Anda di halaman 1dari 25

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH


PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Analisis Putusan Nomor : 695/Pid.Sus/2020/PN Tjk)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

MUHAMMAD IQBAAL FATH

NIM. 11170480000116

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2020 M

1
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang merupakan negara Hukum sebagaimana yang di gagas oleh


founding father yang dirumuskan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 (disingkat UUD 1945) bahwa Indonesia adalah negara
Hukum (Rechtstaat).1 Bukan negara yang berdasarkan atas kekuasaan (matchstaat)
semata-mata.2 Indonesia adalah Negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya.
Negara yang didasarkan atas hukum yang berlaku, baik hukum yang tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis, oleh karena itu semua warga Negara Indonesia
tanpa ada pengecualiannya, wajib taat kepada hukum. Tidak peduli rakyat kecil,
pengusaha maupun pejabat tinggi wajib mentaati hukum. Seluruh tindak tanduk
atau perbuatan yang dilakukan didalam Negara kita, wajib didasarkan atas hukum
yang berlaku. Demikian pula apabila terjadi pelanggaran maupun sengketa hukum
diselesaikan secara hukum.3
Atas pelanggaran maupun sengketa hukum yang terjadi maka dibutuhkan
penegakan Hukum agar dapat diberikan sanksi yang seadil-adilnya. Penegakan
hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginankeinginan dalam hukum
agar menjadi kenyataan dan ditaati oleh masyarakat. Penegakan Hukum merupakan
tugas Negara yang salah satu perwujudannya dengan membentuk lembaga
peradilan yang sekaligus diharapkan dapat melakukan koreksi dan rekoreksi

1
Istilah rechtstaat pertama kali digunakan oleh Rudolf van Gnes (1816-1895), seorang guru besar
di Berlin-Jerman pada awal abad ke 19 sebagai konsepsi baru dari ide rule of law. Istilah ini terdapat
dalam bukunya yang berjudul “Englishce verwaltunngerechte” pada tahun 1857 dimana ia
menggunakan istilah Rechtstaat untuk pemerintah negara Inggris.

2
dalam konsepsi Negara Hukum (rechtstaat) utuh yang established penulis lebih memilih sepakat
dengan pernyataan mantan hakim konstitusi kita yaitu prof. A.Mukhtie fadjar, SH, MSI) yang
mengutip pendapat dari Satjipto Rahardjo bahwa Indonesia memang belum secara utuh menjadi
negara hukum yang artinya adalah negara Hukum Indonesia merupkan suatu bangunan yang belum
selesai dan masih dalam proses pembentukan yang intensif. Lihat tulisan beliau dalam tipe negara
hukum. Bayu Media, malang 2004 dan Reformasi Konstitusi dalam masa transisi paradigmatik, In-
TRANS, Malang 2003. Hal .56.

3
Gatot Supramono, SH. 2004. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta. Djambatan. Hlm. 6.

2
terhadap hukum positif yang berlaku sesuai dengan perkembangan zaman yang
diharapkan dapat mencerminkan nilai keadilan.4
Penegakan Hukum itu sendiri tidak terlepas dari peran serta penegak hukum
, karena penegak hukumlah yang nantinya menegakkan aturan hukum tersebut.
Apabila penegak Hukum mempunyai mental yang bobrok maka akan menciptakan
penegakan hukum yang bobrok pula , begitu pula sebaliknya apabila penegak
hukum menjalankan dan menegakkan aturan hukum maka akan menciptakan
penegakan hukum yang baik dan bersifat responsive.5
Masyarakat Indonesia makin hari makin mendambakan tegaknya hukum
yang berwibawa, memenuhi rasa keadilan dan ketentraman yang menyejukkan hati.
Penegakan hukum terhadap perkara kejahatan di Indonesia merujuk pada
pendekatan norma hukum yang bersifat menghukum sehingga memberikan efek
jera.6 Tak terkecuali terhadap semua perkara yang salah satunya perkara tindak
pidana penyalahgunaan narkotika yang terjadi di masyarakat.
Istilah narkotika yang dikenal di Indonesia dari sisi tata bahasa berasal dari
bahasa inggris narcotics yang berarti obat bius, yang sama artinya dengan kata
narcosis dalam bahasa Yunani yang berarti menidurkan atau membiuskan. Secara
umum narkotika diartikan suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan 3 perasaan,
suasana pengamatan/penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi susunan syaraf
pusat.7
Pemakaian narkoba di luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep
dokter, dan pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan)dan
menimbulkan hambatan dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus,
tempat kerja dan lingkungan social. Ketergantungan narkoba diakibatkan
oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya toleransi zat (dosis

4
Dahlan, “Problematika Keadilan Dalam Penerapan Pidana Terhadap Penyalahgunaan
Narkotika”, (Yogyakarta : DEPUBLISH , 2017), hlm. 1
5
Laurentius Arilman , “Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat”, (Yogyakarta : CV Budi
Utama, 2015) hlm. 14
6
Siswantoro Sumarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Hal. 7.
7
Dit Narkoba Koserse Polri, Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
yang
Dilaksanakan oleh Polri, Mabes Polri, Jakarta, 2002, hal. 2.

3
semakin tinggi)dan gejala putus asa, yang memiliki sifat-sifat keinginan yang
tak terhankan, kecenderungan untuk menambah takaran (dosis), ketergantungan
fisik dan psikologis.8 Akibat yang ditimbulkan akan melahirkan penderitaan dan
kehancuran baik fisik maupun mental yang teramat panjang, tetapi juga oleh karena
kompleksitas di dalam penanggulanganya terutama ketika pilihan jatuh pada
penggunaan hukum pidana sebagai sarananya.
Di dalam konsideran Undang-undang 35 tahun 2009 tentang Narkotika pada
huruf c, disebutkan bahwa narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang
bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan
ilmu pengetahuan, dan disisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang
ketat dan seksama. Maka dengan demikian narkotika memang diperlukan dibidang
kesehatan, tetapi harus diupayakan agar tidak disalahgunakan, karena dapat
menimbulkan ketergantungan (menjadi pecandu) dan menimbulkan kerugian yang
berdampak sangat luas, oleh karena itu penyalahgunaan narkotika merupakan suatu
kejahatan yang cukup berbahaya.
Memahami pengertian penyalahgunaan yang diatur dalam pasal 1 angka 14
Undang-undang Narkotika, maka secara sistematis dapat diketahui tentang
pengertian tentang penyalahgunaan narkotika, yaitu penyalahgunaan narkotika
tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Pengertian tersebut, juga tersirat dari
pendapat Dadang Hawari, yang menyatakan bahwa ancaman dan bahaya
pemakaian narkotika secara terus menerus dan tidak terawasi dan jika tidak segera
dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek ketergantungan
baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakainya.
Pengkajian tentang penegakan hukum pidana atau criminal law enforcement
sebagai bagian dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan.
Dalam penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana, yakni menggunakan
penal atau sanksi pidana dan menggunakan sarana non penal yaitu penanggulangan
kejahatan tanpa menggunakan sanksi pidana (penal). Penegakan hukum

8
Novita, Fransiska. BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA SERTA USAHA PENCEGAHAN
DAN PENANGGULANGANNYA (Suatu Tinjauan Teoritis), Jurnal Unissula Vol 25, No 1 (2011).

4
mempunyai sasaran agar orang taat kepada hukum. Ketaatan masyarakat terhadap
hukum disebabkan tiga hal, yakni: (1) takut berbuat dosa; (2) takut karena
kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang bersifat
imperatif; (3) takut karena malu berbuat jahat.9
Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak dilakukan
oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapat putusan hakim. Dengan
demikian, penegakan hukum ini diharapkan mampu manjadi faktor penangkal
terhadap merebaknya perdagangan gelap serta penyalahgunaan narkotika. Namun,
dalam kenyataannya justru semakin intensif dilakukan penegakan hukum, semakin
meningkat pula peredaran serta penyalahgunaan narkotika tersebut.
Penyalahgunaan Narkotika semakin meningkat dari tahun ke tahun. Telah
banyak yang menjadi korban tanpa memandang umur dan status sosial. Ironisnya,
penyalahgunaan dan peredaran Narkotika sudah merambah sampai kesemua
kalangan menjadi korban. Tidak hanya masyarakat atau remaja biasa saja yang
telah menjadi korban penyalahgunaan narkotika, bahkan kalangan pegawai negeri
sipil.
Pentingnya posisi Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) menjadikan Pegawai Negeri Sipil
sebagai salah satu aktor penting dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga Kedudukan dan peranan
pegawai negeri dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan, sebab
Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam
melaksanakan pembangunan nasional.10
Pegawai Negeri Sipil sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat yang dengan
penuh kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, undang-undang dasar negara
Republik Indonesia 1945, Negara dan Pemerintahan dalam menyelenggarakan
tugas pemerintahan dan pembangunan serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedudukan seorang Pegawai

9
Siswantoro Sonarso. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian Sosiologis. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Hlm. 142.
10
Sri Hartini. (et.al.,). 2008, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 31.

5
Negeri Sipil adalah merupakan unsur aparatur negara yang bertugas untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan
merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.11
Pegawai Negeri Sipil juga sebagai alat pemerintah (aparatur pemerintah)
memiliki keberadaan yang sentral dalam membawa komponen
kebijaksanaankebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah guna
terealisasinya tujuan nasional. Komponen tersebut terakumulasi dalam bentuk
pendistribusian tugas, fungsi, dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil. Dengan adanya
pergeseran paradigma dalam pelayanan publik, secara otomatis hal tersebut akan
menciptakan perubahan sistem dalam hukum kepegawaian dengan adanya
penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban dari
Pegawai Negeri Sipil meliputi penataan kelembagaan birokrasi pemerintahan,
sistem, dan penataan manajemen pegawai.12
Tidak berjalannya tugas pokok dan fungsi dari Pegawai Negeri Sipil, ini
akan menghambat pencapaian-pencapaian dari tujuan-tujuan nasional yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Terlebih dari kalangan Pegawai Negeri Sipil yang
melakukan Tindak pidana Penyalahgunaan Narkotika merupakan bentuk
pelanggaran hukum dan pelanggaran norma sosial.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara jo
Pasal 250 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Pada pasal 87 ayat (4) UU tersebut, setiap PNS yang
melakukan kejahatan dalam Jabatan dan atau kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan yakni kejahatan luar biasa seperti tindak pidana korupsi, terorisme,
dan penggunaan narkotika, maka dapat diberhentikan secara tak hormat.
Berkaitan dengan aturan yang tertuang didalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara tersebut , maka diperlukan Penegakan
hukum pidana terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang tidak terlepas
pada asas-asas hukum pidana guna mewujudkan suatu kepastian hukum dari setiap

11
Helmiani, “Penerapan Disiplin Pegawai Negeri Sipil”Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion,
Volume 4 , Nomor 1 (2013).
12
Ibid, hal.3.

6
bentuk penyelesaian perkara tindak pidana narkotika berdasarkan sistem hukum
indonesia.
Terkait penyalahgunaan Narkotika telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 untuk memaksimalkan peranan Badan Narkotika Nasional
(BNN) dalam mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkotika, sehingga
dengan adanya undang-undang ini, diharapkan kinerja daripada badan tersebut akan
semakin lebih optimal karena BNN ini juga diberikan kewenangan untuk
mengadakan penyelidikan dan penyidikan kasus-kasus narkotika terlebih khusus
kepada Aparat Pegawai Negeri Sipil sebagai instrumen hukum dalam penegakan
hukum.
Seiring dengan pelaksanaan aturan tersebut, peneliti menganalisis putusan
hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap PNS sebagai pelaku penyalahgunaan
narkotika. Adapun kasus yang diangkat ialah terdakwa Joni Efendi Pasiwaratu
oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementrian PUPR Lampung atas
kepemilikan narkoba jenis sabu sebanyak 1 kg lebih.
Mengenai hal tersebut analisis terhadap isi putusan ini memunculkan
masalah sebagaimana peneliti merujuk pada ketepatan pemilihan pasal dalam
penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut.
Penyalahgunaan narkotika oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil) ini dapat
merusak mental diri juga merusak citra organisasi dan kinerja aparat pemerintahan.
Pegawai merupakan abdi negara dan abdi masyarakat , sehingga perilaku dan
kinerjanya menjadi perhatian publik. Oleh karena itu, kewaspadaan akan peredaran
narkotika harus lebih ditingkatkan , sehingga penanggulangan terhadap tindak
pidana penyalahgunaan narkotika dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Atas dasar pemikiran yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian , pengkajian, serta menganalisis ini dalam skripsi yang
berjudul : “ PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH
PEGAWAI NEGERI SIPIL (Analisis Putusan Nomor : 695/Pid.Sus/2020/PN
Tjk) ”.

7
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas, maka perlu adanya identifikasi
masalah maka penulis merumuskan pokok permasalahan skripsi ini adalah
penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh
Pegawai Negeri Sipil diatas dapat diuraikan identifikasi masalahnya yaitu sebagai
berikut :
a) Sanksi pelaku penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil.
b) Ketepatan pemilihan pasal dalam penjatuhan hukuman
penyalahgunaan narkotika.
c) Cara mencegah penyalahgunaan narkotika di lingkungan pegawai
negeri sipil.
d) Analisis putusan Pegawai Negeri Depok kasus penyalahgunaan
narkotika oleh PNS.

2. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan
yang menjadi fokus dalam pembahasan skripsi ini. Untuk mengefektifkan dan
memudahkan pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan dalam penulisan
skripsi ini pada pembahasan mengenai Penegakan Hukum terhadap Penyalahgunaan
Narkotika yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (Analisis Putusan Nomor :
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk) .

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan pokok
permasalahan skripsi ini adalah penegakan hukum terhadap kejahatan yang dilakukan
oleh anak diatas diurai dalam pernyataan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana Penerapan Hukum terhadap Proses Peradilan dalam
Putusan Nomor 695/Pid.Sus/2020/PN Tjk ?
b. Apakah Putusan Nomor 695/Pid.Sus/2020/PN Tjk telah sesuai
dengan fakta yang terungkap didalam persidangan ?

8
c. Apakah pemilihan pasal dan penjatuhan hukuman dalam
memutuskan sanksi pidana dalam Putusan Nomor
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk telah sesuai dengan UU Narkotika Nomor
35 Tahun 2009 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi hukum ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis Penerapan Hukum/ Sanksi dalam
Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil dalam Putusan Nomor
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk.
2. Untuk menganalisis kesesuaian antara Putusan Nomor
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk telah dengan fakta yang terungkap didalam
persidangan.
3. Untuk menganalisis kesesuaian pemilihan pasal dan penjatuhan
hukuman dalam memutuskan sanksi pidana dalam Putusan Nomor
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk dengan UU Narkotika Nomor 35 Tahun 2009.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini adalah :
1. Secara akademis, Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan
masukan atau kontribusi secara teoritis bagi pengembangan ilmu
pengetahuan , khususnya ilmu hukum pidana.
2. Secara Praktis, Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ilmu hukum ini dapat
memberikan masukan bagi penegak Hukum atau Praktisi hukum
(Hakim, Jaksa, Polisi, Advokat) serta sebagai sumber inspirasi bagi
Penelitian selanjutnya yang relevan atau berkaitan dengan karya tulis
ilmiah ini.

9
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Penulis akan melakukan analisis kajian terdahulu sebagai bahan
pertimbangan dan perbandingan dalam penelitian ini. Adapun Kajian
terdahulu antara lain adalah sebagai berikut :

1. Sarah Maulidiyanti dalam skripsinya yang berjudul “PENEGAKAN


HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG
DILAKUKAN OLEH ANAK (Analisis Putusan PN Depok Nomor :
336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk)”13 membahas mengenai kejahatan narkoba
yang dilakukan oleh anak, cara penegak hukum menerapkan Hukuman
untuk mengatasi kejahatan pemakaian narkotika yang dilakukan oleh anak,
kemudian mengetahui undang-undang yang meliputi materi ini. Persamaan
yang dilakukan Sarah Maulidiyanti yakni sama-sama membahas terkait
penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika. Perbedaan yang
dapat dilihat dari Peneliti disini terfokus pada anak yang disini sebagai
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan putusan yang diambil
juga berasal dari Pengadilan Negeri Depok.
2. Apriyanto Fitri Wibowo dalam skripsinya yang berjudul
“PENYALAHGUNA DAN PENGEDAR NARKOTIKA DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DAN HUKUM
ISLAM”14 membahas mengenai sudut pandang Hukum Islam terhadap
ketentuan pidana terhadap penyalahguna dan pengedar narkotika yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan mengenai Hukum
pidana Islam dikenal adanya ta’zir dan kemudian bentuknya rehabilitasi
terhadap pelaku penyalahguna Narkotika yang merupakan perwujudan isi

13
Sarah Maulidiyanti, PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Analisis Putusan PN Depok Nomor :
336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk). (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum , Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta , 2018).
14
Apriyanto Fitri Wibowo, PENYALAHGUNA DAN PENGEDAR NARKOBA DALAM UNDANG-UNDANG
NOMOR 35 TAHUN 2009 DAN HUKUM ISLAM. (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum ,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta , 2018).

10
dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009. Persamaan yang dilakukan
oleh Peneliti didalam penelitiannya ialah sama-sama membahas mengenai
Penyalahguna Narkotika dan instrumen hukum dalam menerapkan sanksi
yang digunakan juga serupa. Perbedaan yang dapat ditinjau dari Penelitian
ini ialah terletak pada penambahan instrumen hukum islam dalam
menegakan hukumannya , kemudian pelakunya tidak terlalu dikhususkan
dalam perkara tindak pidana tersebut.
3. Wyllyan Ichsan Shab Billah dalam skripsinya yang berjudul
“HUKUMAN PIDANA MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA
NASIONAL” (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR)15 membahas mulai dari Persamaan dan
Perbedaan Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana nasional dalam tindak
pidana narkoba, penyebab terjadinya tindak pidana narkotika, Perspektif
Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional terhadap pelaku
pengedar narkotika dan Perspektif HAM terhadap Hukuman Mati di
Indonesia. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama melihat sudut
pandang penegakan hukum terhadap pengedar Narkotika terhadap pelaku
tindak pidana. Perbedaannya dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua)
instrumen hukum , yakni Hukum Pidana Islam dan Hukum Pidana Nasional
serta mengacu pada putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Barat.
4. Laili Maulida dalam skripsinya yang berjudul “KAJIAN HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP KASUS
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK DIBAWAH
UMUR”16 membahas mengenai penyebab terjadinya penyalahgunaan

15
Wyllyan Ichsan Shab Billah, HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA PERSPEKTIF
HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL (Analisis Putusan Hakim Nomor
2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR). (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum , Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta , 2020).
16
Laila Maulidia, KAJIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP KASUS
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK DIBAWAH UMUR(Skripsi S-1 Fakultas Syariah
dan Hukum , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta , 2009).

11
narkotika yang dilakukan oleh anak dibawah umur, pandangan Hukum
Islam dan Hukum Positif terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika,
serta bentuk sanksi yang diberikan atas penyalahgunaan narkotika yang
dilakukan oleh anak dibawah umur menurut Hukum Islam dan Hukum
Positif. Persamaan yang terdapat didalam Penelitian ini adalah sama-sama
membahas mengenai penyalahgunaan narkotika dan menggunakan
instrumen hukum dalam penegakannya. Perbedaan dalam penelitian ini
adalah instrumen hukum mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1997, kemudian dilihat juga dari sudut pandang kajian hukum islam, dan
juga menitikberatkan anak dibawah umur sebagai pelaku tindak pidana.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori
Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-
batasan tentang teori – teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang
dilakukan.
Berikut teori-teori yang menjadi batasan penulisan skripsi ini :
a) Teori Pemidanaan
Teori pemidanaan yang digunakan adalah teori pemidanaan yang lazim
dikenal didalam sistem hukum eropa kontinental, yaitu teori absolut, teori
relatif,dan teori gabungan.17
1. Teori Absolut
Teori ini bertujuan untuk memuaskan pihak yang dendam baikmasyarakat
sendiri maupun pihak yang dirugikan atau menjadi korban. Menurut Johannes
Andenaes tujuan dari pidana menurut teori absolut ialah”untuk memuaskan
tuntutan pengadilan” (to statisfy the claim of justice),tuntutan keadilan yang
sifatnya absolut ini terlihat dengan jelas dalam pendapat Immanuel Kant di dalam
bukunya “philosophy of law “sebagai berikut: “pidana tidak pernah dilaksanakan
semata-mata sebagai sarana untukmempromosikan tujuan atau kebaikan lain, baik

17
Mahrus Ali. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Sinar Grafika. Jakarta. 2012. hlm 186-187

12
bagi pelaku sendiri maupun bagi masyarakat. Tetapi dalam semua hal harus
dikenakan hanya karenaorang bersangkutan telah melakukan suatu kejahatan.
Karl O.christian sen mengidentifikasi 5 ciri pokok dari teori absolut yakni:18
a.Tujuan pidana hanyalah sebagai pembalasan
b.Pembalasan adalah tujuan utama dan di dalamnya tidak mengandung sarana
untuk tujuan lain seperti kesejahteraan masyarakat.
c.Kesalahan moral sebagai satu-satunya syarat pemidanaan
d.Pidana harus disesuaikan dengan kesalahan si pelaku.

Pidana melihat ke belakang, ia sebagai pencelaan yang murni dan bertujuan


tidak untuk memperbaiki, mendidik dan meresosailisasisi pelaku.
Dalam kaitan dengan pertanyaan sejauhmana pidana perlu diberikankepada
pelaku kejahatan, teori absolut menjelaskan sebagai berikut:19
a. Dengan pidana tersebut akan memuaskan perasaan balas dendam si korban,
baik perasaan adil bagi dirinya, temannya, keluarganya serta masyarakat. Perasaan
tersebut tidak dapat dihindari dan tidak dapat dijadikan alasan untuk menuduh tidak
menghargai hukum, tipe ini disebut vindicative.
b. Pidana dimaksudkan untuk memberikan peringatan pada pelaku
kejahatandan anggota masyarakat yang lain bahwa setiap ancaman yang
merugikanorang lain atau memperoleh keuntungan dari orang lain secara tidak
wajar, akan menerima ganjarannya. Ini disebut dengan fairness.
c. Pidana dimaksudkan untuk menunjukan adanya kesebandingan antara apa
yang disebut dengan the gratify of the offence dengan pidana yang dijatuhkan. Tipe
absolut ini disebut dengan proporsionality.

Dalam perkembangannya, teori absolut mengalami modifikasi


denganmunculnya teori absolut modern yang menggunakan konsep “ ganjaran yang
adil (just desert) yang didasarkan atas filsafat Kant. Menurut konsep

18
Ibid, h. 188-189
19
Ibid, h.189

13
tersebut,seseorang yang melakukan kejahatan telah memperoleh suatu keuntungan
yang tidak fair dari anggota masyarakat yang lain.

2. Teori Relatif
Teori ini mengajarkan bahwa penjatuhan pidana dan pelaksanaanya setidaknya
harus berorientasi pada upaya mencegah terpidana (special prevention) dari
kemungkinan mengulangi kejahatan lagi dimasa mendatang,serta mencegah
masyarakat luas pada umumnya (general prevention) dari kemungkinan melakukan
kejahatan baik seperti kejahatan yang telah dilakukan terpidana maupun lainnya.
Teori ini memang sangat menekankan pada kemampuan pemidanaan sebagai suatu
upaya mencegah terjadinya kejahatan (prevention of crime) khususnya bagi
terpidana. Oleh karena itu, implikasinya dalam praktik pelaksanaan pidana sering
kali bersifat out of control sehingga sering terjadikasus-kasus penyiksaan terpidana
secara berlebihan oleh aparat dalam rangkamenjadikan terpidana jera untuk
selanjutnya tidak melakukan kejahatan lagi.

Secara umum ciri-ciri pokok atau karakteristik teori relatif ini sebagai berikut:20
a. Tujuan pidana adalah pencegahan ( prevention )
b. Pencegahan bukan tujuan akhir tetapi hanya sarana untuk mencapai
tujuanyang lebih tinggi yaitu kesejahteraan masyarakat
c. Hanya pelanggaran-pelanggaran hukum yang dapat dipersalahkan
kepadasipelaku saja yang memenuhi syarat untuk adanya pidana
d. Pidana harus ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai alat untuk
pencegahan kejahatan.
Pidana melihat kedepan ( bersifat prospektif ) pidana dapat mengandung unsur
pencelaan, tetapi baik unsur pencelaan maupun unsur pembalasan tidak dapat
diterima apabila tidak membantu pencegahan kejahatan untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat.

20
Ibid, h. 191

14
3. Teori Gabungan
Munculnya teori gabungan pada dasarnya merupakan respon terhadap kritik
yang dilancarkan baik terhadap teori absolut maupun teori relatif. Penjatuhan suatu
pidana kepada seseorang tidak hanya berorientasi pada upaya untuk membalas
tindakan orang itu, tetapi juga agar ada upaya untuk mendidik atau memperbaiki
orang itu sehingga tidak melakukan keahatan lagi yang merugikan dan meresahkan
masyarakat.

b) Teori Pertanggungjawaban Pidana


Pertanggungjawaban pidana dimaksudkan untuk menentukan keadaan seorang
pelaku perbuatan pidana terhadap dapat atau tidaknya seorang pelaku tersebut
dijatuhi pidana terhadap perbuatan pidana yang telah dilakukan. Dalam
pertanggung jawaban pidana terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi,
sehingga seseorang yang melakukan perbuatan pidana tersebut dapat dipidana.
Untuk dapat dipidananya pelaku perbuatan pidana, disyaratkan bahwa perbuatan
pidana yang dilakukannya harus memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan
dalam perundang-undangan pidana, selain itu juga dilihat dari sudut pandang
kemampuan bertanggung jawab pelaku apakah pelaku tersebut mampu
dipertanggungjawabkan pidananya atau tidak.21
Untuk dapat dipidananya si pelaku, disyaratkan bahwa tindak pidana yang
dilakukannya itu memenuhi unsur-unsur yang telah ditentukan dalam Undang-
undang. Dilihat dari sudut terjadinya tindakan yang dilarang, seseorang akan
dipertanggung jawabkan atas tindakan-tindakan tersebut, apabila tindakan tersebut
melawan hukum serta tidak ada alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan
hukum untuk pidana yang dilakukannya. Dan dilihat dari sudut kemampuan
bertanggung jawab maka hanya seseorang yang mampu bertanggung jawab yang
dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya. Tindak pidana jika tidak ada
kesalahan adalah merupakan asas pertanggung jawaban pidana, oleh sebab itu

21
Saifudien, Pertanggung Jawaban Pidana,
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html , 25 Agustus 2009,
h.1., dikunjungi pada 3 Desember 2020.

15
dalam hal dipidananya seseorang yang melakukan perbuatan sebagaimana yang
telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini
dia mempunyai kesalahan.
Berdasarkan hal tersebut maka pertanggung jawaban pidana atau kesalahan
menurut hukum pidana, terdiri atas tiga syarat yaitu :
1. Kemampuan bertanggung jawab atau dapat dipertanggung jawabkan dari si
pembuat.
2. Adanya perbuatan melawan hukum yaitu suatu sikap psikis si pelaku yang
berhubungan dengan kelakuannya yaitu : Disengaja dan Sikap kurang hati-hati atau
lalai
3. Tidak ada alasan pembenar atau alasan yang menghapuskan pertanggung
jawaban pidana bagi si pembuat.
Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk,
adalah merupakan faktor akal (intelektual factor) yaitu dapat membedakan
perbuatan yang diperbolehkan dan yang tidak. Dan kemampuan untuk menentukan
kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik buruknya perbuatan tersebut adalah
merupakan faktor perasaan (volitional factor) yaitu dapat menyesuaikan tingkah
lakunya dengan keinsyafan atas mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak.
Sebagai konsekuensi dari dua hal tadi maka tentunya orang yang tidak mampu
menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik buruknya perbuatan,
dia tidak mempunyai kesalahan kalau melakukan tindak pidana, orang demikian itu
tidak dapat dipertanggung jawabkan.

c) Teori Kewajiban dan Paksaan.


Salah satu hakikat dari hukum adalah hukum dapat dipaksakan berlakunya bila
perlu campur tangan negara. Karena itu, dalam hukum itu sendiri terdapat unsur
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang tunduk kepada hukum
yang bersangkutan. Paksaan, Kewajiban, dan Penjaminan hak terhadap warga
masyarakat dimaksudkan agar suatu sistem keteraturan yang dirancang oleh hukum
dapat berjalan dengan baik dan tertib, sehingga muncul konsep ketertiban hukum.

16
2. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan keterkaitan
antara teori-teori atau konsep yang mendukung dalam penelitian yang digunakan
sebagai pedoman dalam menyusun sistematis penulisan.
a) Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan
keinginankeinginan dalam hukum agar menjadi kenyataan dan ditaati oleh
masyarakat. Masyarakat Indonesia makin hari makin mendambakan
tegaknya hukum yang berwibawa, memenuhi rasa keadilan dan
ketentraman yang menyejukkan hati. Penegakan hukum terhadap kejahatan
di Indonesia merujuk pada pendekatan norma hukum yang bersifat
menghukum sehingga memberikan efek jera.22
b) Tindak Pidana/Perbuatan Pidana
Tindak pidana merupakan suatu bentuk perilaku menyimpang yang selalu
ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat, dalam arti bahwa tindak
pidana akan selalu ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang
seperti halnya dengan musim yang selalu berganti dari tahun ke tahun.23
c) Penyalahgunaan Narkotika
Menurut Azmiyati (2014) dalam Sholihah (2015), Penyalahgunaan
Narkotika merupakan penggunaan salah satu atau beberapa jenis narkoba
secara berkala atau teratur di luar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan gangguan fungsi sosial.
Penyalahgunaan narkoba memberikan dampak yang tidak baik yaitu dapat
mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan.
d) Pegawai Negeri Sipil
Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Civil Servant merupakan salah satu organ
penting bagi eksistensi suatu negara, sedangkan pengertian Pegawai Negeri
menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

22
Siswantoro Sumarso, 2004, Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
Hal. 7
23
Susilo. Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan). Bogor: Politeia.

17
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian,
adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri atau, diserahi tugas Negara lainnya dan
digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. PNS Berdasarkan
Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999, terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah (Dedy, 2001: 95).

F. Metode Penelitian
Melakukan suatu penelitian hukum pada dasarnya tidak dapat terlepas dari
penggunaan metode penelitian. Sebab, setiap penelitian pasti menggunakan
metode untuk menganalisa permasalahan yang diangkat. Metode itu dalam arti
harfiahnya berarti ‘cara’. Dengan demikian apa yang disebut ‘metode
penelitian’ ini tak lain daripada ‘cara mencari (dan menemukan pengetahuan
yang benar yang dapat dipakai untuk menjawab suatu masalah)’.24
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis
penelitian kualitatif dengan melakukan analisis, dengan cara menguraikan dan
mendeskripsikan isi dari putusan yang peneliti dapatkan, kemudian
menghubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga ditemukan
kesimpulan objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dalam penulisan skripsi ini.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan Penelitian yang digunakan oleh Peneliti ialah Normatif.
Kegiatan penelitian ini didasarkan pada sistematika, metode dan pemikiran
tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum
tertentu dengan jalan mengenalinya. Dalam penelitian hukum normatif

24
Sulistyowati. Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2009).h. 97

18
hukum yang tertulis dikaji dari berbagai aspek seperti aspek teori, filosofi,
perbandingan, struktur/ komposisi, konsistensi, penjelasan umum dan
penjelasan pada tiap pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-
undang serta bahasa yang digunakan adalah bahasa hukum. Sehingga dapat
kita simpulkan pada penelitian hukum normatif mempunyai cakupan yang
luas.
Ronny Hanitjo Soemitro menyebut dengan istilah metode penelitian hukum
yang normatif atau metode penelitian hukum yang doctrinal.25 Dalam
kaitannya dengan penelitian normatif di sini akan digunakan beberapa
pendekatan, yaitu :
1). Pendekatan perundang-undangan (statute approach)
Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah suatu
pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang berkaitan
dengan yang berhubungan dengan objek penelitian.
Dalam pendekatan ini Peneliti gunakan agar dapat lebih memahami
bagaimana tata cara Penerapan Sanksi dalam Penegakan Hukum terhadap
Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana dalam hal ini mengacu pada pemberlakuan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
2). Pendekatan kasus (case approach), dilakukan dengan cara menelaah
kasus-kasus terkait dengan isu yang sedang dihadapi, dan telah menjadi
putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Dalam pendekatan ini Peneliti gunakan agar dapat mendalami kasus Tindak
Pidana Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Pegawai Negeri
Sipil yang sekaligus mengacu pada Putusan Nomor : 695/Pid.Sus/2020/PN
Tjk.
3. Data Penelitian

25
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Cet V, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1994), hal. 10

19
Data Penelitian merupakan segala informasi yang diperlukan untuk salah
satunya menjawab masalah penelitian. Adapun data penelitian sebagai
bahan yang digunakan oleh Peneliti adalah sebagai berikut :
A. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari : Norma atau kaidah dasar,
peraturan dasar, peraturan perundang-undangan, bahan hukum yang tidak
dikodifikasi seperti hukum adat, dan yurisprudensi.
B. Bahan Hukum Sekunder
Bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti
rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian atau pendapat para pakar.
C. Bahan Hukum Tersier
Bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer
dan data sekunder. Pada hal ini bahan hukum yang dimaksud terdiri dari
kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia, dan lain sebagainya.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini , Peneliti menggunakan beberapa data , yaitu :
A. Bahan Primer
Adapun bahan yang terdapat didalamnya meliputi peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum atas Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika yang mengacu pada Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
B. Bahan Sekunder
Bahan sekunder yang terdapat didalamnya meliputi literatur , hasil
pengkajian, dan jurnal, kemudian dari data yang diperoleh dan kemudian
dianalisis secara kualitatif.
C. Bahan Tersier
Bahan ini sebagai pelengkap dalam penelitian yang berasal dari sumber-
sumber misalnya wikipedia, kamus, atau sumber-sumber yang diakses
melalui internet.
5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

20
Dalam meneliti yang dikumpulkan Peneliti dalam skripsi ini dengan
menggunakan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan melalui
pencarian referensi guna mendukung materi penelitian yang diangkat ini
juga melalui berbagai literatur seperti buku, bahan ajar perkuliahan, artikel,
jurnal, skripsi, tesis, dan peraturan perundang-undangan yang digunakan
untuk bahan analisa pada penelitian skripsi ini.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Adapun bahan hukum , baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa,
sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Selanjutnya setelah bahan
hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut yang
akhirnya akan diketahui bagaimana pelaksanaan Penerapan Sanksi dalam
Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika
yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil dalam Putusan Nomor
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk dan Pertimbangan Hukum Hakim dalam
menjatuhkan Pidana.
7. Pedoman Penelitian
Pedoman yang digunakan peneliti dalam skripsi ini disesuaikan kaidah-
kaidah penulisan karya ilmiah dan buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017”.

G. RANCANGAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Sistematika penulisan ialah pola dasar pembahasan skripsi dalam bentuk
bab dan sub bab yang secara logis dan saling berhubungan, kemudian merupakan
suatu masalah yang diteliti , adapun sistem penulisan didalam skripsi ini adalah
sebagai berikut :

21
BAB SATU : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan (review) penelitian terdahulu, metode penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB DUA : TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN
OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL
Dalam bab ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka,
kerangka konseptual, kerangka teoritis, dan tinjauan (review) kajian
terdahulu yang terkait tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang
dilakukan oleh pegawai negeri sipil.
BAB TIGA : PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN
OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PENEGAKAN
MENURUT HUKUM POSITIF
Bab ini berisikan data yang berkaitan dengan duduk perkara,
tuntutan yang diajukan, fakta dipersidangan, pembuktian, dan
review pertimbangan putusan hakim.
BAB EMPAT : ANALISA TERKAIT PENJATUHAN PIDANA TERHADAP
TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
YANG DILAKUKAN OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL
Analisis yang ditampilkan dalam bab ini ialah gabungan antara Bab
I dan Bab II juga mengenai “TINDAK PIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA YANG DILAKUKAN
OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL (Analisis Putusan Nomor :
695/Pid.Sus/2020/PN Tjk)”.

BAB LIMA : PENUTUP


Dalam bab ini merupakan penutup akhir dari penelitian. Peneliti
membuat kesimpulan hasil penelitian ini berasal dari analisis bab-
bab yang sebelumnya secara sistematis, lengkap, jelas, dan sesuai

22
dengan rekomendasi yang tepat. Kesimpulan ini berisi jawaban
terhadap inti masalah penelitian yang diangkat berdasarkan apa yang
telah diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Soemitro , Ronny Hanitijo. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Cet V. Jakarta
: Ghalia Indonesia, 1994.
Sulistyowati. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2009.
Susilo. Kriminologi (Pengetahuan Tentang Sebab-Sebab Kejahatan). Bogor :
Politeia. 1985.
Sumarso , Siswantoro. Penegakan Hukum Psikotropika. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. 2004.
Ali ,Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Sinar Grafika. Jakarta. 2012.

Hartini , Sri. Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika. 2008


Sonarso , Siswantoro. 2004. Penegakan Hukum Dalam Kajian Sosiologis. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Dit Narkoba Koserse Polri, Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba yang Dilaksanakan oleh Polri. Jakarta : Mabes Polri. 2002
Sumarso ,Siswantoro. Penegakan Hukum Psikotropika, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2004
Arilman ,Laurentius, “Penegakan Hukum dan Kesadaran Masyarakat”,
Yogyakarta : CV Budi Utama. 2015.

23
Dahlan, “Problematika Keadilan Dalam Penerapan Pidana Terhadap
Penyalahgunaan Narkotika”, (Yogyakarta : DEPUBLISH . 2017.
Supramono , Gatot, SH. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta : Djambatan. 2004
Bayu Media. Reformasi Konstitusi dalam masa transisi paradigmatik, Malang :

In-TRANS. 2003.

SKRIPSI / JURNAL

Novita, Fransiska. BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA SERTA USAHA


PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA (Suatu Tinjauan Teoritis),
Jurnal Unissula Vol 25, No 1 (2011).
Hulukati, Yayuk Rizki , dkk. PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH PEGAWAI
NEGERI SIPIL DILIHAT DARI PERSPEKTIF KAJIAN KRIMINILOGI “Reading
The Abuse Of Narcotics By Civil State Employees From The Perspective Of
Criminilogy Study”, Jurnal Legalitas Vol 13, No 01 (2020).
Helmiani, “Penerapan Disiplin Pegawai Negeri Sipil”Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion,
Volume 4 , Nomor 1 (2013).
Laila Maulidia, KAJIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP KASUS
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK DIBAWAH UMUR(Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta , 2009).
Maulidiyanti, Sarah. PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Analisis Putusan PN Depok
Nomor : 336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk). (Skripsi S-1 Fakultas Syariah dan Hukum ,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta , 2018).
Apriyanto Fitri Wibowo, PENYALAHGUNA DAN PENGEDAR NARKOBA DALAM
UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 DAN HUKUM ISLAM. (Skripsi
S-1 Fakultas Syariah dan Hukum , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta , 2018).
Wyllyan Ichsan Shab Billah, HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA
PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA NASIONAL
(Analisis Putusan Hakim Nomor 2267/Pid.Sus/2012/PN.JKT.BAR). (Skripsi S-1
Fakultas Syariah dan Hukum , Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta , 2020).

24
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun

2011 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementrian


dalam Negeri, LN No. 82, TLN NO. 5234.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika , LN No. 143,

TLN NO. 5062.

WEBSITE
Saifudien, Pertanggung Jawaban Pidana,
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2009/08/pertanggungjawaban-pidana.html , 25
Agustus 2009, h.1., dikunjungi pada 3 Desember 2020.
PUTUSAN
Putusan Nomor 695/Pid.Sus/2020/PN Tjk diakses tanggal 3 Desember 2020 dari
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/putusan/a18bfee9aa21dc
c6d2685d9971ce746d.html
INTERNET
Kusumasari, Diana S.H., M.H. Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor
Narkotika, diakses pada tanggal 3 Desember 2020 dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4dc0cc5c25228/peny
alahgunaan-narkotika-dan-prekursor-narkotika/

25

Anda mungkin juga menyukai