NIM : 2011102413036
KELAS : 3G
Kuasa hukum S, Moch. Zaeni mengatakan, pelaporan kepada perawat berinisial MNS juga
terkait membuka praktik kesehatan tanpa izin resmi alias ilegal. Hal itu juga didasari keluhan
"Klien kita ini adalah korban dan ada juga warga lain yang mengaku semakin parah pasca
disuntik dan diberi resep obat oleh MNS ini," terangnya usai memasukkan laporan ke SPKT
(7/11/2021).
Perawat MNS, lanjut dia, diduga telah melakukan tindak pidana praktik keperawatan.
Baca Juga:
Masih Terkait Kasus Bupati, KPK Angkut 2 Koper BB dari Penggeledahan di Probolinggo
"MNS ini tidak punya Surat Tanda Registtasi (STR) atau pun SIPP (Surat Ijin Praktik
Perawat) yang artinya terlapor ini tidak memiliki kapasitas membuka praktik," imbuhnya.
Atas dasar itu pihaknya melaporkan MNS agar tidak menimbulkan korban lebih banyak,
pelapor meminta ada upaya tindakan tegas terkait praktik kesehatan di desa setempat
Paur Humas Polres Probolinggo, Ipda. Mukhtar membenarkan dan telah menerima laporan
"Sudah kami terima, saat ini kami fokus mendalami materi pengaduan tersebut untuk langkah
SuaraSulsel.id - Suami pasien dugaan malpraktik di Rumah Sakit Multazam Kota Gorontalo
telah mengambil langkah hukum. Setelah pasien diduga korban malpraktik meninggal dunia.
Setelah mengadu ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Gorontalo, keluarga pasien
mengadu ke Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Bersamaan dengan itu, keluarga pasien
juga melayangkan somasi kepada Rumah Sakit Multazam Kota Gorontalo.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Yana Yanti Suleman mengungkapkan,
pihaknya akan segera menindaklanjuti aduan tersebut. Menurutnya aduan sekecil apa pun
mesti diterima.
“Maka dari itu berikan kami kesempatan untuk melakukan proses tersebut dan ini merupakan
kewajiban kami, tentunya kami juga akan mengundang pihak-pihak terkait,” ungkap mantan
Direktur Rumah Sakit Hasri Ainun Habibie di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
Senin (18/10/2021).
“Hari ini aduan tersebut baru kami terima tertulis secara resmi. Sekali lagi berikan kami
kesempatan dalam menangani kasus ini dan jangan saling menyalahkan satu sama lain,”
pungkas Yana.
Penasihat Hukum keluarga korban, Yakop Mahmud, berharap Dinas Kesehatan bisa
melakukan pengawasan internal dan dapat mengungkap fakta terkait dugaan malpraktik
tersebut.
Pihaknya juga saat ini masih mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai pihak. Baik dari
Rumah Sakit Multazam dan Rumah Sakit Aloei Saboe (RSAS) untuk dibawa Ke Polda
Gorontalo maupun ke Mapolres Gorontalo Kota.
Sementara itu, somasi disampaikan keluarga pasien ke Dewan Pengawas dan manajemen
Rumah Sakit Multazam Kota Gorontalo, Senin (18/10/2021). Berkas somasi diterima
langsung Direktur Rumah Sakit Multazam Kota Gorontalo, dr. Syahruddin Sam Biya.
3. Pasien Rumah Sakit Disuruh Pulang Dengan Luka Menganga dan Mengeluarkan
Kotoran
“Kami juga akan mengajukan somasi kepada Direktur Rumah Sakit terkait dugaan
malpraktik,” ungkap Yakub Mahmud di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo usai
mengajukan aduan, Senin (18/10/2021).
“Terkait somasi itu, pertama kenapa pasien diminta pulang oleh pihak Rumah Sakit dalam
keadaan luka terbuka dan ada kotoran (feses) di atas perut,” katanya.
“Kalau secara logika ada kebocoran di perut dan hanya dibiarkan, dan ini merupakan materi
somasi,” katanya.
Dia menyampaikan, tujuan dari somasi ini tidak lain agar tidak ada korban selanjutnya.
“Ini merupakan mekanisme hukum jalur perdata di Pengadilan Negeri (PN) Gorontalo,”
katanya.
Direktur Rumah Sakit Multazam Kota Gorontalo, dr. Syahruddin Sam Biya merespons
laporan dugaan malpraktik di rumah sakit yang dipimpinnya.
Kepada wartawan, Syahruddin membeberkan beberapa hal. Terkait situasi yang terjadi saat
itu. Namun ia tidak signifikan dalam menjelaskan detail kronologis dari kejadian tersebut.
“Memang benar pasien yang Jumat kemarin meninggal itu sebelumnya dirawat di Rumah
Sakit Multazam. Dengan keluhan di bagian perut. Kemudian pasien itu meninggal dan
beredar luas kondisi pasien. Kami belum bisa lebih luas menjelaskan sebelum ada keputusan
Majelis Kode Etik Kedokteran,” ucap Syahruddin.
3 KASUS MALPRAKTIK YANG ADA DI LUAR NEGRI
dituduh salah mengamputasi kaki pasien eks korban kamp konsentrasi Nazi.
Dilansir dari Dailymail.co.uk, 9 November 2018, korban malpraktik bernama Maria
Dronova, 89 tahun, menderita gangren akut di kaki kanannya tetapi petugas medis di kota
Setelah menyadari kesalahannya, tiga hari kemudian tim medis mengamputasi kaki kanan
yang terinfeksi, lalu menutupi kesalahan operasi bedah mereka, kata putra korban yang
syukurlah dia sadar lagi setelah cobaan berat ini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi
selanjutnya. Tapi saya ingin membuat mereka bertanggung jawab karena memotong
kakinya yang sehat."
Dalam Perang Dunia Kedua, Maria dipenjara oleh Jerman dan ditahan di Nazi sebuah
kamp konsentrasi. Dia dibebaskan pada 1945 pada usia 16 tahun, kemudian menjadi guru
matematika.
Amputasi yang keliru itu seperti adegan dari film horor, kata putranya. Gambar
menunjukkan dengan jelas bahwa kaki kanannya menderita malpraktik.
Kaki yang lain terlihat merah dan bengkak karena dia tidak bisa berjalan dan berolahraga.
Pembedahan dilakukan di rumah sakit kota Voronezh nomor 3. Istri Andrei Katya yang
merupakan seorang dokter mengetahui ada yang salah ketika dia berkunjung.
"Katya pucat dan hampir tidak bisa berdiri di atas kakinya," kata Andrei."Dia berkata:
Aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini padamu ... kakinya salah diamputasi."
Katya lalu menantang dokter yang menatapku dengan kaget, kata Andrei.
Pejabat kesehatan setempat kemudian mengklaim bahwa kedua kaki mengalami gangren
tetapi kaki kiri dalam bahaya.
2. Alexander Baez
Baez adalah seorang pria yang pernah menjadi "Mr. Mexico" dan runner-up di gelaran "Mr.
Universe". Ia malakukan implan otot dada pada tahun 1999. Namun setelah dioperasi, dirinya
malah mendapatkan payudara wanita berukuran C-cup. Dokter yang bertanggung jawab atas
Saat Mazarei melakukan sebuah operasi pembedahan, sebuah alat bedah berupa seperti gunting
bedah tertinggal di dalam tubuhnya. Hal itu tentunya akan sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan pendarahan internal. Setidaknya sekitar 1500