Halaman 1
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
yang menurutnya tidak sesuai fakta. Prita meminta hasil lab yang berisi trombosit
27.000, tapi yang didapat hanya informasi trombosit 181.000. Pasalnya, dengan
adanya hasil lab trombosit 27.000 itulah dia akhirnya dirawat inap. Pihak OMNI
berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena hasilnya memang tidak valid. Di
rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena dia
terserang virus yang menular.
15 Agustus 2008
Prita mengirimkan e-mail yang berisi keluhan atas pelayanan diberikan pihak
rumah sakit ke customer_care@banksinarmas.com dan ke kerabatnya yang lain
dengan judul Penipuan RS Omni Internasional Alam Sutra. E-mailnya
menyebar ke beberapa milis dan forum online.
30 Agustus 2008
Prita mengirimkan isi e-mailnya ke Surat Pembaca Detik.com.
5 September 2008
Prita diadukan oleh dr Hengky yang bertugas di Rumah Sakit Omni ke Polda
Metro Jaya. Ia disangka melakukan pencemaran nama baik terhadap Rumah Sakit
Omni Internasional. Prita digugat secara perdata oleh RS Omni melalui dr
Hengky dan dr Grace. Secara bersamaan, Prita juga diadukan pidana oleh dr
Hengky dan dr Grace.
22 September 2008
Prita mulai disidik oleh penyidik di Satuan Remaja Anak dan Wanita (Renakta)
Polda Metro Jaya. Polisi menjerat Prita dengan pasal 310, 311 KUHP. Serta Pasal
45 jo 27 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Selama
disidik, Prita tidak ditahan Polisi. Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi ke seluruh costumer-nya.
8 September 2008
Kuasa Hukum RS Omni Internasional menayangkan iklan berisi bantahan atas isi
e-mail Prita yang dimuat di harian Kompas dan Media Indonesia.
24 September 2008
Gugatan perdata masuk.
30 April 2009
Berkas perkara pidana di serahkan ke Kejaksaan Negeri Tangerang. Kepala
Satuan Remaja Anak dan Wanita (Renakta) Direkrorat Reserse Kriminal Umum
(Ditreskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Agustinus Pangaribuan. Sebelum
berkasnya dinyatakan P21 (lengkap), berkas pemeriksaan Prita sempat dua kali
bolak-balik dari polisi dan kejaksaan.
11 Mei 2009
Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan Perdata RS Omni. Prita
terbukti melakukan perbuatan hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis
PCP 438 Psikologi Kriminal & Forensik
Halaman 2
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
membayar kerugian materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang klarifikasi di
koran nasional dan 100 juta untuk kerugian imateril. Prita langsung mengajukan
banding.
13 Mei 2009
Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus pidana yang juga
dilaporkan oleh RS Omni.
2 Juni 2009
Penahanan Prita diperpanjang hingga 23 Juni 2009. Informasi itu diterima
keluarga Prita dari Kepala Lapas Wanita Tangerang.
3 Juni 2009
Megawati dan Jusuf Kalla mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III DPR RI
meminta MA membatalkan tuntutan hukum atas Prita. Prita dibebaskan dan bisa
berkumpul kembali dengan keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan kota.
4 Juni 2009
Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai disidangkan di PN
Tangerang.
18 November 2009
Jaksa Penuntut Umum (JPU) PN Tangerang menuntut Prita Mulyasari enam
bulan penjara dikurangi masa tahanan pada Rabu, 18 November 2009. Prita ibu
dari dua anak ini disangkakan menyalahi Undang-undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) Pasal 27 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008.
14 Desember 2009
Rumah Sakit Omni Internasional Alam Sutra Tangerang akan mengajukan
pencabutan perdata perkara Prita Mulyasari ke PN Tangerang.
30 Desember 2009
PN Tangerang memutuskan Prita Mulyasari bebas dari segala tuntutan pada
sidang di PN Tangerang.
Halaman 3
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
Halaman 4
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
kecenderungan perilaku apa yang akan dimunculkan Prita ketika ia berada dalam situasi
tertentu. Kemudian psikolog bisa membandingkan dengan perilaku Prita saat di persidangan,
melakukan analisa terhadap e-mail yang ditulisnya, dan lain-lain. Dengan demikian dapat
diperkirakan motif atau hal apa yang mendorong Prita untuk mengirim e-mail ke temantemannya dan media massa online. Dapat diperkirakan apakah motivasi utama Prita adalah
sekedar menginformasikan saja, atau ada motivasi untuk mencemarkan kredibilitas RS Omni
karena merasa kecewa.
Gaya Inkuiri Psikologi Forensik
Gaya inkuiri atau penyelidikan psikologi forensik sifatnya obyektif. Di sini siapapun
dapat menjadi subyek penelitian psikologi forensik. Menurut Greene et al. (2007) dan
Probowati (2008), subyek penelitian psikolog forensik tidak terbatas pada tersangka atau
terdakwa perbuatan kriminal saja, tetapi juga bisa meneliti individu-individu lain yang terkait
dengan hukum (hakim, jaksa, pengacara) atau isu-isu yang lebih abstrak (misalnya:
bagaimana masyarakat mempengaruhi hukum, bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat,
dan lain-lain).
Apabila kasus Prita ditelaah seorang psikolog forensik, maka psikolog forensik
tersebut akan bersikap tidak memihak kepada Prita atau kepada RS Omni. Ia meneliti kasus
Prita secara obyektif. Tidak seperti hukum yang tujuan utamanya adalah mencari keadilan,
tujuan utama dari penyelidikan psikologi forensik adalah mencari apa yang benar, tanpa
menilai hal tersebut benar atau salah.
Kegunaan Inkuiri Psikologi Forensik dalam Kasus Prita
Hasil yang didapat dari penyelidikan psikologi forensik ini dapat digunakan di
pengadilan. Misalnya seorang psikolog forensik diminta untuk memberikan kesaksian ahli
mengenai kasus Prita. Dalam melakukan penyelidikan, psikolog bersikap obyektif atau tidak
berpihak. Alasannya karena psikologi hanya berusaha untuk mencari kebenaran saja, tidak
memperhatikan benar/salahnya suatu perilaku. Gaya inkuiri psikologi berbeda dengan gaya
inkuiri hukum, yang berpihak berdasarkan peran yang dimainkan. Misalnya seorang
pengacara tentu akan mengambil posisi membela klien dan berusaha supaya kliennya
menang. Selain itu di dalam hukum, orang-orang yang tidak memiliki peran (dalam area
hukum) dianggap orang luar yang tidak berkuasa untuk mempengaruhi keputusan yang
akan diambil.
Dalam kasus Prita Mulyasari, UU Informasi dan Transaksi Eletronik (ITE) Pasal 27
Ayat 3 UU No. 11 Tahun 2008 yang digunakan untuk menjerat Prita ke pengadilan berbunyi:
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Dengan demikian
apabila Prita terbukti melanggar UU tersebut, ia dapat dijatuhi hukuman. Akan tetapi pada
PCP 438 Psikologi Kriminal & Forensik
Halaman 5
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
kasus Prita ada daerah abu-abu yang tidak jelas. UU ITE tidak menjelaskan apakah bila
individu yang menyebarkan informasi tersebut melakukannya atas motif menginformasikan,
hal tersebut masih merupakan tindak kriminal. Psikolog forensik yang bisa ditetapkan sebagai
saksi ahli di pengadilan, mungkin dapat memberikan pandangannya apakah tindakan
pengiriman e-mail oleh Prita Mulysari dilandasi atas motif pencemaran nama baik atau motif
ingin memberikan informasi semata. Psikolog itu mungkin dapat memperjelas kasus Prita
atau memberi pertimbangan tertentu kepada hakim yang dapat membantu hakim untuk
mengambil keputusan.
Dalam prosesnya, pengadilan Prita mengundang simpati banyak pihak. Opini
masyarakat terbentuk lewat pemberitaan media massa yang cenderung berpihak. Akibatnya
masyarakat banyak yang mendukung Prita dan menuntut Prita segera dibebaskan. Hal seperti
itu dikenal sebagai penghakiman media massa, maksudnya keputusan bersalah atau
tidaknya seorang terdakwa sudah diputuskan oleh media massa sebelum keputusan
pengadilan. Sebagai dampaknya, proses pengadilan terhadap Prita mungkin saja menjadi
kurang objektif. Di sini psikologi forensik dapat pula meneliti hal-hal apa saja yang terjadi di
masyarakat sehingga mereka telah mengambil sikap terlebih dahulu sebelum hakim
mengambil keputusan. Penelitian dapat menggunakan pendekatan psikologi massa dari
Psikologi Sosial, misalnya.
Pembahasan Kasus Prita dari Perspektif Psikologi Forensik
Saya akan mencoba untuk membahas perilaku Prita Mulyasari dari kacamata
psikologi forensik.
Dalam kasus Prita, ia menyatakan ditipu dan dibohongi oleh dokter yang
menanganinya, yaitu dr. Hengky Gosal SpPD (Inilah Curhat, 2009). Hal tersebut
dikarenakan ia merasa dr. H menutup-nutupi hasil laboratorium pada tanggal 7 Agustus 2008
yang menunjukkan kadar trombositnya 27.000. dr. H menyatakan Prita positif demam
berdarah dan harus rawat inap. Namun esok paginya (8 Agustus 2008), dr. H merevisi hasil
laboratorium itu, yang benar kadar trombosit Prita 181.000. Prita kaget tetapi memilih untuk
tetap dirawat di rumah sakit.
Mulai tanggal 8 Agustus 2008 itu Prita beberapa kali menerima suntikan dari perawat,
tetapi ketika ia menanyakan suntikan apa yang ia terima suster tidak memberi keterangan
yang memuaskan. Menurut Prita, akibat suntikan-suntikan tersebut tangannya membengkak
dan suhu badannya kembali tinggi menjadi 390C. Tanggal 9 Agustus 2008, ketika dr. H
datang Prita mempertanyakan kembali diagnosis ia menderita demam berdarah. Menurut dr.
H Prita menderita virus udara yang masih merupakan kategori demam berdarah.
Dari keterangan di atas, sebenarnya pada awalnya Prita tidak memiliki pandangan
negatif terhadap RS Omni. Namun ketika hasil laboratoriumnya berubah, ia mulai
mempertanyakan keabsahan diagnosis demam berdarah dari dr. H. Apalagi ia mendapatkan
suntikan berulang kali tanpa penjelasan yang memuaskan mengenai suntikan apa yang
PCP 438 Psikologi Kriminal & Forensik
Halaman 6
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
Halaman 7
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
Faktor Pembeda
Tujuan
Metode
Perspektif Hukum
Halaman 8
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
Gaya penyelidikan
atau inkuiri
Halaman 9
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
Halaman 10
Tugas UTS
Pembahasan Kasus Prita vs RS Omni
DAFTAR PUSTAKA
Edelstein, M.R. (t. th). Definition of Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT). Diakses
pada
tanggal
2
Mei
2010
dari
http://www.stressgroup.com/
selfhelpresources.html#ellis.
Inilah Curhat yang Membawa Prita ke Penjara. Kompas.com. (3 Juni 2009). Diakses pada
tanggal 1 Mei 2010 dari http://megapolitan.kompas.com/read/2009/06/03/1112056/
inilah.curhat.yang.membawa.prita.ke.penjara.
Greene, E., Heilburn, K., Fortune, W.H., & Nietzel, M.T. (2007). Psychology and the Legal
System. California: Thomson Wadsworth.
Prita Mulyasari Divonis Bebas. (30 Desember 2009). Bataviase.co.id. Diakses pada tanggal 2
Mei 2010 dari http://bataviase.co.id/detailberita-10457992.html.
Probowati, Y. (2008). Peran Psikologi dalam Investigasi Tindak Kasus Pidana. Indonesian
Journal of Legal and Forensic Sciences, 1(1), 26-31.
Salam, S. (2009). Inilah Kronologi Kasus Prita Mulyasari (PM). Sumbawa News. Diakses
pada tanggal 1 Mei 2010 dari http://www.sumbawanews.com/berita/utama/ inilahkronologis-kasus-prita-mulyasari-pm.html.
Zulkarnaen, I. (2009). Kronologi Kasus Prita Mulyasari. Kompasiana. Diakses pada tanggal 1
Mei 2010 dari http://umum.kompasiana.com/2009/06/03/kronologi-kasus-pritamulyasari/.
Halaman 11