KOMPAS.com - Aksi tidak terpuji yang dilakukan dua perawat Puskesmas Blega, Kabupaten
Bangkalan, dengan berfoto selfie di depan pasien yang sedang sekarat dengan luka berlumur
darah. Akhirnya Dinas Kesehatan Bangkalan pun menjatuhkan sanksi kepada dua perawat itu,
dengan memindahkan mereka ke Dinas Kesehatan sebagai staf bagian umum dan
perawat tersebut sudah dimintai klarifikasi terkait dengan aksi selfie di depan pasien sekarat.
Mereka mengaku hal itu dilakukan mereka secara spontan karena diajak oleh temannya yang
menemani pasien. "Perawat tersebut diajak temannya berfoto selfie, jadi itu dilakukan tanpa
sengaja," kata Muzakki. Dia menyebutkan, meski pun tindakan perawat tersebut tanpa
disengaja, sanksi tetap diberikan. Sanksi tersebut untuk memberikan efek jera kepada Aparatur
Sipil Negara (ASN) maupun yang bukan ASN agar tidak melakukan tindakan serupa yang bisa
mencederai nama baik instansi pemerintah. Apalagi ASN yang bertugas di pelayanan umum.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Selfie" di Depan Pasien yang Sekarat, 2
Tersangka
Polisi menangkap dokter-pasien terkait kasus aborsi ilegal di Senen, Jakpus. (Yogi
Ernes/detikcom)
Jakarta -
ilegal di sebuah klinik di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat. Total, ada 17 tersangka
"Sudah berhasil diamankan 17 orang tersangka. Terdiri dari kelompok medis, ada 3
orang dokter, 1 orang bidan, 2 orang perawat, 4 pengelola klinik, 4 orang turut
membantu melakukan, serta 3 orang pasien, " kata Direktur Reskrimum Polda Metro
Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta,
Selasa (18/8/2020).
Sedangkan tiga orang lainnya merupakan pasien dan yang mengantar ke klinik
tersebut.
Lebih lanjut Tubagus mengatakan ada tiga jalur hukum yang akan diambil kepolisian
untuk menjerat para tersangka. Pertama, menggunakan Pasal 299, 246, 348, dan 349
KUHP. Kedua, para tersangka juga akan dijerat dengan Pasal 194 juncto 75 Undang-
Undang Kesehatan.
Klinik aborsi ini terbongkar setelah polisi menyelidiki kasus pembunuhan WN Taiwan
Hsu Ming Hu. Dalam pemeriksaan polisi, tersangka utama Sari Sadewa mengaku
membunuh korban yang juga bosnya di pabrik roti itu karena sakit hati dihamili oleh
korban.
kandungan. Kepada polisi, Sari Sadewa juga mengaku diberi uang Rp 15 juta oleh