Anda di halaman 1dari 8

Kasus Penjualan Organ Tubuh Manusia

Dua dari Tiga Tersangka Penjualan Organ Tubuh Hidup dengan Satu Ginjal

JAKARTA, KOMPAS.com — Yana Priatna alias Amang dan Dedi Supriadi yang ditetapkan
sebagai tersangka dugaan penjualan organ tubuh manusia awalnya merupakan korban dalam kasus yang
sama.

Dalam kasus ini, Bareskrim juga menetapkan satu orang lainnya sebagai tersangka.

"Betul, YP dan DS awalnya juga adalah korban perdagangan organ tubuh ginjal," ujar Kepala
Bareskrim Polri Komjen Anang Iskandar di Kompleks Mabes Polri, Senin (1/2/2016) pagi.

Demi uang

Pada Desember 2013 lalu, Amang berkunjung ke rumah kerabatnya bernama Dedi Supriadi di
Kabupaten Bandung. Ia melihat saudaranya itu menggunakan motor baru.

Melihat motor baru saudaranya, Amang menanyakan bagaimana Dedi mendapatkan uang untuk
membeli motor.

Dedi mengatakan, ia mendapatkan uang setelah menjual satu ginjalnya. Amang tertarik. Ia pun
ingin menjual satu ginjalnya demi uang.

"Saat itu, DS berkomunikasi dengan orang lain berinisial Hr. Hr-lah yang kemudian mengurus
proses penjualan ginjal YP," ujar Anang.

Hr adalah Kwok Herry Susanto alias Herry, tersangka ketiga selain Amang dan Dedi, dalam
kasus perdagangan organ tubuh manusia.

Satu ginjal Amang dihargai Dedi dan Herry sebesar Rp 75 juta. Amang mengaku tidak tahu siapa
yang membeli ginjalnya.

Yang jelas, kata dia, uang hasil penjualan langsung diterimanya sesaat setelah operasi
pengangkatan ginjal yang dilakukan di salah satu rumah sakit negeri di Jakarta Pusat.

Jadi pelaku

Anang melanjutkan, setelah mengetahui ada peluang bisnis yang menjanjikan, Amang bekerja
menjadi bawahan Dedi.

Keduanya aktif mencari orang yang membutuhkan uang dan bersedia menjual ginjalnya.

"Keduanya ini menjadi perantara korbannya dengan Hr. Dari setiap orang yang ginjalnya dijual,
keduanya dapat komisi Rp 5 juta sampai Rp 7 juta," ujar Anang.

Berdasarkan keterangan kepada penyidik, Amang sudah menjual tujuh ginjal sejak bekerja
bersama Dedi dan Herry.
Hingga saat ini, ada 15 orang korban perdagangan organ tubuh yang bertransaksi dengan ketiga
tersangka.

Diberitakan sebelumnya, penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri membekuk
tiga pelaku penjual organ tubuh manusia berupa ginjal, yakni Yana Priatna alias Amang, Dedi Supriadi
bin Oman Rahman, dan Kwok Herry Susanto alias Herry.

Modus yang digunakan ialah mengiming-imingi korban untuk menjual ginjalnya dengan imbalan
uang. Proses penjualan ginjal pun tidak sesuai dengan prosedur rumah sakit dan ketentuan hukum
internasional.

Korban Penjualan Ginjal Kehabisan Uang dan Menderita Sakit

JAKARTA, KOMPAS.com — Malang nian nasib pemuda berinisial IP (19), warga Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Satu ginjalnya dijual akibat ditipu pelaku penjualan organ tubuh, uang hasil
penjualan ginjalnya pun raib, dan IP juga mengalami sakit.

Pelaku penjualan organ tubuh itu adalah Yana Priatna alias Amang, Dedi Supriadi bin Oman
Rahman alias Dedi, dan Kwok Herry Susanto alias Herry yang sudah dibekuk penyidik Bareskrim Polri,
beberapa waktu lalu.

"Jadi, setelah menjalani operasi, korban sering mengeluh sakit di perut kanan dan sesak di dada.
Sebelum operasi, dia tidak mengalami itu," ujar Kepala Subdirektorat III Tindak Pidana Umum
Bareskrim Polri Kombes (Pol) Umar Surya Fana kepada Kompas.com, Jumat (29/1/2016).

Satu ginjal IP dihargai Rp 75 juta oleh pelaku. Uang itu dipakai untuk membeli beberapa konsol
PlayStation dan sejumlah televisi untuk membuka rental PlayStation.

Namun, barang elektronik itu kemudian dicuri orang. Adapun sisa uangnya digunakan untuk
perawatan kesehatan pasca-operasi.

"Korban merasa dirugikan atas operasi pengangkatan ginjal itu karena dia tidak bisa bekerja.
Korban terlalu capek sehingga penghasilan untuk keluarga berkurang," ujar Umar.

Kini, tidak ada lagi yang dapat dituntut oleh IP. Sementara itu, tiga pelaku hingga kini masih
ditahan di sel Bareskrim Mabes Polri.

Pelaku ditahan di sel Bareskrim Mabes Polri.

Mereka diancam dengan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang TPPO
juncto Pasal 62 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Alasan Terjadinya Kasus Tersebut

Yana Priatno alias Anang yang awalnya merupakan salah satu korban beralih menjadi pelak.
Anang menuturjan bahwa alasannya menjadi pelaku adalah demi uang. Sebab katanya, uang hasil
penjualan langsung diterimanya sesaat setelah operasi pengangkatan ginjal yang dilakukan di salah satu
rumah sakit negeri di Jakarta Pusat

Tujuan Tindakan Penjualan Organ Tubuh

Salah seorang pelaku menuturkan bahwa tujuan dari tindakan yang mereka lakukan ialah
menjadikannya sebagai ladang bisnis demi mendapatkan uang.

Akibat yang dirasakan korban

Korban sering mengeluh sakit di perut kanan dan sesak di dada. Sebelum operasi, dia tidak
mengalami itu. Korban merasa dirugikan atas operasi pengangkatan ginjal itu karena dia tidak bisa
bekerja. Korban terlalu capek sehingga penghasilan untuk keluarga berkurang.

Uang itu dipakai untuk membeli beberapa konsol PlayStation dan sejumlah televisi untuk
membuka rental PlayStation.

Namun, barang elektronik itu kemudian dicuri orang. Adapun sisa uangnya digunakan untuk
perawatan kesehatan pasca-operasi. Sekarang korhan kehabisan uang dan sedang menderita sakit.
UU yang Mengatur tentang Penjualan Organ Tubuh Manusia

Pihak kepolisian mengenakan Pasal 64 Ayat (3) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan terhadap para tersangka sindikat perdagangan organ tubuh manusia, dimana dalam pasal
tersebut menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan
tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 Ayat (3). 

Bagi seseorang yang terbukti melakukan tindak pidana dan melanggar pasal tersebut dapat
dikenakan pidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 192 Undang-Undang
No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Pertanyaannya, apakah ada aturan hukum lainnya yang dapat
dipergunakan untuk menjerat para sindikat perdagangan organ tubuh manusia yang terjadi di Indonesia?

Patut diketahui, indikasi tentang terjadinya perdagangan organ tubuh manusia telah terjadi sejak
lama dengan modus operandi yang semakin hari semakin berkembang, sehingga jika merujuk pada sistem
hukum pidana yang ada di Indonesia, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHPidana)
mengatur secara umum tentang perdagangan yang terlarang, dimana diatur dalam Bab VII Kitab Undang-
undang Hukum Pidana tentang kejahatan yang membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang,
dalam Pasal 204, 205 dan Pasal 206 KUHP membahas tentang sanksi pidana bagi yang
memperjualbelikan barang yang diketahui membahayakan nyawa atau kesehatan orang. 

Pada tahun 1981 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia,
dimana dalam dalam Pasal 17 diatur secara tegas bahwa dilarang memperjualbelikan alat atau jaringan
tubuh manusia dan dalam Pasal 18 berbunyi dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan
tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri. 

Untuk menunjukkan perhatian serius pemerintah akan isu perdagangan organ tubuh manusia
maka dibuatlah aturan-aturan dalam bentuk undang-undang lainnya hingga akhirnya diterbitkannya
peraturan perundang-undangan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang dan UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.

Lalu bagaimanakah menjawab kebutuhan tindakan medis berupa transplantasi atau pencangkokan
organ tubuh untuk menyelamatkan nyawa seseorang? Tidak semua tindakan medis berupa transplantasi
atau pencangkokan organ adalah menyalahi aturan hukum, dimana dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Pasal 64 ayat (1) menyatakan bahwa "Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat
dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah
plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
Cara Mencegah dan Mengatasi Penjualan Manusia dan Organ Tubuh Manusia

1. Memberi Pengetahuan

Untuk dapat mencegah dan mengatasi iniperlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi kepada
masyarakat. Dengan sosialisasi terus menerus, masyarakat akan mengetahui bahayanya.

Pendidikan tidak hanya diberikan kepada masyarakat menengah ke atas. Mengapa? Karena
penjualan organ tubuh lebih banyak terjadi pada masyarakat dengan kelas pendidikan yang cukup rendah.
Pendidikan harus diberikan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh semua lapisan masyarakat.

2. Memberitahu Orang Lain

Ketika kita telah mengetahui masalah ini dan solusinya tetapi tidak memberitahukannya kepada
orang lain, permasalahan tidak akan selesai. Sebagai seseorang yang telah mengetahuinya, maka menjadi
kewajiban anda untuk menyampaikan apa yang terjadi kepada orang lain. Sebab orang yang tidak
mengetahui masalah ini tidak menyadari bahwa hal ini mungkin telah terjadi pada orang orang di sekitar
kita.

3. Berperan aktif untuk mencegah

Setelah mengetahui dan mencoba memberitahukannya kepada orang lain, anda berperan aktif
dalam mencegah. Berperan aktif dapat dilakukan dengan melaporkan kasus yang terjadi kepada pihak
yang berwajib. Anda juga bisa mengarahkan orang lain yang beraktivitas pada jejaring sosial untuk lebih
berhati hati.

Yang anda lakukan mungkin sesuatu yang kecil namun bila semua orang tergerak untuk
melakukannya, bukan tak mungkin masalah ini bisa teratasi.

Pandangan Iman Kristen tentang Penjualan Organ Tubuh Manusia


PBB mendefenisikan human trafficking atau perdagangan manusia sebagai: Perekrutan,
pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang, dengan ancaman, atau penggunaan
kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, memberi atau menerima bayaran atau manfaat untuk memperoleh ijin dari
orang yang mempunyai wewenang atas orang lain, untuk tujuan eksploitasi.

Sementara dalam UU Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang, trafficking atau perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

Citra Allah diperdagangkan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa trafficking (termasuk penjualan organ tubuh)
merupakan pelanggaran terhadap HAM. HAM menunjuk pada hak dasar setiap orang yang berlandaskan
kodrat kemanusiaan. Dan karena kodrat manusia itu diciptakan Tuhan maka hak-hak asasi ini
mewujudkan kehendak Tuhan sebagai pribadi dengan akal dan kehendak bebas. Penekanannya itulah
bahwa HAM merupakan perwujudan kehendak Tuhan. Manusia ada dengan segala hak asasinya sebagai
karunia Pencipta. Justru karena itulah maka manusia itu desebut mulia dan melebihi segala mahkluk
hidup lain di dunia.

Dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai citra Allah. Dalam kitab Kejadian disebutkan
bahwa manusia adalah hasil ciptaan Allah yang paling tinggi dan sempurna, yang menonjol atas
segalanya karena diciptakan sebagai citra Allah (bdk. Kej. 1:16). Maka manusia yang menolak Allah dan
kehendak-Nya menjadi kehilangan dasar dan makna hidupnya dan akan musnah.

Adanya trafficking menunjukan bahwa ada manusia yang diperdagangkan dan ada yang menjadi
pedagang manusia. Ini sudah menujukkan bahwa manusia sebagai citra Allah diturunkan derajatnya
seperti sapi atau babi yang diperjualbelikan. Dalam arti itu, manusia sebenarnya sudah keluar dari
kehendak Allah. Situasi ini bagus dibandingkan dengan kata-kata Yesus kepada Yudas yang menjual diri
Yesus. “Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (bdk. Mat. 26:24). Penegasan ini
untuk mengatakan bahwa penghargaan dan penghormatan terhadap manusia dan martabatnya memang
merupakan keharusan. Itu disertai dengan peringatan yang sangat karas. “Celakalah orang yang olehnya
Ia diserahkan (Luk. 22: 22). Penting dikatakan bahwa trafficking merupakah kejahatan serius.

Karena manusia diciptakan menurut gambar Allah, manusia memiliki martabat sebagai pribadi:
manusia bukan hanya sesuatu melainkan seorang. Ia mampu mengenali diri sendiri, menjadi tuan atas
dirinya, mengabdikan diri dalam kebebasan dan hidup dalam kebersamaan dengan orang lain. Dalam
tataran kehidupan bersama, suatu masyarakat akan adil dan sejahtera, apabila didasarkan pada
penghormatan terhadap martabat manusia, sebagaimana ditegaskan dalam sila kedua Panca Sila. Hanya
pengakuan atas martabat manusia yang dapat memungkinkan pertumbuhan bersama dan pribadi dari
setiap orang. Oleh karena itu, setiap pribadi tidak dapat dijadikan sebagai alat dan sarana untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, baik ekonomi, sosial maupun politik.

Pemulihan Martabat Manusia


Gereja merupakan tanda dan sarana kehadiran Allah yang sedang berziarah di tengah dunia,
hadir dan bergumul dalam persoalan-persoalan kemanusiaan. Melalui ajaran sosialnya Gereja ingin
mengajak seluruh umat beriman untuk peka dan peduli pada nasib sesama terutama mereka yang miskin,
menderita, terasing, tertindas dan terbuang. Pada zaman sekarang ini, membangun sikap hormat terhadap
sesama manusia menjadi sangat penting, sehingga setiap orang wajib menghargai dan menghormati
sesamanya tanpa kecuali. Selain itu apapun yang melukai martabat manusia seperti perbudakan,
pelacuran dan perdagangan manusia harus dihadapi dengan berani dan bijaksana seraya menghayati
sabda Tuhan: " Apa pun yang kamu jalankan terhadap salah seorang saudaraKu yang hina ini, kamu
perbuat terhadap Aku" (Mat 25:40).

Dalam masyarakat yang bermartabat, setiap pribadi mempunyai hak untuk berperan secara aktif
dalam kehidupan bersama dan memberi sumbangannya untuk kesejahteraan umum. Manusia sebagai
manusia bukanlah unsur pasif dalam hidup kemasyarakatan, melainkan sebagai pemeran, dasar dan
tujuannnya, oleh karena itu harus dihargai.
Sumber:

https://www.google.co.id/amp/amp.kompas.com/nasional/read/2016/02/01/11283051/
Dua.dari.Tiga.Tersangka.Penjualan.Organ.Tubuh.Hidup.dengan.Satu.Ginjal

https://www.google.co.id/amp/amp.kompas.com/nasional/read/2016/01/29/19034701/
Korban.Penjualan.Ginjal.Kehabisan.Uang.dan.Menderita.Sakit

http://m.hukumonline.com/klinik/detail/cl3653/jual-beli-organ-tubuh-manusia-menurut-hukum-indonesia

http://lifestyle.kompas.com/read/2010/07/29/09450559/3.Cara.Mencegah.Human.Trafficking.#page1

http://www.kompasiana.com/luckioojozz/trafficking-tinjauan-moral-
kristiani_550dae2da33311261e2e3d02

http://www.gresnews.com/berita/opini/233662-maraknya-bisnis-haram-perdagangan-organ-tubuh-
manusia/1/

Anda mungkin juga menyukai