Perawat National Hospital Surabaya Jadi Tersangka Pelecehan Seksual Kompas.com - 27/01/2018,
15:52 WIB BAGIKAN: Komentar JN (kiri) tersangka pelaku pelecehan seksual kepada pasien
National Hospital Surabaya(KOMPAS.com/Achmad Faizal) Penulis Kontributor Surabaya, Achmad
Faizal | EditorDian Maharani SURABAYA, KOMPAS.com –
JN, perawat rumah sakit National Hospital Surabaya akhirnya ditetapkan tersangka. Dia terancam
pasal 290 KUHP tentang pelecehan seksual kepada seseorang dalam keadaan tidak sadar.
"Ancaman hukumannya 7 tahun penjara," kata Kapolrestabes Surabaya, Kombes Rudi Setiawan,
kepada wartawan, Sabtu (27/1/2018). Penetapan tersangka kepada JN setelah kepolisian
melakukan serangkaian pemeriksaan dan melakukan gelar perkara pada Jumat malam. "Sesuai
aturan yang berlaku, pelaku ditetapkan tersangka setelah kami memiliki minimal 2 alat bukti yang
kuat," jelas Rudi. Baca juga : Pasien RS National Hospital Surabaya Dicabuli Seusai Operasi
Kandungan Pria 30 tahun warga Brebekan Jagalan Sidoarjo itu akan ditahan selama 40 hari ke
depan sambil polisi melengkapi barang bukti sebelum dilimpahkan ke kejaksaan. Kata Rudi, pelaku
terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap WD (32) di rumah sakit National Hospital Surabaya,
Selasa lalu. Korban dilecehkan usai menjalani operasi kandungan. "Pelaku saat itu bertugas
sebagai asisten dokter anestesi, terangsang melihat korban yang hanya mengenakan pakain
khusus pasca operasi," terang Rudi. Oleh manajemen rumah sakit, pelaku sudah dipecat dengan
cara tidak hormat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perawat National Hospital Surabaya Jadi
Tersangka Pelecehan Seksual", https://regional.kompas.com/read/2018/01/27/15523481/perawat-
national-hospital-surabaya-jadi-tersangka-pelecehan-seksual.
Penulis : Kontributor Surabaya, Achmad Faizal
Pemalsu Vaksin Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara Kompas.com - 15/07/2016, 07:46 WIB
BAGIKAN: Komentar Kepala Bareskrim Polri Irjen Pol Ari Dono Sukmanto(Ambaranie Nadia K.M)
Penulis Nabilla Tashandra | EditorSabrina Asril JAKARTA, KOMPAS.com —
Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto menuturkan, ancaman hukuman maksimal yang
mungkin dijatuhkan kepada pelaku pemalsuan vaksin palsu adalah 15 tahun penjara. Hal tersebut
diungkapkannya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR bersama Kementerian Kesehatan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Bareskrim Polri, Biofarma, Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI), dan Satgas Penanganan Vaksin Palsu. "UU Kesehatan sudah pasti karena dia melakukan
perbuatan memproduksi tanpa izin. UU Konsumen sudah pasti. Pemalsuan? Jadi, kami lapis. Paling
tinggi dalam perbuatan ini 15 tahun," kata Ari Dono di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis
(14/7/2016). (Baca: Ada 20 Tersangka Kasus Vaksin Palsu, Termasuk Bidan, Dokter, dan Pemilik
Apotek) "Tetapi, ini hanya pasal-pasal yang kami terapkan yang faktanya masuk ke situ, putusannya
bukan bidang kami. Mudah-mudahan saja kalau hakim memutuskan yang tertinggi," kata dia.
Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, kata dia, juga akan diterapkan. Ari Dono
menuturkan, kepolisian tengah menelusuri di mana para pelaku menyembunyikan uang hasil jual
beli vaksin palsu. (Baca: Delapan Bidan Juga Gunakan Vaksin Palsu, Ini Daftarnya...) "Termasuk
keluarganya. Kalau si pelaku secara sengaja menyembunyikan aliran dananya lewat orang lain,"
ujar dia. Menteri Kesehatan Nila F Moeloek sebelumnya mengungkap 14 nama rumah sakit dan
delapan bidan yang menggunakan vaksin palsu. Adapun daftar 14 rumah sakit tersebut adalah
sebagai berikut: 1. DR Sander, Cikarang 2. Bhakti Husada, Terminal Cikarang 3. Sentral Medika,
Jalan Industri Pasir Gombong 4. RSIA Puspa Husada 5. Karya Medika, Tambun 6. Kartika Husada
Jalan MT Haryono, Setu, Bekasi 7. Sayang Bunda, Pondok Ungu, Bekasi 8. Multazam, Bekasi 9.
Permata, Bekasi 10. RSIA Gizar, Villa Mutiara Cikarang 11. Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta
Timur 12. Elisabeth, Narogong, Bekasi 13. Hosana, Lippo Cikarang 14. Hosana, Jalan Pramuka,
Bekasi
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemalsu Vaksin Terancam Hukuman 15 Tahun
Penjara", https://nasional.kompas.com/read/2016/07/15/07461361/pemalsu.vaksin.terancam.hukum
an.15.tahun.penjara.
Penulis : Nabilla Tashandra
Bunuh 97 Pasien karena Bosan,
Perawat Dipenjara Seumur Hidup
Sulung Lahitani
24 Jan 2018, 02:17 WIB
Jakarta - Masih ingat kisah Misran? Dialah mantri desa yang menolong warga Kuala
Samboja, Kalimantan Timur. Tidak hanya mengobati, tapi juga mengubah pola
kesehatan warga menjadi lebih baik. Namun bukannya air susu yang di dapat, tapi air
tuba yang dia peroleh.Air tuba tersebut berupa penjara karena dinilai hakim PN
Tenggarong tidak punya kewenangan memberikan pertolongan layaknya dokter. Dia
dituduh melanggar UU 36\/ 2009 tentang Kesehatan pasal 82 (1) huruf D jo Pasal 63
(1) UU No 32\/1992 tentang Kesehatan yaitu Misran. Setelah setahun lebih meminta
keadilan ke Mahkamah Konstitusi (MK), akhirnya sore ini akan diketok palu atas
nasib Misran. \\\"Sore ini, jam 16.00 WIB, MK akan memutus permohonan saya,\\\" kata
Misran dalam pesan pendeknya kepada detikcom, Senin (27\/6\/2011).putusan PN
Tenggarong ini lalu dikuatkan oleh PT Samarinda, beberapa bulan setelah itu. Merasa
dizalimi, 13 mantri pun memohon keadilan ke MK karena merasa dikriminalisasikan
oleh UU Kesehatan. Mereka meminta pasal yang menjadikan mereka di penjara
dicabut karena pasal tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Namun, meski
nantinya permohonan Misran dikabulkan, ayah 4 anak tersebut tetap harus tetap
meringkuk di penjara. Meski demikian, jika MK memenangkan, maka putusan MK
akan menguntungkan mantri atau bidan desa di seluruh Indonesia. Pasalnya, MK
telah menghilangkan pasal yang mengkriminalkan petugas medis di pelosok
Nusantara.
\\\"Karena putusan MK tidak berlaku surut. Putusan MK atas kasus Misran hanya
berlaku ke depan, tidak berlaku ke belakang,\\\" kata pengacara publik LBH Jakarta,
Edy Halomoan Gurning beberapa waktu lalu.
Menanggapi anak buahnya dipenjara, Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih, menilai pemberian obat bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan jenis
apapun dalam kondisi tertentu.
\\\"Memang dikatakan bahwa dispensing obat itu adalah (tugasnya) tenaga farmasi.
Akan tetapi, di tempat di mana tidak ada tenaga farmasi, dapat dilakukan tenaga
kesehatan lainnya,\\\" ujar Endang.
Menkes memang tidak secara tegas membenarkan perbuatan Misran. Namun,
tenaga-tenaga kesehatan yang bertugas di pedalaman kadang-kadang harus
bertindak cepat untuk keselamatan nyawa pasien mereka.
\\\"Mereka para perawat, dokter, yang ada di ujung-ujung itu kadang-kadang harus
melakukan itu, karena pasien datang untuk minta tolong. Jadi kalau itu sifatnya
untuk menolong dan tidak ada tenaga lain tentu saja harusnya itu diperbolehkan,\\\"
katanya.
Fakta Baru
RS St Elisabeth
Bekasi Digugat
Perdata
Kamis, 06 Oktober 2016 13:27 WIB
KOMPAS.COM/ M Wismabrata
Erwiana (tengah) saat jumpa pers di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Selasa (25/2/2014).
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Hasil Medis Erwiana untuk Ajukan
Kasus Perdata, https://jateng.tribunnews.com/2014/02/25/hasil-medis-erwiana-untuk-ajukan-
kasus-perdata.
Penulis: galih permadi
Editor: rustam aji
Dituduh Malpraktik,
Dua Rumah Sakit di
Medan Dilaporkan
Polisi
Rabu, 21 Maret 2007 05:29Reporter :
Kapanlagi.com - Diduga melakukan tindakan
malpraktik, rumah sakit (RS) Haji Medan dan RS
Sufina Aziz dilaporkan ke kepolisian oleh keluarga
pasien. Orang tua korban, Khairuddin, yang
anaknya meninggal di RS Haji Medan di Mapolda
Sumatera Utara, Selasa mengatakan, menyesalkan
sikap RS yang dinilai tidak serius dalam merawat
anaknya.
Merdeka.com - Menurut dia, walaupun telah
melakukan rongent dan pemeriksaan darah, pihak
RS tidak pernah mau memberi tahu penyakit apa
yang diderita anaknya.
Ia menambahkan, pihak RS juga tidak memiliki
kesamaan konsep dalam penanganan penyakit
anaknya, karena pernah ada dokter yang
mengizinkan untuk melepaskan infus, namun
dimarahi oleh dokter yang lain ketika akan
melepaskannya.