Anda di halaman 1dari 5

TINDAK PIDANA TERHADAP KEHORMATAN

Kasus Prita Mulyasari

Prita Mulyasari, ibu dua anak, mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang,
Banten, dikarenakan curhatanya melalui surat elektronik yang menyebar di internet mengenai
layanan RS Omni Internasional Alam Sutera.

Kisah Prita bermula saat ia dirawat di unit gawat darurat RS Omni Internasional pada 7 Agustus
2008. Selama perawatan, Prita tidak puas dengan layanan yang diberikan. Ketidakpuasan itu
dituliskannya dalam sebuah surat elektronik dan menyebar secara berantai dari milis ke milis.

kronologi kasus yang menimpa Prita Mulyasari mulai dari awal dia berobat ke RS Omni
International sampai kemudian digugat secara perdata dan pidana lalu dipenjara selama tiga
minggu lamanya.

7 Agustus 2008, 20:30

Prita Mulyasari datang ke RS Omni Internasional dengan keluhan panas tinggi dan pusing
kepala. Hasil pemeriksaan laboratorium: Thrombosit 27.000 (normal 200.000), suhu badan 39
derajat. Malam itu langsung dirawat inap, diinfus dan diberi suntikan dengan diagnosa positif
demam berdarah.
8 Agustus 2008

Ada revisi hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000 tapi 181.000. Mulai mendapat banyak
suntikan obat, tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri mulai membangkak, Prita minta dihentikan
infus dan suntikan. Suhu badan naik lagi ke 39 derajat.

9 Agustus 2008

Kembali mendapatkan suntikan obat. Dokter menjelaskan dia terkena virus udara. Infus
dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat tetap dilakukan. Malamnya Prita terserang sesak
nafas selama 15 menit dan diberi oksigen. Karena tangan kanan juga bengkak, dia memaksa agar
infus diberhentikan dan menolak disuntik lagi.

10 Agustus 2008

Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan dokter. Dokter menyalahkan bagian lab terkait revisi
thrombosit. Prita mengalami pembengkakan pada leher kiri dan mata kiri.

11 Agustus 2008

Terjadi pembengkakan pada leher kanan, panas kembali 39 derajat. Prita memutuskan untuk
keluar dari rumah sakit dan mendapatkan data-data medis yang menurutnya tidak sesuai fakta.
Prita meminta hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi yang didapat hanya informasi
thrombosit 181.000. Pasalnya, dengan adanya hasil lab thrombosit 27.000 itulah dia akhirnya
dirawat inap. Pihak OMNI berdalih hal tersebut tidak diperkenankan karena hasilnya memang
tidak valid. Di rumah sakit yang baru, Prita dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena dia
terserang virus yang menular.

15 Agustus 2008

Prita mengirimkan email yang berisi keluhan atas pelayanan diberikan pihak rumah sakit ke
customer_care@banksinarmas.com dan ke kerabatnya yang lain dengan judul "Penipuan RS
Omni Internasional Alam Sutra". Emailnya menyebar ke beberapa milis dan forum online.

30 Agustus 2008

Prita mengirimkan isi emailnya ke Surat Pembaca Detik.com.

Surat elektronik itu membuat Omni berang. Pihak rumah sakit beranggapan Prita telah
mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut beserta sejumlah dokter mereka. Maka dari itu
pada tanggal

5 September 2008

RS Omni mengajukan gugatan pidana ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus.


8 September 2008

Kuasa Hukum RS Omni Internasional menayangkan iklan berisi bantahan atas isi email Prita
yang dimuat di harian Kompas dan Media Indonesia.

22 September 2008

Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi ke seluruh pelanggannya

24 September 2008

Gugatan perdata masuk.

11 Mei 2009

Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan Perdata RS Omni. Prita terbukti


melakukan perbuatan hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis membayar kerugian
materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang klarifikasi di koran nasional dan 100 juta untuk
kerugian imateril. Prita langsung mengajukan banding.

13 Mei 2009

Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus pidana yang juga dilaporkan oleh Omni.
Sebagaimana dakwaan jaksa penuntut umum bahwa prita melakukan pelanggaran pasal 27 (3)
juntco pasal 45 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan
Pasal 310 ayat (2) juntco pasal 311 ayat (1) KUHP

2 Juni 2009

Penahanan Prita diperpanjang hingga 23 Juni 2009. Informasi itu diterima keluarga Prita dari
Kepala Lapas Wanita Tangerang.

4 Juni 2009

Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai disidangkan di Pengadilan Negeri (PN)
Tangerang.

Update kronologi:

25 Juni 2009

Prita diputus bebas oleh PN Tangerang.


29 September 2010

Mahkamah Agung (MA) membatalkan putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi
Banten yang sebelumnya mengabulkan gugatan perdata Omni dan memerintahkan Prita
membayar ganti rugi Rp 204 juta atas perbuatan pencemaran baik. Sidang kasasi dipimpin oleh
Ketua MA Harifin Tumpa.

30 Juni 2011

MA mengabulkan kasasi yang diajukan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Majelis hakim yang
dipimpin oleh Imam Harjadi, Zaharuddin Utama dan Salman Luthan ini memvonis Prita 6 bulan
penjara dengan masa percobaan 1 tahun. Prita tidak dipenjara sepanjang tidak mengulangi
perbuatannya dalam waktu satu tahun ke depan. Tapi Hakim Salman menyatakan beda pendapat,
menurutnya Prita tidak bersalah.

17 September 2012

Mahkamah Agung membebaskan Prita dari semua dakwaan alias bebas murni. Putusan itu
dibacakan dalam sidang Peninjauan Kembali (PK) oleh majelis PK yang diketuai Ketua Muda
Pidana Khusus MA Djoko Sarwoko beranggotakan hakim anggota hakim agung Surya Jaya dan
Suhadi. Majelis memeritahkan agar Prita dipulihkan nama baik, harkat, dan kedudukannya.

RS OMNI DAPATKAN PASIEN DARI HASIL LAB FIKTIF

Jangan sampai kejadian saya ini menimpa ke nyawa manusia lainnya. Terutama anak-anak, lansia, dan
bayi. Bila anda berobat berhati-hatilah dengan kemewahan rumah sakit (RS) dan title international
karena semakin mewah RS dan semakin pintar dokter maka semakin sering uji coba pasien, penjualan
obat, dan suntikan.

Saya tidak mengatakan semua RS international seperti ini tapi saya mengalami kejadian ini di RS
Omni International. Tepatnya tanggal 7 Agustus 2008 jam 20.30 WIB. Saya dengan kondisi panas
tinggi dan pusing kepala datang ke RS OMNI Internasional dengan percaya bahwa RS tersebut
berstandar International, yang tentunya pasti mempunyai ahli kedokteran dan manajemen yang bagus.

Saya diminta ke UGD dan mulai diperiksa suhu badan saya dan hasilnya 39 derajat. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya adalah trombosit saya 27.000 dengan kondisi normalnya
adalah 200.000. Saya diinformasikan dan ditangani oleh dr I (umum) dan dinyatakan saya wajib rawat
inap. dr I melakukan pemeriksaan lab ulang dengan sample darah saya yang sama dan hasilnya
dinyatakan masih sama yaitu thrombosit 27.000.

dr I menanyakan dokter specialist mana yang akan saya gunakan. Tapi, saya meminta referensi darinya
karena saya sama sekali buta dengan RS ini. Lalu referensi dr I adalah dr H. dr H memeriksa kondisi
saya dan saya menanyakan saya sakit apa dan dijelaskan bahwa ini sudah positif demam berdarah.
isi bantahan yang dimuat di harian kompas dan media indonesia (2008)

pengumuman & bantahan

kami, risma situmorang, heribertus & partners, advokat dan konsultan hki, berkantor di jalan
antara no. 45a pasar baru, jakarta pusat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama omni
international hospital alam sutera, dr. hengky gosal, sppd dan dr. grace hilza yarlen. n;
sehubungan dengan adanya surat elektronik (e-mail) terbuka dari saudari prita mulyasari
beralamat di villa melati mas residence blok c 3/13 serpong tangerang (mail from:
prita.mulyasari@yahoo.com) kepada customer_care @banksinarmas.com, dan telah disebar-
luaskan ke berbagai alamat email lainnya, dengan judul ‘penipuan omni international hospital
alam sutera tangerang’; dengan ini kami mengumumkan dan memberitahukan kepada
khalayak umum/masyarakat dan pihak ketiga, ‘bantahan kami’ atas surat terbuka tersebut
sebagai berikut

bahwa isi surat elektronik (e-mail) terbuka tersebut tidak benar serta tidak sesuai dengan fakta
yang sebenarnya terjadi (tidak ada penyimpangan dalam sop dan etik), sehingga isi surat
tersebut telah menyesatkan kepada para pembaca khususnya pasien, dokter, relasi omni
international hospital alam sutera, relasi dr. hengky gosal, sppd, dan relasi dr. grace hilza
yarlen. n, serta masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negeri.

bahwa tindakan saudari prita mulyasari yang tidak bertanggung-jawab tersebut telah
mencemarkan nama baik omni international hospital alam sutera, dr. hengky gosal, sppd, dan
dr. grace hilza yarlen. n, serta menimbulkan kerugian baik materil maupun immateril bagi
klien kami.

bahwa atas tuduhan yang tidak bertanggung jawab dan tidak berdasar hukum tersebut, klien
kami saat ini akan melakukan upaya hukum terhadap saudari prita mulyasari baik secara
hukum pidana maupun secara hukum perdata.

demikian pengumuman & bantahan ini disampaikan kepada khalayak ramai untuk tidak
terkecoh dan tidak terpengaruh dengan berita yang tidak berdasar fakta/tidak benar dan berisi
kebohongan tersebut.

jakarta, 8 september 2008.

Anda mungkin juga menyukai