejahatan dan Bab VI Buku III yang termasuk jenis pelanggaran.
Ketentuan-ketentuan pidana yang diatur dalam Bab XIV mengenai kejahatan-
kejahatan terhadap kesusilaan ini sengaja dibentuk oleh pembentuk undang-undang
dengan maksud untuk melindungi orang-orang dari tindakan-tindakan asusila dan
perilaku-perilaku baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan yang menyinggung
rasa susila karena bertentangan dengan pandangan orang tentang kepatutan-

17
18

kepatutan di bidang seksual, baik ditinjau dari segi pandangan masyarakat setempat
maupun dari segi kebiasaan masyarakat dalam menjalankan kehidupan seksual
mereka.

B. Saran
Masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dalam cara penulisan atau pun
dari segi isi. Maka dari itu, kami memgharapkan adanya kritik dan saran dari
pembaca. Sehingga kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta, Renika Cipta, 1991.


Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
Hasan Shahih: Shahih Tirmidzi no: 1176, Tirmidzi III: 1479, ‘Aunul Ma’bud XII: 157 no:
4440, Ibnu Majah II: 856 no: 2564.
Hasan: Irwa-ul Ghalil no: 2345, Muwaththa‘ Malik hal 594 no: 1058 dan Baihaqi VIII:
242.

Anda mungkin juga menyukai