Anda di halaman 1dari 9

POLITIK HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAKAN

TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH

Putra Yani Novriandi Siregar*, Harry Haryanto*


Politik Hukum
Dosen Pengajar : Dr. Redyanto Sidi, S.H, M.H
Magister Hukum Kesehatan Program Studi Pascasarjana
Universitas Panca Budi

Abstract
The development of human organ transplants is currently growing very rapidly, giving rise to the practice
of illegal organ transplants that are not in accordance with the provisions of laws and regulations so that
they are included in the sale and purchase of organs. In this case, legal political policies are urgently
needed so that illegal transplant practices do not continue to occur. Legal politics is a series of concepts,
principles, basic policies, and statements of the will of state administrators which includes the politics of
law formation, the politics of law enforcement, and the politics of law enforcement and implementation,
regarding the functions of institutions and legal development. law enforcers to determine the direction,
form and content of the law to be formed. , the laws in force in its territory and to achieve the goals of the
country. The prohibition of illegal trade and/or organ transplantation has been regulated in Law no. 36
of 2009 concerning Health, Law Number 21 of 2007 concerning Eradication of Trafficking in Persons,
Regulation of the Minister of Health Number 38 of 2016 concerning Organ Transplantation, Government
Regulation Number 53 of 2021 concerning Transplantation of Organs and Body Tissues.

Abstrak
Perkembangan transplantasi organ tubuh manusia saat ini semakin berkembang sangat cepat
sehingga menimbulkan praktek trnasplanatasi organ yang ilegal yang tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan sehingga termasuk dalam jual beli organ tubuh. Dalam hal ini sangat dibutuhkan
kebijakan politik hukum agar praktek transplantasi illegal tidak terus terjadi. Politik hukum adalah
serangkaian konsep, asas, kebijakan dasar dan pernyataan kehendak penguasa negara yang mengandung
politik pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan politik penerapan serta penegakan hukum,
menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum untuk menentukan arah, bentuk
maupun isi hukum yang akan dibentuk, hukum yang berlaku di wilayahnya dan serta untuk mencapai
tujuan Negara. Larangan perdagangan dan/ transplantasi organ secara illegal telah diatur dalam UU No.
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan
Tidan Pidana Perdagangan Orang, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2016 tentang
penyelenggaraan transplantasi organ, peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2021 Tentang Transplantasi
Organ dan Jaringan Tubuh.

Kata Kunci : Politik Hukum, Transplantasi, Organ Tubuh

PENDAHULUAN

Hukum pada hakikatnya bukan saja untuk menghadapi peristiwa yang secara nyata telah
terjadi akan tetapi harus mengatur pula kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa
mendatang. Hal ini merupakan bidang Politik Hukum, sebagaimana dikemukakan oleh Soedarto
bahwa politik hukum ialah kebijaksanaan dari negara dengan perantaraan badan-badan yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang diperkirakan bisa
digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai
apa yang dicita-citakan (Soedarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Kajian
Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana,Sinar Baru, Bandung, 1983 hlm 93)
Politik hukum dalam suatu Negara terdiri dari pembentukan hukum, penemuan
hukum dan penerapan hukum. Pembentukan dalam suatu Negara, yang utama harus
menetapkan konstitusi sebagai hukum fundamental Negara atau dasar dari tata hukum
nasional. (Abdussalam, Politik Hukum, (Jakarta, PTIK, 2017), hlm.5). Menurut Mahfud MD
politik hukum adalah ”legal policy atau garis (kebijakan) resmi tentang hukum yang akan
diberlakukan baik dengan pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama,
dalam rangka mencapai tujuan Negara”. Dengan demikian, politik hukum merupakan pilihan
tentang hukum-hukum yang diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan
dicabut atau tidak diberlakukan yang kesemuanya dimaksud untuk mencapai tujuan Negara
seperti yang tercantum di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Mahfud MD : 2006)
Pelaksanakan Politik Hukum Pidana berarti usaha mewujudkan peraturan Perundang-
undangan yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang
akan datang.3 Dengan demikian, politik hukum diartikan sebagai : a. Usaha untuk mewujudkan
peraturan-peraturan yang baik, sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu b. Kebijakan
dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang
dikehendaki dan diperkirakan bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung
dalam masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan (Barda Nawawi Arief : 2008)
Politik hukum pidana atau strafrechtspolitiek oleh Mulder ditujukan untuk : a. Seberapa
jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah atau diperbaharui; b. Apa yang dapat
diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana; c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan,
peradilan dan pelakanaan pidana harus dilaksanakan.
Mobilisasi penduduk, kebutuhan lapangan pekerjaan, kenyamanan hidup maupun
kesehatan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan lagi. Dalam hal ini termasuk juga

2
mengenai Perdagangan organ tubuh manusia yang merupakan bentuk khusus perdagangan orang
(lex specialis). Kebutuhan ekonomi tentunya sangat berpengaruh terhadap jumlah kriminalitas di
masyarakat terlebih lagi bagi masyarakat dengan jumlah pendapatan yang rendah. Banyak cara
yang dilakukan untuk bisa mendapatkan uang demi melangsungkan kehidupan mereka salah
satunya dengan cara menjual organ tubuh seperti Ginjal ataupun hati. Hal ini bukan hanya
didesak juga oleh faktor ekonomi tetapi juga karena harga satu Ginjal bisa mencapai Rp 2,5
Miliar dan untuk organ hati Rp. 14 Miliar.
Perdagangan organ tubuh manusia dalam hal ini dilakukan secara illegal merupakan
tindak pidana yang berat dan tergolong pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).
Sehingga telah terdapat konsensus universal (Anis Faris, Etik Global Konsensus Universal,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000), bahwa organ tubuh manusia tidak boleh diperjual belikan
meskipun biaya operasi sangat mahal sehingga tidak semua orang mampu membayar. Kegagalan
meningkatkan suplai organ tubuh akan menyebabkan penjualan gelap, yakni orang miskin
menjual bagian tubuhnya kepada orang kaya terus berlangsung (Trini Handayani,
Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Perbuatan Perdagangan Organ Tubuh Manusia : 2012)
Perkembangan transplantasi organ tubuh manusia saat ini semakin berkembang sangat
cepat. Tidak hanya organ jantung manusia, namun berkembang ke cangkok ginjal, hati, dan
beberapa organ lain termasuk jaringan tubuh manusia seperti jaringan otot ligamen maupun
syaraf. Dengan didesak oleh faktor ekonomi dan jumlah uang yang menggiurkan, menimbulkan
praktek trnasplanatasi organ yang ilegal yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan sehingga termasuk dalam jual beli organ tubuh
Transplantasi organ adalah salah satu keajaiban medis dari abad kedua puluh, telah
berlangsung lama dan meningkatkan kehidupan ratusan ribu pasien di seluruh dunia. Meskipun
transplantasi organ tubuh masih mengalami perdebatan, namun sejumlah negara telah
melegalkan tindakan medis ini. Indonesia sendiri telah melegalkan transplantasi organ tubuh
melalui Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Kebutuhan akan organ tubuh yang semakin meningkat di dunia, menyebabkan pihak-
pihak tertentu melakukan penjualan organ secara ilegal mengingat keuntungan yang ditawarkan
begitu menggiurkan sementara sumber daya manusia sangat melimpah, secara negatif menjadi
ladang yang subur untuk terjadinya tindakan illegal yang dilakukan oleh perorangan dan bahkan

3
terorganisasi. Sekalipun perdagangan orang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2007 dan diancam sanksi pidana. (Henny Nuraeny : 2011).

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kebijakan politik hukum pidana terhadap tindakan transplantasi organ tubuh?

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif atau penelitian
kepustakaan, yaitu penelitian yang berfokus pada norma dan penelitian ini memerlukan data
sekunder (bahan hukum) sebagai data utama.
Sumber data dalam penelitian ini UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidan Pidana Perdagangan Orang,
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan transplantasi
organ, peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2021 Tentang Transplantasi Organ dan Jaringan
Tubuh, literatur-literatur, tulisan para ahli yang berhubungan dengan penelitian ini.

PEMBAHASAN
1. Kebijakan Politik Hukum Pidana Terhadap Tindakan Transplantasi Organ Tubuh

Secara etimologis, istilah politik hukum merupakan terjamahan bahasa Indonesia dari istilah
hukum Belanda rechtspolitiek, yang merupakan bentukan dari dua kata rech dan politiek. Dalam
bahasa Indonesia kata recht berarti hukum. Kata hukum sendiri berasal dari bahasa Arab hukm
(kata jamaknya ahkam), yang berarti putusan, ketetapan, perintah, kekuasaan, hukuman dan lain-
lain (Imam Syaukani : 1999 ).
Politik hukum adalah serangkaian konsep, asas, kebijakan dasar dan pernyataan kehendak
penguasa negara yang mengandung politik pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum, menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para

4
penegak hukum untuk menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk, hukum
yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum yang dibangun serta untuk
mencapai tujuan Negara. Sudarto mengemukakan bahwa “politik hukum” meliputi usaha untuk
mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan dan situasi pada suatu saat (Sudarto :
1981)
Transplantasi organ merupakan salah satu cara untuk menyembuhkan penyakit tertentu
dalam ilmu kedokteran. Dalam peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2021 menyebutkan
bahwa “Transplantasi adalah pemindahan organ dan jaringan dari pendonor ke resipien guna
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan resipien.” kemudian yang dimaksud dengan
organ “Organ adalah kelompok beberapa jaringan yang bekerja sama untuk melakukan fungsi
tertentun dalam tubuh.”
Trasnplantasi memiliki jenis-jenis yang harus kita ketahui, yaitu autograft, isograft,
allograft, xenontransplantation, transplantasi domino, dan transplantasi dibagi. Mari kita
jelaskan satu persatu. Pertama, autograft adalah pemindahan jaringan atau organ tubuh ke
tempat lain dalam tubuh yang sama. Kedua, isograft adalah prosedur transplatasi yang
dilakukan antara dua orang secara genetik identik. Ketiga, allograft adalah pemindahan
organ tubuh ke tubuh yang lain. Keempat, xenontransplantation adalah pemindahan suatu
jaringan dari hewan ke manusia. Kelima, transplantasi domino misalnya pendonor yang satu
memberikan jantung dan parunya lalu penerima donor ini memberikan jantungnya ke yang
lain. Keenam, transplantasi dibagi, misalnya mendonorkan hati, hatinya dapat dibagi ke dua
penerima donor. Tetapi dari keenam jenis transplantasi organ diatas jenis transplantasi
dibagi jarang dilakukan karena dapat menimbulkan resiko.
Orang yang mendonorkan suatu jaringan atau organ tubuh mereka harus dalam
keadaan sehat, dalam hal ini harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh baik
terhadap pendonor maupun resipien (penerima) jika tidak maka akan ada resiko yang cukup
besar. Untuk menjamin hal tersebut pembuat undang-undang menentukan sebagai berikut: Pasal
65 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (1) Transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. (2) Pengambilan
organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan pendonor
yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.

5
Mengenai ketentuan pidana terhadap trasplantasi organ yang ilegal, Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana tidak mengatur mengenai kejahatan mengenai jual beli organ akan tetapi
ketentuan mengenai larangan jual beli organ manusia dapat ditemukan pada peraturan khusunya
yaitu mengenai kesehatan dimana pada pasal 64 undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan disebutkan bahwa:
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan
rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Ketentuan pidana terkait pasal tersebut terdapat pada pasal 192 yang menetukan “Setiap
orang yang dengan sengaja memperjual belikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa
pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”
Barda Nawawi Arief menyatakan bahwa pengertian perlindungan korban dapat dilihat
dari dua makna, yaitu: a. dapat diartikan sebagai “perlindungan hukum untuk tidak menjadi
korban tindak pidana”, (berarti perlindungan HAM atau kepentingan hukum seseorang). b. dapat
diartikan sebagai “perlindungan untuk memperoleh jaminan/santunan hukum atas penderitaan/
kerugian orang yang telah menjadi korban tindak pidana”, (jadi identik dengan “penyantunan
korban”). Bentuk santunan itu dapat berupa pemulihan nama baik (rehabilitasi), pemulihan
keseimbangan batin (antara lain dengan pemaafan), pemberian ganti rugi (restitusi, kompensasi,
jaminan/santunan kesejahteraan sosial), dan sebagainya (Barda Nawawi Arief, 2007, Masalah
Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana,
Jakarta, h. 61)
UU No. 21 Tahun 2007 mengatur tentang larang untuk tindakan memperdagangkan
organ tubuh manusia jelas diatur dalam Pasal 1 angka 7 dan Pasal 2, 3, 4, 5, 6 dan Pasal 7,
dimana dalam pasal-pasal ini tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia sudah termasuk
didalamnya. Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau

6
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, Setiap orang
yang memasukkan orang ke wilayah negara Republik Indonesia dengan maksud untuk
dieksploitasi di wilayah negara Republik Indonesia atau dieksploitasi di negara lain, Setiap
orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara Republik
Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah negara Republik Indonesia,
Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara
apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama.
Dalam UU ini disebutkan dalam Pasal 13 bahwa tindak pidana perdagangan orang
bukan hanya dilakukan oleh orang perorangan namun juga dapat dilakuakn oleh korporasi,
kemudian selanjutnya dalam Pasal 15 ditentukan bahwa pidana yang dapat dikenakan terhadap
korporasi yaitu pidana denda dengan pemberatan tiga (3) kali dari pidana denda tercantum dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.
Dalam ketentuan teknis yuridis, transplantasi organ diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Transplantasi
Organ. Permenkes No. 38 tahun 2016 pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa “Setiap orang dapat
menjadi Pendonor secara sukarela tanpa meminta imbalan” Pasal 19 Ayat 1 (g) dijelaskan
bahwa "salah satu persyaratan administratif yaitu membuat pernyataan tidak melakukan
penjualan Organ ataupun perjanjian khusus lain dengan pihak Resipien". Pasal 24 Ayat 1 (d)
dijelaskan bahwa "untuk dapat terdaftar sebagai calon Resipien harus memenuhi salah satu
persyaratan yaitu menyerahkan pernyataan tertulis tidak membeli Organ tubuh dari calon
Pendonor atau melakukan perjanjian khusus dengan calon Pendonor, yang dituangkan dalam
bentuk akte notaris atau pernyataan tertulis yang disahkan oleh notaris".
Dalam melakukan transplantasi organ tentunya terdapat pendonor dan penerima (resipien).
Pendonor pada Transplantasi Organ terdiri atas Pendonor hidup dan Pendonor mati batang
otak/mati otak. Pendonor hidup merupakan pendonor yang ketika diambil organ tubuhnya pada

7
saat yang bersangkutan masih hidup. Sedangkan Pendonor mati batang otak/mati otak
merupakan Pendonor yang organ tubuhnya diambil pada saat yang bersangkutan telah
dinyatakan mati batang otak/mati otak di rumah sakit, yang proses penentuannya harus
memenuhi standar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Penentuan seorang yang mati batang otak hanya dapat dilakukan oleh tim dokter yang
terdiri atas 3 (tiga) orang dokter yang kompeten dimana dalam tim tersebut harus melibatkan
dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf. Untuk dokter yang terlibat dalam
tranplantasi organ tubuh tidak diperbolehkan menjadi bagian dari tim dokter penentu seseorang
mati batang otak.

PENUTUP
KESIMPULAN
Politik hukum adalah serangkaian konsep, asas, kebijakan dasar dan pernyataan kehendak
penguasa negara yang mengandung politik pembentukan hukum, politik penentuan hukum dan
politik penerapan serta penegakan hukum, menyangkut fungsi lembaga dan pembinaan para
penegak hukum untuk menentukan arah, bentuk maupun isi hukum yang akan dibentuk, hukum
yang berlaku di wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum yang dibangun serta untuk
mencapai tujuan Negara. Kebijakan hukum pidana terhadap tindakan transplantasi tubuh di
Indonesia telah di atur dalam Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, peraturan
pemerintah nomor 53 tahun 2021 Tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan transplantasi organ. Tindakan
transplantasi organ tubuh dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan dan dapat apabila pelaksanaannya memenuhi standar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di Indonesia yang telah ditetapkan.

DAFTA PUSTAKA
Barda Nawawi Arief, 2008, “Kebijakan Hukum Pidana, Perkembangan Penyusunan Konsep
KUHP Baru”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 22.
Henny Nuraeny, 2011, “Tindak Pidana Perdagangan Orang Kebijakan Hukum Pidana dan
Pencegahannya”. Sinar Grafika, Bandung, hlm.39
Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 1999, “Dasar-dasar Politik Hukum”, PT RajaGrafindo

8
Persada, Jakarta, hal. 19
Mahfud MD, 2006, “Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi”, Jakarta, hal 16.
Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, h. 20
Trini Handayani, Fungsionalisasi Hukum Pidana Terhadap Perbuatan Perdagangan Organ Tubuh
Manusia, 2012, “Mandar Manjur”, Bandung, hlm. 68.
Jurnal Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia Menurut Ketentuan Hukum Positif
Indonesia, Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt /2015
http://www.sthmahmpthm.ac.id/detailpost/legalitas-transplantasi-organ-manusia-di-indonesia
diakses pada hari kamis, 9 desember 2021 pukul 23.00
https://www.qureta.com/next/post/maraknya-jual-beli-organ-tubuh-di-kalangan-masyarakat-
masa-kini diakses pada hari kamis, 9 desember 2021 pukul 23.15
https://keperawatanreligionlisdianwidowati.wordpress.com/2013/05/25/hukum-transplantasi-di-indonesia /
diakses pada hari kamis, 9 desember 2021 pukul 22.00.

SUMBER HUKUM
Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tidan Pidana Perdagangan
Orang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2016 tentang penyelenggaraan transplantasi organ
peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2021 Tentang Transplantasi Organ dan Jaringan Tubuh

Anda mungkin juga menyukai